Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang

Hidraulika berasal dari kata hydor dalam bahasa Yunani yang berarti air. Dengan
demikian ilmu hidraulika dapat didefinisikan sebagai cabang dari ilmu teknik yang
mempelajari perilaku air baik dalam keadaan diam maupun bergerak.
Sudah sejak lama ilmu hidraulika dikembangkan di Eropa, yang pada waktu itu
digunakan sebagai dasar dalam pembuatan bangunan-bangunan air. Ilmu tersebut
dikembangkan berdasarkan pendekatan empiris dan eksperimental dan terutama hanya
digunakan untuk mempelajari perilaku air, sehingga ruang lingkupnya terbatas.
Dengan berkembangnya ilmu aeronotika, teknik kimia, mesin, sipil, pertambangan dan
sebagainya, maka diperlukan ilmu dengan tinjauan yang lebih luas. Keadaan ini telah
mengantarkan para ahli untuk menggabungkan ilmu hidraulika eksperimen dengan
hidrodinamika klasik, dan ilmu baru tersebut dikenal dengan mekanika fluida. Ilmu mekanika
fluida mempunyai ruang lingkup yang lebih luas, yaitu mempelajari perilaku fluida baik
dalam bentuk zat maupun gas.
Hidraulika dapat dibedakan dalam dua bidang yaitu hidrostatika yang mempelajari zat
cair dalam keadaan dian, dan hidrodinamika yang mempelajari zat cair bergerak. Di dalam
hidrodinamika dipelajari zat cair ideal, yang tidak mempunyai kekentalan dan tidak
termampatkan. Sebenarnya zat cair ideal tidak ada di alam. Tetapi anggapan zat cair ideal
perlu dilakukan terutama untuk memudahkan analisis perilaku gerak zat cair. Air mempunyai
kekentalan dan pemampatan (pengurangan volume karena pertambahan tekanan) yang sangat
kecil, sehingga pada kondisi tertentu dapat dianggap sebagai zat cair ideal.
Statika fluida, kadang disebut juga Hidrostatika, adalah cabang ilmu yang mempelajari
fluida dalam keadaan diam, dan merupakan sub-bidang kajian mekanika fluida. Istilah ini
biasanya merujuk pada penerapan matematika pada subyek tersebut. Statika fluida mencakup
kajian kondisi fluida dalam keadaan kesetimbangan yang stabil. Penggunaan fluida untuk
melakukan kerja disebut hidrolika, dan ilmu mengenai fluida dalam keadaan bergerak disebut
sebagai dinamika fluida.
Karena sifatnya yang tidak dapat dengan mudah dimampatkan, fluida dapat
menghasilkan tekanan normal pada semua permukaan yang berkontak dengannya. Pada

1
keadaan diam (statik), tekanan tersebut bersifat isotropik, yaitu bekerja dengan besar yang
sama ke segala arah. Karakteristik ini membuat fluida dapat mentransmisikan gaya sepanjang
sebuah pipa atau tabung, yaitu, jika sebuah gaya diberlakukan pada fluida dalam sebuah pipa,
maka gaya tersebut akan ditransmisikan hingga ujung pipa. Jika terdapat gaya lawan di ujung
pipa yang besarnya tidak sama dengan gaya yang ditransmisikan, maka fluida akan bergerak
dalam arah yang sesuai dengan arah gaya resultan.

1.2.   Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini ialah sebagai berikut :
1. Apakah yang di maksud dengan pengertian tekanan , tekanan hidrostatika, paradoks
hidrostatika dan  hukum  pascal ?
2. Bagaimana cara menghitung  tekanan , tekanan hidrostatika, paradoks hidrostatika
dan  hukum  pascal ?
3. Bagaimana penerapan Hidrostatika dalam dunia Teknik Sipil?

1.3. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan yang ingin di capai dalam penulisan ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dari tekanan , tekanan hidrostatika, paradoks hidrostatika
dan  hukum  pascal
2. Dapat  menghitung  nilai tekanan , tekanan hidrostatika, paradoks hidrostatika
dan hukum  pascal.
3. Dapat mengetahui kegunaan atau aplikasi hidrostatika dalam dunia teknik sipil.

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Dasar – Dasar Tekanan Hidostatis

Statika fluida, kadang disebut juga hidrostatika. Istilah ini biasanya merujuk pada
penerapan matematika pada subyek tersebut. Statika fluida mencakup kajian kondisi fluida
dalam keadaan kesetimbangan yang stabil. Penggunaan fluida untuk melakukan kerja disebut
hidrolika, dan ilmu mengenai fluida dalam keadaan bergerak disebut sebagai dinamika fluida.
2.1.1 Tekanan
Tekanan adalah gaya per satuan luas. Apabila gaya terdistribusi merata pada suatu
luasam,maka dapat ditentukan dengan membagi gaya dengan luas.
F
P= (2.1)
A

Dimana: p = tekanan (kgf/m2 ata N/m2)


F = gaya (kgf atau N)
A = luas (m2)

Apabila gaya yang bekerja tidak terdistribusi merata pada bidang ,maka dinyatakan
dalam persamaan berikut:

dF
P= (2.2)
dA

Dan apabila tekanan pada suatu luasan diketahui, maka gaya tekanan yang bekerja
pada luasan tersebut adalah:
F = p.A (2.3)

3
2.1.2. Satuan Tekanan Hidrostatis
Pada setiap titik di dalam zat cair yang diam akan mengalami suatu tekanan yang
disebut tekanan hidrostatis. Dengan demiikian setiap benda atau bidang yang berada pada zat
cair tersebut akan merasakan tekanan itu.

Gambar 2.1 tekanan pada suatu benda

Besarnya tekanan hidrostatis ditentukan oleh :


a. Tekanan Permukaan
b. Gaya Luar
c. Letak titik (koordinat)

Gambar 2.2 tekanan pada suatu bidang

Jika tekanan pada setiap tempat pada suatu bidang adalah sama besar, maka :
F
P=
A

Dimana : P = tekanan hidrostatis


F = gaya

4
A = luas bidang
Satuan yang biasa dipakai untuk tekanan hidrostatis dalam sistem metric :
kg ton
; gravitational system
m2 m2
dyne
absolut system
cm2

Sevolume kecil fluida pada kedalaman tertentu dalam sebuah bejana akan
memberikan tekanan ke atas untuk mengimbangi berat fluida yang ada di atasnya. Untuk
suatu volume yang sangat kecil, tegangan adalah sama di segala arah.
Tiap titik di dalam fluida tidak memiliki tekanan yang sama besar, tetapi berbeda-
beda sesuai dengan ketinggian titik tersebut dari suatu titik acuan.
Dasar bejana akan mendapat tekanan sebesar :
PBar P = tekanan udara + tekanan oleh gaya berat zat cair
(Tekanan Hidrostatika).

h Gaya berat fliuda


P = BAR + Luas penampang dasar bejana
ρ. v . g ρ. g . A . h
P = BAR + A = BAR + A

P = BAR +  . g . h

Jadi secara umum Tekanan Hidrostatika (Ph) didefinisikan :

Ph =  . g . h (2.4)

Satuan
Keterangan. MKS CGS
 = rapat massa zat cair kg/m3 g/cm3
g = percepatan gravitasi m/det2 cm/det2
h = tinggi zat cair diukur dari permukaan zat cair M cm
sampai ke titik/bidang yang diminta.
Ph = Tekanan Hidrostatika N/m2 Dyne/cm2

1 atm = 76 cm Hg
1 atm = 105 N/m2 = 106 dyne/cm

5
2.1.3. Sifat – sifat Tekanan Hidrostatis
a. Tekanan hidrostatis pada bidang adalah tegak lurus bidang yang ditinjau.
b. Tekanan hidrostatis tanpa bidang adalah mengarah ke satu titik

2.1.4. Tekanan Hidrostatis pada suatu titik


Tekanan rata-rata dihitung dengan membagi gaya normal yang bekerja pada suatu
bidang dengan luas bidang tersebut. Tekanan pada satu titik adalah batas (limit) dari
perbandingan antara gaya normal dan luas bidang dimana luas bidang dianggap mendekati
nol pada satu titik.

(2.5)
Hukum pascal tekanan pada setiap titik di dalam zat cair diam adalah sama dalam
segala arah, ditinjau elemen zat cair berbentuk prisma segitiga sangat kecil.
Bunyi Hukum Pascal: Tekanan yang bekerja pada fluida di dalam ruang tertutup akan
diteruskan oleh fluida tersebut ke segala arah dengan sama besar. Contoh alat yang
berdasarkan hukum Pascal adalah : Pompa Hidrolik.

Perhatikan gambar bejana berhubungan di bawah ini.


Permukaan fluida pada kedua kaki bejana berhubungan
F1 F2 sama tinggi.
Bila kaki I yang luas penampangnya A1 mendapat gaya F1
A1 A2
dan kaki II yang luas penampangnya A2 mendapat gaya F2
maka menurut Hukum Pascal harus berlaku :

P1 = P2
F1 F 2 F1 : F2 = A1 : A2
=
A1 A2

Jadi tekanan hidrostatis pada suatu titik di dalam zat cair yang diam besarnya sama
dengan berat prisma zat cair ditambah tekanan permukaan. Artinya semakin dalam letak titik
maka makin besar tekannya.
Ditinjau elemen zat cair berbentuk prisma segitiga sangat kecil seperti gambar:

6
Gambar 2.3 dimana px, py dan pn adalah tekanan rata-rata pada tiga sisi dari elemen
cairan tersebut

ρ . g=γw
W = 1/2 dy dz dx
= ½ dy dz dx γw
Gaya-gaya tekan diarah y saling menghapus satu sama lain, hal ini karena gaya-gaya
sama besar tetapi berlawanan arah. Apabila batas diambil dengan memperkecil satu sisi
tersebut menuju nol tanpa merubah sudut θ, dan dengan menggunakan hubungan geometrik
maka diperoleh persamaan berikut :
ds sin Ө = dz dan ds cos Ө = dx (2.6)

7
2.1.8. Tekanan hidrostatis pada bidang horizontal

Gambar 2.6 Sket untuk menentukan letak garis kerja gaya tekan pada bidang datar horizontal

Besarnya gaya-gaya yang bekerja pada satu sisi adalah :

(2.15)

Arah garis kerja gaya-gaya tersebut adalah tegak lurus pada permukaan bidang dan
menuju kearah permukaan tersebut apabila p adalah positif. Titik dimana resultante gaya
memotong permukaan bidang disebut titik tangkap gaya (centre of pressure).
Karena momen dari resultante sama dengan momen dari pembagian gaya terhadap
salib sumbu koordinat (x, y), maka lokasi titik tangkap gaya yang bekerja dapat dicari dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :

Karena p konstan, maka:

(2.16)

(2.17)
dimana x dan y adalah jarak titik berat bidang terhadap sumbu y dan sumbu x.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk suatu bidang datar yang terletak
horizontal di dalam cairan, resultante gaya-gaya tekan cairan pada bidang akan melalui titik
berat bidang tersebut.

8
Gambar 2.7 Sebuah bidang datar terletak horizontal di dalam cairan
Dari Gb.2.7 dapat dilihat bahwa besarnya gaya-gaya yang bekerjapada sisi atas
bidang adalah :

(2.18)
Besarnya gaya-gaya yang bekerja pada sisi bawah :

(2.19)
Jumlah gaya-gaya yang bekerja pada bidang tersebut adalah :

(2.20)

dimana :
ρ g d A = G, adalah berat cairan yang dipindahkan oleh bidangdatar tersebut

Dari Pers. (2.20) tersebut dapat dinyatakan bahwa besarnya gaya-gaya cairan yang
bekerja pada benda yang berada di dalamnya adalah sama dengan berat cairan yang
dipindahkan oleh benda tersebut ( Hukum Archimedes ).
2.1.9. Gaya Hidrostatis pada bidang datar yang terletak miring di dalam cairan.
Besarnya gaya-gaya yang bekerja pada suatu bidang datar yang terletak miring
membentuk sudut θo dengan sumbu horizontal tergantung pada luas bidang dan letak titik
berat bidang terhadap permukaan cairan. Untuk menjelaskan hal ini diambil suatu bidang
datar seperti pada Gb.2.8

9
Gambar 2.8 Bidang datar yang terletak miring di dalam cairan

Dengan sistem x y tersebut besarnya gaya dF yang bekerja tegak lurus pada suatu
penampang kecil sekali seluas dA pada bidang, dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai
berikut :

(2.21)
Besarnya seluruh gaya yang bekerja pada bidang adalah :

(2.22)
Dari pers (2.22) tersebut tampak bahwa beberapa pun besarnyasudut kemiringan
bidang, besarnya gaya hidrostatik F yang bekerja pada bidang oleh cairan ditentukan dari
hasil perkalian luas bidang dan tekanan pada titik berat bidang.
Tidak seperti pada bidang yang terletak horizontal di dalam cairan, titik tangkap
resultante gaya pada bidang miring ini tidak terletak atau tidak melalui titik berat bidang.
Untuk mendapatkan letak titik tangkap resultante gaya tersebut diambil sigma momen
terhadap titik pusat salib sumbu.

(2.23)

(2.24)

10
Untuk bidang yang luasnya sederhana Pers.(2.23) dapat dinyatakan dalam persamaan
yang berbentuk umum.

Maka :

(2.25)
Sama halnya, Pers(2.24) dapat dinyatakan sebagai berikut :

Maka :

(2.26)

2.1.10. Gaya Hidrostatis pada bidang datar yang terletak vertikal di dalam cairan.
Besarnya gaya yang bekerja pada suatu bidang datar yang terletak di dalam cairan
pada dasarnya sama dengan gaya yang bekerja pada suatu bidang datar yang terletak miring
dengan sudut θ = 900

Gambar 2.9 bidang datar yang terletak vertikal di dalam cairan

11
Penerapan Pers.(2.21) pada bidang yang terletak vertikal seperti pada Gb.2.9 adalah
sebagai berikut :

(2.21)
Karena θ = 900 maka persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi :

(2.27)

2.1.11 Tekanan Hidrostatis pada bidang lengkung


Selain tergantung pada kedalaman yang berbeda-beda tekanan hidrostatik yang
bekerja pada tiap titik yang berbeda pada bidang lengkung juga mempunyai arah yang
berbeda-beda. Resultante gaya tekan dapat dicari dari resultante komponen gaya arah vertikal
dan komponen gaya arah horizontal.

Gambar 2.10 Komponen horizontal gaya tekan yang bekerja pada bidang lengkung

Proyeksi y dari bidang lengkung seperti pada Gb.2.13 pada bidang vertikal
ditunjukkan oleh garis MN. Misalnya Fh adalah komponen horizontal seluruh gaya tekan
cairan pada bidang lengkung maka persamaan hidrostatika dalam hal ini adalah:

(2.28)

Dari persamaan tersebut tampak bahwa cos θ dA adalah proyeksibidang kecil dA pada
bidang datar yang tegak lurus pada bidang horizontal.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komponen horizontal dari gaya tekan cairan
yang bekerja pada bidang lengkung adalahsama dengan gaya tekan cairan yang bekerja pada
suatu proyeksi bidang lengkung tersebut pada bidang vertikal.

12
Komponen vertikal dari gaya tekan cairan yang bekerja pada bidang lengkung dapat
dicari dengan menjumlahkan komponen vertikal gaya tekan yang bekerja pada bidang kecil
dA dari bidang lengkung tersebut.

Gambar 2.11 Komponen vertikal yang bekerja pada bidang lengkung

Pada gambar 2.11 ditunjukkan suatu elemen denga gaya tekan dA yang bekerja tegak
lurus pada bidang kecil dA tersebut.
Misalkan θ adalah sudut antara garis kerja gaya tekan dan arah vertikal, maka
komponen vertikal dari gaya tekan yang bekerja pada bidang kecil dA tersebut adalah p dA
cos θ.
Dengan demikian jumlah keseluruhan komponen vertikal gaya tekan yang bekerja
pada bidang lengkung adalah :

(2.29)
Atau :

(2.30)
Apabila dA cos θ adalah proyeksi bidang dA pada bidang horizontal maka h dA cos θ
tidak lain adalah volume cairan diatas bidang dA sehingga :

(2.31)

dimana V adalah volume cairan diatas bidang lengkung dan G adalah berat cairan
diatas bidang lengkung tersebut. Untuk mencari letak garis kerja dari komponen vertikal gaya
tekan tersebut dapat digunakan sigma momen terhadap suatu salib sumbu, misalnya titik O
(titik potong sumbu x dan y) pada gambar 2.11 :

13
Karena Fv = γ . V , maka :

(2.32)

2.1.12. Resultante Gaya Tekan Hidrostatik


Apabila dua komponen vertikal dan horizontal tersebut diatas terletak pada suatu
bidang maka dua komponen tersebut dapat digabung menjadi suatu resultante gaya yang
besarnya dapat dicari dengan persamaan :

(2.33)
Dengan arah yang membentuk sudut :

(2.34)

2.2 Pengukuran Tekanan

Berbagai alat ukur untuk pengukuran tekanan zat cair secara garis besar dapat
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu : manometer, dan mechanical Gages
2.2.1. Manometer
Manometer adalah alat ukur tekanan. Alat ukur ini sangatlah sederhana. Pengamatan
dapat dilakukan secara langsung dan cukup teliti pada beberapa daerah pengukuran.
Manometer kolom cairan biasanya digunakan untuk pengukuran tekanan yang tidak terlalu
tinggi.
Fungsi : Manometer adalah alat yang digunakan secara luas pada audit energi untuk
mengukur perbedaan tekanan di dua titik yang berlawanan.
Prinsip kerja manometer adalah sebagai berikut:
1. Merupakan gambaran sederhana manometer tabung U yang diisi cairan setengahnya,
dengan keduaujung tabung terbuka berisi cairan sama tinggi.
2. Bila tekanan positif diterapan pada salah satu sisi kaki tabung, cairan ditekan kebawah
pada kaki tabung tersebut dan naik pada sisi tabung yang lainnya. Perbedaan pada
ketinggian “h” merupakan penjumlahan hasil pembacaan di atas dan di bawah angka nol
yang menunjukan adanya tekanan.

14
3. Bila keadaan vakum diterapkan pada satu sisi kaki tabung, cairan akan meningkat pada
sisi tersebut dan cairan akan turun pada sisi lainnya. Perbedaan ketinggian “h”
merupakan hasil penjumlahan pembacaan di atas dan di bawah nol yang menunjukan
jumlah tekanan vakum

Jenis-jenis manometer :
Manometer memiliki beberapa jenis, antara lain :
a. Tabung piezometer (Piezometer tube)
b. Manometer tabung U (U-tube manometer)
c. Manometer tabung miring (Inclined-tube manometer)
d. Manometer differensial (Differential manometer)

2.2.1.1 Tabung Piezometer (Piezometer Tube)

Gambar 2.12 Tabung Piezometer

Bentuk paling sederhana dari manometer adalah


piezometer, yang terdiri dari tabung gelas kontrol 18 dengan
ujung terbuka yang dihubungkan dengan ruangan (pipa) yang akan
diukur tekanannya. Karena adanya perbedaan tekanan antara
ruangan dan udara luar, maka cair di dalam tabung gelas akan naik
sampai dicapai suatu keseimbangan. Tekanan diberikan
oleh jarak ontrol “h” dari permukaan zat cair (di dalam
tabung) ke titik yang di ukur tekanannya yang dinyatakan dalam tinggi zat cair.
Piezometer tidak dapat digunakan untuk mengukur tekanan kontrol , karena udara akan masuk ke
dalam ruangan melalui tabung. Selain itu alat ini tidak praktis untuk mengukur tekanan besar, karena
diperlukan tabung kontrol yang sangat panjang. Apabila berat jenis zat cair adalah γ, maka tekanan di titik
A adalah :
A = PA= h. γ (2.15)
Keterangan :
PA = tekanan terukur
h = tinggi tabung, diukur dari meniscus pada permukaan atas ke titik 1

15
γ = specific weight zat cair dalam container

Kegunaan Piezometer :
1. Sebagai alat untuk mengukur tekanan air di dalam tanah dan bebatuan (standpipe
piezometer).  Digunakan untuk keperluan penelitian hidrologi, monitoring timbunan,
dam dan ontrol konstruksi timbunan.
2. Sebagai alat untuk mengukur tekanan air pori di dalam tanah dan bebatuan (Pneumatic
piezometer). Piezometer jenis ini dapat digunakan untuk aplikasi hidrologi, geoteknik
maupun teknik lingkungan.

2.2.1.2 Manometer tabung U (U-tube Manometer)

Gambar 2.13 manometer tabung U

Manometer tabung U adalah manometer yang terdiri dari tabung kaca berbentuk U
yang dihubungkan dengan ruangan / pipa yang akan diukur tekanannya. Pipa U tersebut diisi
dengan cairan yang berbeda dengan cairan yang mengalir di dalam pipa yang akan diukur
tekanannya. Misalnya berat jenis dalam pipa adalah γ1 dan berat jenis cairan di manometer
adalah γ2 dimana γ2> γ1.
Untuk menghitung tekanan pada pusat pipa A, maka ditarik garis horizontal melalui
B-C selanjutnya dengan membuat persamaan tekanan di titik B-C maka :
pA + γ1.h1 = γ2.h2
maka
pA = γ2.h2 - γ1.h1

Pada gambar di atas tampak bahwa tekanan di dalam pipa A lebih besar dari pada
tekanan atmosfer dimana dalam kondisi ini tekanan akan bernilai positif.

16
2.2.1.3 Manometer tabung miring

Manometer tabung miring sering digunakan untuk mengukur perbedaan tekanan yang
sangat kecil antara 2 pipa. Karena apabila digunakan tabung yang tegak akan terjadi kesulitan
dalam pembacaan tinggi kolom zat cair karena terlalu kecil. Sedangkan jika dibuat miring
kolom zat cair akan menjadi lebih panjang sehingga lebih mudah untuk dibaca.

Gambar 2.14 Manometer tabung miring

Untuk perbedaan tekanan pipa A dan B maka bila dibuat garis horisontal melalui titik
1 dan membuat persamaan tekanan pada garis tersebut didapat :
pA + γ1.h1 = pB + γ2 l2 sin∝ + γ3.h3
pA – pB = γ2 l2 sin∝ + γ3.h3 - γ1.h1
Jika pipa A dan B berisi gas maka :
l2 = pA – pB
γ2. sin∝

2.2.1.4. Manometer Diferensial

Alat ukur ini digunakan untuk mengukur tekanan antar dua tempat pada satu pipa atau
antara 2 pipa. Manometer differensial terdiri dari pipa berbentuk U dimana kedua ujungnya
terletak pada tempat yang diukur.

17
Gambar 2.15 Manometer Diferensial

Untuk menghitung perbedaan tekanan antara pipa A dan B, dibuat garis


horisontalmelalui titik 2 dan 3 selanjutnya dengan membuat persamaan tekanan pada titik 2
maka akan didapat :
pA + γ1.h1 = pB + γ2.h2 + γ3.h3
Perbedaan tekanan :
pA - pB = γ2.h2 + γ3.h3 - γ1.h1

2.2.2. Mechanical Gage

Gambar 2.16 Mechanical Gage

Manometer tidak akan dapat mengukur tekanan yang sangat tinggi atau perbedaan
yang sangat cepat berubah terhadap waktu. Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan alat
ukur yang pada prinsipnya jika tekanan bekerja pada material elastis maka material elastis
tersebut akan mengalami deformasi dan deformasi ini akan dihubungkan dengan besarnya
tekanan.
Alat yang dikategorikan ke dalam mechanical gage antara lain :
a. Bourdon pressure gage
b. Aneroid barometer

18
c. Bourdon gage + LVDT

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Soal dan Penyelesaian

1. Tentukan letak dari sendi pada pintu berbetuk persegi empat (y) sehingga pintu akan
terbuka bila tinggi muka air seperti gambar dibawah ini.

Penyelesaian :
Agar pintu terbuka maka y diharapkan terletak pada titik pusat gaya tekan (titik kritis).

19
2. Tentukan besarnya gaya yang dikerjakan oleh air pada suatu pelat berbentuk lingkaran
yang berlubang yang terletak vertikal seperti pada gambar dibawah ini, dimana r 1 = 50
cm dan r2= 1 m.
Penyelesaian :

20
3.

Suatu monometer seperti pada gambar diatas diketahui :


S1 = S3 = 0,83 S2 = 13,6 h1 = 16 cm h2 = 8 cm h3 = 12 cm
a) Tentukan PA apabila PB = 10 psi
b) Tentukan PB dalam m air apabila PA = 20 psi dan tekanan barometer adalah 720 mmHg.

Penyelesaian :

21
4.

Diketahui pada monometer seperti pada gambar : S1=S3=1 ; S2=0,95 ; h1=h2 dan h3=1 m
Hitung : Perbedaan tekanan antara A dan B (PA-PB) dalam cm air.

Penyelesaian :

22
5. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran
0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter,
koefisien kekasaran Manning n= 0,010. Hitung kecepatan aliran dalam saluran, jika debit
rencana sebesar 1,25 m3/det ?
Diketahui :
n = 0,010
S = 0,015
Q = 1,25 m3/det
h = 0,45 m
B = 0,50 m
Ditanyakan : V .........?
Penyelesaian :

23
6. Saluran drainase berbentuk trapesium dengan kemiringan dinding saluran m= 1,
mempunyai kedalaman air 0,65 meter, lebar dasar 1,25 meter, koefisien kekasaran
Manning n = 0,010. Hitung kemiringan dasar saluran jika debit yang mengalir sebesar
3,10 m3/det ?
Diketahui :

24
m=1
h = 0,65 m
B = 1,25 m
n= 0,010
Q = 3,10 m3
Ditanya : S ..........?
Penyelesaian :

25
7. Saluran drainase sekunder berbentuk trapesium mengalirkan debit sebesar 2,3 m /det.
3

Kemiringan dasar saluran 1 : 5000. Dasar saluran mempunyai koefisien kekasaran n =


0,012. Tentukan dimensi tampang saluran yang paling ekonomis ?
Diketahui :
Q = 2,3 m3/det
S = 1 : 5000
n = 0,012
Ditanyakan : dimensi penampang yang ekonomis ?
Penyelesaian :

Bentuk trapesium yang paling ekonomis adalah setengah heksagonal, dengan jari-jari
hidraulik setengah dari kedalaman air.

26
Jika diketahui ketiga saluran (segitiga, trapezium, persegi) dengan lebar saluran sama 2 meter
dan tebal saluran (d) 50 cm dengan s = 1:1800 dan untuk kekasaran saluran(n) = 0,025.
Hitung kecepatan aliran dan debit, bandingkan sluran mana yang paling optimal.
 
1.    Trapesium :
s = 1 : 1800 = 0,000556
Z = e/d = 0,5 m / 0,5 m = 1
a = bd + Zd = 1 x 0,5 + 1 x (0,5)
2 2

  = 1,25 m 2

p = b + 2d (Z + 1) 2 1/2

   = 2,4142 m
R = a/p = 0,52
v = R s /n
2/3 1/2

v = (0,52) (0,000556) /0,025


2/3 1/2

v = 0,598 m/s
q=v.a
   = 0,598 . 1,25
   = 0,7475 m/s
 
2.    Segitiga :
Z = e/d = 1/0,5 = 2
a = Zd = 2 x (0,5) = 0,5 m
2 2 2

p = 2d(Z + 1) = 2,236 m
2 1/2

R = a/p = 0,22
v = R s /n
2/3 1/2

v = (0,22) (0,000556) /0,025


2/3 1/2

v = 0,3312 m/s
q=v.a
   = 0,3312 . 0,5
   = 0,1056 m/s
 
27
3.    Persegi :
a = t . d = 2 x 0,5 = 1 m 2

p = t + 2d = 2 + 2 x 0,5 = 3 m
R = a/p = 0,33
v = R s /n
2/3 1/2

v = (0,33) (0,000556) /0,025


2/3 1/2

v = 0,4393m/s
q=v.a
   = 0,4393 . 1
   = 0,4393 m/s
 
Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa saluran dengan tipe trapezium lebih
optimal dibandingkan dengan segitiga dan persegi. Saluran dengan lebar yang sama ternyata
mempunyai kecepatan yang berbeda.

BAB IV
PENUTUP

7.1. Kesimpulan
Hidrostatika, adalah cabang ilmu yang mempelajari fluida dalam keadaan diam, dan
merupakan sub-bidang kajian mekanika fluida. Istilah ini biasanya merujuk pada penerapan
matematika pada subyek tersebut. Fluida dapat menghasilkan tekanannormal pada semua
permukaan yang berkontak dengannya. Pada keadaan diam (statik), tekanan tersebut bersifat
isotropik, yaitu bekerja dengan besar yang sama ke segala arah.
Tekanan = P , dengan rumus P = ρgh
Menurut prinsip Archimedes,berat air yang sama volumenya sama dengan gaya apung
pada benda ketika tenggelam.Karena itu sama dengan hilangnya berat benda bila ia
ditimbang ketika tenggelam di air.

Hukum Utama hidrostatis menyatakan bahwa :

28
Tekanan hidrostatis suatu zat cair hanya bergatung pada tinggi kolom zat cair (h),
massa jenis zat cair (r) dan percepatan grafitasi (g), tidak bergantung pada bentuk dan ukuran
bejana,
Setiap bagian di dalam fluida statis akan mendapat tekanan zar cair yang disebabkan
adanya gaya hidrostatis  disebut Tekanan Hidrostatis “Ph”.

Besarnya tekanan hidrostatis tidak bergantung pada bentuk bejana dan jumlah zat cair
dalam bejana, tetapi tergantung pada massa jenis zat cair, percepatan gravitasi bumi dan
kedalamannya.
Suatu titik dalam fluida diam tergantung pada kedalaman titik tersebut, bukan pada
bentuk wadahnya oleh karena itu semua titik akan memiliki  tekanan hidrostatis yang sama.
Fenomena ini disebut sebagai Hukum Utama Hidrostatis.
Dalam penerapan rumus hidrostatika terdapat pernyataan ”semakin kecil luas selang,
semakin besar tekanannya”
Prinsip terebut diemplementasikan dalam pintu air. Lebar pintu air dibuat sesuai agar
tidak mengakibatkan kejebolan dalam penampung karena membesarnya tekanan. Sesuai
dengan rumus :
P = F/A

Luas selang juga berpengaruh terhadap debit yang dihasilkan dalam pintu air.
“semakin besar luas selang, semakin besar debitnya”. Hal tersebut dengan rumus Q = V.A

29
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/220232998/Hidrostatika
Suroso. 2008. “Buku ajar Hidrolika Dasar”. Malang : Universitas Brawijaya.
Krist, Thomas. 1991. “ Hidraulika”. Jakarta : Erlangga
Yuwono, Nur. 1984. “Hidrolika”. Yogyakarta : Hanindita
http://web.ipb.ac.id/~erizal/mekflud/kul%202&3-fluida%20statik.pdf
http://www.unhas.ac.id/lkpp/teknik/BAB%20III.%20DISTRIBUSI%20TEKANAN
%20DALAM%20ALIRAN%20FLUIDA-Syer.pdf
http://www.slideshare.net/zhebubble03/manometer-14917431
http://ptmahesa.com/produk-servis/geoteknik-instrumen
http://web.ipb.ac.id/~erizal/mekflud/modul2.pdf
http://mafia.mafiaol.com/2012/11/alat-alat-untuk-mengukur-tekanan.html

30
31

Anda mungkin juga menyukai