LABORATORIUM METALURGI I
KOROSI GALVANIK
Disusun oleh :
Nama Praktikan : Giana Trinovita
NPM : 3334130282
Kelompok : 23
Rekan : 1. Falih Aliyun F.O
2. Sesar Bastian
Tanggal Praktikum : 4 November 2015
Tgl. Pengumpulan Lap : 6 November 2015
Asisten : Maulana Rakhman
(Maulana Rakhman)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ........................ ................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan Percobaan ............................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah .............................................................................. 2
1.4 Sistematika Penulisan ...................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Korosi .............................................................................................. 3
2.1.1 Bentuk Korosi ....................................................................... 4
2.2 Korosi Galvanik .............................................................................. 7
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Korosi Galvanik ................................. 8
2.4 Jenis-Jenis Korosi Galvanik .......................................................... 10
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Percobaan ............................................................... 12
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................. 13
3.3 Prosedur Percobaan ...................................................................... 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan ............................................................................ 15
4.2 Pembahasan .................................................................................. 16
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 19
5.2 Saran .............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20
LAMPIRAN
Lampiran A. CONTOH PERHITUNGAN ...................................................... 21
Lampiran B. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS ........... 24
Lampiran C. GAMBAR ALAT DAN BAHAN .............................................. 28
Lampiran D. BLANGKO PERCOBAAN ....................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Korosi
Korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektro kimia dengan
lingkungannya. Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat
alamiah dan berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat
dicegah atau dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau
diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses perusakannya. Dilihat dari
aspek elektrokimia, korosi merupakan proses terjadinya transfer elektron dari
logam ke lingkungannya. Logam berlaku sebagai sel yang memberikan elektron
(anoda) dan lingkungannya sebagai penerima elektron (katoda). Reaksi yang
terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah reaksi oksidasi, dimana atom-
atom logam larut kelingkungannya menjadi ion-ion dengan melepaskan elektron
pada logam tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion dari
lingkungan mendekati logam dan menangkap elektron-elektron yang tertinggal
pada logam.
Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan – bahan
logam yang pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan
logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen. Contoh yang
paling umum, yaitu kerusakan logam besi dengan terbentuknya karat oksida.
Dengan demikian, korosi menimbulkan banyak kerugian. Korosi logam
melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion dengan melepaskan
elektron ke dalam (permukaan) logam dan proses katodik yang mengkonsumsi
electron tersebut dengan laju yang sama : proses katodik biasanya merupakan
reduksi ion hidrogen atau oksigen dari lingkungan sekitarnya. (Susilowati,2007)
2.1.1 Bentuk Korosi
Korosi terdapat beberapa jenis atau bentuknya, yaitu antara lain
(Susilowati,2007) :
a. Korosi Merata
Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh
permukaan logam, oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi
merata akan terjadi pengurangan dimensi yang relatif besar per satuan
waktu. Kerugian langsung akibat korosi merata berupa kehilangan material
konstruksi, keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan akibat produk
korosi dalam bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan. Sedangkan
kerugian tidak langsung, antara lain berupa penurunan kapasitas dan
peningkatan biaya perawatan (preventive maintenance).
b. Korosi Atmosfer
Korosi ini terjadi akibat proses elektrokimia antara dua bagian benda
padat khususnya metal besi yang berbeda potensial dan langsung
berhubungan dengan udara terbuka.
c. Korosi Sumuran
Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang
terbuka akibat pecahnya lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini
diawali dengan pembentukan lapisan pasif dipermukaannya, pada antar
muka lapisan pasif dan elektrolit terjadi penurunan pH, sehingga terjadi
pelarutan lapisan pasif secara perlahan-lahan dan menyebabkan lapisan
pasif pecah sehingga terjadi korosi sumuran. Korosi sumuran ini sangat
berbahaya karena lokasi terjadinya sangat kecil tetapi dalam, sehingga
dapat menyebabkan peralatan atau struktur patah mendadak.
d. Korosi Pelarut Selektif
Korosi pelarutan selektif ini menyangkut larutnya suatu komponen dari
zat paduan yang biasa disebut pelarutan selektif (Selective Dissolution)
atau de alloying. Zat komponen yang larut selalu bersifat anodik terhadap
komponen yang lain. Walaupun secara visual tampak perubahan warna
pada permukaaan paduan namun tidak tampak adanya kehilangan materi
berupa takik, perubahan dimensi, retak atau alur. Bentuk permukaan
tampaknya tetap tidak berubah termasuk tingkat kehalusan/kekasarannya.
Namun sebenarnya berat bagian yang terkena jenis karat ini menjadi
berkurang, berpori-pori dan yang terpenting adalah kehilangan sifat
mekanisnya menjadi getas dan mempunyai kekuatan tarik sangat rendah.
e. Korosi celah
Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua
komponen. Mekanisme terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi
korosi merata diluar dan didalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam
dan reduksi oksigen. Pada suatu saat oksigen (O2) di dalam celah habis,
sedangkan oksigen (O2) diluar celah masih banyak, akibatnya permukaan
logam yang berhubungan dengan bagian luar menjadi katoda dan
permukaan logam yang didalam celah menjadi anoda sehingga terbentuk
celah yang terkorosi.
f. Korosi Erosi
Korosi erosi ialah proses perusakan pada permukaan logam yang
disebabkan oleh aliran fluida yang sangat cepat. Korosi erosi dapat
dibedakan pada 3 kondisi, yaitu kondisi aliran laminar, kondisi aliran
turbulensi dan kondisi peronggaan.
g. Korosi Retak
Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik
(corrosion fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen
(corrosion induced hydrogen) adalah bentuk korosi dimana material
mengalami keretakan akibat pengaruh lingkungannya. Korosi retak tegang
terjadi pada paduan logam yang mengalami tegangan tarik statis
dilingkungan tertentu, seperti baja tahan karat sangat rentan terhadap
lingkungan klorida panas, tembaga rentan dilarutan amonia dan baja
karbon rentan terhadap nitrat. Korosi retak fatik terjadi akibat tegangan
berulang di lingkungan korosif. Sedangkan korosi akibat pengaruh
hidogen terjadi karena berlangsungnya difusi hidrogen kedalam kisi
paduan.
h. Korosi Intergranular
Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan
logam akibat terjadinya reaksi antar unsur logam tersebut di batas
butirnya. Seperti yang terjadi pada baja tahan karat austenitik apabila
diberi perlakuan panas. Pada temperatur 425 – 815oC karbida krom akan
mengendap di batas butir. Dengan kandungan krom dibawah 10 %, di
daerah pengendapan tersebut akan mengalami korosi dan menurunkan
kekuatan baja tahan karat tersebut.
i. Korosi Galvanik
Korosi ini terjadi karena proses elektro kimiawi dua macam logam
yang berbeda potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit sama.
Dimana elektron mengalir dari logam kurang mulia (Anodik) menuju
logam yang lebih mulia (Katodik).
Melakukan Pengenceran
NaCl 3%
Data pengamatan
Pembahasan Literatur
Kesimpulan
4.2 Pembahasan
Setelah melakukan percobaan dan pengamatan, didapatkan grafik yang
dihasilkan dari percobaan ini berdasarkan data yang didapat, berikut ini grafik
yang terdapat pada gambar 4.1.
0.14
0.12
Laju Korosi (Volt/menit)
0.1
0.08
Cu-Zn
0.06
Cu-Pb
0.04 Pb-Zn
0.02
0
0 2 4 6 8 10
Waktu (menit)
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara waktu terhadap laju korosi pada Cu-Zn, Cu
Pb dan Pb-Zn
Pada gambar 4.1 terdapat tiga buah kurva, yaitu kurva pada logam Cu-Zn,
Cu-Pb dan Pb-Zn. Berdasarkan grafik dapat disimpulkan bahwa semakin lama
waktu pencelupan, maka laju korosi akan semakin cepat. Hal ini dapat diatasi
dengan bertambahnya jarak pertemuan kedua logam tersebut agar laju korosi
berkurang. Jadi, peristiwa ini dipengaruhi oleh jarak. Pengaruh jarak ini
tergantung pada konduktivitas larutan dan korosi galvanik dapat diketahui dengan
adanya serangan korosi lokal pada daerah dekat pertemuan logam.
. Pengamatan pada logam Cu-Zn, Logam Cu memilki E°= +0,34 volt dan
logam Zn memiliki Eo= -0,76 volt sehingga E° redoksnya = 1,1 volt. Dari data
tersebut dapat dikatakan bahwa logam Cu sebagai katoda akan mengalami reduksi
dan logam Zn sebagai anoda mengalami oksidasi. Pada saat kedua logam tersebut
disambungkan pada multitester dengan menggunakan kabel penghubung dan
dicelupkan ke larutan NaCl 3%, maka didapatkan hasil data sebagai berikut. Hasil
pengamatan pada menit ke 2 E korosi = 0,862 volt, pada menit ke 5 E korosi =
0,870 volt dan pada menit ke 8 E korosi = 0,863 volt sehingga didapatkan E rata-
rata = 0,865. Dan dari hasil pengamatan didapatkan ΔE = 0,235 volt yang
merupakan hasil tertinggi dibandingkan pada logam Cu-Pb dan Pb-Zn. Serta laju
korosi yang terjadi pada menit ke 2 = 0,117 volt/menit, pada menit ke 5 = 0,047
volt/menit dan pada menit ke 8 = 0,029 volt/menit. Dan laju korosi rata-ratanya
dengan laju tertinggi yaitu sebesar 0,064 volt/menit sehingga mudah terkena
korosi.
Hasil pengamatan pada logam Cu-Pb dihasilkan sebagai berikut. Logam
Cu memilki E°= +0,34 volt dan logam Pb memiliki Eo= -0,13 volt sehingga E°
redoksnya = 0,47 volt. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa logam Cu
sebagai katoda akan mengalami reduksi dan logam Pb sebagai anoda mengalami
oksidasi. Pada saat kedua logam tersebut disambungkan pada multitester dengan
menggunakan kabel penghubung dan dicelupkan ke larutan NaCl 3%, maka
didapatkan hasil data sebagai berikut. Hasil pengamatan pada menit ke 2 E korosi
= 0,299 volt, pada menit ke 5 E korosi = 0,253 volt dan pada menit ke 8 E korosi
= 0,274 volt sehingga didapatkan E rata-rata = 0,275. Dan dari hasil pengamatan
didapatkan ΔE = 0,195 volt yang merupakan hasilnya lebih tinggi dibandingkan
pada logam Pb-Zn yaitu dengan ΔE = 0,483 volt yang seharusnya hasilnya lebih
rendah dari Pb-Zn. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh jarak, bahwa semakin
lama waktu pencelupan maka laju korosi akan semakin cepat. Dan peristiwa ini
dapat diatasi dengan bertambahnya jarak pertemuan kedua logam tersebut agar
laju korosi berkurang. Serta juga dapat disebabkan oleh alat multitester yang
beroperasi dengan kurang baik. Laju korosi yang terjadi pada menit ke 2 = 0,097
volt/menit, pada menit ke 5 = 0,039 volt/menit dan pada menit ke 8 = 0,024
volt/menit. Dan laju korosi rata-ratanya yaitu sebesar 0,053 volt/menit.
Pengamatan pada logam Pb-Zn, Logam Pb memiliki E°= -0,13 volt dan
logam Zn memiliki Eo= -0,76 volt sehingga E° redoksnya = 0,63 volt. Dari data
tersebut dapat dikatakan bahwa logam Pb sebagai katoda akan mengalami reduksi
dan logam Zn sebagai anoda mengalami oksidasi. Pada saat kedua logam tersebut
disambungkan pada multitester dengan mengggunakan kabel penghubung dan
dicelupkan ke larutan NaCl 3%, maka didapatkan hasil data sebagai berikut. Hasil
pengamatan pada menit ke 2 E korosi = 0,440 volt, pada menit ke 5 E korosi =
0,495 volt dan pada menit ke 8 E korosi = 0,515 volt sehingga didapatkan E rata-
rata = 0,483. Dan dari hasil pengamatan didapatkan ΔE = 0,147 volt yang
merupakan hasilnya terendah dibandingkan pada logam Cu-Zn dan Cu-Pb. Serta
laju korosi yang terjadi pada menit ke 2 = 0,073 volt/menit, pada menit ke 5 =
0,029 volt/menit dan pada menit ke 8 = 0,018 volt/menit. Dan laju korosi rata-
ratanya dengan laju terendah yaitu sebesar 0,04 volt/menit sehingga tidak mudah
terkena korosi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan oleh praktikan didapatkan
kesimpulan :
1. Laju korosi Cu-Zn lebih besar dibandingkan laju korosi pasangan logam
lainnya, sehingga Cu-Zn lebih mudah terkena korosi dan laju korosi Pb-Zn
lebih rendah dibandingkan logam lainnya sehingga Pb-Zn lebih tidak
mudah terkena korosi.
2. Semakin lama waktu pencelupan di larutan elektrolit kepada masing-
masing pelat logam maka nilai laju akan menjadi semakin lambat, hal ini
disebabkan anoda yang dilapisi katoda sudah mengalami titik jenuh.
3. Laju korosi antara dua material salah satunya dipengaruhi oleh jarak, yaitu
pada peletakkan kedua pelat. Jika semakin dekat kedua logam maka
semakin besar laju korosi yang terjadi dan sebaliknya.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan praktikan dalam melakukan
praktikum yaitu :
1. Pada saat pencelupan sebaiknya pasangan logam jangan saling
bersentuhan.
2. Sebaiknya meningkatkan ketelitian dalam melakukan pengamatan baik
dalam melihat hasil dari alat maupun perhitungan yang dilakukan pada
saat praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, IGA Kade., Suarsana, IK. “Prediksi Laju Korosi Dengan Perubahan
Besar Derajat Deformasi Plastis Dan Media Pengkorosi Pada Materia
Baja Karbon”. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Universitas Udayana. 2007;
12 : 1-8.
Susilowati, Endang.Sains Kimia Prinsip dan Terapannya. 2007. Solo:Tiga
Serangkai.
Yustanti,Erlina. Diktat Kimia Dasar. 2011. Cilegon: Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
Ika, Imam, Heri. “Studi Perbandingan Laju Korosi Dengan Variasi Cacat Coating
Pada Pipa Api 5l Grade X65 Dengan Media Korosi Nacl”. Jurnal
Ilmiah Teknik Perkapalan dan Kelautan ITS. 2010.
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN
Jawaban Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan korosi galvanik?
Jawab :
Korosi galvanik adalah jenis korosi yang terjadi ketika dua buah logam
atau paduan yang berbeda, saling kontak atau bersentuhan dalam suatu
larutan elektrolit. Elektrolit dapat berupa larutan air garam, asam atau
basa.
2. Gambarkan secara manual skematik korosi galvanik!
Jawab :
Current Flow (Ionik Conduction)
Anoda Katoda
Studi kasus :
Abstrak:
Pipelines (pipa bawah laut) digunakan untuk berbagai maksud dalam
pengembangan sumber daya hidrokarbon di lepas pantai. Lingkungan laut sangat
korosif dan struktur yang berada di lingkungan yang korosif harus diproteksi
(dilindungi) agar korosi yang terjadi bisa diperkecil. Salah satu proteksi korosi
adalah dengan cara coating. Material yang digunakan adalah API 5L Grade X65
yang dibedakan jenis catnya, yaitu dengan sistem cat 3 lapis yang terdiri dari Zinc
ethyl silicate-epoxy-glass flake epoxy dan system cat 4 lapis yang terdiri dari Zinc
ethyl silicate-epoxy-modified epoxy-polyurethane. Pada setiap sistem cat tersebut
pada permukaannya diberi cacat berupa goresan sebanyak 1 gores dan 2 gores.
Metode yang digunakan untuk menghitung laju korosi adalah dengan
menggunakan sel 3 elektroda. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh laju
korosi sebesar 0.001044 mmpy untuk sistem cat 3 lapis dengan 1 gores (2.8%
cacat), 0.001495 mmpy untuk 2 gores (5.6% cacat), kenaikan laju korosinya
sebesar 30.17%. Sedangkan untuk sistem cat 4 layer dengan 1 gores (2.8% cacat),
laju korosi rata-rata adalah 0.000565 mmpy dan 0.000757 mmpy untuk 2 gores
(5.6% cacat), kenaikan laju korosinya sebesar 25.36%. Analisa permukaan
spesimen yang terkorosi digunakan foto SEM (Scanning Electron Microscope)
dan didapat hasil bahwa secara morfologis permukaan daerah cacat coating yang
terkorosi sudah terdapat inisial korosi.
Dari penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai laju korosi untuk sistem coating 3 lapis dengan persentase cacat
coating 2.8% (1 gores) adalah 0.001044 mmpy, untuk persentase coating
sebesar 5.6% (2 gores) adalah 0.001495 mmpy, sedang nilai laju korosi
untuk sistem coating 4 lapis dengan persentase cacat coating 2.8% (1
gores) adalah 0.000565 mmpy, untuk persentase cacat coating sebesar
5.6% adalah 0.000757 mmpy. Untuk sistem coating 3 lapis, kenaikan cacat
coating sebesar 50% nilai laju korosinya naik sebesar 30.17% sedang
untuk sistem coating 4 lapis, kenaikan cacat coating sebesar 50% nilai laju
korosinya naik sebesar 25,36%.
2. Berdasarkan hasil foto SEM (Scanning Electron Microscope), secara
morfologi permukaan daerah cacat coating yang terkorosi sudah ada inisial
korosi.
LAMPIRAN C
Gambar C.3. Gelas Beker dan spatula Gambar C.4. Pelat logam Cu, Pb ,Zn
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.2 Skematik Mekanisme Korosi Galvanik ........................................ 7
Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan ............................................................... 12
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara waktu terhadap laju korosi ..................... 15
Gambar C.1. Neraca teknis ............................................................................... 26
Gambar C.2. Multitester ................................................................................... 26
Gambar C.3. Gelas Beker dan spatula .............................................................. 26
Gambar C.4. Pelat logam Cu, Pb ,Zn ............................................................... 26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran A. Contoh Perhitungan .................................................................... 21
Lampiran B. Jawaban Pertanyaan Dan Tugas Khusus .................................... 24
Lampiran C. Gambar Alat dan Bahan .............................................................. 28
Lampiran D. Blangko Percobaan ..................................................................... 29