Anda di halaman 1dari 9

KOMPRESIBILITAS

Penyusun : Ari fernando


(153210455)
:Fakhrobby Ramadhany
(123210451)

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2016
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas kuasa serta rahmat, hidayah dan
inayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kompresibilitas walaupun masih jauh dari
kesempurnaan. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan
berperan aktif membantu kami.

Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
kami selanjutnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dimana pun berada.

Pekanbaru, Oktober 2016

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Kemampumampatan fluida adalah salah satu sifat fluida, yaitu seberapa mudah volume dari
suatu massa fluida dapat diubah apabila terjadi perubahan tekanan, artinya seberapa mampu-
mampatkah fluida tersebut. Sebuah sifat yang biasa dipakai untuk mengetahui kemampu-
mampatan fluida adalah modulus borongan atau Bulk modulus, dengan simbol Ev. Rumusan
Modulus Bulk yaitu :

Ev=(dp/(dρ/ρ))_(T konstan)
Persamaan ini juga setara dengan rumus :
Ev=-(dp/((d∀)/∀))_(T konstan)

Perbedaan kedua persamaan diatas adalah terletak pada tanda koefisien. Koefisien
persamaan Modulus Bulk yang menggunakan data perubahan densitas bernilai positif karena
semakin besar gaya tekan yang didapat maka fluida akan semakin padat atau densitasnya naik.
Sedangkan Koefisien persamaan Modulus Bulk yang menggunakan data perubahan volume
bernilai negatif karena semakin besar gaya tekan yang di dapat fluida akan mengalami
pengurangan volume.

Dari hasil nilai modulus yang kita dapat, maka dapat kita analisis bahwa semakin besar
nilai Modulus Bulk, maka hal ini menunjukan bahwa fluida tersebut relatif tidak mampu mampat
atau cenderung inkompresibel. Tidak mampu mampat artinya dibutuhkan perubahan tekanan
yang besar untuk menghasilkan perubahan volume yang kecil. Contoh fluida yang memiliki
Modulus Bulk yang besar adalah air. Dibutuhkan tekanan sebesar 210 atm hanya untuk
memampatkan volume air sebesar 1%. Semakin kecil Modulus maka fluida tersebut semakin
mudah untuk dimampatkan.

Lalu bagaimanakah tingkat kompresibilitas pada gas ideal?. Secara fisis dapat diartikan bahwa
kompresibilitas gas ideal hanya tergantung pada perubahan tekanan dan tidak tergantung pada
perubahan volumenya. Tekanan besar kompresibilitas gas ideal besar dan sebaliknya tekanan
kecil kompresibilitasnya juga kecil. Pada tekanan yang besar yang menyebabkan kompresibilitas
besar tidak berarti gas ideal menjadi gas yang inkompresibel. Besar disini relatif terhadap
kompresibilitas yang kecil pada tekanan yang kecil, karena kompresibilitas gas ideal yang “besar”
masih sangat jauh lebih kecil dari kompresibilitas air yang nilainya sebagai berikut :

2,15 x 10 +9 (N/m2) = 2,15 x 10+9 Pa ≈ 2,15 x 10+4 atm


Catatan 1 N/m2 = 1 Pa dan 1 atm ≈ 1,01 x 105 Pa.
Dari perbandingan data tersebut kita dapat ambil kesimpulan bahwa air adalah pembanding
yang digunakan sebagai standar kompresibilitas dari fluida lain.
Contoh fluida yang dianggap gas ideal adalah udara. Hal ini berdasarkan pada sifat-
sifatnya yang mendekati sifat gas ideal yaitu untuk 1 tekanan atm terjadi pengurangan 1 % pada
volume udara tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan volume yang kecil pada gas
dalam kondisi ditekan dengan tekanan yang sangat besar dapat menyebabkan perubahan
tekanan yang besar.

Kebalikan dari koefisien kompresibilitas (Ev) disebut isothermal kompresibilitas (α)


yang dirumuskan sebagai berikut :

α=1/κ

〖α=((dρ/ρ)/dp)〗_(T konstan)

Nilai Kompresibilitas isothermal (α) suatu fluida menyatakan perubahan volume atau densitas
fraksional berhubungan dengan perubahan tekanan. Satuan kompresibilitas isothermal adalah
Pa-1.

Salah satu contoh pengaruh temperatur terhadap Bulk Modulus Elasticity atau Koefisien
Kompresibilitas air adalah pada temperatur kurang dari 600 C kompresibilitas air mengecil
dengan berkurangnya temperatur. Hal ini bisa dijelaskan bahwa temperatur sangat
mempengaruhi perubahan volume atau densitas, dengan kata lain perubahan volume/densitas
lebih besar dari pada perubahan tekanan. Kondisi serupa terjadi pada temperatur yang lebih
besar dari 600 C, dan nilai koefisien kompresibilitas maksimum terjadi pada suhu sekitar 600 C,
ini berarti perubahan tekanannya lebih besar dari pada perubahan volume.

Seperti yang kita tahu bahwa secara umum perubahan densitas suatu fluida sangat
ditentukan oleh perubahan temperatur daripada oleh tekanan, sebagai contoh: fenomena
kenaikan massa udara (gerakan konveksi), arus laut (upwelling), kenaikan asap pada cerobong
dan fenomena lain. Ukuran variasi densitas fluida trehadap temperatur pada tekanan konstan
disebut koefisien pengembangan volume (the coefficient of volume expansion), β yg
didefinisikan sebagai berikut:

β=〖1/∀ ((d∀)/dT)〗_(P konstan)

Persamaan tersebut setara dengan rumus berikut :

β=-〖1/ρ (dρ/dT)〗_(P konstan)


Perbedaan kedua persamaan diatas adalah terletak pada tanda koefisien. Koefisien
persamaan pengembangan volume yang menggunakan data perubahan volume bernilai positif
karena semakin besar gaya pengembang yang didapat maka fluida akan semakin meregang atau
volumenya bertambah. Sedangkan Koefisien persamaan pengembangan volume yang
menggunakan data perubahan densitas bernilai negatif karena semakin besar gaya pengembang
yang di dapat maka fluida akan mengalami pengurangan densitas.
Nilai β yang besar menunjukkan bahwa fluida tersebut “cenderung” merupakan fluida yang
mampu dimampatkan dan β yang kecil “biasanya” terdapat pada fluid yang tak mampu
dimampatkan. Walau demikian nilai β bukan merupakan “indikator” untuk menentukan fluida
kompresibel atau tidak kompresibel, karena besar atau kecilnya nilai β merupakan ukuran relatif
. Dari dua jenis atau lebih fluida yang kompresibel dapat mempunyai nilai β yang berbeda, dimana
β satu fluida dapat lebih besar drpd fluida lainnya. Demikian pula pada berbagai fluida
inkompresibel.
BAB II
ISI

Ada beberapa macam kompresibilitas, kompresibilitas batuan, kompresibilitas tanah


kompresibilitas gas, kompresibilitas minyak. Adapun jenis jenis kompresibilitas batuan ada 3
yaitu :

1. Kompresibilitas matrik, cm=0


2. kompresibilitas bulk cb, biasanya digunakan dalam subsidence
3. komresibilitas formasi, cf (disebut juga kompresibilitas volume pori)

Kompresibilitas matrik yaitu fraksi perubahan volume material padatan grains terhadap
satuan perubahan tekanan.

Kompresibilitas bulk yaitu fraksi perubahan volume bulk batuan terhadap satuan perubahan
tekanan.

Kompresibilitas formasi biasa juga disebut kompresibilitas volume pori yaitu fraksi perubahan
volume pori-pori batuan terhadap sutuan perubahan tekanan.

Kompresibilitas batuan dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara fraksi volumeper


satuan perubahan tekanan

Kebalikan dari koefisien kompresibilitas (Ev) disebut isothermal kompresibilitas (α)


yang dirumuskan sebagai berikut :

....................(1)

Nilai kompresibilitas isotermal suatu fluida menyatakan perubahan volume atau densitas
fraksional berhubangan dengan perubahan tekanan. Suatu kompresibilias isothermal adalah
pa-1. Salah satu contoh pengaruh temperature terhadap bulk modulus elastiscity atau
koefisien kompresibilias air adalah pada temperature kurang dari 600 c kompresibilitas air
mengecil dengan berkurangnya temperature. Hal ini bisa dijelaskan bahwa temperature
sangat mempengaruhi perubahan volume atau densitas. dengan kata lain perubahan
volume/densitas lebih besar dari pada perubahan tekanan. Kondisi serupa terjadi pada
temperatur yang lebih besar dari 600 C, dan nilai koefisien kompresibilitas maksimum terjadi
pada suhu sekitar 600 C, ini berarti perubahan tekanannya lebih besar dari pada perubahan
volume.
Faktor kompresibilitas

adalah rasio molar volume gas terhadap volume gas ideal pada tekanan dan temperatur
sama. Faktor kompresibilitas merupakan salah satu properti termodinamika yang berguna
untuk memodifikasi gukum gas ideal untuk melihat perilaku gas nyata.[1] Secara umum,
penyimpangan dari keadaann ideal menjadi semakin besar ketika gas semakin mendekati
perubahan fasa, suhu yang semakin rendah atau tekanan makin tinggi. Faktor kompresibilitas
biasanya didapatkan dari perhitunganpersamaan keadaan (EOS), seperti persamaan
virial yang membutuhkan konstanta empiris spesifik senyawa untuk menghitungnya. Untuk
gas yang merupakan campuran 2 gas murni atau lebih, komposisi gas harus diketahui
sebelum kompresibilitasnya dapat dihitung.

Kolerasi untuk kompresibilitas, antara lain :

a. Kolerasi hall

- Memperlihatkan suatu penurunan Cr (=cf=cpv=cvp) dengan peningkatanporositas,


fraksi
- Dapat diterima secara luas untuk batuan yang terkonsolidasi
- Batuan yang terkonsolidasi mempunyai penyebaran/variasi yang sempit harga
kompresibilitas

b. Kolerasi van der knapp

- Kompresibilitas adalah fungsi dari Net efektif stress


NES =Ob – pres
Dimana :
Ob =1psi/ft x kedalaman
Pres = 0.433 psi/ft x kedalaman
- Tidak digunakan secara luas

c. Kolerasi newman

- Mempertimbangkan contoh-contoh batuan mulai dari terkonsolidasi terkemas


(friable) dan tak terkonsolidasi
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kompresibilitas batuan dapat dinyatakan sebagai perbandingan antra fraksi volume persatuan
perubahan tekanan.
Jenis kompresibilitas batuan ada 3 yaitu :
1. Kompresibilitas matrik, cm=0
2. kompresibilitas bulk cb, biasanya digunakan dalam subsidence
3. komresibilitas formasi, cf (disebut juga kompresibilitas volume pori)
DAFTAR PUSTAKA
- https://en.wikipedia.org/wiki/Compressibility
- https://en.wikipedia.org/wiki/Compressibility_factor
- http://adangpriantologi-
adangpriantologi.blogspot.com/2009/11/kompresibilitas.html

Anda mungkin juga menyukai