Anda di halaman 1dari 31

REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Dasar


Dosen Pengampu : Rina Rahayu, M.Pd

Disusun Oleh :

Amilia Ikrima (2010303015)


Diah Wulan Sari (2010303057)
Wahyu Aprilia Putri (2010303099)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
MAGELANG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, puji
syukur kami panjatkan atas segala limpahan rahmat, nikmat, serta karunia-Nya yang
tidak ternilai sehingga kami bisa menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Makalah
yang berjudul “Hukum Dasar dan Stoikiometri” ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Kimia Dasar.

Penyusun dalam menyelesaikan makalah ini telah mengupayakan dengan


semaksimal mungkin. Namun, kiranya dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, kami mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya
apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini. Kami pun berharap pembaca
makalah ini dapat memberikan kritik dan sarannya kepada kami agar di kemudian
hari kami bisa membuat makalah yang lebih sempurna lagi.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa
kami sebutkan satu per satu atas bantuan dalam penyelesaian makalah ini.

Magelang, 22 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan ...............................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................................... 2
2.1 Reaksi Reduksi Oksidasi....................................................................................2
2.2 Sel Volta.............................................................................................................6
2.3 Potensial Reduksi Standar..................................................................................8
2.4 Sel Volta Komersial.........................................................................................11
2.5 Sel Elektrolisis.................................................................................................13
2.6 Korosi...............................................................................................................23
BAB III
KESIMPULAN......................................................................................................31
3.1 Kesimpulan......................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pembelajaran IPA terdapat materi reaksi redoks dan elektrokimia. Redoks
sendiri adalah istilah yang menjelaskan perubahan bilangan oksidasi dalam sebuah
reaksi kimia.Dalam mempelajari reaksi redoks sendiri tersapat konsep dan hal hal
yang harus dimengerti atau dipahami.Konsep bilangan redoks dibagi menjadi tiga
yaitu berdasarkan oksigen, berdasarkan elektron, dan berdasarkan bilangan oksidasi.
Selain itu dalam reaksi redoks terdapat beberapa aturan bilangan oksidasi dan terdapat
dua cara untuk menyetarakan reaksi redoks yaitu dengan metode setengah reaksi dan
juga metode bilangan oksidasi
Pada materi elektrokimia membahas tentang reaksi kimia dan reaksi listrik yang
menyertainya. elektrokimia adalah serangkaian pemisahan muatan yang terjadi di
dalam media cair sperti larutan. Pemisahan larutan homogen dengan elektrokimia
menerapkan prinsip dari reaksi oksidasi dan reaksi reduksi dimana salah satu zat yang
dipisahkan nantinya akan mengalami pengendapan menjadi bentuk padatan sehingga
dapat dipisahkan dari larutannya. Yang akan dibahas pada materi elekrokimia adalah
elektrplisis dan sel volta.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian elektrokimia?
1.2.2 Bagaimana konsep reaksi reduksi-oksidasi?
1.2.3 Apa peengertian sel volta?
1.2.4 Bagaimana konsep sel volta dan notasi sel?
1.2.5 Apa pengertian potensial reduksi standar?
1.2.6 Apa saja sel volta komersial?
1.2.7 Bagaimana konsep sel elektrolisis?
1.2.8 Apa pengertian korosi?
1.2.9 Apa faktor penyebab terjadinya korosi?
1.2.10 Bagaimana cara mencegah korosi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian elektrokimia

1
1.3.2 Untuk mengetahui konsep reaksi reduksi-oksidasi
1.3.3 Untuk mengetahui peengertian sel volta
1.3.4 Untuk mengetahui konsep sel volta dan notasi sel
1.3.5 Untuk mengetahui pengertian potensial reduksi standar
1.3.6 Untuk mengetahui macam sel volta komersial
1.3.7 Untuk mengetahui konsep sel elektrolisis
1.3.8 Untuk mengetahui pengertian korosi
1.3.9 Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya korosi
1.3.10 Untuk mengetahui cara mencegah korosi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Reaksi Reduksi Oksidasi


2.1.1 Reaksi Redoks
1. Pengertian
Berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen reaksi oksidasi adalah
peristiwa peningkatan oksigen oleh suatu unsur atau senyawa,, sedangkan
reaksi reduksi adalah peristiwa pelepasan oksigen oleh suatu senyawa, atau
bisa dikatakan pengurangan kadar oksigen. Berdasarkan pengikatan dan
pelepasan elektron rekasi oksidasi adalah peristiwa pelepasan elektron oleh
suatu unsur atau senyawa, sedangkan reaksi reduksi adalah peristiwa
pengikatan elektron oleh suatu unsur atau senyawa. Berdasarkan bilangan
oksidasinya reaksi oksidasi adalah peningkatan atau meningkatnya bilangan
oksidasi, sedangkan reduksi adalah peristiwa menurunnya bilangan
oksidasi.
2. Aturan Biloks
1. Bilangan oksidasi unsur bebas (atom atau molekul unsur) adalah 0
(nol).
Contoh: Ne, H2, O2, Cl2, P4, C, Cu, Fe dan Na.
2. Bilangan oksidasi ion monoatom dan poliatom sama dengan muatan
ionnya.
1) Contoh : ion monoatom Na+, Ca2+, dan Cl– memiliki bilangan
oksidasi berturut-turut +1, +2 dan -1.
2) Contoh : ion poliatom NH4+, SO42-, dan PO43- memiliki bilangan
oksidasi berturut-turut +1, -2, dan -3.
3. Bilangan oksidasi unsur dari golongan IA adalah +1 dan unsur dari
golongan IIA adalah +2, dan golongan IIIA adalah +3
Contoh: Misalnya, bilangan oksidasi unsur Na (unsur golongan IA)
pada senyawa NaCl, Na2SO4, dan Na2O adalah +1. Bilangan oksidasi
unsur Ca (unsur golongan IIA) pada senyawa CaCl 2, CaSO4, dan CaO
adalah +2. Bilangan oksidasi Al (Unsur golongan IIIA) dalam senyawa
Al2O3 adalah +3.
4. Bilangan oksidasi unsur golongan VIA pada senyawa biner adalah -2
dan unsur golongan VIIA pada senyawa biner adalah -1.
Contoh: Bilangan oksidasi unsur S (unsur golongan VIIA) pada Na 2S
dan MgS adalah -2. Sedangkan bilangan oksidasi unsur Cl pada NaCl,
KCl, MgCl2, dan FeCl3 adalah -1.

3
5. Bilangan oksidasi unsur H yang berkaitan pada senyawa logam adalah
+1, apabila berkaitan dengan senyawa non-logam -1.
Contoh: Bilangan oksidasi unsur H pada H2O, HCl, H2S, dan NH3
adalah +1. Bilangan oksidasi unsur H pada senyawa hidrida adalah -1.
Misalnya, bilangan oksidasi unsur H pada NaH, CaH2, dan AlH3 adalah
-1.
6. Bilangan oksidasi oksigen (O) dalam senyawa peroksida = -1. Bilangan
oksidasi O dalam senyawa non-peroksida = -2.
Contoh: Bilangan oksidasi unsur O pada senyawa peroksida, seperti
H2O2 dan BaO2 adalah -1
3. Menyetarakan Reaksi Redoks
a. Metode Setengah Reaksi
Cara penyetaraan reaksi redoks dengan sistem setengah reaksi
dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1) menuliskan masing-masing persamaan setengah reaksi reduksi dan
reaksi oksidasi
2) menyetarakan unsur-unsur yang mengalami reaksi redoks
3) menambahkan (1) molekul H2O : - pada yang kekurangan (1)
atom O, jika reaksi berlangsung dalam suasana asam - pada yang
kelebihan (1) atom O, jika reaksi berlangsung dalam suasana basa
4) menyetarakan atom hidrogen dengan ion H+ jika suasana asam
atau dengan ion OHjika suasana basa
5) menyetarakan muatan dengan menambahan elektron di sebelah
kanan atau kiri persamaan reaksi
6) menjumlahkan kedua persamaan setengah reaksi dengan
menyamakan elektronnya
b. Metode Bilangan Oksidasi
Langkah-langkah untuk menyeimbangkan persamaan kimia dengan
metode bilangan oksidasi adalah sebagai berikut.
1) Tuliskan persamaan skeletal.
2) Hitung bilangan oksidasi setiap elemen.
3) Hitung kenaikan atau penurunan bilangan oksidasi per atom dan
identifikasi oksidator dan reduktor.
4) Jika kenaikan dan penurunan ini tidak sama, kemudian gandakan
pengoksidasi dan reduktor dengan bilangan bulat yang sesuai

4
untuk menyamakan total peningkatan dan penurunan bilangan
oksidasi.
5) Seimbangkan semua atom selain hidrogen dan oksigen.
6) Setarakan hidrogen dan oksigen dengan dua langkah berikut.
a) Dalam suasana asam, tambahkan molekul H2O ke sisi
kekurangan oksigen dan tambahkan atom hidrogen sebagai ion
H+ke sisi yang kekurangan hidrogen.
b) Dalam suasana basa tambahkan molekul H2O ke sisi
kekurangan oksigen. Untuk hidrogen, tambahkan molekul H2O
ke sisi yang kekurangan hidrogen dan kemudian tambahkan
jumlah ion OH– yang sama pada sisi yang berlawanan.
Contoh Soal:
Setarakan Reaksi berikut:
CrI3 + KOH + Cl2 → K2CrO4 + KIO4 + KCl + H2O (suasana basa)
Penyelesaian :
KOH dan H2O bisa dianggap tidak ada, karena nantinya kita akan mencari
KOH dengan cara menyamakan jumlah koefisien K di ruas kiri dan ruas
kanan dan mencari H2O. Sehingga menjadi:
CrI3 + Cl2 → K2CrO4 + KIO4 + KCl

2.2 Sel Volta


2.2.1 Sel Volta

5
Sel volta adalah sel yang dapat mengubah energi kimia menjadi energi
listrik melalui mekanisme reaksi oksidasi reduksi (redoks) yang terjadi
secara spontan. Sel volta disebut pula sebagai sel galvani. Galvani diambil
dari nama ilmuan fisiologi berkebangsaan italia, yaitu Luigi Galvani
(1737-1798) yang menemukan fenomena adanya sifat listrik pada tulang.
Sedangkan kata volta sendiri berasal dari nama ilmuan fisika dari
berkebangsaan italia, Alessandro Volta (1745-1827) yang melakukan
percobaan dan menyatakan bahwa kontak dua logam yang berbeda dapat
menimbulkan listrik.
2.2.2 Susunan sel volta
Secara umum, sel volta tersusun dari:
a. Anode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi oksidasi.
b. Katode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi reduksi.
c. Elektrolit, yaitu zat yang dapat menghantarkan listrik.
d. Rangkaian luar, yaitu kawat konduktor yang menghubungkan anode
dengan katode.
e. Jembatan garam, yaitu rangkaian dalam yang terdiri dari larutan garam.
Jembatan garam memungkinkan adanya aliran ion-ion dari setengah sel
anode ke setengah sel katode, dan sebaliknya sehingga terbentuk
rangkaian listrik tertutup.
Energi listrik pada sel volta berasal dari pergerakan elektron dari reaksi
redoks yang spontan. Sel volta tersusun atas 2 setengah sel yang
dihubungkan dengan jembatan garam. Setengah sel terdiri dari elektroda
(logam) dan elektrolitnya. Jembatan garam digunakan untuk
menyeimbangkan muatan antar sel yang terbuat dari pipa berisi gel
elektrolit. Contoh sel volta yaitu sel yang menggunakan logam Zn dan Cu.
Ketika rangkaian ditutup kedua logam tersebut dapat bereaksi secara
spontan dan mengalirkan listrik. Logam Zn teroksidasi menjadi Zn2+
sedangkan pada sel Cu terjadi reduksi Cu2+ menjadi Cu. Jadi selama
pemakaian sel volta massa logam Zn akan berkurang sedangkan logam Cu
menjadi bertambah. Hal ini dapat dilihat dari
Anoda : Zn (s) → Zn2+ (aq) + 2e–
Katoda : Cu2+ (aq) + 2e– → Cu (s)
Sehingga reaksi sel volta yang terjadi yaitu
Zn (s) + Cu2+ (aq) → Zn2+ (aq) + Cu (s)

6
Dari reaksi tersebut kita ketahui bahwa logam Zn menghasilkan elektron
yang mengalir menuju Cu2+. Sehingga sel Zn merupakan anoda (negatif)
dan Cu merupakan katoda (positif).
Reaksi pada sel volta dituliskan dalam bentuk notasi sel yaitu A|Ax+||Ky+|
K. A yaitu reaksi pada anoda sedangkan K reaksi pada katoda. Contohnya
Zn (s)|Zn2+(aq)||Cu2+(aq)|Cu (s)
2.2.3 Penulisan notasi sel volta
Penulisan notasi sel volta mengikuti konvensi umum sebagai berikut.
a. Komponen-komponen pada kompartemen anoda (setengah sel oksidasi)
ditulis pada bagian kiri, sedangkan komponen-komponen pada
kompartemen katoda (setengah sel reduksi) ditulis pada bagian kanan.
b. Tanda dua garis vertikal ( || ) melambangkan jembatan garam yang
memisahkan kedua setengah sel.
c. Tanda satu garis vertikal ( | ) melambangkan batas fase antara komponen-
komponen dengan fase berbeda. Sebagai contoh, Ni(s) | Ni2+(aq)
mengindikasikan bahwa Ni padat berbeda fase dengan larutan Ni2+.
d. Tanda koma (,) digunakan untuk memisahkan komponen-komponen
dalam fase yang sama. Sebagai contoh, suatu sel volta dengan anoda Co
dan katoda inert Pt, di mana terjadi oksidasi Co menjadi Co2+ dan reduksi
Fe3+ menjadi Fe2+, dinotasikan sebagai berikut.
Co(s) | Co2+(aq) || Fe3+(aq), Fe2+(aq) | Pt(s)
e. Jika diperlukan, konsentrasi dari komponen-komponen terlarut ditulis
dalam tanda kurung. Sebagai contoh, jika konsentrasi dari larutan Zn2+
dan Cu2+ adalah 1 M keduanya, maka dituliskan seperti berikut.
Zn(s) | Zn2+(aq, 1 M) || Cu2+(aq, 1 M) | Cu(s)
2.3 Hukum Faraday
Hubungan antara jumlah muatan listrik yang melewati suatu larutan elektrolit
dan jumlah zat yang terdapat dalam elektroda dinyatakan oleh Faraday pada tahun
1834 dalam suatu hokum elektrolisis. Hukum Faraday pertama menyatakan bahwa
massa suatu zat yang diendapkan atau dibebaskan di setiap elektroda berbanding
lurus dengan jumlah muatan yang terlibat.

Dalam hukum kedua Faraday menyatakan bahwa massa suatu zat yang diendapkan
atau dibebaskan pada elektroda berbanding lurus dengan muatan yang melaluinya.
Secara persamaan matematis, hukum Faraday dapat diperoleh persamaan berikut:
w = (e I t) / F

7
Dimana w adalah massa zat yang diendapkan dalam gram, e adalah massa
ekuivalen (Mr/valensi), I adalah kuat arus dalam ampere, t adalah waktu dalam
second, sedangkan F adalah tetapan Faraday (96.500 coloumb).
2.4 Potensial Reduksi Standar/Potensial Elektrode Standar (EO)
Potensial elektrode standar atau potensial reduksi standar adalah potensial
relatif suatu elektrode terhadap elektrode hidrogen yang diukur dalam keadaan
standar, yaitu pada suhu 25oC, tekanan gas 1 atm, dan konsentrasi ion-ion sebesar 1
M. Potensial reduksi standar ini terkait dengan setengah reaksi yang ada (wadah
elektroda). Potensial elektroda standar seperti halnya termodinamika, yaitu dapat
dbalik dengan mengubah tandanya.
2.4.1 Potensial Elektrode
Potensial elektrode merupakan potensial sel yang dihasilkan oleh suatu
elektrode (M) dengan elektrode hidrogen. Selain itu, potensial elektrode juga
diartikan sebagai beda potensial elektrode itu terhadap elektrode hidrogen.
Elektrode hidrogen tersebut digunakan sebagai elektrode pembanding dalam
upaya membandingkan kecenderungan oksidasi atau reduksi suatu elektrode.
Potensial elektrode hidrogen pada keadaan standar sebesar 0 volt dan potensial
yang terukur oleh voltmeter dinyatakan sebagai potensial sel pasangannya.
Berikut tabel harga potensial elektrode standar (Eo):

Potensial elektrode bertanda positif apabila elektrode lebih mudah mengalami


reduksi daripada elektrode hidrogen. Menurut konvensi, potensial elektrode
dikaitkan dengan reaksi reduksi. Jadi, potensial elektrode sama dengan
potensial reduksi namun memiliki tanda yang berlawanan.

8
E° oksidasi = – E° reduksi
2.4.2 Potensial Sel (Esel/Gaya gerak listrik/ggl/emf)
Potensial sel merupakan selisih potensial kutub positif dengan kutub
negatif. Potensial sel volta dapat ditentukan menggunakan voltmeter atau
potensiometer. Selain itu, potensial sel volta juga dapat dihitung berdasarkan
data potensial elektrode positif (katode) dan potensial elektrode negatif
(anode).
E0sel = Eokatoda – Eoanoda
Katode merupakan elektrode yang mempunyai harga Eo lebih besar (lebih
positif), sedangkan anode merupakan elektrode yang mempunyai harga Eo
lebih kecil (lebih negatif).
2.5 Potensial Reaksi Redoks
Potensial reaksi redoks sama dengan potensial sel yang dibentuknya. Setengah
reaksi reduksi menyusun katode, sedangkan setengah reaksi oksidasi menyusun
anode.
Contoh soal:
Diketahui: Zn (s) + Cu2+ (aq) → Zn2+(aq) + Cu (s) Tentukan potensial reaksi redoks
tersebut!
Jawab:
Notasi sel volta yang dapat dibuat reaksi tersebut adalah Zn│Zn2+ ││Cu2+ │Cu
Potensial sel adalah:
Eo = Eo Cu2+ │Cu - EoZn│Zn2+
= 0,34 - (-0,76) volt
= 1,10 volt.
Jadi, potensial reaksi redoks tersebut adalah 1,10 volt

2.6 Deret Keaktifan Logam (Deret Volta)


Deret volta/deret elektrokimia merupakan susunan unsur-unsur logam
berdasarkan potensial elektrode standarnya. Dalam deret volta, semakin kiri
kedudukan suatu logam dalam, maka logam semakim mudah melepas elektron
(reaktif) dan logam menjadi reduktor yang semakin kuat. Namun, semakin kanan
kedudukan logam, maka logam semakin sukar melepas elektron dan kation
menjadi oksidator yang semakin kuat.
Tabel deret volta

9
Jadi, semakin kekiri, logam lebih mudah melepas elektron (reaktif)
dibandingkan dengan logam di kanannya. Dengan demikian, logam yang terletak
lebih kiri dapat mendesak logam yang lebih kanan dari senyawa.
2.7 Sel Volta Komersial
Sel volta dikelompokkan menjadi 2, yakni sel primer dan sel sekunder. Sel
primer merupakan se volta yang dapat diisi ulang. Sel sekunder merupakan sel
volta yang dapat diisi ulang.
2.7.1 Aki
Aki adalah jenis baterai yang banyak digunakan untuk kendaraan
bermotor. Aki dapat menghasilkan listrik yang cukup bssar dan dapat diisi
ulang sehingga dijadikan pilihan praktis untuk kendaraan bermotor. Sel
aki terdiri atas zat padat berupa anode Pb (timbel/timah hitam) dan katode
PbO2 (timbel (IV) oksida) yang dicelupkan ke dalam larutan asam sulfat.
Hasil reksi kedua elektrode tersebut tidak larut dalam asam sulfat
sehingga tidak memerlukan jembatan garam. Namun kedua elektrode
tersebut jangan sampai bersentuhan. Kelemahan aki di yaitu berat dan
asam sulfat bersifat sangat korosif sehingga berbahaya jika tumpah.
Sel aki mempunyai beda potensial kurang lebih 2 volt. Aki sebesar 12
volt terdiri atas 6 sel yang dihubungkan seri. Aki dapat diisi ulang karena
reaksi pengosongan aki teteap melekat pada kedua elektrode. Pengisian
aki dilakukan dengan membalik arah aliran elektron pada kedua elektroda.
Pada pengosongan aki, elektrode dihubungkan dengan kutub negatif
sumber arus, sehingga PbSO4 yang terdapat pada elektrode Pb itu
direduksi. Sementara itu, PbSO4 yang terdapat pada elektrode PbO2
mengalami oksidasi membentuk PbO2.
Reaksi pengisian aki adalah sebagai berikut:

Elektrode Pb ( sebagai katode ) :


PbSO4 (s)   +   H+ (aq)  + 2e    →    Pb (s)   +   HSO4- (aq)
Elektrode PbO2 (sebagai anode ) :
PbSO4 (s)   +   2H2O (l)    →  PbO2 (s)  +  HSO4-(aq)   +   3H+ (aq)   +  2e
2PbSO4 (s)  +  2H2O (l)  →  Pb (s)   +  PbO2 (s)   +   2HSO4- (aq)   +  
2H+ (aq)

10
2.7.2 Baterai
Baterai adalah sel volta, atau rangkaian sel volta gabungan,
yang dapat digunakan sebagai sumber arus listrik searah dengan
tegangan konstan. Baterai merupakan perangkat yang mampu
menghasilkan tegangan DC, yaitu dengan cara mengubah energi
kimia yang terkandung didalamnya menjadi energi listrik melalui
reaksi elektrokimia, Redoks (Reduksi – Oksidasi). Baterai terdiri dari
beberapa sel listrik, sel listrik tersebut menjadi penyimpan energi
listrik dalam bentuk energi kimia.         Baterai memiliki keuntungan
yaitu dapat berdiri sendiri dan tidak memerlukan komponen tambahan
seperti jembatan garam. Ada tiga jenis baterai.
1. Baterai Primer (sel primer)
Reaksi selnya tidak reversible (bolak balik). Ketika sebagian
besar reaktan telah diubahmenjadi produk (hasil), tidak ada lagi
listrik yang dihasilkan dan baterei ‘mati’.
2. Baterai Sekunder (atau sel sekunder).
Reaksi sel dapat dibalik dengan melewatkan listrik melalui
baterai (charging). Baterai dapat digunakan sampai ratusan kali
proses discharging–charging.
3. Baterai Alir dansel bahan bakar.
Materi (reaktan, produk, elektrolit) dilewatkan baterai yang
secara sederhana sebagai alat pengubah elektrokimia, yang akan
mengubah energikimia menjadi energi listrik.
Beberapa jenis baterai yang banyak digunakan meliputi:
1) Baterai Sel Kering (Sel Leclanche)
Sel kering yang paling umum, yaitu sel tanpa komponen fluida,
adalah sel Leclanche yang digunakan dalam lampu penerangan dan
radio transistor. Sel Leclanche terdiri atas suatu silinder zink berisi
pasta campuran mangan oksida (MnO2), salmiak (NH4Cl), karbon
(C), dan sedikit air. Anoda sel terdiri dari silinder zink atau wadah
yang kontak dengan mangan dioksida (MnO 2) dan elektrolit.
Elektrolit terdiri dari amonium klorida dan seng klorida dalam air pati
ditambahkan untuk mengentalkan larutan menjadi konsistensi seperti
pastel sehingga kecil kemungkinannya bocor. Katode terdiri dari

11
elektrode inert, yaitu grafit (batang karbon) yang berfungsi sebagai
katoda, yang dibenamkan ke dalam elektrolit di tengah sel.
Anode : Zn (s) → Zn2+(aq) + 2e
Katode : 2MnO2(s) + 2NH4+(aq) + 2e → Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O
(l) +
Zn (s) + 2NH4+(aq) + 2e → Zn2+ + Mn2O3 (s) + 2NH3 (aq) + H2O
(l)

Zn2+ yang terbentuk mengikat NH3 membentuk ion Zn(NH3)4 2+


Zn2+ (aq)   +  4NH3 (aq)  →  Zn(NH3)4 2+ (aq) 

Potensial sel kering mulanya 1,5 V, tetapi akan berkurang akibat arus
listrik yang terus dipakai. Potensial sel juga dapat berkurang dalam
cuaca dingin. Sel kering tidak dapat digunakan berulang kali dan
memiliki daya tahan yang tidak lama, dan harga nya sangat murah di
pasaran.
2) Baterai Alkalin
Sel kering alkalin serupa dengan sel Leclanche. Sel ini mengandung
kalium hidroksida (KOH) dalam ammonium klorida. Oleh karena itu
baterai ini bersifat basa,dan memiliki kinerja lebih baik dibandingkan
sel kering Leclanche dalam hal arus listrik dan cuaca dingin.
Reaksinya adalah sebagai berikut:

anoda : Zn(s) + 2OH- (aq) → Zn(OH)2(s) + 2e-


katoda : 2MnO2(s) + 2H2O(l) + 2e- → 2MnO(OH)(s) + 2OH-(aq)
Reaksi sel: Zn(s) + 2MnO2(s) + H2O(l) → Zn(OH)2(s) + Mn2O3(s)

Baterai ini memiliki kelebihan yaitu


a) Pada proses pemakaian akan tetap pada rating yang dimiliki
meskipun pemakaiannyatak menentu.
b) Pada pembebanan tingi dan terus-menerus, mampu memberikan
umur pelayanan 2 – 10 kali pemakaian dari sel leclanche.
c) Sangat baik dioperasikan pada temperature rendah sampai -25oC.
d) Baterai yang sering digunakan adalah zinc-alcaline manganese
oxide. zinc-alcalinemanganese oxide memberikan daya lebih
pada penggunaannya dibandingkan bateraisekunder. zinc-alcaline
manganese oxide mempunyai umur (waktu hidup yang lama).

12
e) Recharge alkalin. Baterai alcaline mempunyai umur (waktu
hidup) yang panjang,namun daur hidupnya lebih pendek dari
pada batere sekunder lainnya.
3) Baterai lithium
Terdiri atas litium sebagai anoda dan MnO2 sebagai oksidator
(seperti pada baterai alkalin). Baterai Litium ini dapat menghasilkan
arus listrik yang lebih besar dan daya tahannya lebih lama
dibandingkan baterai kering yang berukuran sama. Baterai ini
menggunakan ion litium. Ketika digunakan, ion tersebut berpindah
dari elektrode satu ke elektrode lain melalui suatu elektrolit. Ketika
di-charger arah aliran ion litium dibalik.

2.8 Sel Elektrolisis


Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit dalam sel elektrolisis oleh
arus listrik. Dalam sel voltq/galvani, reaksi oksidasi reduksi berlangsung dengan
spontan, dan energi kimia yang menyertai reaksi kimia diubah menjadi energi
listrik. Sedangkan elektrolisis merupakan reaksi kebalikan dari sel volta/galvani
yang potensial selnya negatif atau dengan kata lain, dalam keadaan normal tidak
akan terjadi reaksi dan reaksi dapat terjadi bila diinduksi dengan energi listrik dari
luar (Pratiwi, 2014).
Elektrolisis merupakan proses kimia yang mengubah energi listrik menjadi
energi kimia. Proses elektrolisis memisahkan molekul air menjadi gas hidrogen
dan oksigen dengan cara mengalirkan arus listrik ke elektroda tempat larutan
elektrolit (air dan katalis) berada. Reaksi elektrolisis tergolong reaksi redoks tidak
spontan, reaksi itu dapat berlangsung karena pengaruh energi listrik (Rusminto,
2009). Proses ini ditemukan oleh Faraday tahun 1820. Pergerakan elektron pada
proses elektolisa dapat dilihat pada gambar.

13
(Sumber: Proses Elektrolisis pada Prototipe Kompor Air dengan Pengaturan Arus
dan Temperatur, 2009) Gambar 1. Pergerakan Elektron
2.8.1 Elektrolisis Air
Elektrolisis Air adalah peristiwa penguraian senyawa air (H2O)
menjadi oksigen (O2) dan hidrogen (H2) dengan menggunakan arus listrik
yang melalui air tersebut. Pada katode, dua molekul air bereaksi dengan
menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidroksida
(OH-). Sementara itu pada anode, dua molekul air lain terurai menjadi gas
oksigen(O2), melepaskan 4 ion H+serta mengalirkan electron ke katode.
Ion H+dan OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali
beberapa molekul air. Faktor yang mempengaruhi elektrolisis air yaitu,
kualitas elektrolit, suhu, tekanan, resistansi elektrolit, material dari
elektroda, dan material pemisah.

Gambar2. ElektrolisisAir

(Sumber;http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Electrolysis.svg,2014)

Beda potensial yang dihasilkan oleh arus listrik antara anoda


dan katodaakan mengionisasi molekul air menjadi ion positif dan
ion negatif. Pada katoda terdapat ion postif yang menyerap elektron
dan menghasilkan molekul ion H2, dan ion negative akan bergerak
menuju anoda untuk melepaskan electron dan menghasilkan
molekul ion O2. Reaksi total elektrolisis air adalah penguraian air
menjadi hidrogen dan oksigen. Gas hydrogen dan oksigen yang
dihasilkan dari reaksi ini membentuk gelembung pada elektroda dan
dapat dikumpulkan. Prinsip ini kemudian dimanfaatkan untuk

14
menghasilkan hidrogen yang dapat digunakan sebagai bahan bakar
kendaraan hidrogen. Dengan menyediakan energi dari baterai, Air
(H2O)dapat dipisahkan ke dalam molekul diatomik hidrogen (H2)
dan oksigen (O2). Gasyang dihasilkan dari proses elektrolisis air
disebut gas HHO atau oxyhydrogen atau disebut juga Brown’s Gas.
Brown (1974), dalam penelitiannya melakukan elektrolisa air murni
sehingga menghasilkan gas HHO yang dinamakan dan dipatenkan
dengan nama Brown’sGas. Untuk memproduksi Brown’s Gas
digunakan elektroliser untuk memecah molekul-molekul air menjadi
gas.

Elektrolisis satu mol air menghasilkan satu mol gas hidrogen


dan setengahmol gas oksigen dalam bentuk diatomik. Sebuah
analisis yang rinci dari proses memanfaatkan potensi termodinamika
dan hukum pertama termodinamika. Prosesini berada di 298K dan
satu tekanan atmosfer, dan nilai-nilai yang relevan yangdiambildari
tabel sifat termodinamika.
Hidrogen akan muncul di katoda, yaitu elektroda yang
terhubung ke arus negatif dan oksigen di anoda, yaitu elektroda yang
terhubung ke arus positif. Jumlah gas hidrogen yang diperoleh
sebanyak 2 kali gas oksigennya, dan jumlah keduanya proporsional
dengan energy listrik yang digunakan. Elektrolisis air murni
berlangsung sangat lambat. Hal ini karena konduktivitas listrik air
murni sangat rendah, yaitu sekitar 1/1.000.000 dari konduktivitas
listrik air laut. Kecepatan elektrolisis air menjadi hidrogen dan
oksigen dapat di tingkatkan secara nyata dengan penambahan zat-zat
elektrolit yang berupa garam, asam, atau basa. Jika zat elektrolit
ditambahkan ke dalam air, maka konduktivitas listrik larutan
elektrolit tersebut meningkat dengan tajam. Garamnatrium sering
digunakan dalam proses elektrolisis air karena harganya relatif
murah dan mudah larut dalam air(Panut Mulyono, 2009).
Persamaan kimia elektrolisis air adalah sebagai berikut:

Energy (listrik) +2H2O → O2+2H2

Terjadi tekanan listrik pada elektroda negatif (katoda) untuk

15
mendorong electron ke dalam air dan pada anoda(elektroda positif)
terjadi penyerapan elektron. Molekul air dekat katoda terbagi
menjadi ion hidrogen positif (H+) dan ion hidroksida(OH-).
H2O→ H+ +OH-

H+ merupakan proton terbuka, bebas untuk menangkap electron dari


katoda, kemudian menjadi atom hydrogen biasa dan netral.
H+ + e- → H

Atom hydrogen ini berkumpul dengan atom hydrogen lain dan


membentuk molekul gas dalam untuk gelembung dan kemudian naik ke
permukaan.

H + H → H2

Elektroda positif telah menyebabkan ion hidroksida (OH-)


untuk bergerak ke anoda. Ketika mencapai anoda, anoda melepas
kelebihan elektron yang diambil oleh hidroksida dari atom hydrogen
sebelumnya, kemudian ion hidroksida bergabung dengan molekul
hidroksida yang lain dan membentuk 1 molekul oksigen dan 2
molekul air:
4 OH- → O2 + 2H2O + 4e-

Molekul oksigen ini sangat stabil dan kemudian


gelembungnya naik ke permukaan. Demikian seterusnya dan terjadi
pengulangan proses. Reaksi-reaksi dikatoda (reduksi) hanya
bergantung pada jenis kation dalam larutan. Jika kation berasal dari
logam dengan potensial elektroda lebih rendah maka air yang akan
tereduksi.

3 Elektroda

Sel elektrolisis atau elektroda adalah sel elektrokimia yang


bereaksi secara tidak spontan (Eosel (-) atau ∆G>0), karena energi
listrik disuplai dari sumber luar dan dialirkan melalui sebuah sel.
Elektrolisis diartikan juga sebagai peristiwa penguraian zat elektrolit
oleh arus listrik searah, melainkan juga mengalami perubahan-
perubahan kimia. Perubahan kimia yang terjadi selama elektrolisis

16
dapat dilihat sekitar elektroda. Elektroda merupakan suatu sistem
dua fase yang terdiri dari sebuah penghantar elektrolit (misalnya
logam) dan sebuah penghantar ionic (Rivai,1995). Elektroda
positif(+) disebut anoda sedangkan elektroda negatif(-) adalah
katoda (Svehla,1985). Reaksi kimia yang terjadi pada 4 elektroda
selama terjadinya konduksi listrik disebut elektrolisis dan alat yang
digunakan untuk reaksi ini disebut sel elektrolisis. Sel elektrolisis
memerlukan energy untuk memompa elektron. (Brady, 1999).

Elektroda yang digunakan umumnya merupakan elektroda


inert, seperti Grafit(C), Platina(Pt), dan Emas(Au). Elektroda
berperan sebagai tempat berlangsungnya reaksi. Reaksi reduksi
berlangsung di katoda, sedangkan reaksi oksidasi berlangsung di
anoda. Kutub negatif sumber arus mengarah pada katoda(sebab
memerlukan elektron) dan kutub positif sumber arus tentunya
mengarah pada anoda. Akibatnya, katoda bermuatan negatif dan
menarik kation-kation yang akan tereduksi menjadi endapan logam.
Sebaliknya, anoda bermuatan positif danmenarik anion-anion yang
akan teroksidasi menjadi gas. Terlihat jelas bahwa tujuan elektrolisis
adalah untuk mendapatkan endapan logam di katoda dan gas
dianoda.
Pada proses elektrolisis, elektroda dialiri arus listrik(DC)
sehingga senyawa pada elektrolit terurai membentuk ion-ion dan
terjadi proses reduksi oksidasi sehingga menghasilkan gas. Proses
elektrolisis diperlukan arus listrik yang tinggi agar proses reaksi
kimia menjadi efektif dan efisien. Apabila kedua kutub elektroda
(katoda dan anoda) diberi arus listrik, elektroda tersebut akan saling
berhubungan karena adanya larutan elektrolit sebagai penghantar
listrik menyebabkan elektroda timbul gelembung gas. Proses
elektrolisis dinyatakan bahwa atom oksigen membentuk sebuah ion
bermuatan negatif (OH-) dan atom hydrogen membentuk sebuah ion
bermuatan positif (H+). Pada kutub positif menyebabkan ion H+
tertarik ke kutub katoda yang bermuatan negative sehingga ion H+
menyatu pada katoda. Atom-atom hydrogen akan membentuk gas

17
hydrogen dalam bentuk gelembung gas pada katoda yang melayang
ke atas. Hal serupa terjadi pada ion OH- yang menyatu pada anoda
kemudian membentuk gas oksigen dalam bentuk gelembung gas.

4 Elektrolit
Elektrolit adalah suatu zat terlarut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion
dan selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik. Air adalah pelarut
(solven) yang baik untuk senyawa ion dan mempunyai sifat
menghantarkan arus listrik. Pada umumnya proses elektrolisis yang
dilakukan menggunakan larutan alkali. Larutan alkali yang umum
digunakan adalah larutan NaOH dan KOH. Larutan tersebut merupakan
elektrolit kuat yang dapat menghantarkan arus listrik dengan baik.Secara
teoritis, pemberian potensial energi lebih dari 5V akan menghasilkan gas
oksigen, gas hydrogen dan logam kalium.
Elektrolit merupakan gabungan antara air dan katalis. Katalis
merupakan suatu zat yang dapat mempercepat suatu laju reaksi,
namun ia sendiri secara kimiawi, tidak berubah pada akhir reaksi.
Katalis digunakan untuk mempercepatlaju reaksi menghasilkan gas
HHO pada proses elektrolisis. Larutan elektrolit merupakan larutan
yang dibentuk dari zat elektrolit. Sedangkan zat elektrolit itu sendiri
merupakan zat-zat yang di dalam air terurai membentuk ion-ionnya.
Zat elektrolit yang terurai sempurna di dalam air disebut elektrolit
kuat dan larutan yang dibentuknya disebut larutan elektrolit kuat.
Zat elektrolit yang hanya terurai sebagian membentuk ion-ionnya di
dalam air disebut elektrolit lemah dan larutan yang dibentuknya
disebut larutan elektrolit lemah.
Pada tahun1884, SvanteArrhenius, ahli kimia terkenal dari
Swedia mengemukakan teori elektrolit yang sampai saat ini teori
tersebut tetap bertahan.Menurut Arrhenius, larutan elektrolit dalam
air terdisosiasi ke dalam partikel-partikel bermuatan listrik positif
dan negatif yang disebut ion (ion positif dan ionnegatif). Jumlah
muatan ion positif akan sama dengan jumlah muatan ion negatif,
sehingga muatan ion-ion dalam larutan netral. Ion-ion inilah yang
bertugas menghantarkan arus listrik.

18
Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Michael
Faraday, diketahui bahwa jika arus listrik dialirkan ke dalam larutan
elektrolit akan terjadi proses elektrolisis yang menghasilkan gas.
Gelembung gas ini terbentuk karena ion positif mengalami reaksi
reduksi dan ion negative mengalami oksidasi
Larutan elektrolit terdiri dari larutan elektrolit kuat,
contohnya HCl, H2SO4, dan larutan elektrolit lemah, contohnya
CH3COOH, NH3, H2S. Larutan elektrolit dapat bersumber dari
senyawa ion (senyawa yang mempunyai ikatan ion) atau senyawa
kovalen polar (senyawa yang mempunyai ikatan kovalen polar). Zat
elektrolit yang terurai dalam air menjadi ion-ion.

Rangkaian sel elektrolisis hamper menyerupai sel volta.


Yang membedakan sel elektrolisis dari sel volta adalah, pada sel
elektrolisis, komponen voltmeter diganti dengan sumber arus
(umumnya baterai). Larutan atau lelehan yang ingin di elektrolisis,
ditempatkan dalam suatu wadah. Selanjutnya, elektroda dicelupkan
ke dalam larutan maupun lelehan elektrolit yang ingin dielektrolisis.
Elektroda yang digunakan umumnya merupakan elektroda inert,
seperti Grafit, Platina, dan Emas. Elektroda berperan sebagai tempat
berlangsungnya reaksi. Reaksi reduksi berlangsung di katoda,
sedangkan reaksi oksidasi berlangsung dianoda. Kutub negative
sumber arus mengarah pada katoda (sebab memerlukan elektron)
dan kutub positif sumber arus tentunya mengarah pada anoda.
Akibatnya, katoda bermuatan negative dan menarik kation-kation
yang akan tereduksi menjadi endapan logam. Anoda bermuatan
positif dan menarik anion-anion yang akan teroksidasi menjadi gas.
Terlihat jelas bahwa tujuan elektrolisis adalah untuk mendapatkan
endapan logam dikatoda dan gas di anoda. Pada anoda terjadi reaksi
oksidasi, yaitu anion (ion negatif) ditarik oleh anoda sehingga
jumlah elektronnya berkurang atau bilangan oksidasinya bertambah.

a. Ion OH ¯ dioksidasi menjadi H2O


dan O2. Reaksinya:4OH ¯
2H2O (l)+O2(g)+4e¯
(aq)

19
b. Ion sisa asam yang mengandung oksigen (misalnya NO3¯, SO42¯)
tidak dioksidasi,yang dioksidasi air. Reaksinya:

+
2H2O(l ) 4H (aq) +O2(g) +4e¯

c. Ion sisa asam yang lain dioksidasi menjadi


molekul. Contoh:2Cl¯(aq)Cl2(g)+2e¯

Pada katoda terjadi reaksi reduksi, yaitu kation (ion positif)


ditarik oleh katodadanmenerima tambahanelektron,
sehinggabilanganoksidasinya berkurang.

a. Ion H+direduksi menjadi

+
H2. Reaksinya:2H (aq)
+2e¯H2(g)
b. Ion logam alkali (IA) dan alkali tanah (IIA) tidak direduksi,
yang direduksi air.2H2O(aq)+2e¯H2(g)+2OH¯(aq)
c. Ion logam lain (misalnya Al3+, Ni2+, Ag+dan lainnya)
direduksi. Contoh:Al3+(aq)+3e¯  Al (s)
Ni2+(aq) + 2e¯  Ni(s)

Ag+(aq)+ e¯  Ag(s)

Proses elektrolisis dalam industri misalnya:


a. Penyepuhan (melapisi logam dengan logam lebih mulia
misal Ni, Cr, atau Au).
b. Pemurnian logam (misal Ag, Cu, Au).
c. Pembuatan senyawa (misal NaOH) atau gas (misal O2, H2,
Cl2)

2.9 Korosi
2.9.1 Pengertian Korosi
Korosi merupakan kerusakan material yang disebabkan oleh
pengaruh lingkungan sekelilingnya. Adapun proses korosi yang
terjadi disamping oleh reaksi kimia, juga diakibatkan oleh proses
elektrokimia yang melibatkan perpindahan elektron-elektron, entah
dari reduksi ion logam maupun pengendapan logam dari lingkungan
sekeliling.

20
Korosi bisa disebut sebagai kerusakan atau degradasi logam
akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga
diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam
bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada
definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari
proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih
mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi
oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan
dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja
paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan
lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi
oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat
mengetahui kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat
tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan
oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial
terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila masih
bersih dari oksida.
2.9.2 Penyebab Korosi
Peristiwa korosi berdasarkan proses elektrokimia yaitu proses
(perubahan / reaksi kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian
tertentu dari besi berlaku sebagai kutub negatif (elektroda negatif, anoda),
sementara bagian yang lain sebagai kutub positif (elektroda positif, katoda).
Elektron mengalir dari anoda ke katoda, sehingga terjadilah peristiwa
korosi. Korosi dapat terjadi di dalam medium kering dan juga medium
basah. Sebagai contoh korosi yang berlangsung di dalam medium kering
adalah penyerangan logam besi oleh gas oksigen (O2) atau oleh gas
belerang dioksida (SO2).
Di dalam medium basah, korosi dapat terjadi secara seragam maupun
secara terlokalisasi. Contoh korosi seragam di dalam medium basah adalah
apabila besi terendam di dalam larutan asam klorida (HCl). Korosi di dalam
medium basah yang terjadi secara terlokalisasi ada yang memberikan rupa
makroskopis, misalnya peristiwa korosi galvanik sistem besi-seng, korosi
erosi, korosi retakan, korosi lubang, korosi pengelupasan, serta korosi

21
pelumeran, sedangkan rupa yang mikroskopis dihasilkan misalnya oleh
korosi tegangan, korosi patahan, dan korosi antar butir.
Walaupun demikian sebagian korosi logam khususnya besi, terkorosi di
alam melalui cara elektrokimia yang banyak menyangkut fenomena antar
muka. Hal inlah yang banyak dijadikan dasar utama pembahasan mengenai
peran pengendalian korosi.

A. Jenis–JenisKorosiMenurutBentuknya
1. Korosi seragam(Uniformattack)
Korosi yang terjadi pada permukaan logam akibat reaksi kimia karena pH air
yang rendah dan udara yang lembab,sehingga makin lama logam makin
menipis. Biasanya ini terjadi pada pelat baja atau profil, logam homogen.
Korosi jenis ini bias dicegah dengan cara :
a. Diberi lapis lindung yang mengandung inhibitor seperti gemuk.
b. Untuk jangka pemakain yang lebih lama disarankan diberi logam
berpaduan tembaga0,4%
c. Dengan melakukan pelapisan dengan cat atau dengan material yang lebih
anodic
d. Melakukan inhibitas dan proteksi katodik(cathodikprotection)

BerikutContohnya:

Gambar korosi pada pipa dan kaleng


2. Korosi sumur (Pittingcorrosion)
Korosi sumuran adalah korosi lokal dari permukaan logam yang dibatasi
pada satu titik atau area kecil, dan membentuk bentuk rongga. Korosi
sumuran adalah salah paling merusak dari korosi, karena sulit terlihat
kerusakaanya jika tanpa alat bantu.
Mekanisme Korosi Sumur : Untuk material bebas cacat, korosi sumuran
disebabkan olehlingkungan kimia yang mungkin berisi spesies unsur kimia
agresif seperti klorida. Klorida sangatmerusak lapisan pasif (oksida) sehingga

22
pitting dapat terjadi paada dudukan oksida.Lingkunganjuga dapat mengatur
perbedaan sel aerasi (tetesan air pada permukaan baja, misalnya) dan pitting
dapat dimulai di lokasi anodik (pusat tetesan air). Cara pengendalian korosi
sumuran adalah sebagai berikut:
a. Hindari permukaan logam dari goresan.
b. Perhalus permukaan logam
c. Menghindari komposisi material dari berbagai jenis logam.
d. Pilih bahan yang homogen
e. Diberikan inhibitor
f. Diberikan coating dari zat agresif
Berikut Contohnya:

Gambar KorosiSumuran

3. Korosi erosi(ErrosionCorrosion)
Korosi yang terjadi karena keausan dan menimbulkan bagian – bagian
yang tajam dankasar, bagian – bagian inilah yang mudah terjadi korosi dan
juga diakibatkan karena fluida yang sangat deras dan dapat mengikis film
pelindung pada logam. Korosi ini biasanya terjadi pada pipa dan propeller.
Korosi jenis inidapat dicegahdengan cara:
a. Pilih bahan yang homogen
b. Diberi coating dari zat agresif
c. Diberikan inhibitor
d. Hindari aliran fluida yang terlalu deras
e. Menghindari partikel abrasive pada fluida.

23
1. Korosi galvanis(Galvanis corrosion)

Galvanic atau bimetalic corrosion adalah jenis korosi yang terjadi ketika dua
macam logam yang berbeda berkontak secara langsung dalam media korosif.
Mekanisme korosi galvanik: korosi ini terjadi karena proses elektro kimiawi
dua macam metal yang berbeda potensial dihubungkan langsung di dalam
elektrolit sama BerikutContohnya:

Gambar2.11. MekanismeKorosiGalvanis

Gambar2.12. Korosi GalvanicpadaSambunganBaut

Metode-metode yang dilakukan dalam pengendalian korosi ini adalah:


 Menekan terjadinya reaksi kimia atau elektrokimianya seperti reaksi anoda dan
katoda
 Mengisolasi logam yang cukup tebal dari lingkungannya sehingga tidak
terjadi aliran elektrolit

 Mengurangi ion hydrogen didalam lingkungan yang dikenal dengan


mineralisasi
 Mengurangi oksigen yang larut dalam air
4. korositegangan (Stress corrosion)

24
Korosi retak tegangan (Stress Corrosion Craking) adalah proses retak yang
memerlukan secara bersamaan dari bahan perusak (karat) dan berkelanjutan
dengan tegangan tarik. Ini tidak termasuk pengurangan bagian yang terkorosi
akibat gagal oleh patahan cepat.
Cara pencegahan terjadinya korosi
1. Mencegah kontak dengan oksigen atau air
2. Perlindungan katode
3. Pengecatan
4. Pelumuran dengan oli atau gemuk.

25
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Redoks adalah istilah yang menjelaskan perubahan bilangan oksidasi
dalam sebuah reaksi kimia. Dalam pembelajran redoks yang dipelajari
antara lain adalah aturan biloks dan juga cara menyetarakan bilangan
biloks. Sedangkan Redoks sendiri adalah istilah yang menjelaskan
perubahan bilangan oksidasi dalam sebuah reaksi kimia. Sel volta adalah
sel yang dapat mengubah energi kimia menjadi energi listrik melalui
mekanisme reaksi oksidasi reduksi (redoks) yang terjadi secara spontan.
Potensial elektrode standar atau potensial reduksi standar adalah potensial
relatif suatu elektrode terhadap elektrode hidrogen yang diukur dalam
keadaan standar, yaitu pada suhu 25oC, tekanan gas 1 atm, dan konsentrasi
ion-ion sebesar 1 M. Potensial reduksi standar ini terkait dengan setengah
reaksi yang ada (wadah elektroda). Potensial elektroda standar seperti
halnya termodinamika, yaitu dapat dbalik dengan mengubah tandanya.
Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit dalam sel elektrolisis
oleh arus listrik dan merupakan kebalikan dari sel volta. Elektrolisis Air
adalah peristiwa penguraian senyawa air (H2O) menjadi oksigen (O2) dan
hidrogen (H2) dengan menggunakan arus listrik yang melalui air tersebut.
Korosi merupakan kerusakan material yang disebabkan oleh pengaruh
lingkungan sekelilingnya. Jenis – jenis korosi menurut bentuknya
meliputi, korosi serangan (Uniform Attack), korosi sumur (Piting
Corrosion), korosi erosi (Errosion Corrosion), korosi tegangan (Stress
Corrosion), korosi celah (Crevice Corrosion), korosi mikrobiolgi, dan
korosi lelah (Fatigue Corrsion). Korosi dapat dicegah dengan cara
mencegah kontak dengan oksigen dan atau air, perlindungan katoda,

23
pengecatan, pelumuran dengan oli/gemuk, galvanisasi, cromium plating,
secreficial protection, inhibator

24
DAFTAR PUSTAKA

Doddy A B, Muhammad . 2013 . Menguasai IPA Sistem Kebut Semalam Edisi 2


Revisi . Depok : Pustaka Gema Media
http://digilib.uinsgd.ac.id/27235/4/4_bab1.pdf diakses pada 22 April 2021
http://ebook.itenas.ac.id/repository/25af4f15e896d3e1a188b42108e09c25.pdf diakses
pada 22 April 2021
http://repository.unpas.ac.id/15367/3/7.Bab%20II.pdf diakses pada 22 April 2021
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131569340/pengabdian/elektrokimia.pdfhttp://staffne
w.uny.ac.id/upload/131569340/pengabdian/elektrokimia.pdf diakses pada 22 April
2021
https://amru.id/penyetaraan-reaksi-redoks-metode-bilangan-oksidasi-biloks/ diakses
pada 22 April 2021
https://www.academia.edu/7023959/sel_volta_aki_batrai_alkalin_ diakses pada 22
April 2021

25

Anda mungkin juga menyukai