Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM METALURGI I

PELAPISAN TEMBAGA

Disusun oleh :
Nama Praktikan : Aditya Rahman
NPM : 3334190060
Kelompok : 28
Rekan : 1. Ahmad Riqi Priyadi
: 2. Raden Muhammad Admiral I.
Tanggal Praktikum : 2 Oktober 2021
Tanggal Pengumpulan Lap. : 9 Oktober 2021
Asisten : Thoriq Shafri Dewantara

LABORATORIUM METALURGI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON-BANTEN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Tanggal Masuk Laporan Tanda Tangan

9 Oktober 2021

Disetujui untuk Laboratorium Metalurgi FT. UNTIRTA


Cilegon, Oktober 2021

Thoriq Shafri Dewantara

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………... i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………... ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. iii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………...v
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….vi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………....vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………... 1
1.2 Tujuan Percobaan………………………………………………...1
1.3 Batasan Masalah………………………………………………….1
1.4 Sistematika Penulisan…………………………………………….2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Korosi…………………………………………………………….3
2.2 Pencegahan Korosi……………………………………………….5
2.3 Sel Elektrokimia………………………………………………….5
2.4 Electroplating…………………………………………………….7
2.5 Tembaga………………………………………………………….8
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Diagram Alir…………………………………………………….10
3.2 Alat dan Bahan………………………………………………….11
3.2.1 Alat-alat yang Digunakan……………………………….11
3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan…………………………..11
3.3 Prosedur Percobaan……………………………………………..11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan…………………………………………………12
4.2 Pembahasan……………………………………………………..12
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan…………………………………………………….. 18
5.2 Saran…………………………………………………………….18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN A. CONTOH PERHITUNGAN……………………………………20
iii
LAMPIRAN B. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS……….22
LAMPIRAN C. BLANGKO PERCOBAAN…………………………………….31

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan I……………………………………………12
Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan II…………………………………………...12

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan………………………………………….10
Gambar 4.1 Rangkaian Proses Electroplating……………………………...….13
Gambar 4.2 Pengaruh Tegangan terhadap Selisih Massa………….…………..15
Gambar 4.3 Pengaruh Konsentrasi terhadap Selisih Massa Pelat…………...…16
Gambar 4.4 Perbandingan Fraksi Ukuran terhadap Massa Akhir Batu Bara…..17
Gambar B.1 Prinsip Kerja Electroplating……………………………………...24
Gambar B.2 Kalung yang Dilapisi dengan Perak………………………………30

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Lampiran A. Contoh Perhitungan………………………………………………...21
Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus……………………………23
Lampiran C. Blangko Percobaan…………………………………………………32

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seluruh material yang ada di muka bumi pasti akan mengalami yang
namanya degradasi atau penurunan kualitas yang disebut dengan korosi. Peristiwa
ini terjadi karena adanya reaksi yang disebabkan oleh lingkungan sekitar material
yang korosif. Keberadaan korosi ini sangatlah merugikan engineer karena sifatnya
yang merusak dan merugikan. Terlebih, reaksi korosi ini tidak dapat dihentikan oleh
manusia dengan segala keterbatasannya, namun reaksi ini dapat diperlambat
lajunya dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah dengan melakukan
electroplating pada logam.
Teknik electroplating ini dilakukan dengan menggunakan reaksi
elektrokimia, yakni reaksi sel elektrolisis. Sel elektrolisis adalah suatu reaksi yang
mengubah energi listrik menjadi energi kimia. Reaksi ini akan melapisi logam besi
yang diposisikan pada katoda sedangkan tembaga, logam yang digunakan sebagai
pelapis, akan ditempatkan pada anoda. Reaksi ini akan terjadi jika energi listrik
yang digunakan memiliki arus DC. Oleh karena pentingnya pelapisan tembaga ini
penting untuk mencegah korosi pada logam khususnya besi, maka dilakukanlah
percobaan pelapisan tembaga.

1.2 Tujuan Percobaan


Mempelajari salah satu proses pelapisan bahan menggunakan pelapis
tembaga, dan mengetahui pengaruh variasi voltase, konsentrasi larutan elektrolit,
potensial elektroda masing-masing pelat logam yang digunakan dan waktu terhadap
massa.

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dari percobaan kali ini terbagi menjadi dua
variabel dimana variabel pertama ialah variabel bebas dan variabel kedua ialah
2

variabel terikat. Variabel bebas pada praktikum ini ialah massa awal pelat dan
volume H2SO4. Dan variabel terikatnya adalah massa akhir pelat.

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulian pada laporan praktikum reaksi kalsinasi batu kapur
terdiri dari 5 bab dimana pada Bab I berisikan tentang latar belakang, tujuan
percobaan, batasan masalah, serta sistematika penulisan. Kemudian dilanjut dengan
Bab II yang berisikan tentang teori-teori yang ada pada pelapisan tembaga yang
disusun dalam bentuk tinjauan pustaka. Berikutnya Bab III yang menjelaskan
mengenai metode percobaan dalam bentuk diagram alir dan prosedur percobaan
serta menerangkan alat dan bahan yang digunakan. Berikutnya Bab IV yang berisi
tentang hasil percobaan dan pembahasan mengenai percobaan yang telah
dilakukan. Pada Bab V berisi mengenai kesimpulan yang telah diperoleh serta saran
untuk praktikum selanjutnya. Selain itu, laporan ini juga terdapat daftar pustaka dan
lampiran-lampiran yang terdiri dari contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan
tugas khusus, serta blangko percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Korosi
Kata korosi berasal dari bahasa latin “Corrodere” yang artinya perusakan
logam atau berkarat. Korosi adalah terjadinya perusakan material (khususnya
logam) akibat lingkungannya. Pada logam terjadinya akibat reaksi kimia yaitu
pada temperatur yang tinggi antara logam dan gas atau terjadi korosi elektrokimia
dalam lingkungan air atau udara basah [1]. Reaksi langsung disebut juga korosi
kering dan reaksi penggantian disebut korosi basah [2].
Reaksi langsung (korosi kering) termasuk oksidasi di udara, rekasi dengan
uap belerang, hidrogen sulfida dan kandungan udara kering lainnya, juga reaksi
dengan logam cair lainnya misalnya natrium. Reaksi ini nyata dan umum terjadi
pada suhu relatif tinggi. Pada dasarnya reaksi korosi logam berlangsung secara
elektrokimia yang terjadi pada daerah katoda dan anoda dengan membentuk
rangkaian arus tertutup [2]. Korosi terjadi disebabkan oleh reaksi kimia atau
eletrokimia. Selain itu juga terdapat beberapa faktor utama yang harus dipenuhi
agar reaksi tersebut dapat berlangsung [3], faktor-faktor tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Material
Suatu material dalam peristiwa korosi akan memiliki sifat sebagai
anoda. Sifat ini mengakibatkan suatu material akan mengalami reaksi
oksidasi. Reaksi oksidasi adalah suatu reaksi dalam reaksi redoks dimana
suatu unsur akan mengalami peningkatan nilai bilangan oksidasi.
Peningkatan bilangan oksidasi ini disebabkan oleh berkurangnya suatu
elektron dalam suatu unsur pada saat reaksi oksidasi terjadi [3].
b. Lingkungan
Berbeda dengan material, lingkungan pada peristiwa korosi akan
memiliki sifat sebagai katoda. Sebagai katoda, suatu material akan
mengalami reaksi reduksi. Reaksi reduksi adalah reaksi yang
4

menyebabkan suatu material mengalami penurunan bilangan oksidasi.


Hal ini disebabkan oleh penambahan elektron pada suatu unsur. Namun
tidak semua jenis lingkungan yang ada di bumi dapat bersikap sebagai
katoda. Beberapa lingkungan yang dapat bersikap sebagai katoda antara
lain adalah lingkungan yang lembab, bersifat asam, atau tempat yang
panas [3].
c. Reaksi antara material dan lingkungan
Peristiwa korosi baru akan terjadi ketika terjadi kontak antara
material dengan lingkungannya. Reaksi ini merupakan reaksi reduksi dan
oksidasi dimana ligkungan akan mengalami reduksi sedangkan
materialnya akan mengalami reaksi oksidasi. Peristiwa ini juga
merupakan reaksi yang spontan. Reaksi spontan adalah reaksi yang
membutuhkan rangsangan dari luar [3].
d. Elektrolit
Elektrolit adalah suatu zat yang terlarut dalam suatu fluida atau
pelarut. Zat-zat ini berbentuk ion-ion. Ion-ion inilah yang menjadikan
larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik. Oleh karena itu, elektrolit
menjadi penyebab berlangsungnya suatu reaksi dalam peristiwa korosi ini
[3].
Selain faktor utama terjadinya korosi, terdapat faktor lain yang dapat
mempercepat laju korosi pada logam. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah air
dan oksigen dimana semakin lembab udara sekitar logam, maka reaksi korosi akan
semakin cepat terjadi. Demikian pula dengan banyaknya gas oksigen disekitar
logam yang juga mempercepat laju korosi pada logam. Selain itu, ada faktor lainnya
seperti kadar keasaman pada lingkungan. Saat lingkungan di sekitar logam
memiliki suasana yang asam, maka logam akan lebih cepat terkorosi. Hal ini
disebabkan oleh adanya reaksi reduksi tambahan pada katoda yang membuat
banyak atom logam teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam
semakin besar [4]
Selain itu, ada juga korosi yang terjadi karena adanya bakteri. Bakteri ini
dapat mempercepat laju korosi karena bakteri ini mengubah suasana lingkungan di
5

sekitar logam. Nilai pH di sekitar logam akan turun sehingga lingkungan akan
bersuasana asam. Hal ini dapat mempercepat laju korosi pada besi. Kemudian yang
terakhir adalah adanya pengaruh logam lain yang memiliki beda potensial yang
saling berkontak pada lingkungan yang lembab. Adanya beda potensial ini
membuat logam yang nilai potensialnya lebih rendah daripada logam lainnya akan
teroksidasi sehingga logam yang potensialnya lebih rendah tadi akan terkorosi [4].

2.2 Pencegahan Korosi


Peristiwa korosi pada logam adalah suatu peristiwa yang tidak dapat
dihentikan oleh manusia, namun peristiwa ini dapat diperlambat dengan berbagai
macam pencegahan untuk mencegah kerugian besar yang diakibatkan oleh
peristiwa korosi ini. Pencegahan ini juga dapat meningkatkan nilai ekonomis dari
suatu barang dikarenakan usia pemakaiannya yang semakin lama. Selain itu, upaya
pencegahan korosi ini diharapkan dapat menurunkan biaya operasional dari suatu
produksi karena anggaran yang ditujukan untuk maintenance alat yang disebabkan
oleh korosi telah direduksi sedemikian rupa [4]. Ada beberapa macam pencegahan
korosi, yakni:
a. Mencegah terjadinya kontak antara besi dengan lingkungan.
b. Perlindungan katoda.
c. Membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat seperti
stainless steel.
d. Pengecatan.
e. Pelumuran oli atau gemuk.
f. Pemalutan logam dengan plastik.
g. Tin plating (pelapisan timah).
h. Galvanisasi atau pelapisan dengan seng.
i. Chromium plating (pelapisan kromium).
j. Inhibitor.

2.3 Sel Elektrokimia


Sel elektrokimia adalah suatu reaksi yang terjadi antara 2 buah elektroda
6

Di dalam sebuah larutan elektrolit dimana peristiwa yang terjadi di dalamnya adalah
proses perpindahan elektron atau reaksi redoks. Reaksi redoks adalah suatu reaksi
dimana pada reaksi oksidasi, suatu reaktan akan mengalami pengurangan jumlah
elektron sehingga bilangan oksidasinya akan bertambah. Sedangkan pada reaksi
reduksi, suatu reaktan akan mengalami penambahan jumlah elektron sehingga
bilangan oksidasinya akan berkurang. Bilangan oksidasi adalah suatu muatan dalam
suatu molekul atau senyawa yang ditentukan oleh harga keelektronegatifan [5].
Terdapat dua jenis sel elektrokimia, yaitu sel galvani atau sel volta dimana
pada sel volta ini terdapat suatu reaksi redoks yang akan mengubah energi kimia
menjadi energi listrik. Pada sel ini, katoda yang dicelupkan ke dalam larutan garam
akan memiliki kutub yang positif sedangkan anoda akan berkutub negatif. Anoda
dan katoda pada sel volta ini akan dicelupkan ke dalam larutan elektrolit yang
terhubung dengan jembatan garam. Jembatan garam ini memiliki fungsi sebagai
pemberi suasana netral (grounding) dari kedua larutan yang menghasilkan listrik
[5].
Dikarenakan listrik yang dihasilkan harus melalui reaksi kimia yang
spontan maka pemilihan dari larutan elektrolit harus mengikuti kaedah deret volta.
Deret volta disusun berdasarkan daya oksidasi dan reduksi dari masing-masing
logam. Sel volta ini dapat dibedakan menjadi tiga berdasarkan penggunaannya. Sel
volta primer adalah yang pertama. Sel volta primer merupakan sel volta yang tidak
dapat diperbarui (sekali pakai) dan bersifat tidak dapat balik (irreversible)
contohnya adalah baterai kering. Sedangkan sel volta sekunder merupakan sel volta
yang dapat diperbarui (sekali pakai) dan bersifat dapat balik (reversible) ke keadaan
semula contohnya baterai aki. Sel Volta bahan bakar (fuel cell) adalah sel volta yang
tidak dapat diperbarui tetapi tidak habis contohnya sel campuran bahan bakar
pesawat luar angkasa.
Reaksi yang kedua adalah sel elektrolisis dimana pada sel ini terjadi
perubahan energi listrik menjadi energi kimia. Pada sel elektrolisis katoda memiliki
muatan negatif sedangkan anoda memiliki muatan positif. Sesuai dengan prinsip
kerja arus listrik. Terdiri dari zat yang dapat mengalami proses ionisasi, elektroda
dan sumber listrik (baterai). Listrik dialirkan dari kutub negatif dari baterai ke
7

katoda yang bermuatan negatif. Larutan akan mengalami ionisasi menjadi kation
dan anion. Kation di katoda akan mengalami reduksi sedangkan di anoda akan
mengalami oksidasi. Salah satu aplikasi dari sel elektrolisis yaitu penyepuhan
logam emas dengan menggunakan larutan elektrolit yang mengandung unsur emas
(Au). Hal ini dilakukan untuk melapisi kembali perhiasan yang kadar emasnya
sudah berkurang.

2.4 Electroplating
Electroplating atau penyepuhan merupakan salah satu proses pelapisan
bahan padat dengan lapisan logam menggunakan arus listrik searah melalui suatu
larutan elektrolit. Proses electroplating atau yang lebih dikenal dengan pelapisan
logam ini banyak dilandasi oleh elektrokimia, bidang yang mengkaji perubahan
energi listrik ke energi kimia (elektrolisis). Electroplating memberikan
perlindungan pada logam yang diinginkan dengan memanfaatkan logam-logam
tertentu sebagai lapisan pelindung, misalnya tembaga, nikel, krom, perak, dan
sebagainya. Pelapisan bertujuan membentuk permukaan dengan sifat atau dimensi
yang berbeda dengan logam dasarnya [6].
Terjadinya endapan pada proses elektrolisa disebabkan adanya ion-ion
bermuatan listrik melalui elektrolit. Ion-ion pada elektrolit tersebut akan
mengendap pada katoda. Endapan yang terjadi bersifat adhesif terhadap logam
dasar. Selama proses pengendapan berlangsung terjadi reaksi kimia pada elektroda
dan elektrolit yaitu reaksi reduksi dan oksidasi yang diharapkan berlangsung terus
menerus menuju arah tertentu secara tetap [6].
Untuk itu diperlukan arus listrik searah dan tegangan yang konstan. Prinsip
dasar dari proses lapis listrik adalah berdasarkan pada Hukum Faraday yang
menyatakan bahwa jumlah zat-zat yang terbentuk dan terbebas pada elektroda
selama elektrolisis sebanding dengan jumlah arus listrik yang mengalir dalam
larutan elektrolit. Di samping itu jumlah zat yang dihasilkan oleh arus listrik yang
sama selama elektrolisis adalah sebanding dengan berat ekivalen masing-masing
zat tersebut. Dalam pelaksanaan proses pelapisan listrik ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan antara lain arus yang dibutuhkan untuk melapis (rapat arus),
8

temperatur larutan, waktu pelapisan, dan konsentrasi larutan. Plating termasuk


salah satu cara menanggulangi korosi pada logam dan juga berfungsi sebagai
ketahanan bahan. Di samping itu plating juga memberikan nilai estetika pada logam
yang dilapisi [6].
Prinsip kerja sel electroplating berlawanan dengan sel volta. Oleh karena
itu, susunan rangkaian sel electroplating juga berlawanan dengan susunan
rangkaian sel volta, pada sel electroplating, anoda bermuatan positif (+) dan katoda
bermuatan negatif (-). Juga pada sel electroplating, pemberian katup negatif (-) dan
positif (+) didasarkan pada potensial yang diberikan dari luar. Dalam suatu
elektrolit terdapat kation (ion positif) dan anion (ion negatif) yang berasal dari dari
ionisasi elektrolit. Jika kita alirkan listrik dalam elektrolit tersebut, maka kation
akan mengalami reduksi anion akan mengalami oksidasi. Kation akan menuju ke
katoda (tempat terjadinya peristiwa reduksi), sedangkan anion akan menuju ke
anoda (tempat terjadi oksidasi).

2.5 Tembaga
Tembaga merupakan logam yang berwarna kuning seperti emas kuning,
mudah ditempa (liat) dan bersifat mulur sehingga mudah dibentuk menjadi pipa,
lembaran tipis dan kawat, dan sebagai konduktor panas dan listrik yang baik setelah
perak. Korosi merupakan peristiwa kerusakan permukaan dari logam tembaga yang
diakibatkan dari pengaruh lingkungan (suhu, kelembaban, dan lainnya). Korosi
dapat merusak fungsi maupun permukaan dari logam tersebut. Masalah pada logam
tembaga adalah logam tembaga bisa terkorosi karena terkontaminasi oleh
lingkungannya, sehingga akan berpengaruh terhadap harga jual dari tembaga
tersebut dikarenakan berkurangnya kualitas dari tembaga itu sendiri.
Terkontaminasinya tembaga dapat membuat tembaga itu menjadi kusam
atau pudarnya warna dari tembaga tersebut. Peristiwa korosi terjadi secara alamiah
yang berlangsung secara sendirinya dan tidak dapat dicegah secara tuntas akan
tetapi perlu adanya suatu proses pencegahan dalam menindaklanjuti peristiwa
tersebut. Penyelesaiannya dengan cara pelapisan logam pada logam tembaga,
sehingga dapat meminimalisir peristiwa korosi pada logam tembaga. Tembaga
9

memiliki beberapa kegunaan seperti bahan utama dalam pembuatan kabel listrik
dan kumparan dinamo, paduan logam dimana paduan 70% tembaga dengan 30%
seng akan menghasilkan kuningan dan paduan 80% tembaga serta 20% timah putih
akan menghasilkan perunggu, kemudian dapat digunakan sebagai mata uang dan
perkakan-perkakas yang terbuat dari perak, lalu sebagai bahan penahan pada
bangunan dan beberapa bagian kapal, serta yang terakhir adalah dapat digunakan
sebagai katalisator dalam proses oksidasi methanol menjadi metanal.
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir


Untuk mencapai keberhasilan dari suatu percobaan, maka dibutuhkanlah
suatu diagram alir. Diagram alir pada percobaan pelapisan tembaga kali ini dapat
dilihat pada Gambar 3.1.
Pelat Cu dan Fe serta larutan H2SO4

Rangkaian disusun seperti pada modul

Spesimen yang akan dilapisi dipreparasi

Massa awal katoda dan anoda ditimbang

Proses electroplating dilakukan dengan variabel


percobaan yang diberikan oleh asisten

Pelat katoda dan anoda dikeringkan dengan hairdryer

Massa akhir pelat anoda dan katoda ditimbang

Data Pengamatan

Pembahasan Literatur

Kesimpulan
Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan
11

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat-alat yang Digunakan
Berikut ini adalah alat-alat yang akan digunakan pada percobaan
kali ini.
1. Ampelas
2. Gelas kimia
3. Gelas ukru
4. Hairdryer
5. Neraca digital
6. Rectifier
7. Tisu
3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan
Berikut ini adalah bahan-bahan yang akan digunakan pada
percobaan kali ini.
1. Aquades
2. Larutan elektrolit H2SO4
3. Pelat Cu dan Fe

3.3 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan yang akan dilakukan pada praktikum ini
adalah sebagai berikut.
1. Rangkaian disusun seperti pada modul;
2. Spesimen yang akan dilapisi dipreparasi;
3. Massa awal katoda dan anoda ditimbang;
4. Proses electroplating dilakukan dengan variabel percobaan yang
diberikan asisten;
5. Pelat katoda dan anoda dikeringkan dengan hairdryer;
6. Massa akhir pelat anoda dan katoda ditimbang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Dari percobaan pelapisan tembaga yang telah dilakukan, maka
didapatkanlah hasil yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan 4.2.
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan I
Conto Konsentrasi Voltase (V) Arus (A) Waktu
(M) (menit)
I 1 25 2 10
II 1 15 2 10
III 2 15 2 10

Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan II


I II III
Conto
Cu Fe Cu Fe Cu Fe
Massa
awal 42,83 24,69 44,5 26,093 51,76 25,277
(gram)
Massa
akhir 42,803 24,707 44,3 26,206 51,646 25,303
(gram)
Selisih
Massa 0,027 0,017 0,2 0,113 0,114 0,026
(gram)

4.2 Pembahasan
Pelapisan secara listrik atau electroplating merupakan proses pelapisan
suatu logam secara elektrolisis melalui penggunaan arus listrik searah atau DC
13

(Direct Current) dan larutan kimia (elektrolit) yang berfungsi sebagai media
penyuplai ion-ion logam membentuk endapan (lapisan) logam pada elektroda.
Electroplating dilakukan dengan cara mengalirkan arus listrik melalui larutan
antara logam atau material lain yang konduktif. Dua buah plat logam merupakan
anoda dan katoda dihubungkan pada kutup positif dan negatif terminal sumber arus
searah (DC). Logam yang terhubung dengan kutup positif sumber arus searah
disebut anoda dan yang terhubung dengan kutup negatif sumber arus searah
disebut katoda. Terjadinya endapan pada katoda disebabkan adanya ion-ion
bermuatan listrik yang berpindah secara terus menerus dari satu elektroda melalui
larutan elektrolit [7]. Berikut adalah rangkaian proses electroplating yang dapat
dilihat pada Gambar 4.1.

Sumber Listrik
Anoda
Anoda
Katoda
Elektrolit

Gambar 4.1 Rangkaian Proses Electroplating

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dijelaskan bahwa prinsip kerja


electroplating adalah merupakan suatu rangkaian dari arus listrik, anoda, larutan
elektrolit dan katoda yang membentuk satu kesatuan yang satu sama lain saling
berkaitan. Larutan elektrolit berfungsi sebagai media penyuplai ion-ion logam dan
harus mengandung unsur-unsur ion logam yang akan diendapkan, bersifat
konduktif, sebagai buffer, pengatur pH dan membantu pelarutan anoda. Larutan
elektrolit yang banyak digunakan dalam proses electroplating dapat bersifat asam
atau basa (alkali) dan mempunyai covering power, throwing power dan leveling
yang baik. Jenis larutan elektrolit dari setiap proses pelapisan berbeda-beda
tergantung pada jenis logam pelapis yang diinginkan. Dalam melaksanakan proses
electroplating ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu arus yang dibutuhkan
14

untuk melapis (rapat arus), temperatur larutan, waktu pelapisan dan konsesntrasi
larutan. Distribusi perpindahan ion-ion logam selama proses pelapisan berlangsung
akan dipengaruhi oleh besarnya arus, luas permukaan bahan yang dilapis,
temperatur larutan, derajat keasaman (pH) dan kekentalan (derajat baurne) atau
konsentrasi larutan. Jika konsentrasi ion logam dalam larutan berkurang akan
dihasilkan lapisan berwarna hitam (terbakar) pada rapat arus yang rendah. Sehingga
kondisi operasi seperti rapat arus, temperatur, waktu dan komposisi larutan
perludijaga agar tetap stabil. Selain dari hal-hal diatas, kesempurnaan lapisan
dipengaruhi pula oleh bentuk anoda, kemurnian anoda, daya larut anoda, jarak
antara anoda ke katoda dan kebersihan larutan (bebas pengotor) [7].
Elektrolisis terjadi ketika aliran arus listrik melalui senyawa ionik dan
mengalami reaksi kimia. Larutan elektrolit dapat menghantar listrik karena
mengandung ion-ion yang dapat bergerak bebas. Ion-ion tersebut yang
menghantarkan arus listrik melalui larutan. Hantaran listrik melalui larutan
elektrolit terjadi ketika sumber arus searah memberi muatan yang berbeda pada
kedua elektroda. Katoda (elektroda yang dihubungkan dengan kutub negatif)
bermuatan negatif, sedangkan anoda (elektroda yang dihubungkan dengan kutub
positif) bermuatan positif. Spesi (ion, molekul, atau atom) tertentu dalam larutan
akan mengambil elektron dari katoda, sementara spesi lainnya melepas elektron ke
anoda. Selanjutnya elektron akan dialirkan ke katoda melalui sumber arus searah.
Faktor yang mempengaruhi elektrolisis antara lain penggunaan katalisator, luas
permukaan tercelup, sifat logam bahan elektroda, konsentrasi pereaksi, dan besar
tegangan eksternal [8].
Pada praktikum kali ini, digunakan suatu prosedur percobaan yang dimulai
dari menyusun rangkaian electroplating seperti pada gambar B.1. Kemudian
melakukan preparasi pada pelat seperti mengampelas pelat dengan tujuan untuk
memastikan bahwa permukaan dari pelat yang digunakan tidak memiliki senyawa-
senyawa lain selain pelat itu sendiri. Berikutnya adalah menimbang massa awal
pelat tembaga dan pelat besi. Penimbangan ini dilakukan untuk mengetahui massa
awal pelat yang nantinya akan dihitung untuk mengetahui besar selisih massa pelat.
Selanjutnya melakukan proses electroplating dengan cara mencelupkan kedua pelat
15

secara bersamaan selama 10 menit. Setelah 10 menit berlalu, kedua pelat diangkat
dan dikeringkan dengan menggunakan hairdryer. Hal ini dilakukan supaya massa
air tidak mempengaruhi massa akhir dari pelat. Kemudian menimbang pelat setelah
proses electroplating. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan massa akhir pelat yang
nantinya digunakan untuk menghitung selisih massa pelat.
Pada praktikum kali ini, dapat terlihat bahwa besarnya tegangan yang
dialirkan pada rangkaian dan konsentrasi dari H2SO4 sangatlah mempengaruhi
proses dari electroplating ini sendiri. Pengaruh tegangan dapat dilihat dari
percobaan I dan percobaan II yang mana menggunakan konsentrasi, kuat arus, serta
waktu yang sama, yakni 1 molar, 2 ampere, dan 10 menit. Pada percobaan I, dengan
tegangan sebesar 25 V, didapatkanlah selisih massa pelat tembaga sebesar 0,027
gram dengan selisih massa pelat besinya sebesar 0,017 gram. Sedangkan pada
percobaan II dengan menggunakan tegangan sebesar 15 V, diperolehlah selisih
massa tembaga yang sebesar 0,2 gram dan selisih massa pelat besinya sebesar 0,113
gram. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.2.

0,25

0,2
Selisih Massa (g)

0,15

0,1

0,05

0
I (25 V) II (15 V)
Voltase (V)

Gambar 4.2 Pengaruh Tegangan terhadap Selisih Massa Pelat

Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa semakin besar tegangannya,


semakin cepat pula pelat tembaga terkikis dan pelat besi terlapisi oleh tembaga. Hal
ini dapat diketahui dari besarnya selisih massa pelat awal dengan massa pelat akhir
dimana besarnya selisih massa pada percobaan I cenderung lebih kecil
16

dibandingkan dengan selisih massa percobaan II. Hal ini disebabkan oleh besarnya
tegangan pada percobaan I yang lebih besar daripada percobaan II. Karena
pelapisan tembaga menggunakan rumus yang dapat dilihat pada persamaan rumus
4.1.
I.t.A
W= …………………………………(4.1)
Z.F

Karena I (kuat arus) berbanding lurus dengan W (massa endapan) dan I


berbanding terbalik dengan V atau tegangan, maka endapan yang dihasilkan selama
proses electroplating akan menjadi lebih kecil untuk percobaan I dan lebih besar
untuk percobaan II. Sedangkan dengan menggunakan tegangan, kuat arus, dan
waktu yang sama, yakni 15 Volt, 2 Ampere, dan 10 menit namun konsentrasi
elektrolit yang digunakan berbeda, yakni 1 Molar pada percobaan II dan 2 Molar
pada percobaan III. Maka didapatkanlah besar selisih massa pelat tembaga yang
sebesar 0,2 gram dan selisih massa pelat besinya sebesar 0,113 gram pada
percobaan II. Sedangkan pada percobaan III didapatkanlah selisih massa pelat
tembaga sebesar 0,114 gram dengan selisih massa pelat besinya yang sebesar 0,026
gram. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.3.

0,25

0,2
Selisih Massa (g)

0,15

0,1

0,05

0
II (1 M) III (2 M)
Konsentrasi

Gambar 4.3 Pengaruh Konsentrasi terhadap Selisih Massa Pelat

Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasinya,


maka semakin tipis endapan tembaga pada pelat besi. Hal ini dapat diketahui dari
grafik dimana pelat tembaga berwarna biru dan pelat besi berwarna jingga. Dari hal
17

ini dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasi elektrolitnya, maka semakin
sedikit tembaga yang mengendap pada pelat besi. Hal ini karena tembaga yang
bereaksi dengan elektrolit H2SO4 menjadi CuSO4 tidak banyak yang bereaksi
kembali menjadi Cu(s).
Electroplating ini banyak digunakan dibeberapa perusahaan di Indonesia.
Penerapan ini dilakukan untuk membuat masa pakai dari produk yang digunakan
menjadi lebih lama karena material utama yang berupa besi atau baja menjadi sulit
terkorosi. Selain itu, dapat meningkatkan nilai estetika dari produk. Karena nilai
estetika dan masa pakainya meningkat, maka nilai jual produk pun juga meningkat.
Selain itu pada proses pembuatan perhiasan, penerapan electroplating ini juga dapat
menurunkan biaya produksi yang digunakan untuk membeli emas sebagai bahan
baku.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan pelapisan tembaga pada kali ini, dapat diketahui bahwa:
1. Selisih massa pelat tembaga percobaan I sebesar 0,027 gram,
percobaan II 0,2 gram, dan percobaan III sebesar 0,114 gram.
2. Selisih massa pelat besi percobaan I sebesar 0,017, percobaan II
sebesar 0,113, dan percobaan III sebesar 0,026 gram

5.2 Saran
Dari percobaan ini, saran yang dapat dibagikan ialah
1. Penggunaan elektrolit lebih bervariasi supaya data yang didapat
lebih bervariasi
DAFTAR PUSTAKA

[1] Rochmat Supardi, Korosi, Bandung: Tarsito, 1997.

[2] Trethewey K.R. dan Chamberlain J, Korosi untuk Mahasiswa Sains dan
Rekayasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991.

[3] Perez Nestor, Electrochemistry and Corrosion Science, Belanda: Kluwer


Academic Publisher, 2004.

[4] Fontana Mars G., Corrosion Engineering, Singapura: Mc Graw Hill, 1987.

[5] Muhammad Ridwan Harahap, “Sel Elektrokimia: Karakterisitik dan Aplikasi,”


Circuit, vol. 2, hal. 177-180, Juli, 2016.

[6] Beiser A., Konsep Fisika Modern edisi keempat, Jakarta: Erlangga, 1987.

[7] Charles Manurung, “Pengaruh Kuat Arus terhadap Ketebalan Lapisan dan Laju
Korosi (Mpy) Hasil Elektroplating Baja Karbon Rendah dengan Pelapis
Nikel,” Oktober 2013.

[8] Yoyon Wahyono, Heri Sutanto, dan Eko Hidayanto, “Produksi Gas Hidrogen
Menggunakan Metode Elektrolisis dari Elektrolisis Air dan Air Laut dengan
Penambahan Katalis NaOH,” Youngster Physics Journal, vol.6, hal. 353-359,
Oktober 2017.

[9] Aisyah, Produksi dan Karakteristik Serbuk Tembaga Hasil Proses Elektrolisis,
Bandung: ITB Press, 2004
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN
21

Lampiran A. Contoh Perhitungan


1. Pengurangan Massa Pelat Cu
Δm = berat sample awal – berat sample akhir
Conto 1: 42,83 – 42,803 = 0,027 g
Conto 2: 44,5 – 44,3 = 0,2 g
Conto 3: 51,76 – 51,646 = 0,114 g
2. Penambahan Massa Pelat Fe
Δm = berat sample akhir – berat sample awal
Conto 1 = 24,707 – 24,69 = 0,017 g
Conto 2 = 26,206 – 26,093 = 0,113 g
Conto 3 = 25,303 – 25,277 = 0,026 g
LAMPIRAN B
JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS
23

Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus


B.1 Jawaban Pertanyaan
1. Jelaskan prinsip dasar proses pelapisan tembaga, beserta reaksi yang
berlangsung!
Jawab:
Prinsipnya adalah bahwa logam yang akan dilapisi dengan tembaga
digunakan sebagai katoda dan tembaga digunakan sebagai anoda. Tembaga
akan teroksidasi dari anoda dan mengurangi di katoda logam sehingga ada
proses pelapisan logam.
Reaksi yang berlangsung:
Oksidasi: H2SO4↔ 2H+ + SO4 2-
H2O↔ H++ OH-
Reduksi: Cu2+ + 2e↔Cu

2. Gambarkan sel elektrolisis dan mekanisme yang terjadi pada pelapisan


tembaga!
Jawab:
Prinsip kerja sel electrolplating berlawanan dengan sel volta. Oleh karena
itu, susunan rangkaian sel electroplating juga berlawanan dengan susunan
rangkaian sel volta, pada sel electroplating, anoda bermuatan positif (+) dan
katoda bermuatan negatif (-). Juga pada sel electroplating, pemberian katup
negatif (-) dan positif (+) didasarkan pada potensial yang diberikan dari luar.
Dalam suatu elektrolit terdapat kation (ion positif) dan anion (ion negatif)
yang berasal dari dari ionisasi elektrolit. Jika kita alirkan listrik dalam
elektrolit tersebut, maka kation akan mengalami reduksi anion akan
mengalami oksidasi. Kation akan menuju ke katoda (tempat terjadinya
peristiwa reduksi), sedangkan anion akan menuju ke anoda (tempat terjadi
oksidasi). Jadi, dalam sel electroplating katoda merupakan elektroda negatif
sebab dituju oleh ion positif, sedangkan anoda adalah elektroda positif sebab
dituju oleh ion negatif. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar B.1.
24

Power Supply

Elektron
Anoda Katoda

Elektrolit

Gambar B.1 Prinsip Kerja Sel Electroplating [9]

3. Jelaskan apa saja yang terjadi selama proses elektrolisis percobaan


pelapisan Cu!
Jawab:
Fenomena yang terjadi selama proses pelapisan tembaga adalah gerakan ion
anoda ke katoda. Anoda positif (tembaga) akan pindah ke area katoda, pelat
besi. Katoda akan menerima ion tembaga positif yang mencapai permukaan
katoda. Dengan demikian, gerakan elektronik di mana elektron-elektron di
katoda mengubah ion tembaga ke dalam larutan ke dalam atom - atomi
tembaga di permukaan katoda. Selanjutnya, ada reaksi antara ion tembaga
dengan larutan elektrolit yang menyebabkan fenomena perubahan warna.
Selama proses pelapisan, larutan elektrolit akan kaya akan ion Cu2+,
sehingga ada perubahan warna dalam larutan elektrolisis, dari ubin yang
semula tidak berwarna.

4. Jelaskan aspek termodinamika dan kinetika dari pelapisan tembaga!


Jawab:
Aspek termodinamika dapat dilihat pada diagram pourbaix di area logam
imun, terkorosi, atau dilengkapi berdasarkan sel potensial dan pH. Diagram
ini memberikan informasi tentang reaksi anodik dan katodik yang dapat
25

terjadi dan kemungkinan perlindungan terhadap korosi berdasarkan


termodinamika. Diagram EFH (pourbaix) terbuat dari logam murni dan
dengan peningkatan pengukuran besarnya termodinamika paduan, diagram
paduan potensial dibuat. Untuk nilai pH di bawah 4 ion tembaga stabil
dalam larutan. Untuk nilai pH di atas 4, bentuk cangkir logam adalah oksida.
Penggantian komponen oksigen oksigen tidak terjadi dan mengurangi
mekanisme korosi. Ini berarti bahwa oksida yang cincin korosi. Oksion
CuO2 terjadi pada pH lebih dari 16. Kondisi kekebalan Cu diproduksi secara
potensial kurang dari 0,4. Jika ditinjau dari aspek kinetikanya yaitu potensial
lebih atau polarisasi kinetika adalah potensial pada anoda atau katoda yang
nilainya lebih tinggi dari potensial penguraian akibat terbentuknya gas
disekitar elektroda. Potensial lebih menyebabkan harga potensial menjadi
lebih negatif pada katoda dan menjadi lebih positif pada anoda. Reaksi pada
elektroda berlangsung seketika, kecepatan tercapainya kesetimbangan
antara elektroda dengan larutan tergantung dari besarnya arus yang
mengalir. Kurang cepatnya migrasi ion ke permukaan elektroda disebut
polarisasi konsentrasi. Polarisasi konsentrasi timbul apabila gaya difusi,
gaya tarik menarik elektrostatik dan pengadukan mekanik tidak cukup untuk
mengangkut pereaksi menuju atau dari permukaan elektroda.

5. Jelaskan parameter apa saja yang berpengaruh dalam proses pelapisan


tembaga (Cu)?
Jawab:
• Temperatur: Temperatur sangat penting untuk menyeleksi cocoknya
jalannya reaksi dan melindungi pelapisan. Keseimbangan suhu
ditentukan oleh beberapa faktor seperti ketehanan, jarak anoda dan
katoda, serta besarnya kuat arus yang digunakan
• Kerapatan arus: Kerapatan arus yang baik adalah arus yang tinggi pada
saat arus diperkirakan masuk, bagaimanapun nilai kerapatan arus
mempengaruhi waktu plating untuk mencapai ketebalan yang
diperlukan.
26

• Waktu pelapisan: Waktu sangat mempengaruhi ketebalan lapisan yang


diinginkan, semakin lama waktu pelapisan akan dihasilkan lapisan yang
semakin tebal semakin cepat waktu pencelupan semakin tipis pelat yang
bisa dilapisi.
• Konsentrasi: Konsentrasi larutan mempengaruhi mobilitas ion dan
konduktivitas larutan juga sehingga semakin pekat larutan elektrolit
yang digunakan semakin tebal pelat yang dilapisi, semakin encer
larutan elektrolit yang digunakan semakin tipis pelat yang dilapisi oleh
Cu.

6. Sebutkan dan jelaskan macam-macam larutan elektrolit yang dapat


digunakan pada proses pelapisan tembaga (Cu)!
Jawab:
Larutan yang bisa digunakan pada pelapisan tembaga adalah larutan
elektrolit kuat yang memiliki sifat; dapat terionisasi dengan sempurna dan
dapat menghantarkan arus listrik. Contoh larutan elektrolitnya adalah NaCl,
NaOH, H2SO4, HCl,dan KCl.

7. Sebutkan dan jelaskan macam-macam pelapisan logam (selain pelapisan


Cu)!
Jawab:
• Pelapisan Nikel: Pelapisan nikel digunakan untuk tujuan mencegah
korosi ataupun menambah keindahan. Nikel tahan terhadap panas dan
tahan korosi, tidak rusak oleh air kali atau air laut dan alkali. Nikel bisa
rusak oleh asam nitrat dan sedikit terkorosi oleh asam klorida dan asam
sulfat.
• Pelapisan seng: seng banyak digunakan sebagai pelapis untuk
menghindari oksidasi dalam logam lain. Seng tidak hanya melapisi,
tetapi juga sebagai penyerap elektron logam yang diposisikan sehingga
dapat menghindari munculnya reaksi oksidasi. Proses pelapisan seng
yang menggunakan listrik sebagai alat disebut proses pelapisan seng,
27

sedangkan proses pelapisan yang digunakan logam seng disebut proses


galvanisasi.
• Pelapisan Krom: Lapisan krom menggunakan bahan asam kromat dan
asam sulfat sebagai bahan aktivasi aliran, dengan campuran campuran
tertentu. Pelapisan krom juga dapat dilakukan pada plastik atau jenis
benda lain yang bukan logam, dengan persyaratan bahwa benda
tersebut harus dicat dengan cat yang mengandung logam sehingga dapat
mengalirkan listrik.
• Pelapisan Timah: Pelapisan timah biasa dilakukan pada kaleng-kaleng
makanan. Kaleng-kaleng makanan yang terbuat dari besi akan dilapisi
oleh timah agar tidak cepat rusak. Namun, timah tidak bisa melindung
besi dengan sempurna karena timah memiliki potensial reduksi yang
lebih tinggi dari besi sehingga saat timah yang dilapisi habis
atau tergores besi akan mudah mengalami korosi.

8. Sebutkan perusahaan yang melakukan proses pelapisan tembaga serta


produk yang dihasilkan!
Jawab:
1 Wuxi Xingyi Intelligent Environment Protection Equipment Co., Ltd.
Produk utama perusahaan adalah jalur produksi otomatis yang hemat energi
dan ramah lingkungan seperti pelapisan plastik, pelapisan tembaga,
pelapisan seng, pelapisan nikel, krom keras, anodizing, elektroforesis,
pelapisan barel, pelapisan bersepeda, pelapisan kontinyu, dan sebagainya.
Kami berkomitmen untuk menyediakan layanan turnkey satu atap kepada
pelanggan termasuk perencanaan desain, pembuatan dan pemasangan lini
produksi electroplating, sistem kontrol cerdas, sistem transfer dan
penyimpanan material otomatis, set lengkap peralatan perlindungan
lingkungan, operasi keselamatan dan pelatihan pemeliharaan peralatan, dan
peralatan upgrade, dll.
28

B.2 Tugas Khusus


1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan persamaan nenrst! Berikan 1 contoh
soalnya dan tuliskan reaksi yang terjadi di anoda dan katoda!
Jawab:
Persamaan Nerst ialah persamaan yang berkaitan dengan potensial
reduksi atau setengan sel terhadap suhu, potensial elektroda standar dan
aktivitas suatu spesies kimia yang melakukan reduksi dan oksidasi.
Hubungannya dipengaruhi oleh suhu dan apakah membran lebih permeabel
terhadap satu ion dibandingkan ion lainnya. Persamaanya adalah sebagai
berikut.
Sel E = E 0 sel - (RT / nF)lnQ……………………(1)
Elektroda seng direndam dalam larutan asam 0,80 M Zn 2+ yang
dihubungkan dengan jembatan garam ke larutan Ag + 1,30 M
yang mengandung elektroda perak. Tentukan tegangan awal sel pada 298K.
E 0 merah: Zn 2+ aq + 2e - → Zn s = -0,76 V
E 0 merah: Ag + aq + e - → Ag s = +0.80 V
Sel E = E 0 sel - (0,0591 V / n) log Q.
Q = [Zn 2+] / [Ag +] 2
Reaksi berlangsung secara spontan sehingga E 0 positif. Caranya adalah jika
Zn teroksidasi (+0,76 V) dan perak tereduksi (+0,80 V). Lalu, persamaan
kimia seimbang untuk reaksi sel dan menghitung E 0:
Zn s → Zn 2+ aq + 2e - dan E 0 ox = +0.76 V (Reaksi Katoda)
2Ag + aq + 2e - → 2Ag s dan E 0 merah = +0,80 V. (Reaksi Anoda)
yang ditambahkan bersama untuk menghasilkan:
Zn s + 2Ag + aq → Zn 2+ a + 2Ag s dengan E 0 = 1,56 V
Selanjutnya, menerapkan persamaan Nernst:
Q = (0,80) / (1,30) 2
Q = (0,80) / (1,69)
Q = 0,47
E = 1,56 V - (0,0591 / 2) log (0,47)
E = 1,57 V.
29

2. Apa yang dimaksud dengan electroplating dan sebutkan contoh-contohnya!


Jawab:
Electroplating ialah proses pelapisan logam, dengan menggunakan bantuan
arus listrik dan senyawa kimia tertentu guna memindahkan partikel logam
pelapis ke material yang hendak dilapisi. Pemberian arus searah kedalam
larutan menyebabkan terjadi proses reduksi pada katoda dan oksidasi pada
anoda. Terjadinya pengendapan pada proses ini karena adanya ion-ion
bermuatan listrik yang berpindah dari suatu elektroda melalui elektrolit
yang mana hasil dari elektrolisis tersebut akan mengendap pada elektroda
lain (katoda). Endapan yang terjadi bersifat adhesif terhadap logam dasar.

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan stoikiometri!


Jawab:
Stoikiometri di dalam ilmu kimia, adalah ilmu yang mempelajari dan
menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi
kimia. Kata ini berasal dari bahasa Yunani stoikheion (elemen)
dan metriā (ukuran). Stoikiometri gas merupakan suatu bentuk khusus, di
mana reaktan dan produknya yang semuanya adalah gas. Di kasus ini,
koefisien zat (yang menyatakan perbandingan mol dalam stoikiometri
reaksi) sekaligus menunjukkan perbandingan volume antara zat-zat yang
terlibat.

4. Carilah contoh pelapisan tembaga yang ada di sekitar! Beri nama, NPM,
nama bendanya dan alasannya!
Jawab:
Salah satu contoh penerapan electroplating di sekitar kita adalah perhiasan
yang dilapisi emas atau perak. Tidak mungkin kita membuat perhiasan
dengan komposisi emas murni atau perak 100% mengingat harganya yang
terlalu mahal dan perhiasan-perhiasan tersebut akan sulit dibentuk jika
menggunakan emas ataupun perak murni. Oleh karena itu, banyak perhiasan
30

yang dibuat dengan cara melapisinya dengan emas ataupun perak. Selain
untuk menurunkan biaya produksi, proses pelapisan ini juga dapat
meningkatkan nilai jual dari perhiasan itu sendiri. Berikut ini adalah contoh
perhiasan yang dilapisi dengan perak yang dapat dilihat pada Gambar B.2.

Aditya Rahman
3334190060

Gambar B.2 Kalung yang Dilapisi dengan Perak


LAMPIRAN C
BLANGKO PERCOBAAN
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email: labmet.untirta@gmail.com

Tanggal : DATA PERCOBAAN Kelompok : 28


2 Oktober 2021 PELAPISAN TEMBAGA

Conto Konsentrasi (M) Voltase (Volt) Arus (Ampere) Waktu (menit)

1 1 25 2 10

2 1 15 2 10

3 2 15 2 10

I II III
Conto
Cu Fe Cu Fe Cu Fe

Massa awal 42,83 24,69 44,5 26,093 51,76 25,277


(gram)

Massa akhir 42,803 24,707 44,3 26,206 51,646 25,303


(gram)

Selisih Massa 0,027 0,017 0,2 0,113 0,114 0,026


(gram)

No. Nama NPM Asisten


1. Raden Muhamad A. I. 3334180024
2. Ahmad Riqi Priyadi 3334190025
3 Aditya Rahman 3334190060
Thoriq Shafri Dewantara

Anda mungkin juga menyukai