Anda di halaman 1dari 15

Makalah

Redoks (REDUKSI OKSIDASI)

a/ik
Disusun Oleh :

Tukmaida Tanjung

Dosen Pengampuh : Emmi Juwita S.Pd. M.Pd

INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS PALUTA


TAHUN 2023 -2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang
“Redoks (Reduksi Oksidasi)”. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya
ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari
berbagai pihak. Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya
ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini. Kami berharap semoga karya
ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Gunungtua, Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan ...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Reaksi Redoks......................................................................................3
B. Jenis-jenis Reaksi Redoks..............................................................................4

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................................................................................11

B. Saran ..............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reaksi – reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi lebih sering
dipergunakan dalam analisa titirimetrik daripada reaksi-reaksi asam-basa,
pembentukan kompleks, ataupun pengendapan. Ion-ion dari berbagai unsur hadir
dalam wujud oksidasi yang berbeda-beda, mengakibatkan timbulnya banyak
kemungkinan reaksi-reaksi oksidasi-reduksi (redoks). Kebanyakan dari reaksi-reaksi
ini layak digunakan dalam analisa titrimetrik, dan aplikasinya sangat beranekaragam
(Day and Underwood, 2002).
Oksidasi adalah kehilangan satu atau lebih electron yang dialami oleh suatu
atom, molekul, atau ion, sementara reduksi adalah perolehan electron. Tidak ada
electron bebas dalam sistem kimiawi yang biasa, dan kehilangan elektron yang
dialami oleh suatu spesies kimiawi selalu disertai oleh perolehan elektron pada bagian
yang lainnya. Istilah reaksi transfer electron terkadang dipergunakan untuk reaksi-
reaksi redoks (Day and Underwood, 2002).
Reaksi redoks memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, baik
yang merugikan maupun menguntungkan. Reaksi redoks yang menguntungkan
misalnya saja reaksi yang berlangsung dalam proses respirasi pada tumbuhan. Dalam
proses ini, karbohidrat dioksidasi menjadi karbondioksida dan uap air dengan melepas
energi, adapun contoh redoks yang merugikan, yaitu korosi besi (besi berkarat).
Korosi ini sangat merugikan karena merusak banyak bangunan dan benda-benda yang
terbuat dari besi.
Reaksi redoks memiliki aplikasi yang luas dalam bidang industri. Misalnya
prinsip reaksi redoks mendasari pembuatan baterai dan aki, ekstrasi dan pemisahan
logam dengan logam lain, seperti emas, perak, dan kromium. Selain itu, reaksi redoks
juga digunakan untuk membuat senyawa kimia, seprti natrium hidroksida yang
merupakan bahan baku dalam banyak kegiatan industri. Oleh karena itu disusun
makalah ini tentang reaksi reduksi oksidasi (redoks) agar dapat mengetahui dan
memahami reaksi redoks.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dari Makalah ini adalah :
1. Bagaimana teori Reaksi Redoks
2. Apa saja Jenis-jenis Reaksi Redoks
C. Tujuan
Tujuan dari makalah Ini adalah Untuk Mengetahui :
1. Teori Reaksi Redoks
2. Jenis-jenis Reaksi Redoks

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Reaksi Redoks
Reaksi reduksi oksidasi atau reaksi redoks berperan dalam banyak hal dalam
kehidupa sehari-hari. Reaksi redoks dapat berguna bagi pemekaran bahan bakar
minyak bumi, dan digunakan juga sebagai cairan pemutih. Selain itu, sebagai unsure
logam dan non logam diperoleh dari bijihnya melalui proses oksidasi atau reduksi.
(Chang, 2005).
Proses elektrokimia adalah reaksi redoks (reduksi-oksidasi) di mana dalam
reaksi ini energi yang dilepas oleh reaksi spontan diubah menjadi listrik atau di mana
energy listrik digunakan agar reaksi yang nonspontan bias terjadi. Dalam reaksi
redoks, electron-elektron ditransfer dari satu zat ke zat lain (Chang,2005).
Elektrolisis merupakan salah satu bagian dari elektrokimia. Elektrolisis ialah
proses di mana energy listrik digunakan untuk mendorong agar reaksi redoks yang
nonspontan bias terjadi. Hubungan kualitatif antara arus yang dipasok dan produk
yang terbentuk dirumuskan oleh Faraday. Elektrolisis merupakan cara utama untuk
memproduksi logam aktif serta nonlogam aktif dan banyak lagi bahan kimia yang
penting di industry (Chang, 2005)
Pada reaksi redoks terdapat reduktor dan oksidator dimana reduktor adalah zat
yang dalam reaksi mengalami oksidasi, zat yang mampu mereduksi zat lain dan zat
yang dapat memberikan electron kepada zat lain sedangkan oksidator adalah zat yang
dalam reaksi mengalami penurunan bilangan oksidasi, zat yang mampu mengoksidasi
zat lain, zat yang menangkap elaktron dari zat lain (Keenan, 1986).
Reaksi kimia dapat digolongkan kedalam reaksi redoks atau bukan redoks.
Istilah dari redoks berkaitan dengan peristiwa reduksi dan oksidasi. Pengertian reaksi
reduksi dan oksidasi itu telah mengalami perkembangan. Pada awalnya reaksi reduksi
dan oksidasi berkaitan dengan pelepasan dan pengikatan oksigen, oksidasi sebagai
pengikat oksigen sedangkan reduksi dikaitkan denga pelepasan oksigen. Pada
perkembangan selanjutnya oksidasi dan reduksi dikaitkan dengan pengkapan dan
pelepasan electron dan dengan perubahan bilangan oksidasinya (Underwood,1998).
Batasan yang lebih umum dari reaksi oksidasi reduksi adalah berdasarkan
pemakaian bilangan oksidasi pada pemakaian bilangan oksidasi pada atom karbon
dengan cara memasukkan bilangan oksidasi pada keempat ikatannya. Contohnya atom
H yang berikatan dengan C mempunyai bilagan oksidasi 0, dan atom C mempunyai
3
bilangan oksidasi +1 jika berikatan tunggal pada heteroatom seperti oksigen, nitrogen
atau sulfur (Riswiyanto, 2009, hal: 108).
Potensial system redoks merupakan peubah yang paling khas yang berubah
selama berlangsungnya titrasi redoks. Karena itu, potensial yang diukur dapat dibuat
pada kertas grafik sebagai fungsi volume peniteryang ditambahkan sehingga diperoleh
kurva titrasi redoks. Sedangkan titrasi dapat dengan persamaan ners, yaitu hubungan
antara potensial elektroda baku kedua pasangan redoks dan kesetimbangan massanya.
Biasanya kurva teoritis ini bersesuaian dengan kurva yang diperoleh dengan
percobaan. Karena itu, kurva teoritis ini sangat berguna untuk meramalkan ketelitian
pengukuran, memilih indicator dan memilih persyaratan titrasi yang bersesuaian
(Rivai, 1995).

B. Jenis-jenis Reaksi Redoks


Titrasi redoks melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi antara titran dan analit.
Titrasi redoks banyak dipergunakan untuk penentuan kadar logam atau senyawa yang
bersifat sebagai oksidator atau reduktor. Aplikasi dalam bidang industri misalnya
penentuan sulfite dalam minuman anggur dengan menggunakan iodine, atau
penentuan kadar alkohol dengan menggunakan kalium dikromat. Beberapa contoh
yang lain adalah penentuan asam oksalat dengan menggunakan permanganate,
penentuan besi(II) dengan serium(IV), dan sebagainya.
Karena melibatkan reaksi redoks maka pengetahuan tentang penyetaraan
reaksi redoks memegang peran penting, selain itu pengetahuan tentang perhitungan
sel volta, sifat oksidator dan reduktor juga sangat berperan. Dengan pengetahuan yang
cukup baik mengenai semua itu maka perhitungan stoikiometri titrasi redoks menjadi
jauh lebih mudah.
Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya,
diantaranya :
1. Titrasi Iodin (Iodometri dan Iodimetri)
Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan dua cara yaitu titrasi
langsung (iodimetri) dan titrasi tak langsung (iodomotri).
a. Titrasi langsung (iodimetri)
Iodimetri merupakan Metode Titrasi redoks yang melibatkan iodin
yang bereaksi secara langsung. Iodium merupakan oksidator yang relative kuat
dengan nilai potensial reaksi sebesar +0,535 V. Iodium akan mereduksi

4
senyawa – senyawa yang memilki potensial reduksi lebih kecil dibandingkan
dengan iodium. Pada reaksi oksidasi, iodium akan mengalami reduksi menjadi
iodida sesuai dengan reaksi: I2 + 2e 2I-
larutan baku iodium dapat digunakan untuk analisis kuantitatif
senyawa- senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih kecil dari pada
sistem iodium-iodida sebagaimana persamaan di atas atau dengan kata lain
digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat reduktor yang cukup kuat
seperti vitamin C, tiosulfat, arsenit, sulfida, sulfit, Stibium(III), timah(II), dan
ferosianida. Daya mereduksi dari berbagai macam zat ini tergantung pada
konsentrasi ion hydrogen, dan hanya dengan penyesuaian pH dengan tepat
yang dapat menghasilkan reaksi dengan iodium secara kuantitatif.
Vitamin C mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil daripada
iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan iodium. Reaksi yang
terjadi:
b. Titrasi tak langsung (iodometri)
Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk
menetapkan senyawa- senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih
besar daripada sistem iodium- iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat
oksidator seperti CuSO45H2O. Iodometri terjadi pada zat yang bersifat
oksidator seperti besi (III), tembaga (II), dimana zat ini akan mengoksidasi
iodida yang ditambahkan membentuk iodin.
Sebagai contoh adalah penentuan kandungan klorin (Cl2) dalam agen
pemutih. Klorin akan mengoksidasi iodide untuk menghasilkan iodium.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: Cl2+2I- 2Cl- + I2
Selanjutnya iodium yang dibebaskan dititrasi dengan larutan baku
natrium tiosulfat menurut reaksi: 2S2O32- + I2 S4O62- + 2I-
c. penyerapan iodium oleh senyawa – senyawa penisilin
2. Permanganometri
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh
kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan
reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Kalium
permanganate adalah oksidator kuat. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak
mahal, dan tidak membutuhkan indicator terkecuali untuk larutan yang amat encer.
Satu tetes 0,1 N permanganate memberikan warna merah muda yang jelas pada
5
volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini
digunakanuntuk mengindikasi kelebihan reagen tersebut. Kelemahannya adalah dalam
medium HCL. Cl- dapat teroksidasi, demikian juga larutannya, memiliki kestabilan
yang terbatas. Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi
yang terjadi dalam larutan-larutan yang bersifat asam, 0.1 N atau lebih besar
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan
reaksi ini, namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan atau penggunaan
sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Sebagai contoh, permanganat adalah agen
unsur pengoksidasi yang cukup kuat unuk mengoksidasi Mn(II) menjadi MnO2 , titik
akhir permanganate tidak permanen dan warnanya dapat hilang karena reaksi
Reaksi ini berjalan lambat dalam keadaan asam, tapi cepat dalam keadaan netral.
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk
mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO 2. Bagaimanapun juga,
mengingat reaksinya berjalan lambat, MnO 2 tidak diendapkan secara normal pada titik
akhir titrasi-titrasi permanganat.
Larutan-larutan permanganat yang bersifat asam tidak stabil karena asam
permanganat terdekomposisi dan air teroksidasi dengan persamaan.Ini adalah sebuah
reaksi lambat di dalam larutan-larutan encer pada suhu ruangan. Penguraiannya
dikatalisis oleh cahaya panas asam-basa, ion Mn(II) dan MnO 2. Namun demikian,
jangan pernah menambahkan permanganat berlebih ke dalam sebuah unsur reduksi
dan kemudian menaikkan suhu untuk mempercepat oksidasi, karena reaksi yang
nantinya muncul akan berlangsung dengan laju yang rendah.
Pembuatan larutan baku kalium permanganat harus dijaga faktor-faktor
yang dapat menyebabkan penurunan yang besar dari kekuatan larutan baku
tersebut, antara lain dengan pemanasan dan penyaringan untuk menghilangkan
zat-zat yang mudah dioksidasi.
3. Serimetri
Larutan serium(IV) sulfat dalam asam sulfat encer merupakan zat
pengoksidasi yang kuat dan lebih stabil daripada larutan kalium permanganat, dengan
suatu syarat bahwa asam sulfat cukup mampu menghindari hidrolisis dan
pengendapan garam basanya. Kalau larutan kalium permanganate dapat direduksi
menjadi beberapa macam keadaan hasil reduksi, maka reduksi larutan serium(III),
menurut reaksi:

6
Ce4+ + e- Ce3+
Ion Ce(IV) dipergunakan dalam larutan-larutan dengan keasaman tinggi
karena hidrolisisa akan menghasilkan pengendapan pada larutan-larutan dengan
konsentrasi ion hydrogen yang rendah.potensial redoks dari pasangan Ce(IV)/ Ce(III)
tergantung pada sifat dan konsentrasi dari asam yang ada.
Keuntungan serium (IV)sulfat sebagai suatu zat pengoksidasi standar adalah :
1) Larutan serium (IV)sulfat secara mencolok stabil selama dalam jangka
waktu yang lama .larutan ini tidak perlu dilindungi dari cahaya , dan
bahkan dapat didihkan selama waktu yang singkat tanpa perubahan yang
berarti dalam konsentrasi.
2) Serium(IV)sulfat dapat digunakan dalam penetapan zat – zat pereduksi
dengan adanya konsentrasi HCl yang tunggi.
3) Larutan – larutan serium (IV)sulfat dalam larutan 0,1 N tidak terlalu
berwarna untuk dapat mengaburkan penglihatan ketika membaca miniskus
dalam buret dan alat – alat titrimetri lainnya.
4) Dalam reaksi garam serium (IV)sulfat dalam larutan asam dengan zat – zat
pereduksi,perubahan valensi yang terjadi adalah : Ce4++e-↔ Ce3+. Dengan
demikian maka dianggap bobot ekivalennya adalah 1 mol atau 1 Mr .
5) Ion serium (IV) tidak berwarna (dibandingkan ion Mn (II) yang btidak
berwarna dari KMnO4 , dan ion serium (III) yang hijau dari kalium
dikhromat).
6) Serium (IV)sulfat adalah zat pengoksid yang serba guna. ia dapat
digunakan dalam banyak titrasi yang sama permangganat telah
digunakan,dan juga untuk penetapan - penetapan lainnya.
7) Larutan serium (IV) sulfat paling baik distandarisasikan dengan arsen (III)
oksida atau natrium oksalat .
Larutan serium(IV)sulfat dalam larutan asam sulfat encer adalah
stabil, bahkan pada temperature – temperature didih .larutan dalam HCl
dari garam ini tidak stabil , karena reduksi menjadi Ce (III) oleh asam
tersebut dengna dibarengi pembebasan klor. Reaksinya: 2Ce4++2Cl- ↔
2Ce3++Cl2
4. Kalium Iodat

7
Larutan kalium iodat dibuat dengan melarutkan sejumlah tertentu kalium iodat
dalam air secukupnya. Kalium iodat dapat diperoleh dalam keadaan murni dan
bersifat stabil sehingga larutan ini tidak perlu dibakukan kembali. Larutan baku
kalium iodat tidak menggunakan normalitasnya akan tetapi menggunakan
molalitasnya karena normalitasnya terdapat macam-macam,tergantung reaksinya.
Dalam hal ini, maka reduksi kalium iodat menjadi iodide tidak bisa seragam
sebagaimana kalium bromate. Pada reaksi berikut :

IO3- + 6H+ +6e I- + 3H2O (I)

Maka 1 mol kalium iodat setara denagn 6 elektron akibatnya valensinya adalah
6 sehingga 0,05 M sama dengan 0,3 N, akan tetapi jika digunakan kelebihan iodat
maka yang terjadi pada reaksi (I) akan terbentuk iodium, sehingga kelebihan iodat dan
iodium dapat ditetapkan secara iodometri. Reduksi iodat menjadi iodium dapat ditulis
dengan reaksi berikut:

2IO3- +12H+ +10e I2 + 6h2O (II)

Pada reaksi (II) ini maka 2 mol iodat setara dengan 10 elektron sehingga
valensinya 5 akibatnya larutan 0,05 setara dengan 0,25 N. Reaksi ini tidak digunakan
untuk penetapan yang resmi.

5. Titrasi Dengan Kalium Bromat


Bromo-bromatometri merupakan salah satu metode penetapam kadar suatu zat
dengan prinsip reaksi reduksi-oksidasi. Oksidasi adalah suatu proses yang
mengakibatkan hilangnya aatu elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion atau
molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang
lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah zat yang memperoleh elektron, dan dalam
proses itu zat tersebut direduksi.
Reduksi adalah suatu proses yang mengakibatkan diperoleh satu elektron atau
lebih oleh zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaan oksidasi
berubah menjadi lebih negatif (kurang positif), jadi suatu zat pereduksi adalah zat
yang kehilangan elektron, dalam proses itu zat ini dioksidasi.
Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar reaksi
dari ion bromat (BrO3). Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari sistem ini

8
menunjukkan bahwa kalium bromat adalah oksidator kuat. Hanya saja kecepatan
reaksinya tidak cukup tinggi. Untuk menaikkan kecepatan ini titrasi dilakukan dalam
keadaan panas dan dalam lingkungan asam kuat. Adanya sedikit kelebihan kalium
bromat dalam larutan akan menyebabkan ion bromida bereaksi dengan ion bromat,
dan bromin yang dibebaskan akan merubah larutan menjadi warna kuning pucat,
warna ini sangat lemah sehingga tidak mudah untuk menetapkan titik akhir.
Bromin yang dibebaskan ini tidak stabil, karena mempunyai tekanan uap yang
tinggi dan mudah menguap, karena itu penetapan harus dilakukan pada suhu terendah
mungkin, serta labu yang dipakai untuk titrasi harus ditutup. Metode bromometri dan
bromatometri ini terutama digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa organik
aromatis dengan membentuk tribrom substitusi. Metode ini dapat juga digunakan
untuk menetapkan senyawa arsen dan stibium dalam bentuk trivalent walaupun
tercampur dengan stanum valensi empat. Dalam suasana asam, ion bromat mampu
mengoksidasi iodida menjadi iod, sementara dirinya direduksi menjadi brimida :

BrO3- +6H+ +6e Br - + 3H2O


O Tidak mudah mengikuti serah terima elektron dalam hal ini, karena suatu
reaksi asam basa (penetralan H+ menjadi H2O) berimpit dengan tahap redoksnya.
Namun nampak bahwa 6 ion iodida kehilangan 6 elektron, yang pada gilirannya
diambil oleh sebuah ion bromat tunggal.

6. Titrasi Yang Melibatkan Brom (Br2)


Brom yang digunakan sebagai oksidator seperti iodium. Brom akan direduksi
oleh zat-zat organic dengan terbentuknya senyawa hasil substitusi yang tidak larut
dalam air misalnya tibromofenol, tribomoanilin, dan sebgainya yang raksinya
berlangsung secara kuantitatif. Brom juga dapat digunakan untuk menetapkan kadar
senyawa-senyawa organic yang mampu bereaksi secara adisi atau subsitusi dengan
brom.
Selain bromnya sendiri, brom yang dapat juga diperoleh dari hasil pencampuran
kalium bromate dan kalium bromide dalam lingkungan asam kuat sesuai reaksi
berikut :

KBrO3+5KBr + 6HCl 3Br2+ 6KCl + 3H2O


Brom yang dibebaskan ini kemudian mengoksidasi iodide yang setara dengan jumlah
iodium yang dihasilkan menurut reaksi:

9
Br2+2KI I2 + 2KBr
Iodium ini selanjutnya ditirasi dengan larutan baku natrium tiosulfat menurut reaksi

I2 + 2Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6


Adanya brom tidak langsung dititrasi dngan natrium tiosulfat dikarenakan
perbedaan potensialnya yang sangat besar, akibatnya jika brom langsung dititrasi
dengan natrium tiosulfat maka yang dihasilkan tidak hanya tetrationat (S 4O62-) tetapi
juga sulfat (SO42) Bahkan mungkin sulfide yang berupa endapan kuning.
Larutan baku brom dapat digunakan untuk menetapkan kadar fenol dengan
cara sebagai berikut: timbang secara seksamakurang lebih 2 gram, msukkan kedalam
labu takar 1000 ml, dan encerkan dengan air sampai tanda batas. Pipet 20,0 ml larutan
ini dan masukkan ke dalam labu iodium. Tambahnkan 30 ml larutan brom 0,1 N
secara tepat dan 5 ml HCL pekat dan segera goyangkan elama 30 menit dan diamkan
selam 15 menit. Tambahkan 5 ml larutan Ki 20%, Hati-hati terhadap uap brom yang
dilepaskan, segera ttup dan gojog baik-baiksupaya kelebihan brom bereaksi dengan
KI menghasilkan iodium yang setara dengan brom sisa. Tambahkan 5 ml kloroform.
Iodium yang terbentuk dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat 0,1 N dengan
menggunakan 3 ml larutan kanji 0,5% sebelum titik akhir sebagai indicator. Lakukan
titrasi blanko. Tiap ml brom 0,1 N setara dengan 1,569 mg fenol.
Ketika asam klorida pekat ditambahkan maka brom akan dibebaskan, dan bro mini
akan bereaksi dengan fenol untuk menghasilkan endapan putih tribromofenol dan
asam bromide menurut reaksi
Labu yang digunakan harus tertutup rapat untuk menghindari menguapanya
brom, sedangkan penggojokan selama 30 menit bertujuan supaya reaksi fenol dengan
brom berlangsung secara sempurna. Penambahan KI bertujuan untuk mengubah brom
menjadi iodium sesuai denagn reaksi:

Br2 + 2KI I2 + 2KBr


Sedangkan penambahan 5 ml kloroform bertujuan untuk melarutkan endapan
tribromofenol. Iodium yang terbentuk selanjutnya dititrasi dengan baku natrium
tiosulfat.
Beberapa senyawa yang ditetapkan kadarnya dengan larutan baku brom dalam
farmakope Indonesia Edisi IV : klorokresol, fenol, fenol cair, fenileprin
Hcl, resorsinol dan timol.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Reaksi redoks (reduksi-oksidasi) di mana dalam reaksi ini energi yang dilepas
oleh reaksi spontan diubah menjadi listrik atau di mana energy listrik digunakan agar
reaksi yang nonspontan bias terjadi. Jenis reaksinya yaitu reaksi yang melibatkan
permanganate, kalium kromat, kalium iodat, dll. Aplikasi titrasi redoks iodimetri,
iodometri, permanganometri menggunakan titrant kalium permanganat untuk
penentuan Fe2+ dan oksalat, Kalium dikromat dipakai untuk titran penentuan Besi(II)
dan Cu(I) dalam CuCl. Bromat dipakai sebagai titrant untuk penentuan fenol, dan
iodida (sebagai I2 yang dititrasi dengan tiosulfat), dan Cerium(IV) yang bisa dipakai
untuk titrant titrasi redoks penentuan ferosianida dan nitrit.
B. Saran
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya
pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya
dengan makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman
memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khusus pada penulis.
Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep – Konsep Inti. Jilid 1. Edisi
3 Erlangga : Jakarta
Day, R.A. and A.L. Underwood. (2002). Analisis kimia kuantitatif. Edisi keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga
Hamdani.2013. Jenis Indikator Titrasi. Available Onlin
at http://catatankimia.com/catatan/jenis-indikator-titrasi.html
Haeria,S.si. 2011. Praktikum Kimia Analisis. Uin Alauddin Makassar: Makassar.
Khopkar. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. UIP: Jakarta
Prof. Dr. Gholib Ibnu dan R.Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar

12

Anda mungkin juga menyukai