Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

SIFAT-SIFAT CAIRAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kimia dasar

Dosen pengampu : Bazlina Dawami Afrah, S.T., M.T., M.Eng

Kelompok 4:
Kesya Julika (03031182126012)
Harifa Hadi Saskia (03031182126022)
Restu Pamungkas (03031282126030)
Jonathan Lumban Gaol (03031282126046)
Cicillia Fransiska (03031282126056)
Yoga Putra Pratama (03031282126058)
Helmi Ariva (03031282126064)
M. Rajab Fadhly Hartawibawa (03031282126072)
Silva Mardatillah (03031282126086)
Gallang Abdi Persada (03031282126084)
Dina Sabila (03031282126088)

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SRIWIJAY
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
karunia dan rahmat-Nya sehingga makalah ini dengan judul “Sifat-sifat Cairan”
dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kimia Dasar dengan Ibu Bazlina Dawami Afrah, S.T., M.T.,Eng. sebagai
dosen pengampu.
Pemyusunan makalah ini mendapat bantuan dari banyak pihak. Oleh karena
itu, penulis pengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada orang tua, dosen-
dosen, teman-teman, dan pihak lainnya yang telah memberikan bantuan dan
dukungan dalam proses penyusunan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mohon bantuan dari
berbagai pihak untuk memberikan kritik dan saran agar dapat menjadi pedoman
penulis untuk menjadi lebih baik lagi dalam menyusun makalah.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya,
sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis maupun orang
yang membacanya.

Palembang, 12 Oktober 2021


Penyusun

Kelompok 4 (empat) B

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

Bab I PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1 Latar belakang..................................................................................1


1.2 Rumusan masalah.............................................................................1
1.3 Tujuan penulisan ..............................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................2

Bab II PEMBAHASAN....................................................................................3

2.1 Interaksi Molekul dengan Molekul (Gaya Van Der Walls)..............3


2.2 Hydrogen Bond.................................................................................5
2.3 Tekanan Uap.....................................................................................9
2.4 Tegangan Permukaan......................................................................16
2.5 Viskositas ........................................................................................20
2.6 Struktur dan Sifat Cairan.................................................................25

Bab III PENUTUP...........................................................................................29

3.1 Kesimpulan ....................................................................................29


3.2 Saran................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap zat cair memiliki karakteristik atau sifat yang khas. Dalam ilmu
pengetahuan, ada banyak karakteristik zat cair yang perlu diketahui, yaitu gaya
Van Der Walls pada cairan, ikatan ydrogen cairan, tekanan uap pada zat cair,
tegangan permukaan zat cair, dan viskositas. Gaya Van Der Walls dan ikatan
ydrogen termasuk kedalam ikatan kimia. Gaya Van Der Walls dalam ilmu
kimia merujuk pada jenis tertentu gaya antar molekul. Lalu, ikatan ydrogen
merujuk pada ikatan antar molekul yang lebih kuat dari pada gaya Van Der
Walls, namun lebih lemah terhadap ikatan ion dan kovalen. Zat cair selalu
memiliki tekanan pada suhu tertentu, tekanan yang dimaksud adalah tekanan uap
yang berada dalam kesetimbangan zat cair. Pada kehidupan sehari-hari, terlihat
pada permukaan zat cair, terlihat suatu lapisan yang mempertahankan keadaan
tersebut, peristiwa tersebut dinamakan tegangan permukaan. Perbedaan sifat
antara zat cair yang berbeda jenisnya akan mempengaruhi tegangan permukaan.
Biasanya, tegangan permukaan dipengaruhi oleh gaya antar molekul pada
cairan. Lalu, viskositas merupakan sifat dari suatu zat cair yang disebabkan
karena adanya gesekan antar molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi zat
cair tersebut. Gesekan tersebut dapat menghambat aliran zat cair. Dari setiap
karakteristik zat cair tentunya berbeda satu sama lain.
Zat cair selalu ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, kita perlu
memahami dan mengetahui setiap karakteristik atau sifat zat cair. Sehingga,
disusun makalah tentang sifat zat cair supaya dapat dipelajari dan dipahami lebih
baik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana interaksi molekul dengan molekul antar zat cair?
2. Bagaimana ikatan hidrogen dapat terjadi pada zat cair?
3. Bagaimana tekanan uap pada zat cair?
4. Bagaimana tegangan permukaan dapat terjadi pada zat cair?
5. Bagaiamana viskositas pada zat cair?
6. Bagaimana struktur dan sifat yang dimilliki zat cair?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui interaksi molekul dengan molekul yang terjadi pada zat cair.
2. Mengetahui ikatan hidrogen yang terjadi pada zat cair.
3. Mengetahui tekanan uap pada zat cair.
4. Mengetahui tegangan permukaan yang terjadi pada zat cair.
5. Mengetahui viskositas pada zat cair.
6. Mengetahui struktur dan sifat yang dimiliki zat cair.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Menambah wawasan pembaca mengenai sifat sifat cairan.
2. Menjadi sumber referensi bagi pembaca mengenai sifat-sifat cairan.
3. Dapat mengembangkan keterampilan dalam membaca efektif

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Interaksi Molekul dengan Molekul (Gaya Van Der Walls)

Interaksi antarmolekul adalah aksi antara satu molekul dengan molekul


lain yang menimbulkan gaya tarik-menarik dengan berbagai tingkat kekuatan.
Interaksi antarmolekul tidak dapat terjadi pada semua fasa zat. Pada fasa gas,
partikel-partikel penyusunnya berdiri sendiri sehingga tidak terjadi interaksi atau gaya
tarik-menarik antar partikel penyusunnya. Namun, interaksi antarmolekul dapat
terjadi pada zat dengan fasa cair atau zat yang mendekati titik embunnya.

A. Gaya Van Der Walls


Pada awal abad ke-20, seorang ahli fisika Belanda, Johannes Van der
Walls meneliti interaksi antarmolekul pada senyawa polar dan senyawa nonpolar.
Menurut Van der Walls (1923), interaksi antarmolekul pada senyawa polar dan
nonpolar dapat menghasilkan sebuah gaya yang lemah. Gaya tersebut kemudian
dikenal dengan nama Gaya Van Der Walls.
Gaya Van Der Walls diklasifikasi menjadi 3 bentuk, yakni interaksi
antarmolekul yang memiliki dipol, interaksi antarmolekul yang memiliki dipol
dengan yang tidak memiliki dipol, serta interaksi antarmolekul yang tidak
memiliki dipol.
Interaksi antarmolekul yang memiliki dipol dikenal dengan Gaya Orientasi
atau Gaya Dipol-Dipol. Gaya ini terjadi karena adanya interaksi antara kutub
positif dari satu molekul dengan kutub negatif dari molekul yang lain. Gaya ini
memberi sumbangan yang relatif kecil terhadap gaya Van der Walls secara
keseluruhan. Untuk menambah kekuatan dari gaya ini, diperlukan penataan ulang
dengan mengarahkan kutub secara berlawanan (positif-negatif).
Gaya Van Der Walls yang kedua adalah Gaya Imbas, yakni interaksi
antarmolekul yang memiliki dipol dengan yang tidak memiliki dipol (senyawa

3
polar dan nonpolar). Adanya molekul-molekul polar akan menyebabkan imbasan
dari kutub molekul polar kepada molekul nonpolar, sehingga elektron-elektron
dari molekul nonpolar tersebut mengumpul pada salah satu sisi molekul
(terdorong atau tertarik), yang menimbulkan terjadinya dipol sesaat pada molekul
nonpolar. Terjadinya dipol sesaat akan menyebabkan adanya gaya tarik-menarik
antara dipol permanen pada molekul polar dengan dipol sesaat pada molekul
nonpolar.
Gaya Van Der Walls yang terakhir adalah Gaya London/Gaya Dispersi.
Gaya London merupakan gaya antar dipol sesaat pada molekul non polar. Seperti
yang kita ketahui bahwa molekul non polar seharusnya tidak mempunyai
kutub/polar (sesuai dengan namanya). Namun, karena adanya pergerakan
elektron mengelilingi atom/molekul, maka ada saat-saat tertentu dimana elektron
akan terkonsentrasi di salah satu ujung molekul, sedangkan di ujung yang lain
elektronnya “kosong”. Hal ini membuat molekul tersebut “tiba-tiba” memiliki
dipol, yang disebut dipol sesaat. Munculnya dipol ini akan menginduksi dipol
tetangga disebelahnya. Ketika elektron bergerak lagi, dipol ini akan hilang
kembali.
Kami telah membuat contoh soal tentang Gaya Van Der Walls antara dua
pasang molekul yang berbeda, sebagai berikut :
B. Contoh Soal :
Tentukan gaya Van der Walls yang ada pada pasangan molekul berikut :
A. H2 – CH4
B. NH3 – H2S
C. CO2 – HCl
D. CH3COOH – C4H10
E. C2H5OH – CH3OCH3
Jawaban :
A. H2 – CH4 = NP – NP => Gaya London
B. NH3 – H2S = P–P => Gaya Orientasi

4
C. CO2 – HCl = NP – P => Gaya Imbas
D. CH3COOH – C4H10 = P – NP => Gaya Imbas
E. C2H5OH – CH3OCH3 = P – P => Gaya Orientasi

2.2 Hydrogen Bond

A. Ikatan Hidrogen
Antara molekul-molekul yang sangat polar dan mengandung atom hydrogen
terjadi Ikatan hidrogen. Titik didih senyawa “hidrida” dari unsur-unsur golonganA,
VA, VIA, dan VIIA, diberikan pada gambar berikut.

Gambar 2.1 : Titik didih senyawa hidrida dari unsur-unsur golongan


IVA, VA, VIA, danVIIA.
Sumber: Chemistry,The Molecular Nature of Matter and Change,
Martin S.Silberberg.2000.

Perilaku normal ditunjukkan oleh senyawa hidrida dari unsur-unsur golongan


IVA, yaitu titik didih meningkat sesuai dengan penambahan massa molekul.
Kecenderungan itu sesuai dengan yang diharapkan karena dari CH ke SnH massa
molekul relatif meningkat, sehingga gaya Van der Waals juga makin kuat. Akan
tetapi, ada beberapa pengecualian seperti yang terlihat pada gambar, yaitu HF, H2O,
dan NH3. Ketiga senyawa itu mempunyai titik didih yang luar biasa tinggi
dibandingkan anggota lain dalam kelompoknya. Fakta itu menunjukkan adanya gaya
tarik-menarik antarmolekul yang sangat kuat dalam senyawasenyawa tersebut.
Walaupun molekul HF, H2O, dan NH3bersifatpolar,gaya dipol-dipolnya tidak cukup
kuat untuk menerangkan titik didih yang mencolok tinggi itu.

5
Perilaku yang luar biasa dari senyawa-senyawa yang disebutkan di
atasdisebabkan oleh ikatan lain yang disebut ikatan hidrogen (James E. Brady,2000).
Oleh karena unsur F, O, dan N sangat elektronegatif, maka ikatan F – H, O – H, dan
N – H sangat polar, atom H dalam senyawa-senyawa itu sangat positif. Akibatnya,
atom H dari satu molekul terikat kuat pada atom unsur yang sangat elektronegatif (F,
O, atau N) dari molekul tetangganya melalui pasangan elektron bebas pada atom
unsur berkeelektronegatifan besar itu. Ikatan hydrogen dalam H2O disajikan pada
gambar berikut :

Gambar 2.2 : Molekul polar air (kiri) dan ikatan hidrogen pada air
(kanan).
Sumber: Chemistry, The Molecular Nature of Matter and Change,
Martin S. Silberberg. 2000.

B. Sifat Fisis Ikatan Hidrogen


Sifat fisis seperti titik lebur dan titik didih sangat dipengaruhi oleh gaya interaksi
antarmolekul. Adanya ikatan hidrogen sebagai gaya interaksi antar-molekul yang
paling kuat memberikan pengaruh yang signifikan pada titik didih beberapa senyawa
hidrida biner dari unsur-unsur golongan IVA hingga VIIA. Berikut grafik yang
menunjukkan titik didih dari senyawa-senyawa biner hidrogen dan unsur golongan
IVA hingga VIIA.

6
Gambar 2.3: Grafik titik didih sebagai fungsi massa molekul senyawa
hidrida golongan IVA–VIIA
(Sumber: Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central Science
(13th edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.)

Titik didih dari senyawa hidrida unsur golongan IVA (CH4, SiH4, GeH4, dan
SnH4, seluruhnya nonpolar) meningkat dari atas ke bawah golongan (dari C ke Sn).
Hal ini dapat dimengerti sebagai akibat dari adanya polarisabilitas dan gaya dispersi
London secara umum meningkat seiring dengan bertambahnya massa molekul.
Senyawa-senyawa hidrida dari golongan VA, VIA, dan VIIA secara umum juga
mengikuti pola kenaikan titik didih yang sama, namun khusus untuk senyawa NH3,
H2O, dan HF titik didihnya jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan.
Faktanya, ketiga senyawa ini juga memiliki sifat-sifat yang membedakannya
dari senyawasenyawa lain dengan massa molekul dan polaritas yang bermiripan.
Sebagai contoh, air (H2O) memiliki titik leleh yang tinggi, kalor jenis yang tinggi,
dan kalor penguapan yang tinggi. Sifat-sifat ini menunjukkan bahwa adanya gaya
antar-molekul tak lazim yang kuat pada molekul-molekul ketiga senyawa tersebut,
yakni ikatan hidrogen.

C. Ikatan Hidrogen pada Air


Pada air, satu molekul air dapat berikatan hidrogen dengan empat molekul air lain
disekitarnya dalam susunan tetrahedral seperti terlihat dalam gambar (a) di bawah.
Pada es,mmolekul-molekul air berikatan hidrogen dalam struktur susunan yang kaku
namun lebihnterbuka. Struktur yang lebih terbuka (berongga) pada es seperti terlihat
pada gambar (b) mengakibatkan es memiliki densitas (massa jenis) yang lebih kecil.
Ketika es melebur, sebagian ikatan hidrogen putus. Hal ini menyebabkan molekul-
molekul air dapat tersusun lebih rapat sehingga densitasnya meningkat seperti terlihat
pada gambar (c). Dengan kata lain, jumlah molekul H2O per satuan volum dalam
wujud cair lebih banyak dibanding dalam wujud padat.

7
Gambar 2.4: Ikatan hidrogen pada air
(Sumber: Petrucci, Ralph H. et al. 2017. General Chemistry: Principles and Modern
Applications (11th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.)

Seiring air es dipanaskan di atas titik lebur, pemutusan ikatan hidrogen terus
berlanjut sehingga molekul-molekul air menjadi semakin tersusun rapat dan densitas
air semakin meningkat. Air dalam wujud cair akan mencapai densitas maksimum
pada suhu 3,98°C. Di atas suhu tersebut, air berperilaku “normal” seperti zat-zat lain
pada umumnya sebagaimana densitas menurun seiring dengan kenaikan suhu.

Sifat anomali air ini berperan dalam beberapa fenomena-fenomena yang


terjadi di bumi, seperti misalnya gunung es yang mengapung di atas perairan dan
meledaknya pipa air pada musim salju. Ledakan pipa air dapat terjadi jika
pendinginan terjadi secara mendadak sebagaimana air yang membeku menjadi es
mengalami pemuaian. Dalam peristiwa es yang mengapung pada perairan yang
membeku di musim salju, mengapungnya bongkahan es akan menghambat terjadinya
pembekuan air lebih lanjut sehingga makhluk hidup yang berada di dalam perairan
dapat bertahan hidup. Tanpa adanya sifat anomali air oleh karena keberadaan ikatan
hidrogen ini, perairan akan membeku dari dasar hingga ke permukaan. Hal ini
tentunya akan mengakibatkan makhluk hidup di perairan tersebut terancam tidak
dapat bertahan hidup selama musim salju.

D. Contoh Soal

1. Berikut ini merupakan gambar struktur ikatan tak


sebenarnya dari molekul H2O . Ikatan hydrogen pada
struktur tersebut terdapat pada nomor ….
A. (1)
B. (2)
C. (3)
D. (4)
E. (5)

Jawaban : D
Karena hanya pada no 4 yang menunjukan Ikatan antar molekul, yang mana yang
berikatan adalah H dan O

2. Manakah yang titik didih dan titik leburnya lebih tinggi : etanol (C2H5OH) atau
dimetil eter (CH3 – O – CH3)? Jelaskan!
Jawab :

8
Senyawa etanol dan senyawa dimetil eter mempunyai massa rumus yang sama
tetapi titik didih etanol lebih tinggi daripada dimetil eter. Sedangkan dimetil eter
mempunyai titik lebur yang lebih tinggi daripada etanol. Hal ini disebabkan pada
etanol terjadi ikatan hidrogen sedangkan pada dimetil eter tidak

2.3 Tekanan Uap

A. Tekanan Uap

Tekanan uap merupakan tekanan yang dimiliki oleh uap zat cair yang berada
dalam kesetimbangan dengan zat cair. Misalkan kita memiliki gelas yang berisi air
dan tertutup. Ketika ditutup, maka sebagian air pada fasa liquid akan menguap
menjadi uap air hingga tekanan uap tersebut mencapai nilai tertentu. Nilai inilah yang
disebut sebagai tekanan uap (P).

Gambar 3.1

Sumber : https://www.statmat.net/wp-content/uploads/2020/12/Tekanan-Uap.png

B. Tekanan uap terhadap Cairan dan zat pelarut

Tekanan uap suatu cairan bergantung pada jumlahnya molekul di permukaan


yang memiliki cukup energi kinetik bagi lolos dari tarikan molekul-molekul
tetangganya. Bila dalam cairan itu dilarutkan suatu zat, maka kini yang menempati
permukaan bukan hanya molekul pelarut, tetapi juga molekul zat terlarut. Karena
molekul pelarut di permukaan semakin sedikit, maka laju penguapan akan susut.
Dengan pekataan lain, tekanan uap cairan itu turun. Semakin jumlah zat terlarut,
semakin luhur pula penurunan tekanan uap.

C. Penurunan Tekanan Uap Jenuh (∆P)

9
Mengapa pada suhu tertentu,dalam suatu wadah tertutup yang berisi air atau
larutan dengan volume tertentu timbul tekanan uap? Partikel-partikel apa yang
berpengaruh pada tekanan uap?

Peristiwa dimana molekul-molekul zat cair melepaskan diri dari permukaan


cairannya dan membentuk fase gas atau uap disebut menguap.Gejala ini disebabkan
oleh adanya kemampuan partikel untuk memecahkan gaya antaraksi antarmolekul
cairan. Kemudahan suatu senyawa menguap ditentukan oleh kekuatan gaya
antarmolekulnya. Makin lemah gaya antarmolekulnya, makin mudah zat itu
menguap.Uap yang terbentuk di atas permukaan cairnya menimbulkan tekanan,yang
disebut tekanan uap.

Tekanan uap suatu zat benda bergantung pada kemudahan zat itu
menguap.Faktor-faktor yang memengaruhi tekanan uap di antaranya suhu.Semakin
tinggi suhu zat,,makin besar tekanan uapnya.

Dalam suatu wadah tertutup yang hanya berisi pelarut murni,seperti air, di
dalam fasa cair maupun fasa uap akan tersebar partikel-partikel pelarut yang terus-
menerus bergerak.Dalam fasa uap,partikel- partikel pelarut bergerak lebih bebas
dibandingkan dengan yang berada dalam fasa cair.Penggerakan partikel-partikel uap
pelarut menimbulkan tekanan uap hingga tercapai kesetimbangan antara partikel-
partikel pelarut fasa uap dengan fasa cair (jenuh).

10
Gambar 3.2

Banyaknya parikel-partikel fasa uap pada suhu tertentu bergantung pada jenis
pelarut.Pelarut yang kurang polar memiliki jumlah partikel fasa uap lebih banyak
daripada pelarut yang lebih polar.Mengapa demikian? Makin banyak jumlah partikel
pelarut fasa uap,makin besar tekanan uap jenuhnya .Tekanan uap ini disebut sebagai
tekanan uap jenuh pelarut,yang dilambangkan dengan P°.

Gambar 3.3

Sumber : https://slideplayer.info/slide/11845184/

Bila ke dalam pelarut murni ditambahkan zat terlarut nonvolatil pergerakan


molekul- molekul dalam fasa cair menjadi lebih terbatas. Makin banyak partikel zat
terlarut dalam fasa cair,makin terbatas pergerakan partikel-partikel terlarut,karena

11
interaksi antarpartikel semakin kuat,sehingga jumlah partikel terlarut yang menguap
semakin sedikit . Akibatnya,pada suhu yang sama,tekanan uap larutan ( tekanan uap
jenuh pelarut di atas larutan Plar ) menjadi lebih rendah daripada tekanan uap jenuh
pelarut murni P°.

Gambar 3.4

Sumber : https://slideplayer.info/slide/11845184/

Sehingga dari pernyataan sebelumnya diperoleh bahwa :

P di atas larutan < P diatas pelarut murni

Atau

P lar < P°

Selisih antara tekanan uap jenuh pelarut murni dengan tekanan uap jenuh larutan
disebut penurunan tekanan uap jenuh, dilambangkan dengan ∆P,sehingga :

∆P = P - P lar

Menurrut hukum Raoult, tekanan uap larutan berbanding lurus dengan fraksi mol
pelarut . Hubungan antara P lar dengan fraksi mol pelarut dinyatakan dengan hukum
Raoult sebagai berikut :

P lar = Xp . P°

Sementara itu,

Xp + Xt =1 → Xt = 1-Xp

12
Sehingga diperoleh :

∆P = P - P lar = P° - Xp.P°

= P° (1-Xp) = Xt.P°

Gambar 3.5

grafik P lar terhadap Xp,jika tekanan uap larutan dialurkan terhadap fraksi mol
pelarut akan diperoleh garis lurus.Jadi, penurunan tekanan uap jenuh larutan
berbanding lurus dengan jumlah partikel zat pelarut ( yang dinyatakan dengan fraksi
mol zat pelarut, Xp juga Xt sebagaimana pernyataan sebelumnyya ).

Larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan konsentrasi yang sama memiliki Xt yang
tidak sama,karena jumlah mol seluruh partikel zat terla rut dalam kedua larutan tidak
sama.Perbedaan ini terkait dengan perbedaan nilai faktor van’t Hoff antara larutan
elektrolit dan nonelektrolit.

Jumlah mol seluruh partikel zat terlarut dalam larutan = Jumlah mol zat yang
dilarutkan × factor van’t Hoff

Dengan Nilai Faktor Van’t Hoff adalah :

Jumlah mol partikel sesudah te rurai


i=
Jumlah mol partikel sebelum terurai

,atau

13
a+a . α (v −1)
i=
a

,sehingga

i = 1 + α(v-1)

Dengan :

i = Faktor Van’t Hoff

α = Derajat ionisasi

Nilai α ini bergantung pada jenis zatnya,yaitu unntuk

Nonelektolit : α = 0 , dan i = 1

Elektroloit Lemah : α < 1 , dan i < v

Elektrolit Kuat : α = 1 , dan i = v

v = jumlah ion yang dihasilkan dari zat terlarut

Fraksi mol :

nt .i
Xt =
np+nt .i

np
Xp =
np+nt .i

Hubungan dengan penurunan tekanan uap (ΔP) :

ΔP = Xp. P◦

np
ΔP = .P◦
np+nt .i

Dengan :

Xt = fraksi mol zat terlarut

Xp = fraksi mol zat pelarut

np = mol zat pelarut

14
nt = mol zat terlarut

D. Contoh Soal

Contoh soal - I ( Perhitungan Tekanan Uap Larutan )

• Berapakah tekanan uap Larutan yang mengandung 0,1 kg NaCl (Mr = 58,5 g/mol) dalam air 3,00 kg pada suhu 20
°C?
( Data Tekanan uap air (pelarut) dalam suhu 20 °C adalah : 17,25 mmHg)
𝑚 100 𝑔 3000 𝑔
Jawab : Diketahui : P° = 17,25 mmHg n NaCl = = = 1,7094 mol n H2O = = 166,6 mol
𝑀𝑟 5 8 ,5 𝑔 / 𝑚 𝑜 𝑙 1 8 𝑔 /𝑚 𝑜 𝑙

Ditanya : P lar =...? P lar = Xp.P°


Untuk mencari nilai tekanan uap larutan,diperlukan mencari nilai fraksi mol zat pelarut yang memerlukan nilai faktor van’t Hoff

Sehingga, didapatkan : i = 1 + α(v-1) Untuk larutanNaCl sendiri, yang mana merupakan larutan elektrolit kuat
sehingga nilai α = 1 dan i = v
i = 1+ 1(2-1) = 2 (nilai v ialah jumlah unsur yang terlibat yaitu 1 atom Na dan 1 atom Cl),terbukti i = v
sehingga nilai X = 𝑛𝑝
=
1 6 6 ,6 𝑚 𝑜 𝑙 = 0,98
p
𝑛 𝑝 + 𝑛𝑡.𝑖 1 6 6 ,6 𝑚 𝑜 𝑙 + 1 ,7 0 9 4 𝑚 𝑜 𝑙 .2

Contoh Soal - II ( Perhitungan Penurunan Tekanan Uap jenuh ∆P)

Dari persoalan sebelumnya,hitunglah penurunan tekanan uap jenuh yang terjadi?

Jawab : Penurunan tekanan uap jenuh (∆P) = P°- P lar

Diketahui : tekanan uap jenuh pelarut P° = 17,25 mmHg P lar = 16,905 mmHg

NaCl : nonvolatil , sehingga

∆P = 17,25 mmHg - 16,905 mmHg = 0,345 mmHg

Jadi, penurunan tekanan uap jenuh yang terjadi adalah sebesar 0,345 mmHg atau
0,000454 atm (1 atm = 760 mmHg)

15
2.4 Tegangan Permukaan
A. Pengertian Tegangan Permukaan zat cair.

Tegangan permukaan zat cair merupakan kecenderungan permukaan zat cair


untuk menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastic.
Selain itu, tegangan permukaan juga diartikan sebagai suatu kemampuan atau
kecenderungan zat cair untuk selalu menuju ke keadaan yang luas permukaannya
lebih kecil yaitu permukaan datar atau seperti bola yang didefinisikan sebagai usaha
yang membentuk luas permukaan baru. Dengan sifat tersebut zat cair mampu untuk
menahan benda-benda kecil di permukaannya.

B. Penyebab terjadinya Tegangan Permukaan zat cair.


Di dalam cairan, tiap molekul ditarik oleh molekul lain yang sejenis
didekatnya (Interior Molecule) dengan gaya yang sama ke segala arah (cohesive
force). Sedangkan, di permukaan cairan, tiap molekul ditarik oleh molekul sejenis
didekatnya (Exterior Molecule) dengan arah gaya kesamping dan ke bawah (adhesive
force). Akibat terdapat perbedaan gaya tarik dan molekul dibawah permukaan
memiliki jumlah yang lebih banyak serta jarak antara molekul lebih rapat, maka
terjadi gaya atau tarikan kebawah. Gaya inilah yang menyebabkan permukaan zat cair
berkontraksi dan berada dalam keadaan tegang (suface tension).( Gambar 1.1)

Gambar 4.1

C. Faktor yang mempengaruhi Tegangan Permukaan zat cair.

16
1. Suhu

Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu, karena


meningkatnya energi kinetik molekul.

2. Zat terlarut

Penambahan zat terlarut dalam suatu cairan akan meningkatkan viskositas dan
tegangan permukaan semakin besar.

3. Jenis Cairan

Cairan yang memiliki gaya tarik antara molekul besar, meningkatkan


tegangan permukaan.

4. Surfaktan

Surfaktan merupakan zat yang bisa mengaktifkan permukaan. Karena,


cenderung buat terkonsentrasi pada permukaan. Contohnya: Sabun.

D. Manfaat Tegangan Permukaan

Ada banyak manfaat tegangan permukaan yaitu dalam mempengaruhi


penyerapan obat pada bahan pembantu padat pada persediaan obat, penetrasi molekul
lewat membran biologis,dan pembentukan dan kestabilan emulsi dan dispersi partikel
tak larut dalam media cair buat membentuk sediaan suspensi.

E. Penerapan Tegangan Permukaan

Ada beberapa contoh penerapan tegangan permukaan, yaitu :

1. Mencuci Pakaian
Dengan menggunakan air yang lebih panas akan lebih bersih karena
dengan suhu tinggi tegangan permukaan akan lebih kecil
2. Sabun Cuci
Dibuat untuk mengurangi tegangan permukaan sehingga mampu
membersihkan kotoran yang melekat di pakaian
3. Alkohol

17
Dapat membasahi seluruh permukaan kulit yang luka karena memilik
itegangan permukaan rendah.
E. Rumus Tegangan Permukaan.
Tegangan permukaan (gama) didefinisikan sebagai perbandingan
antara gaya tegangan dengan panjang permukan tempat gaya tersebut
bekerja. Rumus yang digunakan, yaitu :
F
γ = d

F = Gaya (N)
γ = Tegangan Permukaan(Nm)
d = Panjang Permukaan (m)
F. Rumus Tegangan Permukaan secara pipa kapiler.
Kapilaritas disebabkan oleh interaksi molekul – molekul di dalam zat cair.
Dalam zat cair, molekul – molekulnya bisa mengalami gaya adhesi dan gaya kohesi.
Rumus yang digunakan , yaitu :
2 γ cos θ
h=
pgr
h = kenaikan/penurunan zat cair dalam pipa (m)

γ = Tegangan Permukaan(Nm)

θ = sudut kontak(°)

ρ= massa jenis zat cair (kg/m 3 ¿

r = jari-jari penampang pipa (m)

g = gravitasi (m/ s2)

G. Contoh Soal

18
1. Pada kejadian tegangan permukaan diketahui gaya tegang 4 N. Jika
panjang permukaannya 20 cm, maka tentukanlah besar tegangan
permukaannya.
Dik : F = 4 N, L = 20 cm = 0,2 m.
F
γ=
L
4
γ=
0,2
γ = 20 N/m
2. Sebuah pipa kapiler dengan jari-jari (1 mm) dimasukkan kedalam air
secara vertikal. Air memiliki massa jenis (1 g/cm²) dan tegangan
permukaan (1 N/m). Jika, sudut kontaknya (60 derajat) dan percepatan
gravitasinya (10 m/s²). Maka hitunglah besar kenaikkan permukaan air
pada dinding pipa kapiler tersebut.
Diketahui :
r = 1mm = 1 x 10⁻³ m
ρ = 1 g/cm² = 100 kg/m³
γ = 1 N/m
θ = 60 derajat
g = 10 m/s²
Ditanya: h….?
Jawab:
h = (2 γ cosO) / (ρ.g.R)
h = (2 x cos 60) / (1000 x-10 x 10⁻³)
h = 1/10 = 0,1 m = 10 cm
Jadi, permukaan air pada pipa kapiler naik setinggi 10 cm
3. Sebuah pipa kapiler berdiameter 4mm dicelupkan ke dalam methanol naik
setinggi 15 mm. Jika sudut kontak methanol dengan dinding 600 .
sTentukan tegangan permukaan methanol (p = 800 kg.m−3 )

19
Dik : p = 800 kg.m−3
g = 9,8 m/ s2
r = 2 x 10−3 m
h = 15 x 10−3
cos 600
Dit : γ ?
Maka :
p. g.r.h
γ=
2 cos θ
800.9,8.2 x 10−3 .15 x 10−3
=
2 cos 60 °
= 235.200 x 10−7
= 0,235 N/m
Jadi ,tegangan permukaan Methanol adalah 0,235 N/m.

2.5 Viskositas

A. Pengertian Viskositas
Secara umum, yang dimaksud dengan viskositas atau kekentalan adalah
gesekan yang terjadi pada zat cair karena adanya gaya kohesi(Kohesi adalah gaya
tarik menarik antar molekul yang sama jenisnya). Viskositas atau kekentalan juga
terjadi pada gas sebagai hasil tumbukan antara molekul-molekul gas.

B. Faktor yang Memengaruhi Viskositas


1. Tekanan
Semakin besar tekanan suatu zat cair maka viskositas atau kekentalan zat cair
pun akan semakin naik. Adapun pada gas, viskositas atau kekentalan tidak
dipengaruhi oleh tekanan.
2. Suhu atau temperature
Semakin tinggi suhu atau temperatur suatu zat cair maka viskositas atau
kekentalan zat cair pun akan semakin turun. Adapun pada gas, viskositas atau
kekentalan akan naik seiring dengan naiknya suhu atau temperatur.

20
3. Kehadiran zat lain
Penambahan zat tertentu dapat menaikkan ataupun menurunkan viskositas
atau kekentalan suatu zat cair.
4. Berat molekul
Semakin berat molekul maka viskositas atau kekentalan suatu zat cair juga
akan semakin naik.
5. Kekuatan antarmolekul
Viskositas atau kekentalan suatu zat cair seperti air akan semakin naik seiring
dengan adanya ikatan hidrogen yang terkandung didalamnya.
6. Konsentrasi larutan
Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan maka akan semakin tinggi pula
viskositas atau kekentalan larutan tersebut.

C. Jenis-jenis Viskositas
a) Viskositas pada Zat Cair
Viskositas pada zat cair memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Disebabkan oleh adanya gaya kohesi dengan jarak yang dekat. Yang
dimaksud dengan gaya kohesi adalah gaya tarik menarik antarmolekul-
molekul sejenis  
2. Dipengaruhi oleh suhu, dalam arti semakin tinggi suhu maka akan semakin
turun viskositas atau kekentalannya.
3. Dipengaruhi oleh tekanan, dalam arti semakin tinggi tekanan makan
viskositas atau kekentalan akan semakin naik.
4. Viskositas pada zat cair sangat tergantung pada seberapa cepat molekul-
molekul yang ada didalamnya bergerak.
b) Viskositas pada Gas
Viskositas pada gas memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Viskositas pada gas disebabkan oleh terjadinya tumbukan antarmolekul.
2 .Dipengaruhi oleh suhu, dalam arti semakin tinggi suhu maka akan semakin
besar pula viskositas atau kekentalannya. 
3. Tidak dipengaruhi oleh tekanan.
4. Viskositas pada gas sangat tergantung pada seberapa cepat molekul-
molekul yang ada didalamnya bergerak.

D. Jenis Viskometer
1. Viskometer kapiler / Ostwald
2. Viskometer Hoppler
3. Viskometer Cup dan Bob
4. Viskometer Cone dan Plate

21
E. Rumus Viskositas

F = µ A u/y
Keterangan :
F = gaya (N)
η = koefisien viskositas fluida (Ns/m2)
A = area setiap pelat(m)
u/y= tingkat deformasi geser

1. Rumus Viskositas Dinamis


Viskositas absolut (koefisien viskositas mutlak) ini merupakan sebuah ukuran
resistensi ineternal. Viskositas dinamis ini ialah gaya tangensial per satuan luas yang
dibutuhkan supaya bisa atau dapat memindahkan suatu bidang horisontal itu ke
sebuah bidang lainnya, di dalam unit velositas (velocity), pada saat mempertahankan
jarak di dalam sebuah cairan.

T = µ (dc / dy)

Keterangan :
T = Tegangan geser (N/m2)
µ = Viskositas dinamis (Ns/m2)
dc = satuan kecepatan (m/s)
dy = satuan jarak antara (m).

2. Rumus Viskositas fisika


Koefisien viskositas tersebut di lambangkan dengan η. Viskositas tersebut ialah suatu
fungsi dari besaran turunan dari percepatan (V) serta tekanan (P) dan juga panjang
diameter (D). Selain dari itu supaya hubungan fungsi serta  variabelnya tersebut
nampak jelas maka kemudian haruslah terdapat Konstanta (k). Jadi rumus viskositas
itu diantaranya :

η = k x p x D /V

22
Keterangan:
η : Koefisien Viskositas
k : Konstanta
P : Tekanan
D : Diameter
V : Kecepatan

3.Rumus Fluida Viskositas

F = η A x v /L

Keterangan:
F : Gaya (N)
A : Luas Keping yang bersentuhan yakni dengan Fluida (m²)
v : Kelajuan Fluida
L : Jarak antar Keping
η : Koefisien Viskositas (Kg)

4. rumus kecepatan terminal

vT : kecepatan terminal (m/s)


η : koefisien viskositas fluida (Pa s)
R : jari-jari bola (m)
g : percepatan gravitasi (m/s2)
ρb : massa jenis bola (kg/m3)
ρf : massa jenis fluida (kg/m3)

F. Contoh Soal

23
1. Sebuah kelereng dengan jari – jari 0,5 cm jatuh ke dalam bak berisi oli
yang memiliki koefisien viskositas 110 x 10-3 N.s/m2. Tentukan besar gaya
gesek yang dialami kelereng jika bergerak dengan kelajuan 5 m/s!
Jawab:
Diketahui:
r = 0,5 cm = 5 x 10-3 m
ɳ = 110 x 10-3 N.s/m2
v = 5 m/s
Ditanyakan = Ff = …?
Jawaban:
Ff = 6 . ∏ . r . ɳ . v
Ff = 6 . 3,14 . (5 x 10-3) . (110 x 10-3) . 5
Ff = 51.810 x 10-6 N
Ff = 51,81 x 10-3 N
2. Sebuah kelereng berdiameter 1 cm dijatuhkan secara bebas dalam oli yang
massa jenisnya = 0,8 g/cm3. Jika koefisien kekentalan oli 0,03 Pas, massa
jenis kelereng 2,6 g/cm3 dan g = 10 m/s2, berapakah kecepatan terbesar
yang dicapai kelereng?
Jawab:
Diketahui:
d = 1 cm
r = 0,5 cm = 0,5 x 10-2 m
ρf = 0,8 g/cm3
ɳ = 0,03 Pas
ρb = 2,6 g/cm3
g = 10 m/s2
Ditanyakan: VT = …?

24
2.6 Struktur dan Sifat Cairan
A. Pengertian cairan

Air adalah pelarut yang baik untuk banyak senyawa ionik,serta zat lain lain
yang membenuk ikatan hidrogen dengan air.Air memilliki kalor spesifik yang tinggi,
dikarenakan air berguna untuk menaikkan suhu (yaitu, untuk meningkatkan energi
kinetik rata-rata molekul air), pertama-tama dengan memutuskan ikatan hidrogen
antarmolekul. Dengan demikian, air dapat menyerap sejumlah besar kalor sementara
suhunya akan naik sedikit demi sedikit. Air dapat mengeluarkan kalor hanya dengan
sedikit penurunan suhu.

Untuk alasan tersebut sejumlah besar air yang ada di danau dan lautan
dapat secara efektif memoderasi iklim di area daratan yang berdekatan dengan
menyerap kalor di musim panas dan melepaskan kalor di musim dingin dengan hanya
sedikit perubahan suhu air. Sifat air yang paling mencolok adalah bahwa bentuk
padatnya kurang rapat daripada bentuk cairnya: es mengapung di permukaan air cair.
Massa jenis hampir semua zat lain lebih besar dalam bentuk padat daripada dalam
bentuk cair.

Gambar 6.1

Sumber: https://images.app.goo.gl/LDRz6dgc39r1VEzw6

25
Dengan memahami mengapa air berbeda, harus diperiksa struktur elektron
dari molekul H2O. Terdapat dua pasang elektron non-ikatan, atau dua pasangan
elektron bebas, pada atom oksigen:

Meskipun banyak senyawa dapat membentuk ikatan hidrogen


antarmolekul, perbedaan antara H2O dan molekul polar lainnya, seperti NH3 dan HF,
adalah bahwa setiap atom oksigen dapat membentuk dua ikatan hidrogen, sama
dengan jumlah pasangan elektron bebas pada atom oksigen. Dengan demikian,
molekul air bergabung bersama dalam jaringan tiga dimensi yang luas di mana setiap
atom oksigen terikat secara tetrahedral pada empat atom hidrogen, dua oleh ikatan
kovalen dan dua oleh ikatan hidrogen.

Persamaan jumlah atom hidrogen dan pasangan elektron bebas ini


bukanlah karakteristik NH3 atau HF atau, dalam hal ini, molekul lain yang mampu
membentuk ikatan hidrogen. Akibatnya, molekul-molekul lain ini dapat membentuk
cincin atau rantai, tetapi tidak dengan struktur tiga dimensi.

B. Struktur Cairan
Dari pengertiannya cairan merupakan bentuk molekul yang kompleks dan
teratur,untuk itu kita dapat memahami dengn melihat dari segi sturukturnya.

26
Sumber: https://images.app.goo.gl/JUHswTMdQS9y8LvZ7 (Gambar 6.2)
https://images.app.goo.gl/my5WbdVQMVm4sSoK9 (Gambar 6.3)

Struktur tiga dimensi es yang sangat teratur mencegah molekul-molekul agar


tidak terlalu dekat satu sama lain. Tetapi pertimbangkan apa yang terjadi ketika es
mencair. Pada titik leleh, sejumlah molekul air memiliki energi kinetik yang cukup
untuk melepaskan ikatan hidrogen antarmolekul. Molekul-molekul ini terperangkap
di rongga struktur tiga dimensi, yang dipecah menjadi kelompok-kelompok yang
lebih kecil. Akibatnya, ada lebih banyak molekul per satuan volume di air cair
daripada di es. Jadi, karena massa jenis = massa/volume, massa jenis air lebih besar
daripada massa jenis es. Dengan pemanasan lebih lanjut, lebih banyak molekul air
yang dilepaskan dari ikatan hidrogen antarmolekul, sehingga massa jenis air
cenderung meningkat dengan kenaikan suhu tepat di atas titik leleh. Tentunya pada
saat yang sama air mengembang saat dipanaskan sehingga massa jenisnya menurun.
Kedua proses ini — terperangkapnya molekul air bebas dalam rongga dan pemuaian
termal — bertindak dalam arah yang berlawanan. Dari 0 °C hingga 4 °C, perangkap
berlaku dan air menjadi semakin padat. Namun, di luar 4 °C, ekspansi termal
mendominasi dan kerapatan air menurun dengan meningkatnya suhu.

C. Sifat-sifat Cairan
1.Sifat Pelarut Air

 Dapat melarutkan senyawa ionik melalui gaya ion-dipol yang


memisahkan ion dari padatan dan disimpan dalam larutan.
 Dapat melarutkan zat non-ionik polar, seperti etanol (CH3CH2OH) dan
glukosa (C6H12O6), dengan ikatan H.
 Dapat melarutkan gas atmosfer nonpolar sampai batas tertentu melalui
dipol-induksi dipol dan gaya dispersi.

2.Sifat Termal Air

27
Air memerlukan panas yang sangat banyak untuk berubah menjadi gas.
Air dalam bentuk padat (es) juga memerlukan panas yang banyak untuk dapat
mencair. Suhu bumi yang stabil dipertahankan oleh sifat-sifat air tersebut.

3.Sifat Kapilaritas Air


Jika sebuah tabung kapiler diletakkan tegak di atas permukaan air, air
akan naik ke dalam lengkungan ke atas. Semakin kecil tabung, semaking tinggi air
masuk ke dalam tabung. Air dapat bergerak ke atas melalui tanah dan bantuan dengan
cara demikian. Inilah yang disebut daya kapilaritas air.

4.Air Menempati Ruang


Air merupakan benda yang sangat fleksibel. Artinya, air dapat dengan
mudah berubah bentuk sesuai dengan wadah yang menampungnya. Sifat ini
merupakan sifat yang unik yang dimiliki oleh air dan bahkan tidak dimiliki oleh
benda padat. Kita dapat mengamati sifat ini pada air yang ada di dalam gelas, botol,
ember, dan lain sebagainya. 

BAB III

PENUTUP

28
3.1 Keimpulan

Cairan adalah fluida,yang berarti memiliki kebebasan bergerak yang


jauh lebih besar karena memiliki molekul molekul yang bebas dan renggang.
Contoh cairan yang memiliki molekul bebas adalah air. Selain memiliki
molekul bebas, air merupakan pelarut yang sangat baik untuk senyawa ionik
serta zat lain dan memiliki sifat bentuk padat yang kurang rapat dibandingkan
dengan bentuk cairnya. Ada gaya yang melibatkan gaya tarik antar ion dan
molekul polar yang disebut gaya van der walls.

Ikatan yang terlibat dalam zat cairan adalah ikatan hidrogen, yang
dimana Ikatan Hidrogen adalah ikatan yang terjadi antara atom Hidrogen (H)
dengan atom yang keelektronegatifannya tinggi seperti nitrogen (N), oksigen
(O), fluor (F) baik antar molekul/inter molekul. Berbicara tentang zat cair,ada
suatu tekanan yg dimiliki oleh uap zat cair yang berada dalam kesetimbangan
dengan zat cair. Tekanan ini disebut tekanan uap.

Di dalam zat cair juga melibatkan tegangan permukaan,yang dimana


tegangan ini merupakan kecenderungan permukaan zat cair untuk menegang,
sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastic.

Berbicara tentang cairan pastinya identik dengan


kekentalan(viskositas).Viskositas atau kekentalan sendiri dapat diartikan
sebagai gesekan yang terjadi pada zat cair karena adanya gaya kohesi.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini, diharapkan agar dapat bermanfaat bagi


pembaca maupun penulis, dan dapat menambah wawasan dalam memahami
Sifat-sifat cairan, serta menambah referensi dalam mata kuliah Kimia Dasar

DAFTAR PUSTAKA

Arafah, Reka Nur. 2018. “Gaya Antarmolekul”. Diakses 16 Oktober 2021 (Online)

29
Nursetiana, Ika Devia., dkk. 2013. Pengaruh Enkapsulasi Logam Terhadap Nilai
Celah Pita BNNTs. Semarang:Universitas Negeri Semarang. Diakses 16 Oktober
2021 (Online). (Diakses tanggal 2 Oktober 2021)

Brady,James E,1999,Kimia Universitas,Asas dan Struktur,Edisi Kelima,Binarupa


Aksara, Jakarta (Diakses tanggal 2 Oktober 2021)

Hart,Harold (Suminar Achmadi),1990,Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat


(terjemahan), Erlangga ,Jakarta (Diakses tanggal 2 Oktober 2021)

Petrucci, Ralph H,1987,Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern,Jilid 3,Erlangga


,Jakarta (Diakses tanggal 2 Oktober 2021)

Respati,1986, Pengantar Kimia Organik,Aksara Baru, Jakarta (Diakses tanggal 2


Oktober 2021)

Unggul Sudarmo, 2016, Kimia untuk SMA/MA Kelas X. Erlangga. Jakarta. (Diakses
tanggal 2 Oktober 2021)

A. Haris Watoni, dkk. 2016. Kimia untuk Siswa SMA/MA Kelas XII Kelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam. Bandung: Yrama Widya. (Diakses
tanggal 2 Oktober 2021)

Yayan Sunarya. 2012. Kimia Dasar 2 Berdasarkan Prinsip-Prinsip Kimia Terkini.


Bandung: Yrama Widya. (Diakses tanggal 2 Oktober 2021)

Sifat Koligatif Larutan.Yrama Widya. (Diakses tanggal 2 Oktober 2021)

Chang Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta.
(Diakses tanggal 2 Oktober 2021)

Wikipedia bahasa Indonesia, Gaya Antarmolekul


https://id.wikipedia.org/wiki/Gaya_antarmolekul (Diakses tanggal 2 Oktober 2021)

Nirwan Susianto, S.Si., Ikatan Hidrogen


https://www.studiobelajar.com/ikatan-hidrogen/ (Diakses tanggal 2 Oktober 2021)

Johan Tanuwidjaja. 2017, Sifat Koligatif Larutan


https://slideplayer.info/slide/11845184/ (Diakses tanggal 2 Oktober 2021)

30
2021, 4 Sifat Koligatif Larutan: Contoh Soal dan Pembahasan [Lengkap]
https://www.statmat.net/rumus-sifat-koligatif-larutan/ (Diakses tanggal 2 Oktober
2021)

Pusat Ilmu Pengetahuan, Tekanan Uap


http://p2k.unkris.ac.id/id3/3065-2962/Tekanan-Uap-Air_26382_p2k-unkris.html
(Diakses tanggal 2 Oktober 2021)

Ardra.biz, Tegangan Permukaan Gejala Kapilaritas: Pengertian Rumus Pipa Kapiler Kawat U
Kohesi Adhesi Contoh Perhitungan Zat Cair 7
https://ardra.biz/topik/rumus-cara-mencari-tegangan-permukaan-zat-cair/ (Diakses
tanggal 2 Oktober 2021)

Aditya Rangga. 2020. Tegangan Permukaan


https://www.google.com/amp/s/cerdika.com/tegangan-permukaan/%3famp (Diakses
tanggal 2 Oktober 2021)

About Muhammad Iir, Tegangan Permukaan: Pengertian, Rumus, dan Contoh


Soalnya
https://saintif.com/rumus-tegangan-permukaan/ (Diakses tanggal 2 Oktober 2021)

Nur Aini, S. Pd, Viskositas: Pengertian – Rumus dan Contoh Soal


https://haloedukasi.com/viskositas (Diakses tanggal 2 Oktober 2021)

Pak Guru. 2021. Pengertian Viskositas


https://pendidikan.co.id/pengertian-viskositas/ (Diakses tanggal 2 Oktober 2021)

Deepak Kumar Jani, Sifat-sifat cairan | Itu semua konsep penting


https://id.lambdageeks.com/properties-of-fluids-its-all-important-concept/ (Diakses
tanggal 2 Oktober 2021)

31
32

Anda mungkin juga menyukai