Disusun Oleh :
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, puji
syukur kami panjatkan atas segala limpahan rahmat, nikmat, serta karunia-Nya yang
tidak ternilai sehingga kami bisa menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Makalah
yang berjudul “Hukum Dasar dan Stoikiometri” ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Kimia Dasar.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa
kami sebutkan satu per satu atas bantuan dalam penyelesaian makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Cover
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan ...............................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................................... 2
2.1 Reaksi Reduksi Oksidasi....................................................................................2
2.2 Sel Volta.............................................................................................................6
2.3 Potensial Reduksi Standar..................................................................................8
2.4 Sel Volta Komersial.........................................................................................11
2.5 Sel Elektrolisis.................................................................................................13
2.6 Korosi...............................................................................................................23
BAB III
KESIMPULAN......................................................................................................31
3.1 Kesimpulan......................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian elektrokimia
1
1.3.2 Untuk mengetahui konsep reaksi reduksi-oksidasi
1.3.3 Untuk mengetahui peengertian sel volta
1.3.4 Untuk mengetahui konsep sel volta dan notasi sel
1.3.5 Untuk mengetahui pengertian potensial reduksi standar
1.3.6 Untuk mengetahui macam sel volta komersial
1.3.7 Untuk mengetahui konsep sel elektrolisis
1.3.8 Untuk mengetahui pengertian korosi
1.3.9 Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya korosi
1.3.10 Untuk mengetahui cara mencegah korosi
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
5. Bilangan oksidasi unsur H yang berkaitan pada senyawa logam adalah
+1, apabila berkaitan dengan senyawa non-logam -1.
Contoh: Bilangan oksidasi unsur H pada H2O, HCl, H2S, dan NH3
adalah +1. Bilangan oksidasi unsur H pada senyawa hidrida adalah -1.
Misalnya, bilangan oksidasi unsur H pada NaH, CaH2, dan AlH3 adalah
-1.
6. Bilangan oksidasi oksigen (O) dalam senyawa peroksida = -1. Bilangan
oksidasi O dalam senyawa non-peroksida = -2.
Contoh: Bilangan oksidasi unsur O pada senyawa peroksida, seperti
H2O2 dan BaO2 adalah -1
3. Menyetarakan Reaksi Redoks
a. Metode Setengah Reaksi
Cara penyetaraan reaksi redoks dengan sistem setengah reaksi
dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1) menuliskan masing-masing persamaan setengah reaksi reduksi dan
reaksi oksidasi
2) menyetarakan unsur-unsur yang mengalami reaksi redoks
3) menambahkan (1) molekul H2O : - pada yang kekurangan (1)
atom O, jika reaksi berlangsung dalam suasana asam - pada yang
kelebihan (1) atom O, jika reaksi berlangsung dalam suasana basa
4) menyetarakan atom hidrogen dengan ion H+ jika suasana asam
atau dengan ion OHjika suasana basa
5) menyetarakan muatan dengan menambahan elektron di sebelah
kanan atau kiri persamaan reaksi
6) menjumlahkan kedua persamaan setengah reaksi dengan
menyamakan elektronnya
b. Metode Bilangan Oksidasi
Langkah-langkah untuk menyeimbangkan persamaan kimia dengan
metode bilangan oksidasi adalah sebagai berikut.
1) Tuliskan persamaan skeletal.
2) Hitung bilangan oksidasi setiap elemen.
3) Hitung kenaikan atau penurunan bilangan oksidasi per atom dan
identifikasi oksidator dan reduktor.
4) Jika kenaikan dan penurunan ini tidak sama, kemudian gandakan
pengoksidasi dan reduktor dengan bilangan bulat yang sesuai
4
untuk menyamakan total peningkatan dan penurunan bilangan
oksidasi.
5) Seimbangkan semua atom selain hidrogen dan oksigen.
6) Setarakan hidrogen dan oksigen dengan dua langkah berikut.
a) Dalam suasana asam, tambahkan molekul H2O ke sisi
kekurangan oksigen dan tambahkan atom hidrogen sebagai ion
H+ke sisi yang kekurangan hidrogen.
b) Dalam suasana basa tambahkan molekul H2O ke sisi
kekurangan oksigen. Untuk hidrogen, tambahkan molekul H2O
ke sisi yang kekurangan hidrogen dan kemudian tambahkan
jumlah ion OH– yang sama pada sisi yang berlawanan.
Contoh Soal:
Setarakan Reaksi berikut:
CrI3 + KOH + Cl2 → K2CrO4 + KIO4 + KCl + H2O (suasana basa)
Penyelesaian :
KOH dan H2O bisa dianggap tidak ada, karena nantinya kita akan mencari
KOH dengan cara menyamakan jumlah koefisien K di ruas kiri dan ruas
kanan dan mencari H2O. Sehingga menjadi:
CrI3 + Cl2 → K2CrO4 + KIO4 + KCl
5
Sel volta adalah sel yang dapat mengubah energi kimia menjadi energi
listrik melalui mekanisme reaksi oksidasi reduksi (redoks) yang terjadi
secara spontan. Sel volta disebut pula sebagai sel galvani. Galvani diambil
dari nama ilmuan fisiologi berkebangsaan italia, yaitu Luigi Galvani
(1737-1798) yang menemukan fenomena adanya sifat listrik pada tulang.
Sedangkan kata volta sendiri berasal dari nama ilmuan fisika dari
berkebangsaan italia, Alessandro Volta (1745-1827) yang melakukan
percobaan dan menyatakan bahwa kontak dua logam yang berbeda dapat
menimbulkan listrik.
2.2.2 Susunan sel volta
Secara umum, sel volta tersusun dari:
a. Anode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi oksidasi.
b. Katode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi reduksi.
c. Elektrolit, yaitu zat yang dapat menghantarkan listrik.
d. Rangkaian luar, yaitu kawat konduktor yang menghubungkan anode
dengan katode.
e. Jembatan garam, yaitu rangkaian dalam yang terdiri dari larutan garam.
Jembatan garam memungkinkan adanya aliran ion-ion dari setengah sel
anode ke setengah sel katode, dan sebaliknya sehingga terbentuk
rangkaian listrik tertutup.
Energi listrik pada sel volta berasal dari pergerakan elektron dari reaksi
redoks yang spontan. Sel volta tersusun atas 2 setengah sel yang
dihubungkan dengan jembatan garam. Setengah sel terdiri dari elektroda
(logam) dan elektrolitnya. Jembatan garam digunakan untuk
menyeimbangkan muatan antar sel yang terbuat dari pipa berisi gel
elektrolit. Contoh sel volta yaitu sel yang menggunakan logam Zn dan Cu.
Ketika rangkaian ditutup kedua logam tersebut dapat bereaksi secara
spontan dan mengalirkan listrik. Logam Zn teroksidasi menjadi Zn2+
sedangkan pada sel Cu terjadi reduksi Cu2+ menjadi Cu. Jadi selama
pemakaian sel volta massa logam Zn akan berkurang sedangkan logam Cu
menjadi bertambah. Hal ini dapat dilihat dari
Anoda : Zn (s) → Zn2+ (aq) + 2e–
Katoda : Cu2+ (aq) + 2e– → Cu (s)
Sehingga reaksi sel volta yang terjadi yaitu
Zn (s) + Cu2+ (aq) → Zn2+ (aq) + Cu (s)
6
Dari reaksi tersebut kita ketahui bahwa logam Zn menghasilkan elektron
yang mengalir menuju Cu2+. Sehingga sel Zn merupakan anoda (negatif)
dan Cu merupakan katoda (positif).
Reaksi pada sel volta dituliskan dalam bentuk notasi sel yaitu A|Ax+||Ky+|
K. A yaitu reaksi pada anoda sedangkan K reaksi pada katoda. Contohnya
Zn (s)|Zn2+(aq)||Cu2+(aq)|Cu (s)
2.2.3 Penulisan notasi sel volta
Penulisan notasi sel volta mengikuti konvensi umum sebagai berikut.
a. Komponen-komponen pada kompartemen anoda (setengah sel oksidasi)
ditulis pada bagian kiri, sedangkan komponen-komponen pada
kompartemen katoda (setengah sel reduksi) ditulis pada bagian kanan.
b. Tanda dua garis vertikal ( || ) melambangkan jembatan garam yang
memisahkan kedua setengah sel.
c. Tanda satu garis vertikal ( | ) melambangkan batas fase antara komponen-
komponen dengan fase berbeda. Sebagai contoh, Ni(s) | Ni2+(aq)
mengindikasikan bahwa Ni padat berbeda fase dengan larutan Ni2+.
d. Tanda koma (,) digunakan untuk memisahkan komponen-komponen
dalam fase yang sama. Sebagai contoh, suatu sel volta dengan anoda Co
dan katoda inert Pt, di mana terjadi oksidasi Co menjadi Co2+ dan reduksi
Fe3+ menjadi Fe2+, dinotasikan sebagai berikut.
Co(s) | Co2+(aq) || Fe3+(aq), Fe2+(aq) | Pt(s)
e. Jika diperlukan, konsentrasi dari komponen-komponen terlarut ditulis
dalam tanda kurung. Sebagai contoh, jika konsentrasi dari larutan Zn2+
dan Cu2+ adalah 1 M keduanya, maka dituliskan seperti berikut.
Zn(s) | Zn2+(aq, 1 M) || Cu2+(aq, 1 M) | Cu(s)
2.3 Hukum Faraday
Hubungan antara jumlah muatan listrik yang melewati suatu larutan elektrolit
dan jumlah zat yang terdapat dalam elektroda dinyatakan oleh Faraday pada tahun
1834 dalam suatu hokum elektrolisis. Hukum Faraday pertama menyatakan bahwa
massa suatu zat yang diendapkan atau dibebaskan di setiap elektroda berbanding
lurus dengan jumlah muatan yang terlibat.
Dalam hukum kedua Faraday menyatakan bahwa massa suatu zat yang diendapkan
atau dibebaskan pada elektroda berbanding lurus dengan muatan yang melaluinya.
Secara persamaan matematis, hukum Faraday dapat diperoleh persamaan berikut:
w = (e I t) / F
7
Dimana w adalah massa zat yang diendapkan dalam gram, e adalah massa
ekuivalen (Mr/valensi), I adalah kuat arus dalam ampere, t adalah waktu dalam
second, sedangkan F adalah tetapan Faraday (96.500 coloumb).
2.4 Potensial Reduksi Standar/Potensial Elektrode Standar (EO)
Potensial elektrode standar atau potensial reduksi standar adalah potensial
relatif suatu elektrode terhadap elektrode hidrogen yang diukur dalam keadaan
standar, yaitu pada suhu 25oC, tekanan gas 1 atm, dan konsentrasi ion-ion sebesar 1
M. Potensial reduksi standar ini terkait dengan setengah reaksi yang ada (wadah
elektroda). Potensial elektroda standar seperti halnya termodinamika, yaitu dapat
dbalik dengan mengubah tandanya.
2.4.1 Potensial Elektrode
Potensial elektrode merupakan potensial sel yang dihasilkan oleh suatu
elektrode (M) dengan elektrode hidrogen. Selain itu, potensial elektrode juga
diartikan sebagai beda potensial elektrode itu terhadap elektrode hidrogen.
Elektrode hidrogen tersebut digunakan sebagai elektrode pembanding dalam
upaya membandingkan kecenderungan oksidasi atau reduksi suatu elektrode.
Potensial elektrode hidrogen pada keadaan standar sebesar 0 volt dan potensial
yang terukur oleh voltmeter dinyatakan sebagai potensial sel pasangannya.
Berikut tabel harga potensial elektrode standar (Eo):
8
E° oksidasi = – E° reduksi
2.4.2 Potensial Sel (Esel/Gaya gerak listrik/ggl/emf)
Potensial sel merupakan selisih potensial kutub positif dengan kutub
negatif. Potensial sel volta dapat ditentukan menggunakan voltmeter atau
potensiometer. Selain itu, potensial sel volta juga dapat dihitung berdasarkan
data potensial elektrode positif (katode) dan potensial elektrode negatif
(anode).
E0sel = Eokatoda – Eoanoda
Katode merupakan elektrode yang mempunyai harga Eo lebih besar (lebih
positif), sedangkan anode merupakan elektrode yang mempunyai harga Eo
lebih kecil (lebih negatif).
2.5 Potensial Reaksi Redoks
Potensial reaksi redoks sama dengan potensial sel yang dibentuknya. Setengah
reaksi reduksi menyusun katode, sedangkan setengah reaksi oksidasi menyusun
anode.
Contoh soal:
Diketahui: Zn (s) + Cu2+ (aq) → Zn2+(aq) + Cu (s) Tentukan potensial reaksi redoks
tersebut!
Jawab:
Notasi sel volta yang dapat dibuat reaksi tersebut adalah Zn│Zn2+ ││Cu2+ │Cu
Potensial sel adalah:
Eo = Eo Cu2+ │Cu - EoZn│Zn2+
= 0,34 - (-0,76) volt
= 1,10 volt.
Jadi, potensial reaksi redoks tersebut adalah 1,10 volt
9
Jadi, semakin kekiri, logam lebih mudah melepas elektron (reaktif)
dibandingkan dengan logam di kanannya. Dengan demikian, logam yang terletak
lebih kiri dapat mendesak logam yang lebih kanan dari senyawa.
2.7 Sel Volta Komersial
Sel volta dikelompokkan menjadi 2, yakni sel primer dan sel sekunder. Sel
primer merupakan se volta yang dapat diisi ulang. Sel sekunder merupakan sel
volta yang dapat diisi ulang.
2.7.1 Aki
Aki adalah jenis baterai yang banyak digunakan untuk kendaraan
bermotor. Aki dapat menghasilkan listrik yang cukup bssar dan dapat diisi
ulang sehingga dijadikan pilihan praktis untuk kendaraan bermotor. Sel
aki terdiri atas zat padat berupa anode Pb (timbel/timah hitam) dan katode
PbO2 (timbel (IV) oksida) yang dicelupkan ke dalam larutan asam sulfat.
Hasil reksi kedua elektrode tersebut tidak larut dalam asam sulfat
sehingga tidak memerlukan jembatan garam. Namun kedua elektrode
tersebut jangan sampai bersentuhan. Kelemahan aki di yaitu berat dan
asam sulfat bersifat sangat korosif sehingga berbahaya jika tumpah.
Sel aki mempunyai beda potensial kurang lebih 2 volt. Aki sebesar 12
volt terdiri atas 6 sel yang dihubungkan seri. Aki dapat diisi ulang karena
reaksi pengosongan aki teteap melekat pada kedua elektrode. Pengisian
aki dilakukan dengan membalik arah aliran elektron pada kedua elektroda.
Pada pengosongan aki, elektrode dihubungkan dengan kutub negatif
sumber arus, sehingga PbSO4 yang terdapat pada elektrode Pb itu
direduksi. Sementara itu, PbSO4 yang terdapat pada elektrode PbO2
mengalami oksidasi membentuk PbO2.
Reaksi pengisian aki adalah sebagai berikut:
10
2.7.2 Baterai
Baterai adalah sel volta, atau rangkaian sel volta gabungan,
yang dapat digunakan sebagai sumber arus listrik searah dengan
tegangan konstan. Baterai merupakan perangkat yang mampu
menghasilkan tegangan DC, yaitu dengan cara mengubah energi
kimia yang terkandung didalamnya menjadi energi listrik melalui
reaksi elektrokimia, Redoks (Reduksi – Oksidasi). Baterai terdiri dari
beberapa sel listrik, sel listrik tersebut menjadi penyimpan energi
listrik dalam bentuk energi kimia. Baterai memiliki keuntungan
yaitu dapat berdiri sendiri dan tidak memerlukan komponen tambahan
seperti jembatan garam. Ada tiga jenis baterai.
1. Baterai Primer (sel primer)
Reaksi selnya tidak reversible (bolak balik). Ketika sebagian
besar reaktan telah diubahmenjadi produk (hasil), tidak ada lagi
listrik yang dihasilkan dan baterei ‘mati’.
2. Baterai Sekunder (atau sel sekunder).
Reaksi sel dapat dibalik dengan melewatkan listrik melalui
baterai (charging). Baterai dapat digunakan sampai ratusan kali
proses discharging–charging.
3. Baterai Alir dansel bahan bakar.
Materi (reaktan, produk, elektrolit) dilewatkan baterai yang
secara sederhana sebagai alat pengubah elektrokimia, yang akan
mengubah energikimia menjadi energi listrik.
Beberapa jenis baterai yang banyak digunakan meliputi:
1) Baterai Sel Kering (Sel Leclanche)
Sel kering yang paling umum, yaitu sel tanpa komponen fluida,
adalah sel Leclanche yang digunakan dalam lampu penerangan dan
radio transistor. Sel Leclanche terdiri atas suatu silinder zink berisi
pasta campuran mangan oksida (MnO2), salmiak (NH4Cl), karbon
(C), dan sedikit air. Anoda sel terdiri dari silinder zink atau wadah
yang kontak dengan mangan dioksida (MnO 2) dan elektrolit.
Elektrolit terdiri dari amonium klorida dan seng klorida dalam air pati
ditambahkan untuk mengentalkan larutan menjadi konsistensi seperti
pastel sehingga kecil kemungkinannya bocor. Katode terdiri dari
11
elektrode inert, yaitu grafit (batang karbon) yang berfungsi sebagai
katoda, yang dibenamkan ke dalam elektrolit di tengah sel.
Anode : Zn (s) → Zn2+(aq) + 2e
Katode : 2MnO2(s) + 2NH4+(aq) + 2e → Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O
(l) +
Zn (s) + 2NH4+(aq) + 2e → Zn2+ + Mn2O3 (s) + 2NH3 (aq) + H2O
(l)
Potensial sel kering mulanya 1,5 V, tetapi akan berkurang akibat arus
listrik yang terus dipakai. Potensial sel juga dapat berkurang dalam
cuaca dingin. Sel kering tidak dapat digunakan berulang kali dan
memiliki daya tahan yang tidak lama, dan harga nya sangat murah di
pasaran.
2) Baterai Alkalin
Sel kering alkalin serupa dengan sel Leclanche. Sel ini mengandung
kalium hidroksida (KOH) dalam ammonium klorida. Oleh karena itu
baterai ini bersifat basa,dan memiliki kinerja lebih baik dibandingkan
sel kering Leclanche dalam hal arus listrik dan cuaca dingin.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
12
e) Recharge alkalin. Baterai alcaline mempunyai umur (waktu
hidup) yang panjang,namun daur hidupnya lebih pendek dari
pada batere sekunder lainnya.
3) Baterai lithium
Terdiri atas litium sebagai anoda dan MnO2 sebagai oksidator
(seperti pada baterai alkalin). Baterai Litium ini dapat menghasilkan
arus listrik yang lebih besar dan daya tahannya lebih lama
dibandingkan baterai kering yang berukuran sama. Baterai ini
menggunakan ion litium. Ketika digunakan, ion tersebut berpindah
dari elektrode satu ke elektrode lain melalui suatu elektrolit. Ketika
di-charger arah aliran ion litium dibalik.
13
(Sumber: Proses Elektrolisis pada Prototipe Kompor Air dengan Pengaturan Arus
dan Temperatur, 2009) Gambar 1. Pergerakan Elektron
2.8.1 Elektrolisis Air
Elektrolisis Air adalah peristiwa penguraian senyawa air (H2O)
menjadi oksigen (O2) dan hidrogen (H2) dengan menggunakan arus listrik
yang melalui air tersebut. Pada katode, dua molekul air bereaksi dengan
menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidroksida
(OH-). Sementara itu pada anode, dua molekul air lain terurai menjadi gas
oksigen(O2), melepaskan 4 ion H+serta mengalirkan electron ke katode.
Ion H+dan OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali
beberapa molekul air. Faktor yang mempengaruhi elektrolisis air yaitu,
kualitas elektrolit, suhu, tekanan, resistansi elektrolit, material dari
elektroda, dan material pemisah.
Gambar2. ElektrolisisAir
(Sumber;http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Electrolysis.svg,2014)
14
menghasilkan hidrogen yang dapat digunakan sebagai bahan bakar
kendaraan hidrogen. Dengan menyediakan energi dari baterai, Air
(H2O)dapat dipisahkan ke dalam molekul diatomik hidrogen (H2)
dan oksigen (O2). Gasyang dihasilkan dari proses elektrolisis air
disebut gas HHO atau oxyhydrogen atau disebut juga Brown’s Gas.
Brown (1974), dalam penelitiannya melakukan elektrolisa air murni
sehingga menghasilkan gas HHO yang dinamakan dan dipatenkan
dengan nama Brown’sGas. Untuk memproduksi Brown’s Gas
digunakan elektroliser untuk memecah molekul-molekul air menjadi
gas.
15
mendorong electron ke dalam air dan pada anoda(elektroda positif)
terjadi penyerapan elektron. Molekul air dekat katoda terbagi
menjadi ion hidrogen positif (H+) dan ion hidroksida(OH-).
H2O→ H+ +OH-
H + H → H2
3 Elektroda
16
dapat dilihat sekitar elektroda. Elektroda merupakan suatu sistem
dua fase yang terdiri dari sebuah penghantar elektrolit (misalnya
logam) dan sebuah penghantar ionic (Rivai,1995). Elektroda
positif(+) disebut anoda sedangkan elektroda negatif(-) adalah
katoda (Svehla,1985). Reaksi kimia yang terjadi pada 4 elektroda
selama terjadinya konduksi listrik disebut elektrolisis dan alat yang
digunakan untuk reaksi ini disebut sel elektrolisis. Sel elektrolisis
memerlukan energy untuk memompa elektron. (Brady, 1999).
17
hydrogen dalam bentuk gelembung gas pada katoda yang melayang
ke atas. Hal serupa terjadi pada ion OH- yang menyatu pada anoda
kemudian membentuk gas oksigen dalam bentuk gelembung gas.
4 Elektrolit
Elektrolit adalah suatu zat terlarut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion
dan selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik. Air adalah pelarut
(solven) yang baik untuk senyawa ion dan mempunyai sifat
menghantarkan arus listrik. Pada umumnya proses elektrolisis yang
dilakukan menggunakan larutan alkali. Larutan alkali yang umum
digunakan adalah larutan NaOH dan KOH. Larutan tersebut merupakan
elektrolit kuat yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik.Secara
teoritis, pemberian potensial energi lebih dari 5V akan menghasilkan gas
oksigen, gas hydrogen dan logam kalium.
Elektrolit merupakan gabungan antara air dan katalis. Katalis
merupakan suatu zat yang dapat mempercepat suatu laju reaksi,
namun ia sendiri secara kimiawi, tidak berubah pada akhir reaksi.
Katalis digunakan untuk mempercepatlaju reaksi menghasilkan gas
HHO pada proses elektrolisis. Larutan elektrolit merupakan larutan
yang dibentuk dari zat elektrolit. Sedangkan zat elektrolit itu sendiri
merupakan zat-zat yang di dalam air terurai membentuk ion-ionnya.
Zat elektrolit yang terurai sempurna di dalam air disebut elektrolit
kuat dan larutan yang dibentuknya disebut larutan elektrolit kuat.
Zat elektrolit yang hanya terurai sebagian membentuk ion-ionnya di
dalam air disebut elektrolit lemah dan larutan yang dibentuknya
disebut larutan elektrolit lemah.
Pada tahun1884, SvanteArrhenius, ahli kimia terkenal dari
Swedia mengemukakan teori elektrolit yang sampai saat ini teori
tersebut tetap bertahan.Menurut Arrhenius, larutan elektrolit dalam
air terdisosiasi ke dalam partikel-partikel bermuatan listrik positif
dan negatif yang disebut ion (ion positif dan ionnegatif). Jumlah
muatan ion positif akan sama dengan jumlah muatan ion negatif,
sehingga muatan ion-ion dalam larutan netral. Ion-ion inilah yang
bertugas menghantarkan arus listrik.
18
Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Michael
Faraday, diketahui bahwa jika arus listrik dialirkan ke dalam larutan
elektrolit akan terjadi proses elektrolisis yang menghasilkan gas.
Gelembung gas ini terbentuk karena ion positif mengalami reaksi
reduksi dan ion negative mengalami oksidasi
Larutan elektrolit terdiri dari larutan elektrolit kuat,
contohnya HCl, H2SO4, dan larutan elektrolit lemah, contohnya
CH3COOH, NH3, H2S. Larutan elektrolit dapat bersumber dari
senyawa ion (senyawa yang mempunyai ikatan ion) atau senyawa
kovalen polar (senyawa yang mempunyai ikatan kovalen polar). Zat
elektrolit yang terurai dalam air menjadi ion-ion.
19
b. Ion sisa asam yang mengandung oksigen (misalnya NO3¯, SO42¯)
tidak dioksidasi,yang dioksidasi air. Reaksinya:
+
2H2O(l ) 4H (aq) +O2(g) +4e¯
+
H2. Reaksinya:2H (aq)
+2e¯H2(g)
b. Ion logam alkali (IA) dan alkali tanah (IIA) tidak direduksi,
yang direduksi air.2H2O(aq)+2e¯H2(g)+2OH¯(aq)
c. Ion logam lain (misalnya Al3+, Ni2+, Ag+dan lainnya)
direduksi. Contoh:Al3+(aq)+3e¯ Al (s)
Ni2+(aq) + 2e¯ Ni(s)
Ag+(aq)+ e¯ Ag(s)
2.9 Korosi
2.9.1 Pengertian Korosi
Korosi merupakan kerusakan material yang disebabkan oleh
pengaruh lingkungan sekelilingnya. Adapun proses korosi yang
terjadi disamping oleh reaksi kimia, juga diakibatkan oleh proses
elektrokimia yang melibatkan perpindahan elektron-elektron, entah
dari reduksi ion logam maupun pengendapan logam dari lingkungan
sekeliling.
20
Korosi bisa disebut sebagai kerusakan atau degradasi logam
akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga
diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam
bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada
definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari
proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih
mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi
oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan
dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja
paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan
lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi
oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat
mengetahui kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat
tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan
oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial
terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila masih
bersih dari oksida.
2.9.2 Penyebab Korosi
Peristiwa korosi berdasarkan proses elektrokimia yaitu proses
(perubahan / reaksi kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian
tertentu dari besi berlaku sebagai kutub negatif (elektroda negatif, anoda),
sementara bagian yang lain sebagai kutub positif (elektroda positif, katoda).
Elektron mengalir dari anoda ke katoda, sehingga terjadilah peristiwa
korosi. Korosi dapat terjadi di dalam medium kering dan juga medium
basah. Sebagai contoh korosi yang berlangsung di dalam medium kering
adalah penyerangan logam besi oleh gas oksigen (O2) atau oleh gas
belerang dioksida (SO2).
Di dalam medium basah, korosi dapat terjadi secara seragam maupun
secara terlokalisasi. Contoh korosi seragam di dalam medium basah adalah
apabila besi terendam di dalam larutan asam klorida (HCl). Korosi di dalam
medium basah yang terjadi secara terlokalisasi ada yang memberikan rupa
makroskopis, misalnya peristiwa korosi galvanik sistem besi-seng, korosi
erosi, korosi retakan, korosi lubang, korosi pengelupasan, serta korosi
21
pelumeran, sedangkan rupa yang mikroskopis dihasilkan misalnya oleh
korosi tegangan, korosi patahan, dan korosi antar butir.
Walaupun demikian sebagian korosi logam khususnya besi, terkorosi di
alam melalui cara elektrokimia yang banyak menyangkut fenomena antar
muka. Hal inlah yang banyak dijadikan dasar utama pembahasan mengenai
peran pengendalian korosi.
A. Jenis–JenisKorosiMenurutBentuknya
1. Korosi seragam(Uniformattack)
Korosi yang terjadi pada permukaan logam akibat reaksi kimia karena pH air
yang rendah dan udara yang lembab,sehingga makin lama logam makin
menipis. Biasanya ini terjadi pada pelat baja atau profil, logam homogen.
Korosi jenis ini bias dicegah dengan cara :
a. Diberi lapis lindung yang mengandung inhibitor seperti gemuk.
b. Untuk jangka pemakain yang lebih lama disarankan diberi logam
berpaduan tembaga0,4%
c. Dengan melakukan pelapisan dengan cat atau dengan material yang lebih
anodic
d. Melakukan inhibitas dan proteksi katodik(cathodikprotection)
BerikutContohnya:
22
pitting dapat terjadi paada dudukan oksida.Lingkunganjuga dapat mengatur
perbedaan sel aerasi (tetesan air pada permukaan baja, misalnya) dan pitting
dapat dimulai di lokasi anodik (pusat tetesan air). Cara pengendalian korosi
sumuran adalah sebagai berikut:
a. Hindari permukaan logam dari goresan.
b. Perhalus permukaan logam
c. Menghindari komposisi material dari berbagai jenis logam.
d. Pilih bahan yang homogen
e. Diberikan inhibitor
f. Diberikan coating dari zat agresif
Berikut Contohnya:
Gambar KorosiSumuran
3. Korosi erosi(ErrosionCorrosion)
Korosi yang terjadi karena keausan dan menimbulkan bagian – bagian
yang tajam dankasar, bagian – bagian inilah yang mudah terjadi korosi dan
juga diakibatkan karena fluida yang sangat deras dan dapat mengikis film
pelindung pada logam. Korosi ini biasanya terjadi pada pipa dan propeller.
Korosi jenis inidapat dicegahdengan cara:
a. Pilih bahan yang homogen
b. Diberi coating dari zat agresif
c. Diberikan inhibitor
d. Hindari aliran fluida yang terlalu deras
e. Menghindari partikel abrasive pada fluida.
23
1. Korosi galvanis(Galvanis corrosion)
Galvanic atau bimetalic corrosion adalah jenis korosi yang terjadi ketika dua
macam logam yang berbeda berkontak secara langsung dalam media korosif.
Mekanisme korosi galvanik: korosi ini terjadi karena proses elektro kimiawi
dua macam metal yang berbeda potensial dihubungkan langsung di dalam
elektrolit sama BerikutContohnya:
Gambar2.11. MekanismeKorosiGalvanis
24
Korosi retak tegangan (Stress Corrosion Craking) adalah proses retak yang
memerlukan secara bersamaan dari bahan perusak (karat) dan berkelanjutan
dengan tegangan tarik. Ini tidak termasuk pengurangan bagian yang terkorosi
akibat gagal oleh patahan cepat.
Cara pencegahan terjadinya korosi
1. Mencegah kontak dengan oksigen atau air
2. Perlindungan katode
3. Pengecatan
4. Pelumuran dengan oli atau gemuk.
25
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Redoks adalah istilah yang menjelaskan perubahan bilangan oksidasi
dalam sebuah reaksi kimia. Dalam pembelajran redoks yang dipelajari
antara lain adalah aturan biloks dan juga cara menyetarakan bilangan
biloks. Sedangkan Redoks sendiri adalah istilah yang menjelaskan
perubahan bilangan oksidasi dalam sebuah reaksi kimia. Sel volta adalah
sel yang dapat mengubah energi kimia menjadi energi listrik melalui
mekanisme reaksi oksidasi reduksi (redoks) yang terjadi secara spontan.
Potensial elektrode standar atau potensial reduksi standar adalah potensial
relatif suatu elektrode terhadap elektrode hidrogen yang diukur dalam
keadaan standar, yaitu pada suhu 25oC, tekanan gas 1 atm, dan konsentrasi
ion-ion sebesar 1 M. Potensial reduksi standar ini terkait dengan setengah
reaksi yang ada (wadah elektroda). Potensial elektroda standar seperti
halnya termodinamika, yaitu dapat dbalik dengan mengubah tandanya.
Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit dalam sel elektrolisis
oleh arus listrik dan merupakan kebalikan dari sel volta. Elektrolisis Air
adalah peristiwa penguraian senyawa air (H2O) menjadi oksigen (O2) dan
hidrogen (H2) dengan menggunakan arus listrik yang melalui air tersebut.
Korosi merupakan kerusakan material yang disebabkan oleh pengaruh
lingkungan sekelilingnya. Jenis – jenis korosi menurut bentuknya
meliputi, korosi serangan (Uniform Attack), korosi sumur (Piting
Corrosion), korosi erosi (Errosion Corrosion), korosi tegangan (Stress
Corrosion), korosi celah (Crevice Corrosion), korosi mikrobiolgi, dan
korosi lelah (Fatigue Corrsion). Korosi dapat dicegah dengan cara
mencegah kontak dengan oksigen dan atau air, perlindungan katoda,
23
pengecatan, pelumuran dengan oli/gemuk, galvanisasi, cromium plating,
secreficial protection, inhibator
24
DAFTAR PUSTAKA
25