Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM METALURGI I

KOROSI GALVANIK

Disusun oleh :
Nama Praktikan : Giana Trinovita
NPM : 3334130282
Kelompok : 23
Rekan : 1. Falih Aliyun F.O
2. Sesar Bastian
Tanggal Praktikum : 4 November 2015
Tgl. Pengumpulan Lap : 6 November 2015
Asisten : Maulana Rakhman

LABORATORIUM METALURGI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON-BANTEN
2015
LEMBAR PENGESAHAN

Tanggal Masuk Laporan Tanggal Revisi Tanda Tangan

Disetujui untuk Laboratorium Metalurgi FT. UNTIRTA


Cilegon, November 2015

(Maulana Rakhman)
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ........................ ................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan Percobaan ............................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah .............................................................................. 2
1.4 Sistematika Penulisan ...................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Korosi .............................................................................................. 3
2.1.1 Bentuk Korosi ....................................................................... 4
2.2 Korosi Galvanik .............................................................................. 7
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Korosi Galvanik ................................. 8
2.4 Jenis-Jenis Korosi Galvanik .......................................................... 10
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Percobaan ............................................................... 12
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................. 13
3.3 Prosedur Percobaan ...................................................................... 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan ............................................................................ 15
4.2 Pembahasan .................................................................................. 16
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 19
5.2 Saran .............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20
LAMPIRAN
Lampiran A. CONTOH PERHITUNGAN ...................................................... 21
Lampiran B. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS ........... 24
Lampiran C. GAMBAR ALAT DAN BAHAN .............................................. 28
Lampiran D. BLANGKO PERCOBAAN ....................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Korosi galvanik merupakan masalah yang sangat merugikan, apabila dua
logam yang berlainan dan memiliki nilai potensial yang berbeda dalam suatu
lingkungan yang sama dan saling berhubungan langsung maka dapat
menyebabkan timbulnya produk korosi. Produk korosi karena adanya sambungan
dua logam yang berbeda material tersebut adalah salah satu bentuk korosi yang
dapat menjadi bahasan dalam praktikum ini. Pada aplikasinya produk korosi
galvanik dapat terjadi pada pasangan mur dan baut ataupun baling- baling kapal
dan porosnya.
Adanya proses korosi dalam galvanik sangat tidak diharapkan karena
dapat menimbulkan kerugian besar, meskipun sebenarnya proses tersebut tidak
dapat dicegah, tetapi dapat memperlambatnya. Karakteristik korosi galvanik
merupakan sifat penting yang mempengaruhi besarnya ketahanan korosi pada
sambungan dua logam yang berbeda material. Faktor dalam pembentukan produk
korosi galvanik adalah luasan katoda- anoda dan jarak penyerangan kritis terhadap
sambungan pasangan ke dua logam tersebut.
Dalam prosesnya praktikum ini menggunakan media korosi NaCl 3%.
Untuk materialnya menggunakan pelat Pb, Zn dan Cu. Diantara pasangan logam
yang lain, pasangan logam Cu-Zn yang paling cepat laju korosinya serta potensial
tertinggi yaitu masing-masing 0,064 V/menit dan 0,865 V. Serta pasangan logam
dengan laju korosi terlama dan potensial terendah adalah Pb-Zn yaitu masing-
masing 0,147 V/menit dan 0,04 V.

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan percobaaan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui nilai
potensial masing-masing logam yang berbeda dalam media korosif dan untuk
mengetahui korosi galvanik pada logam tersebut.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam praktikum ini terdapat variabel bebas dan terikat.
Dimana variabel bebasnya adalah spesimen yang digunakan yaitu pelat Cu, Pb
dan Zn, serta variasi waktu yang digunakan yaitu 2, 5 dan 8 menit. Sedangkan
variabel terikatnya adalah media korosinya yaitu larutan Nacl 3% serta beda
potensialnya.

1.4 Skematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari lima bab. Bab I menjelaskan
mengenai latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah, dan sistematika
penulisan. Bab II menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang berisi mengenai
teori singkat dari percobaan yang dilakukan, Bab III menjelaskan mengenai
metode penelitian, Bab IV menjelaskan mengenai hasil dan pembahasan, Bab V
menjelaskan mengenai kesimpulan serta saran dari percobaan. Selain itu juga di
akhir laporan terdapat lampiran yang memuat contoh perhitungan, jawaban
pertanyaan dan tugas khusus serta blangko percobaaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Korosi
Korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektro kimia dengan
lingkungannya. Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat
alamiah dan berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat
dicegah atau dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau
diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses perusakannya. Dilihat dari
aspek elektrokimia, korosi merupakan proses terjadinya transfer elektron dari
logam ke lingkungannya. Logam berlaku sebagai sel yang memberikan elektron
(anoda) dan lingkungannya sebagai penerima elektron (katoda). Reaksi yang
terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah reaksi oksidasi, dimana atom-
atom logam larut kelingkungannya menjadi ion-ion dengan melepaskan elektron
pada logam tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion dari
lingkungan mendekati logam dan menangkap elektron-elektron yang tertinggal
pada logam.
Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan – bahan
logam yang pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan
logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen. Contoh yang
paling umum, yaitu kerusakan logam besi dengan terbentuknya karat oksida.
Dengan demikian, korosi menimbulkan banyak kerugian. Korosi logam
melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion dengan melepaskan
elektron ke dalam (permukaan) logam dan proses katodik yang mengkonsumsi
electron tersebut dengan laju yang sama : proses katodik biasanya merupakan
reduksi ion hidrogen atau oksigen dari lingkungan sekitarnya. (Susilowati,2007)
2.1.1 Bentuk Korosi
Korosi terdapat beberapa jenis atau bentuknya, yaitu antara lain
(Susilowati,2007) :
a. Korosi Merata
Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh
permukaan logam, oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi
merata akan terjadi pengurangan dimensi yang relatif besar per satuan
waktu. Kerugian langsung akibat korosi merata berupa kehilangan material
konstruksi, keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan akibat produk
korosi dalam bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan. Sedangkan
kerugian tidak langsung, antara lain berupa penurunan kapasitas dan
peningkatan biaya perawatan (preventive maintenance).
b. Korosi Atmosfer
Korosi ini terjadi akibat proses elektrokimia antara dua bagian benda
padat khususnya metal besi yang berbeda potensial dan langsung
berhubungan dengan udara terbuka.
c. Korosi Sumuran
Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang
terbuka akibat pecahnya lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini
diawali dengan pembentukan lapisan pasif dipermukaannya, pada antar
muka lapisan pasif dan elektrolit terjadi penurunan pH, sehingga terjadi
pelarutan lapisan pasif secara perlahan-lahan dan menyebabkan lapisan
pasif pecah sehingga terjadi korosi sumuran. Korosi sumuran ini sangat
berbahaya karena lokasi terjadinya sangat kecil tetapi dalam, sehingga
dapat menyebabkan peralatan atau struktur patah mendadak.
d. Korosi Pelarut Selektif
Korosi pelarutan selektif ini menyangkut larutnya suatu komponen dari
zat paduan yang biasa disebut pelarutan selektif (Selective Dissolution)
atau de alloying. Zat komponen yang larut selalu bersifat anodik terhadap
komponen yang lain. Walaupun secara visual tampak perubahan warna
pada permukaaan paduan namun tidak tampak adanya kehilangan materi
berupa takik, perubahan dimensi, retak atau alur. Bentuk permukaan
tampaknya tetap tidak berubah termasuk tingkat kehalusan/kekasarannya.
Namun sebenarnya berat bagian yang terkena jenis karat ini menjadi
berkurang, berpori-pori dan yang terpenting adalah kehilangan sifat
mekanisnya menjadi getas dan mempunyai kekuatan tarik sangat rendah.
e. Korosi celah
Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua
komponen. Mekanisme terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi
korosi merata diluar dan didalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam
dan reduksi oksigen. Pada suatu saat oksigen (O2) di dalam celah habis,
sedangkan oksigen (O2) diluar celah masih banyak, akibatnya permukaan
logam yang berhubungan dengan bagian luar menjadi katoda dan
permukaan logam yang didalam celah menjadi anoda sehingga terbentuk
celah yang terkorosi.
f. Korosi Erosi
Korosi erosi ialah proses perusakan pada permukaan logam yang
disebabkan oleh aliran fluida yang sangat cepat. Korosi erosi dapat
dibedakan pada 3 kondisi, yaitu kondisi aliran laminar, kondisi aliran
turbulensi dan kondisi peronggaan.
g. Korosi Retak
Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik
(corrosion fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen
(corrosion induced hydrogen) adalah bentuk korosi dimana material
mengalami keretakan akibat pengaruh lingkungannya. Korosi retak tegang
terjadi pada paduan logam yang mengalami tegangan tarik statis
dilingkungan tertentu, seperti baja tahan karat sangat rentan terhadap
lingkungan klorida panas, tembaga rentan dilarutan amonia dan baja
karbon rentan terhadap nitrat. Korosi retak fatik terjadi akibat tegangan
berulang di lingkungan korosif. Sedangkan korosi akibat pengaruh
hidogen terjadi karena berlangsungnya difusi hidrogen kedalam kisi
paduan.
h. Korosi Intergranular
Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan
logam akibat terjadinya reaksi antar unsur logam tersebut di batas
butirnya. Seperti yang terjadi pada baja tahan karat austenitik apabila
diberi perlakuan panas. Pada temperatur 425 – 815oC karbida krom akan
mengendap di batas butir. Dengan kandungan krom dibawah 10 %, di
daerah pengendapan tersebut akan mengalami korosi dan menurunkan
kekuatan baja tahan karat tersebut.
i. Korosi Galvanik
Korosi ini terjadi karena proses elektro kimiawi dua macam logam
yang berbeda potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit sama.
Dimana elektron mengalir dari logam kurang mulia (Anodik) menuju
logam yang lebih mulia (Katodik).

2.2 Korosi Galvanik


Korosi galvanik adalah jenis korosi yang terjadi ketika dua buah logam
atau paduan yang berbeda, saling kontak atau bersentuhan dalam suatu larutan
elektrolit. Elektrolit dapat berupa larutan air garam, asam atau basa.
Proses korosi ini melibatkan reaksi elektrokimia oksidasi-reduksi
(redoks). Kedua logam yang berada dalam larutan elektrolit akan membentuk
sebuah sel galvanik. Logam yang memiliki nilai potensial elektroda yang lebih
rendah yaitu logam dengan posisi lebih tinggi dalam daftar seri Elektrokimia akan
menghasilkan reaksi anodik atau oksidasi, sedangkan logam yang memiliki nilai
potensial elektroda lebih tinggi atau lebih mulia akan menghasilkan reaksi
katodik atau reduksi pada permukaannya. Perbedaan potensial elektroda antara
kedua logam yang membentuk sel gavanik merupakan penentu daya dorong untuk
terjadinya korosi.
Gambar 2.2 menunjukkan mekanisme reaksi yang terjadi pada korosi
galvanik yang terbentuk oleh adanya hubungan antara dua logam yang memiliki
potensial berbeda. Kedua logam membentuk sel galvanik, dan logam yang
memiliki potensial lebih rendah akan menjadi anoda dan terkorosi, sedangkan
logam yang memiliki potensial lebih tinggi akan berlaku sebagai katoda dan tidak
terkorosi.
Gambar 2.2 Skematik Mekanisme Korosi Galvanik
Masalah korosi galvanik di mulai pada saat perencanaan. Kadang-kadang
penggabungan dua logam yang berbeda terpaksa tidak dapat di hindari. Untuk
mendapatkan gambaran logam-logam atau paduan-paduan yang dapat di
gabungkan untuk meminimumkan terjadinya serangan korosi galvanik, sebagai
langkah awal biasanya di perhatikan deret galvanik.
Deret galvanik adalah daftar potensial korosi dari berbagai logam dan
paduan yang terekspose ke dalam lingkungan yang spesifik. Potensial korosi
dapat di ukur ddengan bantuan elektroda standar (acuan). Deret tersebut adalah
sebagai berikut:
Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, (H), Sb, Bi, Cu,
Hg, Ag, Pt, Au
Deret volta di atas dari kiri ke kanan makin mudah mengalami reduksi
atau sifat oksidator makin kuat, sedangkan dari kanan ke kiri mudah mengalami
oksidasi atau sifat reduktor makin kuat. Logam-logam yang berada di sebelah kiri
atom H mempunyai harga Eº negatif, sedangkan yang di sebelah kanan
mempunyai harga Eº positif. (Yustanti,2011).

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Korosi Galvanik


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi korosi galvanik yaitu
diantaranya : (Suriyadi,2007)
1. Lingkungan
Tingkatan korosi galvanik tergantung pada keagresifan dari
lingkungannya. Pada umumnya logam dengan ketahanan korosi yang lebih rendah
dalam suatu lingkungan berfungsi sebagai anoda. Biasanya baja dan seng
keduanya akan terkorosi akan tetapi jika keduanya dihubungkan maka Zn akan
terkorosi sedangkan baja akan terlindungi.
Pada kondisi khusus, sebagai contoh dalam lingkungan air dengan
temperature 180oF, terjadi hal sebaliknya yaitu baja mengalami korosi sedangkan
Zn terlindungi. Rupanya dalam kasus ini produk korosi pada Zn bertindak sebagai
permukaan yang lebih mulia terhadap baja. Menurut Haney, Zn menjadi kurang
aktif dan potensialnya menjadi kebalikannya jika ada ion-ion penghalang seperti
nitrat, bikarbonat atau karbonat dalam air. Berdasarkan dibeberapa macam kondisi
lingkungan, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Zn bersifat anodik terhadap baja pada semua kondisi
2. Al sifatnya bervariasi
3. Sn selalu bersifat sebagai katodik
4. Ni selalu bersifat sebagai katodik
Korosi galvanik tidak terjadi jika kedua logam benar-benar kering karena
tidak ada elektrolit yang memindahkan arus dintara anoda dan katoda.
2. Jarak
Laju korosi pada umumnya paling besar pada daerah dekat pertemuan kedua
logam. Laju korosi berkurang dengan makin bertambahnya jarak dari pertemuan
kedua logam tersebut. Pengaruh jarak ini tergantung pada konduktivitas larutan
dan korosi galvanik dapat diketahui dengan adanya serangan korosi lokal pada
daerah dekat pertemuan logam.
3. Luas penampang
Yang dimaksud dengan luas penampang elektroda terhadap korosi galvanik
adalah pengaruh perbandingan luas penampang katodik terhadap anodik. Jika luas
penampang katodik jauh lebih besar dari pada katoda. Makin besar rapat arus pada
daerah anoda mengakibatkan laju korosi makin cepat pula. Korosi di daerah
anodik akan menjadi 100-1000 kali lebih besar jika dibandingkan dengan
keseimbangan luas penampang anodik dan katodik.
Contoh lain luas penampang elektroda adalah ratusan tangki penyimpanan
yang besar dipasang pada bagian utama pabrik yang mengalami program
ekspansi. Tangki-tangki yang pertama digunakan adalah terbuat dari baja karbon
dan permukaan dalamnya dilapisi atau dilindungi oleh cat phenolik. Tangki-tangki
ini dapat digunakan dengan baik untuk beberapa tahun. Akan tetapi lama
kelamaan lapisan cat bagian bawah rusak dan menyebabkan terjadinya
kontaminasi. Oleh karena itu tangki-tangki yang baru, bagian bawahnya
dilengkapi dengan stainless steel yang melindungi baja karbon (stainless steel-
clad carbon steel) untuk pemakaian yang lebih baik dan mengurangi biaya
perawatan. Kemudian cat pelapis pheonik juga diberikan di seluruh permukaan-
permukaan dinding tangki sedangkan bagian bawah tangki yang dilapisi stainless
steel tidak diberi lapisan cat karena mempunyai sifat ketahanan korosi yang baik.
Namun setelah beberapa bulan dioperasikan, mulai terlihat adanya kebocoran di
dinding tangki yaitu di atas penyambung logam/las-lasnya.

2.4 Jenis-Jenis Korosi Galvanik


a. Korosi Galvanik Sistem Besi-Seng.
Potensial elektroda standar dari logam seng adalah: E0Zn = -0,763 V,
dan potensial logam besi adalah E0Fe = -0,44 V. Sehingga perbedaan
potensial keduanya adalah E0Fe – E0Zn = 0,323 V. Diketahui bahwa
potensial Zn lebih rendah daripada potensial Fe, oleh karena itu, Zn larut
dalam elektrolit menurut reaksi anodik sebagai berikut:
Zn  Zn2+ + 2e-
Sistem galvanik ini menyebabkan seng terkorosi dengan melepaskan
elektron. Elektron mengalir dari daerah anoda seng ke katoda besi.
Kemudian dipermukaan katoda besi, elektron ini habis digunakan dalam
reaksi katodik seperti berikut:
H+ + e-  H
b. Korosi Galvanik Sistem Besi-Tembaga
Potensial elektroda standar logam besi adalah E0Fe= -0.44 V, dan
potensial logam tembaga adalah E0Cu = 0,337 V. Sehingga perbedaan
potensial kedua logam tersebut adalah E0Cu – E0Fe = 0,777 V. Diketahui
bahwa Potensial besi Fe lebih rendah dari pada potensial tembaga, oleh
karena itu pada permukaan logam besi terjadi reaksi anodic, Fe larut dalam
sistem berikut:
Fe  Fe2+ + 2e-
Sel gavanik ini menyebabkan logam besi, Fe terkorosi. Pada
permukaan tembaga terjadi reaksi katodik antara elektron dengan ion
hidrogen sesuai reaksi berikut:
H+ + e-  H
Katoda akan terpolarisasi oleh kehadiran ion-ion hidrogen yang
menghasilkan lapisan film dan menutupi permukaan katoda. Lapisan film
yang terbentuk ini mempengaruhi kinetika atau kecepatan korosi
berikutnya. Reaksi katodik menjadi lambat. Reaksi antara elektron dengan
ion hidrogen yang terlarutpun menjadi lebih lambat. Melambatnya reaksi
katodik menyebabkan melambatnya reaksi
Pada larutan elektrolit yang memiliki konsentrasi ion hidrogen tinggi
seperti larutan asam, maka ion hidrogen akan teradsorpsi pada permukaan
katoda dan membentuk gas hidrogen yang meninggalkan permukaan
katoda, sesuai dengan reaksi berikut:
2H  H2.
Reaksi ini mampu menyebabkan terjadinya korosi yang berkelanjutan.
Reaksi pembentukan gas hidrogen, H2 di katodik berjalan terus akan
diikuti dengan reaksi pelepasan ion logam di daerah anoda. Sehingga jika
reaksi pembentukan gas hidrogen terjadi, maka korosi terjadi.
Pada umumnya Larutan air adalah teraerasi atau mengandung oksigen
terlarut, oleh karenanya, ion hidrogen yang terbentuk pada permukaan
katoda bereaksi dengan oksigen sesuai reaksi berikut:
1/2O2 + 2H  H2O.
Kinetika untuk reaksi ini sangat ditentukan oleh laju difusi oksigen ke
permukaan katodik. Selama katoda menghasilkan reaksi ini, maka reaksi
pelarutan logan di anoda juga terjadi. (Yustanti,2011).
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir Percobaan


Adapun diagram alir percobaan pada proses korosi galvanik adalah seperti
pada gambar 3.1.

Melakukan Pengenceran
NaCl 3%

Kedua plat logam Cu//Zn, Cu//Pb dan


Pb//Zn dihubungkan dengan multitester

Mencelupkan plat logam yang


berbeda pada larutan NaCl

Mengamati tegangan yang tertera pada


multitester dengan waktu 2, 5, dan 8 menit

Data pengamatan

Pembahasan Literatur

Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan Korosi Galvanik


3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat yang digunakan
1. Gelas Beker
2. Multitester
3. Timbangan/neraca teknis
4. Spatula
3.2.2 Bahan yang digunakan
1. Larutan NaCl
2. Pelat Cu, Pb dan Zn

3.3 Prosedur Percobaan


Berikut ini adalah prosedur percobaaan dari praktikum korosi galvanik :
1. Mengencerkan larutan NaCl
2. Mengisi gelas beker dengan larutan NaCl 3%.
3. Menghubungkan pelat logam yang berbeda dengan multitester.
4. Mencelupkan dua plat logam yang berbeda yang saling berhubungan
dengan kabel penghubung pada larutan NaCl 3%.
5. Mengamati tegangan yang ditunjukkan oleh voltmeter setiap 2 menit,
5 dan 8 menit.
6. Mengulangi prosedur diatas dengan pasangan logam lainnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Percobaan


Dari percobaan yang telah dilakukan oleh praktikan didapatkan hasil
percobaan seperti pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan
Material E° Waktu E Korosi E ΔE Laju Rata-Rata
Redoks (menit) (volt) rata-rata (volt) Korosi Laju Korosi
Korosi (volt/m (volt/menit)
(volt) enit)
Cu/Zn 1.1 2 0,862 0,235 0.117
5 0,870 0,865 0,047 0,064
8 0,863 0,029

Cu/Pb 0.47 2 0,299 0,195 0,097


5 0,253 0,275 0,039 0,053
8 0,274 0,024

Pb/Zn 0.63 2 0,440 0,147 0,073


5 0,495 0,483 0,029 0,04
8 0,515 0,018

4.2 Pembahasan
Setelah melakukan percobaan dan pengamatan, didapatkan grafik yang
dihasilkan dari percobaan ini berdasarkan data yang didapat, berikut ini grafik
yang terdapat pada gambar 4.1.
0.14

0.12
Laju Korosi (Volt/menit)
0.1

0.08
Cu-Zn
0.06
Cu-Pb
0.04 Pb-Zn

0.02

0
0 2 4 6 8 10
Waktu (menit)

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara waktu terhadap laju korosi pada Cu-Zn, Cu
Pb dan Pb-Zn
Pada gambar 4.1 terdapat tiga buah kurva, yaitu kurva pada logam Cu-Zn,
Cu-Pb dan Pb-Zn. Berdasarkan grafik dapat disimpulkan bahwa semakin lama
waktu pencelupan, maka laju korosi akan semakin cepat. Hal ini dapat diatasi
dengan bertambahnya jarak pertemuan kedua logam tersebut agar laju korosi
berkurang. Jadi, peristiwa ini dipengaruhi oleh jarak. Pengaruh jarak ini
tergantung pada konduktivitas larutan dan korosi galvanik dapat diketahui dengan
adanya serangan korosi lokal pada daerah dekat pertemuan logam.
. Pengamatan pada logam Cu-Zn, Logam Cu memilki E°= +0,34 volt dan
logam Zn memiliki Eo= -0,76 volt sehingga E° redoksnya = 1,1 volt. Dari data
tersebut dapat dikatakan bahwa logam Cu sebagai katoda akan mengalami reduksi
dan logam Zn sebagai anoda mengalami oksidasi. Pada saat kedua logam tersebut
disambungkan pada multitester dengan menggunakan kabel penghubung dan
dicelupkan ke larutan NaCl 3%, maka didapatkan hasil data sebagai berikut. Hasil
pengamatan pada menit ke 2 E korosi = 0,862 volt, pada menit ke 5 E korosi =
0,870 volt dan pada menit ke 8 E korosi = 0,863 volt sehingga didapatkan E rata-
rata = 0,865. Dan dari hasil pengamatan didapatkan ΔE = 0,235 volt yang
merupakan hasil tertinggi dibandingkan pada logam Cu-Pb dan Pb-Zn. Serta laju
korosi yang terjadi pada menit ke 2 = 0,117 volt/menit, pada menit ke 5 = 0,047
volt/menit dan pada menit ke 8 = 0,029 volt/menit. Dan laju korosi rata-ratanya
dengan laju tertinggi yaitu sebesar 0,064 volt/menit sehingga mudah terkena
korosi.
Hasil pengamatan pada logam Cu-Pb dihasilkan sebagai berikut. Logam
Cu memilki E°= +0,34 volt dan logam Pb memiliki Eo= -0,13 volt sehingga E°
redoksnya = 0,47 volt. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa logam Cu
sebagai katoda akan mengalami reduksi dan logam Pb sebagai anoda mengalami
oksidasi. Pada saat kedua logam tersebut disambungkan pada multitester dengan
menggunakan kabel penghubung dan dicelupkan ke larutan NaCl 3%, maka
didapatkan hasil data sebagai berikut. Hasil pengamatan pada menit ke 2 E korosi
= 0,299 volt, pada menit ke 5 E korosi = 0,253 volt dan pada menit ke 8 E korosi
= 0,274 volt sehingga didapatkan E rata-rata = 0,275. Dan dari hasil pengamatan
didapatkan ΔE = 0,195 volt yang merupakan hasilnya lebih tinggi dibandingkan
pada logam Pb-Zn yaitu dengan ΔE = 0,483 volt yang seharusnya hasilnya lebih
rendah dari Pb-Zn. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh jarak, bahwa semakin
lama waktu pencelupan maka laju korosi akan semakin cepat. Dan peristiwa ini
dapat diatasi dengan bertambahnya jarak pertemuan kedua logam tersebut agar
laju korosi berkurang. Serta juga dapat disebabkan oleh alat multitester yang
beroperasi dengan kurang baik. Laju korosi yang terjadi pada menit ke 2 = 0,097
volt/menit, pada menit ke 5 = 0,039 volt/menit dan pada menit ke 8 = 0,024
volt/menit. Dan laju korosi rata-ratanya yaitu sebesar 0,053 volt/menit.
Pengamatan pada logam Pb-Zn, Logam Pb memiliki E°= -0,13 volt dan
logam Zn memiliki Eo= -0,76 volt sehingga E° redoksnya = 0,63 volt. Dari data
tersebut dapat dikatakan bahwa logam Pb sebagai katoda akan mengalami reduksi
dan logam Zn sebagai anoda mengalami oksidasi. Pada saat kedua logam tersebut
disambungkan pada multitester dengan mengggunakan kabel penghubung dan
dicelupkan ke larutan NaCl 3%, maka didapatkan hasil data sebagai berikut. Hasil
pengamatan pada menit ke 2 E korosi = 0,440 volt, pada menit ke 5 E korosi =
0,495 volt dan pada menit ke 8 E korosi = 0,515 volt sehingga didapatkan E rata-
rata = 0,483. Dan dari hasil pengamatan didapatkan ΔE = 0,147 volt yang
merupakan hasilnya terendah dibandingkan pada logam Cu-Zn dan Cu-Pb. Serta
laju korosi yang terjadi pada menit ke 2 = 0,073 volt/menit, pada menit ke 5 =
0,029 volt/menit dan pada menit ke 8 = 0,018 volt/menit. Dan laju korosi rata-
ratanya dengan laju terendah yaitu sebesar 0,04 volt/menit sehingga tidak mudah
terkena korosi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan oleh praktikan didapatkan
kesimpulan :
1. Laju korosi Cu-Zn lebih besar dibandingkan laju korosi pasangan logam
lainnya, sehingga Cu-Zn lebih mudah terkena korosi dan laju korosi Pb-Zn
lebih rendah dibandingkan logam lainnya sehingga Pb-Zn lebih tidak
mudah terkena korosi.
2. Semakin lama waktu pencelupan di larutan elektrolit kepada masing-
masing pelat logam maka nilai laju akan menjadi semakin lambat, hal ini
disebabkan anoda yang dilapisi katoda sudah mengalami titik jenuh.
3. Laju korosi antara dua material salah satunya dipengaruhi oleh jarak, yaitu
pada peletakkan kedua pelat. Jika semakin dekat kedua logam maka
semakin besar laju korosi yang terjadi dan sebaliknya.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan praktikan dalam melakukan
praktikum yaitu :
1. Pada saat pencelupan sebaiknya pasangan logam jangan saling
bersentuhan.
2. Sebaiknya meningkatkan ketelitian dalam melakukan pengamatan baik
dalam melihat hasil dari alat maupun perhitungan yang dilakukan pada
saat praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Suriadi, IGA Kade., Suarsana, IK. “Prediksi Laju Korosi Dengan Perubahan
Besar Derajat Deformasi Plastis Dan Media Pengkorosi Pada Materia
Baja Karbon”. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Universitas Udayana. 2007;
12 : 1-8.
Susilowati, Endang.Sains Kimia Prinsip dan Terapannya. 2007. Solo:Tiga
Serangkai.
Yustanti,Erlina. Diktat Kimia Dasar. 2011. Cilegon: Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
Ika, Imam, Heri. “Studi Perbandingan Laju Korosi Dengan Variasi Cacat Coating
Pada Pipa Api 5l Grade X65 Dengan Media Korosi Nacl”. Jurnal
Ilmiah Teknik Perkapalan dan Kelautan ITS. 2010.
LAMPIRAN A

CONTOH PERHITUNGAN

 Pada logam Cu-Zn


E0 Cu = + 0,34 volt
E0 Zn = - 0,76 volt
E0 redoks = E0 katoda – E0 anoda
= 0,34 - (-0,76)
= 1,1 volt
E korosi pada waktu 2 menit adalah 0,862 volt
E korosi pada waktu 5 menit adalah 0,870 volt
E korosi pada waktu 8 menit adalah 0,863 volt
Sehingga,
E 2  E 5  E8
Erata  rata 
ndata
0,862  0,870  0,863
  0,865volt
3
E = [E0 redoks – Ekorosi rata-rata]
= 1,1 volt – 0,865 volt
= 0,235 volt
Laju korosi pada waktu 2 menit
E
waktu
0,235
=  0,117volt / menit
2
Laju korosi pada waktu 5 menit
0,235
=  0,047volt / menit
5
Laju korosi pada waktu 8 menit
0,235
=  0,029volt / menit
8
0.117  0.047  0.029
Laju korosi rata-ratanya yaitu =  0,064volt / menit
3
 Pada logam Cu-Pb
E0 Cu = +0,34 volt
E0 Pb = - 0,13 volt
E0 redoks = E0 katoda – E0 anoda
= 0,34 - (-0,13)
= 0,47 volt
E korosi pada waktu 2 menit adalah 0,299 volt
E korosi pada waktu 5 menit adalah 0,253 volt
E korosi pada waktu 8 menit adalah 0,274 volt
Sehingga,
E 2  E 5  E8
Erata  rata 
ndata
0,299  0,253  0,274
  0,275volt
3
E = [E0 redoks – Ekorosi rata-rata]
= 0,47 volt – 0,275 volt
= 0,195 volt
Laju korosi pada waktu 2 menit
E
waktu
0,195
=  0,097volt / menit
2
Laju korosi pada waktu 5 menit
0,195
=  0,039volt / menit
5
Laju korosi pada waktu 8 menit
0,195
=  0,024volt / menit
8
0.097  0.039  0.024
Laju korosi rata-ratanya yaitu =  0,053volt / menit
3
 Pada logam Pb-Zn
E0 Pb = - 0,13 volt
E0 Zn = - 0,76 volt
E0 redoks = E0 katoda – E0 anoda
= - 0,13 - (-0,76)
= 0,63 volt
E korosi pada waktu 2 menit adalah 0,440 volt
E korosi pada waktu 5 menit adalah 0,495 volt
E korosi pada waktu 8 menit adalah 0,515 volt
Sehingga,
E 2  E 5  E8
Erata  rata 
ndata
0,440  0,495  0,515
  0,483volt
3
E = [E0 redoks – Ekorosi rata-rata]
= 0,63 volt – 0,483 volt
= 0,147 volt
Laju korosi pada waktu 2 menit
E
waktu
0,147
=  0,073volt / menit
2
Laju korosi pada waktu 5 menit
0,147
=  0,029volt / menit
5
Laju korosi pada waktu 8 menit
0,147
=  0,018volt / menit
8
0.073  0.029  0.018
Laju korosi rata-ratanya yaitu =  0,04volt / menit
3
LAMPIRAN B

JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS

 Jawaban Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan korosi galvanik?
Jawab :
Korosi galvanik adalah jenis korosi yang terjadi ketika dua buah logam
atau paduan yang berbeda, saling kontak atau bersentuhan dalam suatu
larutan elektrolit. Elektrolit dapat berupa larutan air garam, asam atau
basa.
2. Gambarkan secara manual skematik korosi galvanik!
Jawab :
Current Flow (Ionik Conduction)

Anoda Katoda

Current Flow (Electron Conduction)

3. Berikan 5 contoh kasus korosi galvanik dalam kehidupan sehari-hari


serta pencegahannya!
Jawab :
- Tangki pada pabrik, dimana didalamnya terbuat dari seng yang
dapat mengalami korosi. Pencegahannya dengan cara lapis
pelindung serta pemilihan material yang tepat.
- Korosi engsel pada pintu, dapat dicegah dengan cara lapis
pelindung.
- Korosi pada kursi, dapat dicegah dengan cara lapis pelindung.
- Korosi pada rantai ayunan yang disebabkan oleh lingkungan, dapat
dicegah dengan lapisan pelindung.
- Korosi pada bagian bawah tangki pabrik yang terbuat dari baja
karbon yang telah di cat, lambat laun dapat terjadi kerusakan akibat
kontaminasi. Dapat dicegah dengan menggunakan stainless steel.
4. Tentukan logam mana yang berperan sebagai anoda dan katoda?
Jawab :
Pada logam Cu-Zn yang berperan sebagai katoda adalah Cu dan anoda
adalah Zn, pada logam Cu-Pb yang berperan sebagai katoda adalah Cu
dan anoda adalah Pb, dan pada logam Pb-Zn yang berperan sebagai
katoda adalah Pb dan anoda adalah Zn.
5. Tuliskan masing-masing reaksi anodik dan katodik!
Jawab :
Untuk Cu/Zn :
Reaksi pada katoda Cu2+ + 2e = Cu
Reaksi pada anoda Zn + 2e = Zn2-
Untuk Cu/Pb :
Reaksi pada katoda Cu2+ + 2e = Cu
Reaksi pada anoda Pb + 2e = Pb2-
Untuk Pb/Zn :
Reaksi pada katoda Pb2- = Pb + 2e
Reaksi pada anoda Zn + 2e = Zn2-
6. Sebutkan dan jelaskan tentang deret galvanik!
Jawab :
Deret galvanik adalah daftar potensial korosi dari berbagai logam dan
paduan yang terekspose ke dalam lingkungan yang spesifik. Potensial
korosi dapat di ukur dengan bantuan elektroda standar (acuan). Deret
tersebut adalah sebagai berikut:
Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, (H), Sb,
Bi, Cu, Hg, Ag, Pt, Au
Deret volta di atas dari kiri ke kanan makin mudah mengalami reduksi
atau sifat oksidator makin kuat, sedangkan dari kanan ke kiri mudah
mengalami oksidasi atau sifat reduktor makin kuat.
 Tugas Khusus

Studi kasus :

STUDI PERBANDINGAN LAJU KOROSI DENGAN VARIASI CACAT


COATING PADA PIPA API 5L GRADE X65 DENGAN MEDIA KOROSI
NaCl

Abstrak:
Pipelines (pipa bawah laut) digunakan untuk berbagai maksud dalam
pengembangan sumber daya hidrokarbon di lepas pantai. Lingkungan laut sangat
korosif dan struktur yang berada di lingkungan yang korosif harus diproteksi
(dilindungi) agar korosi yang terjadi bisa diperkecil. Salah satu proteksi korosi
adalah dengan cara coating. Material yang digunakan adalah API 5L Grade X65
yang dibedakan jenis catnya, yaitu dengan sistem cat 3 lapis yang terdiri dari Zinc
ethyl silicate-epoxy-glass flake epoxy dan system cat 4 lapis yang terdiri dari Zinc
ethyl silicate-epoxy-modified epoxy-polyurethane. Pada setiap sistem cat tersebut
pada permukaannya diberi cacat berupa goresan sebanyak 1 gores dan 2 gores.
Metode yang digunakan untuk menghitung laju korosi adalah dengan
menggunakan sel 3 elektroda. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh laju
korosi sebesar 0.001044 mmpy untuk sistem cat 3 lapis dengan 1 gores (2.8%
cacat), 0.001495 mmpy untuk 2 gores (5.6% cacat), kenaikan laju korosinya
sebesar 30.17%. Sedangkan untuk sistem cat 4 layer dengan 1 gores (2.8% cacat),
laju korosi rata-rata adalah 0.000565 mmpy dan 0.000757 mmpy untuk 2 gores
(5.6% cacat), kenaikan laju korosinya sebesar 25.36%. Analisa permukaan
spesimen yang terkorosi digunakan foto SEM (Scanning Electron Microscope)
dan didapat hasil bahwa secara morfologis permukaan daerah cacat coating yang
terkorosi sudah terdapat inisial korosi.
Dari penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai laju korosi untuk sistem coating 3 lapis dengan persentase cacat
coating 2.8% (1 gores) adalah 0.001044 mmpy, untuk persentase coating
sebesar 5.6% (2 gores) adalah 0.001495 mmpy, sedang nilai laju korosi
untuk sistem coating 4 lapis dengan persentase cacat coating 2.8% (1
gores) adalah 0.000565 mmpy, untuk persentase cacat coating sebesar
5.6% adalah 0.000757 mmpy. Untuk sistem coating 3 lapis, kenaikan cacat
coating sebesar 50% nilai laju korosinya naik sebesar 30.17% sedang
untuk sistem coating 4 lapis, kenaikan cacat coating sebesar 50% nilai laju
korosinya naik sebesar 25,36%.
2. Berdasarkan hasil foto SEM (Scanning Electron Microscope), secara
morfologi permukaan daerah cacat coating yang terkorosi sudah ada inisial
korosi.
LAMPIRAN C

GAMBAR ALAT DAN BAHAN

Gambar C.1. Neraca teknis Gambar C.2. Multitester

Gambar C.3. Gelas Beker dan spatula Gambar C.4. Pelat logam Cu, Pb ,Zn
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 2.2 Skematik Mekanisme Korosi Galvanik ........................................ 7
Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan ............................................................... 12
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara waktu terhadap laju korosi ..................... 15
Gambar C.1. Neraca teknis ............................................................................... 26
Gambar C.2. Multitester ................................................................................... 26
Gambar C.3. Gelas Beker dan spatula .............................................................. 26
Gambar C.4. Pelat logam Cu, Pb ,Zn ............................................................... 26
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Lampiran A. Contoh Perhitungan .................................................................... 21
Lampiran B. Jawaban Pertanyaan Dan Tugas Khusus .................................... 24
Lampiran C. Gambar Alat dan Bahan .............................................................. 28
Lampiran D. Blangko Percobaan ..................................................................... 29

Anda mungkin juga menyukai