LABORATORIUM METALURGI I
PENGELASAN SMAW
Disusun oleh :
Nama Praktikan : Aditya Rahman
NPM : 3334190060
Kelompok : 28
Rekan : 1. Ahmad Riqi Priyadi
: 2. Raden Muhammad Admiral I.
Tanggal Praktikum : 25 September 2021
Tanggal Pengumpulan Lap. : 1 Oktober 2021
Asisten : Mochamad Afriansyah Zunaidi
1 Oktober 2021
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………...ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………...v
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….vi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………....vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………... 1
1.2 Tujuan Percobaan………………………………………………...1
1.3 Batasan Masalah………………………………………………….1
1.4 Sistematika Penulisan…………………………………………….2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teknik Pengelasan………………………………………………. 3
2.2 Macam-macam Pengelasan...…………………………………… 4
2.2.1 Pengelasan Busur………………………………………….4
2.2.2 Pengelasan Gas…………………………………………….7
2.3 Elektroda…………………………………………………………8
2.4 Filler Metal………………………………………………………8
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Diagram Alir…………………………………………………….10
3.2 Alat dan Bahan…………………………………………………. 11
3.2.1 Alat-alat yang Digunakan……………………………….11
3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan…………………………..12
3.3 Prosedur Percobaan……………………………………………. 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan…………………………………………………13
4.2 Pembahasan……………………………………………………..13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan…………………………………………………….. 19
5.2 Saran…………………………………………………………….19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
LAMPIRAN A. CONTOH PERHITUNGAN……………………………………21
LAMPIRAN B. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS……….23
LAMPIRAN C. BLANGKO PERCOBAAN…………………………………….32
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Data Massa dan Koefisien Deposit………………………………13
Tabel 4.2 Data Hasil Pengelasan……………………………………………13
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan………………………………………….10
Gambar 4.1 Diagram batang Kuat Arus terhadap Heat Input…………………16
Gambar 4.2 Diagram Batang Kuat Arus terhadap Kecepatan Pengelasan……..17
Gambar 4.3 Diagram Hubungan Kuat Arus terhadap Koefisien Leleh
Elektoda…………………………………………………………..20
Gambar 4.4 Grafik Nisbah Konsentrasi dengan Recovery……………………..20
Gambar B.1 Air Classifier……………………………………………………...32
Gambar B.2 Spiral Classifier…………………………………………………..33
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran A. Contoh Perhitungan………………………………………………...22
Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus……………………………24
Lampiran C. Blangko Percobaan…………………………………………………33
vii
BAB I
PENDAHULUAN
variabel dimana variabel pertama ialah variabel bebas dan variabel kedua ialah
variabel terikat. Variabel bebas pada praktikum ini ialah kutub pada elektroda,
besarnya tegangan, dan waktu. Dan variabel terikatnya adalah massa akhir pelat.
berdasarkan cara kerja dapat dibagi dalam tiga kelas utama, yaitu:
1. Pengelasan cair. Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana
sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari
busur listrik atau semburan api yang terbakar.
2. Pengelasan tekan. Pengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana
sambungan dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu.
3. Pematrian. Pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan
diikat dan disatukan dengan menggunakan paduan logam yang
menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah.
Dalam cara ini logam induk tidak turut mencair.
mm) atau kurang. Kelemahan dari elektroda bentuk batang ini ialah
selama pengoperasiannya harus diganti secara periodik sehingga
memperkecil waktu busur dalam pengelasan. Elektroda bentuk
kawat memiliki kelebihan bahwa pengumpanan dapat dilakukan
secara kontinu karena kawat memiliki ukuran jauh lebih panjang
dibandingkan dengan elektroda bentuk batang. Baik elektroda
bentuk batang maupun bentuk kawat, keduanya sama-sama
diumpankan ke busur listrik selama proses dan ditambahkan ke
sambungan lasan sebagai logam pengisi. Sedangkan pada elektroda
tak terumpan terbuat dari bahan tungsten atau kadang-kadang dari
bahan grafit yang dapat tahan terhadap peleburan oleh busur.
Walaupun elektroda ini tidak diumpankan, tetapi secara bertahap
akan menipis selama proses pengelasan, mirip dengan keausan
bertahap pada perkakas pemotong dalam operasi permesinan.
Untuk proses pengelasan busur yang menggunakan elektroda tak
terumpan, logam pengisi harus diumpankan secara terpisah ke zona
lasan [1].
b. Pelindung busur
Pada suhu tinggi, logam yang disambung sangat mudah
bereaksi dengan oksigen, nitrogen, dan hidrogin dalam udara
bebas. Reaksi ini dapat memperburuk sifat mekanis sambungan
lasan. Untuk melindungi pengelasan dari pengaruh yang tidak
diinginkan tersebut, digunakanlah gas pelindung dan/atau fluks
untuk menutup ujung elektroda, busur, dan genangan lasan cair,
sehingga tidak berhubungan secara langsung dengan udara luar
sampai logam lasaan tersebut menjadi padat [1].
c. Gas pelindung
Gas pelindung yang digunakan merupakan golongan gas mulia
seperti argon dan helium. Dalam pengelasan logam ferrous yang
dilakukan dengan pengelasan busur, dapat menggunakan gas
oksigen dan gas karbon dioksida yang biasanya dikombinasikan
6
dengan gas argon dan/atau gas helium untuk melindungi lasan dari
udara luar atau untuk mengendalikan bentuk lasan [1].
d. Fluks
Fluks pada pengelasan biasanya berfungsi sebagai pencegahan
terbentuknya oksida dan pengotoran lainnya. Selama proses
pengelasan, fluks melebur dan menjadi terak cair, menutup operasi
dan melindungi logam lasan lebur. Terak akan mengeras setelah
pendinginan dan harus dilepaskan dengan cara dipecahkan. Fluks
biasanya diformulasikan untuk melakukan beberapa fungsi, seperti
memberikan perlindungan pengelasan terhadap pengaruh udara
luar, untuk menstabilkan busur, dan untuk mengurangi terjadinya
percikan. Metode pemakaian fluks berbeda untuk setiap proses.
Teknik pemberian fluks dapat dilakukan dengan cara menuangkan
butiran fluks pada operasi pengelasan, menggunakan elektroda
batang yang dibungkus dengan fluks dan fluks tersebut akan
melebur selama pengelasan untuk menutup operasi, dan
menggunakan fluks yang ditempatkan dalam inti elektroda tabular
dan fluks dilepaskan pada saat elektroda diumpankan [1].
Gas tungsten arc welding (GTAW) atau tungsten inert gas (TIG).
Pada pengelasan GTAW, filler metal diisi oleh filler wire. Hal ini
disebabkan oleh elektroda GTAW, yakni tungsten merupakan elektroda
tak terumpan pada pengelasan ini. Filler metal yang digunakan mirip
dengan logam yang akan dilas sehingga fluks tidak digunakan pada
pengelasan ini. Selain itu gas pelindung pada pengelasan ini berupa gas
argon, gas helium, ataupun campuran dari keduanya [3].
Jenis aliran listrik yang dipakai pada pengelasan GTAW ini dapat
berupa arus AC ataupun pada arus DC tergantung dari material benda yang
akan dilas. Pada arus AC, pengelasan ini digunakan untuk mengelas benda
berbahan alumunium dan magnesium karena arus AC dapat
menghilangkan oksida dan meningkatkan kualitas las. Material berbahan
dasar torium dan zirkonium dapat ditingkatkan karakteristik emisi
7
(oxyasetylene welding, OAW) atau biasa disebut dengan las karbit [5].
2.3 Elektroda
Elektroda pada proses pengelasan busur listrik memiliki fungsi sebagai
penghantar arus listrik dari katoda ke anoda. Pada pengelasan non-consumable
electrodes, elektroda yang dipakai tidak akan mengalami proses pencairan.
Sedangkan pada pengelasan consumable electrodes, elektroda yang dipakai akan
mengalami proses pencairan sehingga juga memiliki peran sebagai filler metal.
Elektroda yang dipakai pada pengelasan consumable electrodes memiliki beberapa
kriteria tertentu seperti memiliki kekuatan yang setara dengan base metal, dapat
menghantarkan arus listrik (baik arus AC ataupun DC), dan terlindungi dari reaksi
kimia selama penyimpanannya [4].
Pelindung elektroda biasanya terbuat dari bahan yang seperti clay yang
mencakup pengikat silikat dan bahan bubuk seperti senyawa-senyawa oksida,
karbonat, fluorida, paduan logam selulosa kapas, dan wood flour. Lapisan
pelindung ini bersifat brittle dan mengambil peranan yang kompleks saat proses
pengelasan berlangsung. Peranan yang dimiliki oleh pelindung elektroda berupa
dapat menyetabilkan busur, menghasilkan gas yang dapat bertindak sebagai
pelindung proses pengelasan terhadap lingkungan sekitarnya, dapat mengendalikan
kecepatan leleh elektroda, dapat menambahkan sifat sambungan dengan cara
menambahkan elemen paduan ke zona lasan. Lapisan elektroda atau fluks pada
lintasan pengelasan dibersihkan dengan menggunakan kawat baja [4].
oksida, fluks, dan bahan pelapis elektroda) melindungi genangan cair logam
terhadap oksidasi saat mendingin [4].
BAB III
METODE PERCOBAAN
Stopwatch disiapkan
Data Pengamatan
Pembahasan Literatur
Kesimpulan
Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan
13. Timbangan
3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan
Berikut ini adalah bahan-bahan yang akan digunakan pada
percobaan kali ini.
1. Elektroda las
2. Pelat logam
4.2 Pembahasan
Pengelasan merupakan salah satu jenis penyambungan diantara
penyambungan yang lain seperti baut dan keling. Perbedaan diantara keduanya
ialah pengelasan membutuhkan perhatian yang khusus, seperti jenis pengelasan,
klasifikasi pengelasan, dan karakteristiknya. Sedangkan pada pengertian lainnya
adalah las merupakan suatu proses dimana bahan dengan jenis yang sama
digabungkan menjadi satu sehingga terbentuk suatu sambungan melalui ikatan
kimia yang dihasilkan dari pemakaian panas dan tekanan [1]. Proses pengelasan ini
sendiri adalah proses penyambungan dimana sebagian material pada base metal
14
kekuatan tarik dari elektroda sebesar 60 ksi. Kemudian angka ketiga memiliki
makna sebagai posisi pengelasan. Karena angka ketiga pada elektroda memiliki
nomor 1, maka elektroda dapat digunakan dalam berbagai posisi pengelasan.
Kemudian angka yang terakhir, yakni 3, memiliki makna bahwa elektroda ini
memiliki jenis fluks berupa high titania potassium, alur las yang halus, penetrasinya
dalam, tidak terjadi undercut, dan slag pada umumnya dapat terlepas dengan
sendirinya.
Praktikum ini dimulai dengan menyiapkan pelat logam dan elektroda yang
akan digunakan. Karena praktikum pengelasan SMAW ini akan dilakukan
sebanyak 3 kali, maka masing-masing pelat dan elektroda disiapkan sebanyak 3
buah. Kemudian, pelat dan elektroda ditimbang dengan menggunakan neraca
digital. Penimbangan pelat logam dan elektroda ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar massa pelat dan elektroda sebelum digunakan. Setelah melakukan
penimbangan, didapatkanlah massa pelat logam sebesar 435,4 gram; 443,5 gram;
dan 448 gram. Kemudian massa elektroda yang didapatkan sebesar 20,794 gram;
20,663 gram; dan 20,807 gram. Tahapan yang berikutnya adalah memasangkan
rangkaian pengelasan. Karena arus listrik yang digunakan adalah arus DC, maka
tahap ini bertujuan untuk menentukan polaritas dari pengelasan. Polaritas pada
praktiku pengelasan SMAW kali ini adalah DCEN atau Direct Current Electrode
Negatif dimana batang elektroda akan dipasangkan pada sumber arus dengan kutub
negatif. Kemudian yang berikutnya, mesin las SMAW diatur pada arus sebesar 60
A pada percobaan pertama, 70 A pada percobaan kedua, dan 80 A pada percobaan
ketiga. Tahapan mengatur besarnya kuat arus yang berbeda-beda pada setiap
percobaan ini berguna untuk mengetahui seberapa besar pengaruh arus listrik
terhadap proses pengelasan. Kemudian yang berikutnya adalah menentukan alur
pengelasan dengan menggunakan kapur tulis. Penggunaan kapur tulis sebagai
media tulis untuk menggambar alur las supaya operator pengelasan dapat dengan
mudah melihat alur las dari balik kacamata las yang berwarna hitam. Kemudian
melakukan proses pengelasan. Pada proses pengelasan ini, disiapkan stopwatch
dengan tujuan untuk mengetahui seberapa lama waktu yang digunakan untuk
mengelas benda kerja. Setelah proses pengelasan selesai dan mendapatkan seberapa
16
lama waktu yang diperlukan untuk mengelas, dilakukan pencatatan terhadap lama
waktu pengelasan. Pencatatan ini berguna untuk menyimpan data supaya dapat
menjadi bukti konkrit dan data untuk perhitungan dalam percobaan. Lalu tahapan
yang berikutnya adalah membiarkan pelat logam di udara terbuka. Hal ini dilakukan
untuk mengeringkan pelat sesudah proses pengelasan selesai dilakukan. Kemudian
pelat dan elektroda ditimbang kembali untuk mengetahui massa akhirnya.
Mekanisme pengelasan SMAW ini dimulai dari saat elektroda dan meja
kerja yang sudah sama-sama tersambung dengan mesin las SMAW dimana
elektroda tersambung dengan kutub negatif dan benda kerja tersambung dengan
kutub positif. Kemudian elektroda dikenai pada benda kerja sehingga proses
pengelasan dapat terjadi sehingga benda kerja dan elektroda mulai mencair.
Lelehan logam yang terbentuk akan mendingin dengan sendirinya di udara terbuka.
Lalu fluks yang meleleh pada proses pengelasan ini akan membentuk slag dimana
slag ini berisi impurities pada benda kerja di sekitar daerah pengelasan. Tidak hanya
itu, fluks yang mencair ini juga menjadi menghasilkan gas CO2 dimana gas ini
berguna untuk melindungi logam lasan dari udara luar sehingga tidak terjadi reaksi
oksidasi.
Setelah melakukan percobaan ini, didapatkan nilai heat input pada pelat I
sebesar 3,1842 kJ/ menit. Kemudian pada pelat II didapatkan heat input sebesar
3,34775 kJ/menit. Lalu pada pelat III, heat input yang digunakan sebesar
5,01798165 kJ/menit. Menurut literatur, besar kuat arus listrik yang digunakan
untuk pengelasan dapat mempengaruhi kekerasan, tegangan Tarik, dan susunan
struktur mikro dari setiap spesimen. Oleh karena itu, besar kuat arus dapat
mempengaruhi banyaknya heat input pada percobaan kali ini. Hal ini dapat
diketahui dari diagram yang terdapat pada Gambar 4.1.
17
Selain itu, besarnya kuat arus ini juga memiliki pengaruh kepada
kecepatan pengelasan dalam percobaan ini. Hal ini dapat diketahui dari percobaan
pertama yang menggunakan 60 A mempunyai kecepatan las sebesar 0,26086957
mm/detik. Sedangkan pada pecobaan yang kuat arusnya sebesar 70 A menghasilkan
0,23076923 mm/detik dan pada pecobaan ketiga yang kuat arusnya sebesar 80 A
menghasilkan 0,19464286 mm/detik. Dari percobaan ini dapat diketahui bahwa
besarnya kuat arus yang digunakan dapat mempengaruhi kecepatan pengelasan.
Semakin kecil kuat arusnya, maka semakin lambat kecepatan lasnya. Demikian
pula sebaliknya, semakin besar kuat arusnya, semakin lambat pula kecepatan
lasnya. Untuk megetahui pengaruh kuat arus dengan kecepatan lasnya dapat dilihat
dari Gambar 4.2.
0,3
Ppengelasan (mm/det)
0,2
Kecepatan
0,1
0
60 70 80
Kuat Arus (Ampere)
Karena kuat arus yang digunakan berbeda-beda, maka koefisien leleh dari
elektroda juga berbeda-beda. Besar koefisien leleh pada percobaan pertama
diketahui sebesar 0,00384565 g/A.det. Sedangkan pada percobaan kedua
didapatkan koefisiennya sebesar 0,00262775 g/A.det. Kemudian pada percobaan
ketiga didapatkan sebesar 0,00254353 g/A.det. Setelah mendapatkan semua data,
dapat diketahui seberapa besar pengaruh kuat arus terhadap besar koefisien leleh
elektroda dapat dilihat pada Gambar 4.3.
0,0045
Koef. Leleh Elektroda (α p)
0,004
0,0035
0,003
0,0025
0,002
0,0015
0,001
0,0005
0
60 70 80
Kuat Arus (Ampere)
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat dilihat cacat las berupa cacat
porositas. Cacat porositas ini adalah kecenderungan suatu material untuk menjebak
gelembung gas saat proses pengelasan. Dengan adanya cacat ini dapat
menghasilkan logam lasan yang lemah dan tidak baik digunakan. Hal yang
membuat cacat ini terjadi adalah udara yang masuk saat proses pengelasan. Cacat
seperti ini merupakan jenis cacat yang sering terjadi pada pengelasan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan reaksi kalsinasi pada kali ini, dapat diketahui bahwa:
1. Pada 60 Ampere menghasilkan 0,26086957 mm/detik dimana hasil ini
paling tinggi jika ditinjau dari hasil kecepatan las.
5.2 Saran
Dari percobaan ini, saran yang dapat dibagikan ialah
1. Proses pengelasan dilakukan dengan hati-hati supaya tidak terjadi
kecelakaan dalam percobaan
DAFTAR PUSTAKA
[4] Cary H.B, Modern Welding Technology Sixth Edition, New Jersey: Prentice
Hall, 2004.
[7] Nursahid Mr, Teknik Las SMAW - Komponen dan Prosedur Pengelasan yang
Baik, 06 Februari 2016, [Online]. Tersedia:
https://www.cnzahid.com/2016/06/teknik-las-smaw-komponen-
danprosedur.html [Diakses: 28 September 2021]
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN
21
L
S=
t
1. SI = 12/46
= 0,26086957 mm/s
2. SII = 12/52
= 0,23076923 mm/s
3. SIII = 10,9/56
= 0,19464286 mm/s
∆GP
v=
t
1. vI = 10,614/46
= 0,2307391 g/s
2. vII = 9,565/52
= 0,1839423 g/s
3. vIII = 11,395/56
= 0,2034821 g/s
I × v ×0,06
Q=
S
1. QI = 60 x 0,2307391 x 0,06/0,26086957
= 3,1842 kJ/menit
2. QII = 70 x 0,1839423 x 0,06/0,23076923
= 3,34775 kJ/menit
3. QIII = 80 x 0,2034821 x 0,06/0,19464286
= 5,01798165 kJ/menit
LAMPIRAN B
JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS
24
3
2 2
1 1
Jawab:
Berikut merupakan keterangan dari gambar di atas:
1) Logam induk, yaitu logam yang akan disatukan dan logam tempat
las diendapkan.
2) Root Gap, yaitu celah antara pelat yang disiapkan dari lasan bawah.
3) Root face, yaitu bidang datar yang diajukan atau tanah di tepi tajam
preparasi vee.
4) Bevel angle, yaitu sudut salah satu pelat yang akan di-las.
5) Included angle, yaitu gabungan atau total dari dua sudut bevel angle.
Jawab:
Cara memilih elektroda yang baik yaitu dengan cara memperhatikan base
metal yang digunakan. Memperhatikan arus pengelasan yang akan
digunakan. Memperhatikan ketebalan dan bentuk benda kerja.
11. Sebutkan dan jelaskan minimal lima jenis cacat las serta cara
menanggulangi cacat-cacat tersebut!
Jawab:
a. Takik las, solusinya adalah mengecilkan arus listrik, samakan
panjang busur dengan filler, dan pertahankan sudut dan kurangi
kecepatan.
b. Lipatan, solusinya adalah membesarkan arus listrik, serta
mempertahankan sudut dan kurangi kecepatan.
29
1F 2F 3F 4F
1G 2G 3G 4G
1G 2G 5G 6G
I ØE L S T Q
t (detik) v (g/det)
Pelat (Ampere) (mm) (mm) (mm/det) (mm) (kJ/menit)
Keterangan :
∆GH = Selisih massa pelat (g) I = Arus listrik (A)
GH0 = Massa pelat awal (g) ØE = Diameter elektroda (mm)
GH1= Massa pelat akhir (g) L = Panjang hasil lasan (mm)
αH= Koefisien deposit metal las (g/A.det) t = Waktu pengelasan (det)
GP0 = Massa elektroda awal (g) S = Kecepatan pengelasan (mm/det)
GP1 = Massa elektroda akhir (g) T = Panjang elektroda sisa (mm)
∆GP = Selisih massa elektroda (g) v = Laju Lelehan Elektroda (g/det)
αρ = Koefisien deposit elektroda las (g/A.det) Q = Heat Input (kJ/menit)