Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI LAS

1.1. Pendahuluan

Teknik las pada saat ini telah banyak digunakan pada penyambungan
komponen-kompenen kostruksi bangunan baja maupun konstruksi mesin.
Sebelum ditemukan teknik las, pada umumnya penyambungan tersebut di atas
dilaksanakan dengan cara sambungan baut maupun dengan cara sambungan
keling.
Dengan berkembangnnya Teknologi Las maka hasil konstruksi bangunan
maupun konstruksi mesin ditinjau dari bobot konstruksinya lebih ringan serta
proses pelaksanaanya lebih sederhana dan akibatnya biaya keseluruhan
konstruksi akan dapat ditekan lebih rendah.

1.2. Definisi dan Ruang Lingkup Teknik Pengelasan

1.2.1. Definisi Las

a. Menurut Normalisasi Industri Jerman (DIN : Deutche Industrie Normen)


“Las adalah ikatan metalurgi pada sambungan antara dua komponen
konstruksi logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan
lumer atau cair”.

b. Menurut Asosiasi Pengelasan Amerika (AWS : American Welding Society)


“Pengelasan adalah hasil penyambungan setempat logam-logam maupun
bukan logam baik dengan pemanasan pada suhu yang sesuai, dengan
tekanan atau tanpa tekanan, dengan bahan pengisi atau tanpa bahan
pengisi”
Atau
“Pengelasan adalah penyambungan logam dua benda kerja yang terpisah
dengan cara dipanaskan dengan suhu yang cukup tinggi pada bagian yang
akan disambung yang menyebabkan pelumeran atau pencairan, dengan
tekanan atau tanpa tekanan”.

1.2.2. Ruang Lingkup Penggunaan Teknik Pengelasan

Penggunaan teknik pengelasan sangat luas, dan dapat dibagi menjadi dua
golongan :
a. Penggunaan Dalam Konstuksi, yaitu dalam pembangunan konstruksi
perkapalan, konstruksi jembatan, bangunan rangka baja, bejana tekan,
pipa pesat dan lain-lain.
b. Penggunaan Dalam Reparasi, yaitu dalam rangka perbaikan untuk
mengisi lubang-lubang coran yang terjadi kekeroposan, membuat lapisan
keras pada poros berputar, menambal permukaan komponen yang aus
dan lain-lain.

Pengelasan merupakan sarana, bukan merupakan tujuan pokok. Sedang


yang menjadi tujuan pokok adalah untuk mencapai mutu konstruksi yang lebih
baik dengan pelaksanaan lebih sederhana serta nilai ekonomi yang bersaing.
Pengetahuan tentang pengelasan merupakan hal yang sangat penting,
tetapi agar dapat lebih menguasai dengan keterampilan tinggi harus diikuti
pekerjaan praktek yang memadai.
Pekerjaan yang terkait dengan teknik pengelasan terdiri dari beberapa
kegiatan antara lain, cara pengelasan, cara pemeriksaan lasan, pengetahuan
tentang bahan las dan jenis las, pengetahuan tentang bahan benda kerja yang
dilas dan pengetahuan tentang hasil pengelasan.
1.3. Sejarah Pengelasan

Atas dasar penemuan benda-benda sejarah dapat diketahui bahwa teknik


penyambungan logam telah dilaksanakan dari zaman prasejarah, misalnya
pembrasingan logam paduan emas dengan tembaga dan pematrian timbal
dengan timah telah dilaksanakan dalam rentang waktu antara tahun 4000
sampai 3000 SM.
Semenjak energi listrik digunakan sebagai energi panas untuk
pengelasan, teknologi pengelasan maju dengan pesat. Secara kronologis
penemuan teknologi pengelasan dapat disusun sebagai berikut :
a. Tahun 1885 - Benardes menemukan cara pengelasan dengan las busur
listrik. Batang elektroda dibuat dari karbon atau grafit. Batang elektroda
ini digunakan untuk menghasilkan busur listrik dan mencairkan baik
logam benda kerja maupun bahan pengisi.
b. Tahun 1889 - Zerner menemukan cara pengelasan dengan menggunakan
dua batang elektroda karbon (grafit). Busur listrik yang dihasilkan tertarik
kelogam benda kerja dan mencairkan.
c. Tahun 1892 - Slavianoff menemukan cara pengelasan dengan
menggunakan elektroda logam, disamping sebagai penghasil busur listrik,
elektroda tersebut ikut mencair dan mengisi sebagai logam lasan
terhadap benda kerja.
d. Kjellberg menemukan fluks pembungkus untuk elektroda logam sehingga
mutu hasil pengelasan lebih baik.
e. Tahun 1886 - Thomson menemukan cara pengelasan resistensi (tahanan)
listrik.
f. Tahun 1895 - Goldschmith menemukan cara pengelasan thermit.
g. Tahun 1901 - Fouche dan Piccard menemukan cara pengelasan dengan
bahan bakar oksi-asetilen
h. Tahun 1926 - Lungumir menemukan cara pengelasan dengan bahan bakar
hidrogen atom.
i. Tahun 1935 - Hobart dan Dener menemukan cara pengelasan elektroda
logam dengan pelindung gas mulia.
Kennedy menemukan cara pengelasan elektroda logam dengan direndam
fluks serta otomatisasi pengelasan sehingga dapat meningkatkan mutu
hasil pengelasan.
j. Tahun 1936 - Wasserman menemukan cara pembrasingan dengan
kekuatan tinggi.
k. Tahun 1950 - Ditemukan las tekan dingin, las listrik terak, las busur
dengan pelindung CO-2, las gesek, las ultrasonic, las sinar electron, las
laser dan lain-lain.

1.4. Penggunaan dan Pengembangan Teknologi Las

1.4.1. Penggunaan Teknologi Las

Teknik Pengelasan Modern digunakan pada konstruksi beberapa produk


konstruksi antara lain : bangunan kapal, bangunan gedung, bangunan jembatan
dan lain-lain. Bila kita memperhatikan pelaksanaan produksi mobil, ternyata
sebagian besar waktu dipergunakan untuk pekerjaan las, begitu juga untuk
produksi barang-barang teknik yang lain.
Pengelasan juga banyak digunakan untuk memproduksi barang-barang
teknik antara lain : alat pertanian, alat rumah tangga, komponen komputer,
peralatan pertambangan, alat-alat berat (alat pemindah tanah), kereta api dan
lain-lain. Berarti di dalam dunia modern sulit untuk mencari produk-produk
dengan bahan logam yang tidak memanfaatkan las.
1.4.2. Pengembangan Teknologi Las

Gambar 1.1 Pengelasan dengan pengecoran langsung

Pada awalnya metode penyambungan logam dilaksanakan dengan proses


pembuatan cetakan pasir (pasir cetak tahan panas) di atas selembar plat logam
dan mengecorkan/menuangkan logam cair kecetakan yang telah tersedia.
Gambar 1.1.

Gambar 1.2. Pengelasan dengan pengecoran yang dialirkan

Metoda penyambungan logam yang lain, yaitu dengan cara dua potong
logam diletakkan berdekatan dan mengecorkan logam cair diantaranya, yang
menyebabkan logam dasar ikut mencair. Logam cair ditahan dengan pasir cetak
disepanjang sambungan dan akhirnya logam cair turun suhunya dan membeku,
terjadilah penyambungan seperti pada Gambar 1.2.
Pada saat ini Teknologi Las telah berkembang luas dengan bermacam-
macam sistem yang berbeda-beda serta penggunaan yang berbeda-beda pula.
Sistem pengelasan yang paling terkenal adalah, las oksi-asetilen, las busur listrik
elektroda terbungkus (Shield Metal Arc Welding - SMAW), las tungsten gas mulia
(Tungsten Inert Gas - Las-TIG), las busur listrik gas mulia (Metal Inert Gas -Las -
MIG).
Las oksi-asetilen dapat digunakan untuk mengelas, memotong dan
brazing. Proses pengelasan ini serba guna. Peralatan yang diperlukan relatif
sederhana dan tidak mahal, sedang biaya operasinyapun rendah seperti terlihat
pada Gambar 1.3.
Gambar 1.3. Peralatan las oksi-asetilen dan perlengkapan potongnya.

Las busur listrik elektroda terbungkus (SMAW) adalah metoda


penyambungan logam paling terkenal. Hasil pengelasannya berkualitas tinggi,
dapat dilaksanakan dengan cepat dan hasil lasannya seragam dan rapi.
Bermacam-macam bahan logam dengan ketebalan yang berbeda-beda dapat
dilas dengan menggunakan satu mesin las saja dengan hasil yang memuaskan.
Gambar 1.4.

Gambar 1.4 Peralatan las busur listrik elektroda terbungkus

Las Tungsten Inert Gas (Las-TIG) mudah dilaksanakan, dapat digunakan


untuk bermacam-macam logam. Hasil pengelasannya bersih dan berkualitas
tinggi. Gambar 1.5.
Gambar 1.5. Peralatan las tungsten/wolfarm gas mulia (las TIG).

Las Metal Inert Gas (las- MIG) relatif dapat dilaksanakan dengan cepat
dan ekonomis. Gambar 1.6
Untuk dapat memilih proses pengelasan untuk pekerjaan tertentu
tergantung pada beberapa faktor, antara lain :
a. Ketersediaan peralatan.
b. Frekwensi kegiatan operasi pengelasan.
c. Jenis bahan yang akan dilas.
d. Syarat penampilan hasil produk yang dilas.
e. Ukuran bagian-bagian yang akan dilas.
f. Waktu yang tersedia untuk kegiatan pengelasan.
g. Keahlian dan pengalaman juru las.
h. Nilai bahan.
i. Syarat-syarat kode standarisasi dan spesifikasi.
Gambar 1.6. Peralatan las busur logam gas mulia (Las-MIG).

Juru las tidak hanya memutuskan proses las yang digunakan tetapi juga
memilih metoda pengelasannya. Metoda yang dimaksud adalah digunakan
untuk melaksanakan pengelasan, pemotongan dan brazing seperti berikut ini :
 Manual Juru las melaksanakan seluruh
proses kegiatan pengelasan.
 Semi otomatis Logam pengisi ditambahkan
secara otomatis, sedang kegiatan yang lain ditangani
secara manual oleh juru las.
 Otomatis Seluruh kegiatan pengelasan
dilaksanakan oleh mesin las setelah disetting dengan
baik oleh juru las, sedangkan juru las mengawasi
pelaksanaan pengelasannya.

Pada tahun 1940 terjadi patah-getas/rapuh terhadap beberapa bangunan


kapal dan jembatan yang menggunakan konstruksi las. Patah-getas ini
disebabkan karena adanya pengaruh panas terhadap logam benda kerja dan
logam lasan pada saat pengelasan hingga mengalami pendinginan secara
alamiah. Terjadinya patah getas tersebut disebabkan oleh pendinginan yang
terlalu cepat.
Dari fenomena kejadian ini dan setelah diadakan penelitian, didapatkan
dasar-dasar pemilihan bahan konstruksi maupun bahan kawat elektroda las yang
benar sehingga memperoleh mutu konstruksi yang lebih baik dan terhindar dari
terjadinya patah-getas. Penelitian tersebut disamping dapat memecahkan
masalah terjadinya patah-getas juga dapat ditemukan derajat mampu las
bermacam-macam jenis logam, termasuk baja, serta dapat diketahuinya
pengaruh panas terhadap logam yang di las, yang dikenal dengan istilah
“tegangan sisa”.
Dari beberapa penelitian yang dilaksanakan menghasilkan beberapa
standar pengujian hasil lasan, antara lain : uji charpy, dengan takik-V, uji
rambatan retak, uji kepekaan retak dan lain-lain. Dengan beberapa standar
pengujian ini manghasilkan beberapa cara dasar untuk dapat memilih logam
benda kerja yang sesuai untuk dilaksanakan pengelasan.
Dengan ditetapkannya beberapa standar teknik pengelasan akan dapat
memperluas lingkup penggunaan sambungan las.

1.5. Kesempatan Kerja Dalam Bidang Pekerjaan Las

Industri-industri modern dunia telah banyak sumbangannya dalam


pengembangan teknologi las, pemotongan dan brazing benda kerja logam.
Industri produsen peralatan, mesin serta kontraktor bangunan gedung,
jembatan, jalan kereta api, pelabuhan dan lain-lain merupakan lapangan kerja
yang memerlukan banyak sekali tenaga ahli pengelasan.
Kebutuhan untuk mengangkat tenaga kerja sebagai tenaga ahli
pengelasan tidak hanya terkonsentrasi dikota-kota besar saja, tetapi seluruh
negara dan diseluruh dunia. Untuk menghasilkan pengelasan yang optimal perlu
tenaga profesional di bidangnya, antara lain :
1. Juru las, adalah seseorang yang melaksanakan pengelasan di lapangan.
Orang tersebut adalah juru las ahli yang memiliki kualifikasi kemampuan
sesuai dengan yang dipersyaratkan untuk melaksanakan pengelasan
diseluruh proyek pekerjaan tertentu.
2. Juru las ikat, adalah seseorang yang memiliki klasifikasi kemampuan
sebagai tukang las ahli. Tugasnya adalah membantu juru las untuk
melaksanakan las ikat yaitu menyambungkan material yang akan dilas
sesuai pada tempatnya. Las ikat harus dilaksanakan dengan baik dan kuat
untuk memegang rakitan konstruksi sebelum dilaksanakan pengelasan
yang sebenarnya.
3. Operator pengelasan, adalah seseorang yang sering sebagai ahli las,
dengan tugas pokok mengoperasikan mesin atau peralatan lain termasuk
perlengkapan otomatis yang digunakan dalam pengelasan.
4. Pembantu juru las, adalah seseorang yang bekerja untuk membersihkan
terak yang terjadi pada hasil lasan dan membantu juru las untuk
mengatur posisi material yang akan di las hingga memudahkan
pengelasan.
5. Perakit, adalah seseorang yang tugasnya merakit material yang akan dilas
pada posisi yang benar untuk memudahkan pengelasan ikat. Perakit ini
harus memiliki kemampuan membaca gambar teknik dan mengerti
prosdur pengelasan. Disamping itu juga harus memiliki pengetahuan
tentang pengaruh penyusutan dan pengembangan material yang akan
dilas. Dibeberapa industri modern, juru las, juru ikat, operator
pengelasan, harus lulus test sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

1.6. Pendidikan Untuk Pekerja Pengelasan

Pada umumnya untuk dapat menjadi juru las ahli, pada pengelasan gas
maupun pengelasan listrik memerlukan pendidikan (kursus) pengelasan secara
intensif dengan waktu yang cukup lama. Beberapa pekerjaan pengelasan
memerlukan kemampuan untuk dapat membaca gambar teknik, symbol gambar
las, sifat-sifat logam dan tentang tenaga listrik.
Angkatan tenaga kerja muda yang berminat meniti karier untuk menjadi
juru las harus memiliki daya penglihatan yag baik, keterampilan tenaga yang
memadai, koordinasi maya dan tangan yang baik serta pengetahuan yang cukup
tentang teknologi las. Banyak perusahaan industri besar yang memiliki program
magang untuk juru las, dan untuk menjadi juru las profesional memerlukan
waktu  8000 jam kerja.
Syarat-syarat keahlian dan pengetahuan teknik yang diperlukan beberapa
perusahaan industri sangat tinggi. Misalkan yang diperlukan untuk memproduksi
mesin pembangkit listrik tenaga atom, pesawat terbang, penerbangan ruang
angkasa dan konstruksi bejana bertekanan tinggi untuk LNG, juru lasnya harus
memiliki klasifikasi yang tinggi. Banyak sekali juru las ahli yang diperlukan untuk
pekerjaan pemeliharaan, reparasi dan pekerjaan pada pabrik-pabrik yang
memproduksi barang-barang logam, antara lain : ketel uap (boiler), tangki
timbun (storage tank), peralatan air condition, kapal dan lain-lain. Dalam industri
konsrtuksi, antara lain : jembatan, gedung, jalan kereta api, gerbong kereta api
dan lain-lain.
Sebelum seseorang diangkat menjadi juru las ahli harus lulus dalam test
sertifikasi yang dipersyaratkan untuk dapat memiliki sertifikat/lisensi untuk
tingkat keahlian yang dikehendaki. Sertifikat mempunyai tingkat-tingkat sesuai
dengan tingkat keahliannya, seperti halnya para pemegang SIM. Juru las ahli
biasanya di test rutin setiap 6 bulan sekali untuk dapat memperpanjang waktu
berlakunya sertifikat.

Anda mungkin juga menyukai