PENDAHULUAN
Fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat
cair dan gas karena zat cair seperti air dan zat gas seperti udara dapat mengalir. Zat padat
seperti batu atau besi tidak dapat mengalir sehingga tidak bisa digolongkan dalam fluida. Air
merupakan salah satu contoh zat cair. Masih ada contoh zat cair lainnya seperti minyak
pelumas, susu, dan sebagainya. Semua zat cair itu dapat dikelompokan ke dalam fluida
karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain.
Fenomena fluida statis (fluida tak bergerak) berkaitan erat dengan tekanan
hidraustatis. Dalam fluida statis dipelajari hukum-hukum dasar yang berkaitan dengan konsep
tekanan hidraustatis, salah satunya adalah hukum Pascal dan hukum Archimedes.
Hukum Pascal diambil dari nama penemunya yaitu Blaise Pascal (1623-1662) yang berasal
dari Perancis. Sedangkan hukum Archimedes diambil dari nama penemunya yaitu
Archimedes (287-212 SM) yang berasal dari Italia.
Sebuah bejana berhubungan yang diisi dengan fluida, misalnya air. Anda dapat
melihat bahwa tinggi permukaan air di setiap tabung adalah sama, walaupun bentuk setiap
tabung berbeda. Bagaimanakah tekanan yang dialami oleh suatu titik di setiap tabung?
Samakah tekanan total di titik A, B, C, dan D yang letaknya segaris? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, Anda harus mengetahui Hukum Utama Hidrostatis.
Gambar 7.7 Tekanan di titik A, B, C, dan D sama besar, serta tidak bergantung pada bentuk
penampang tempat fluida tersebut.
Hukum Utama Hidrostatis menyatakan bahwa semua titik yang berada pada bidang
datar yang sama dalam fluida homogen, memiliki tekanan total yang sama. Jadi, walaupun
bentuk penampang tabung berbeda, besarnya tekanan total di titik A, B, C, dan D adalah
sama. Persamaan Hukum Utama Hidrostatis dapat diturunkan dengan
memperhatikan Gambar 7.8. Misalkan, pada suatu bejana berhubungan dimasukkan dua
jenis fluida yang massa jenisnya berbeda, yaitu ρ 1 dan ρ 2.
Gambar 7.8 Tekanan total di titik A dan B pada bejana U yang terisi fluida homogen adalah
sama besar, pA = pB.
Jika diukur dari bidang batas terendah antara fluida 1 dan fluida 2, yaitu titik B dan
titik A, fluida 2 memiliki ketinggian h2 dan fluida 1 memiliki ketinggian h1. Tekanan total di
titik A dan titik B sama besar. Menurut persamaan tekanan hidrostatis, besarnya tekanan di
titik A dan titik B bergantung pada massa jenis fluida dan ketinggian fluida di dalam tabung.
Hukum bejana berhubungan berbunyi: “Bila bejana-bejana berhubungan diisi dengan zat cair
yang sama, dalam keadaan seimbang, maka permukaan zat cair merupakan bidang datar”
pA = pB
p0 + ρ1gh1 = p0 + ρ2gh2
. ρ1 h1 = ρ2 h2
dengan :
Jika dalam bejana berhubungan terdapat dua jenis cairan yang berbeda, tinggi
permukaan kedua zat tersebut dalam bejana berhubungan tidak akan sama. Hal ini
disebabkan oleh massa jenis kedua zat cair tersebut yaitu air dan minyak goreng tidak sama.
Karena massa jenis minyak goreng lebih kecil daripada massa jenis air.
2.3. Alat dan Bahan
1. Air
2. Minyak goreng
4. Mistar
3. tandai dan catat tinggi permukaan kedua zat cair tersebut di dalam pipa U atau selang.
No. Tinggi Permukaan Air Tinggi Permukaan Massa Jenis Air Massa Jenis
h1 (m) Minyak h2 (m) (kgm-3) Minyak (kgm-3)
a. Minyak I (Filma)
1.
3.
1.
2.
3.
Pada hasil percobaan di atas, maka kita dapat mengetahui bahwa di pada pipa
U ketinggian minyak selalu lebih tinggi dari pada air di kedua minyak, baik pada
minyak merek Filma maupun Bimoli. Massa jenis yang ditemukan pada kedua
minyak ini menunjukkan bahwa besarnya selalu lebih kecil yaitu sebesar 890 kg/m 3
pada minyak Filma dan 923 kg/m 3 pada minyak Bimoli dari pada massa jenis air
yakni 1000 kg/m3. Ini terbukti pada rumus Tekanan Hidrostatis bahwa :
pA = pB
p0 + ρ1gh1 = p0 + ρ2gh2
ρ1 h1 = bahwa
Pada percobaan ini juga diketahui ρ2 h2 yang mempengaruhi besarnya massa
jenis minyak adalah tinggi permukaan cairan, besar gravitasi serta massa jenis
fluida lain. Namun pada persamaan Tekanan Hidrostatis menunjukkan bahwa tempat
/ wadah tidak mempengaruhi besar kecilnya suatu massa jenis fluida.
Maka, besarnya massa jenis fluida dan ketinggian fluida pada pipa U
berbanding terbalik. Semakin besar massa jenisnya maka semakin pendek/ rendah
ketinggian fluida tersebut dalam pipa U.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan dalam prkatikum di atas adalah sebagai berikut :
1. Besarnya massa jenis minyak selalu lebih kecil dari pada massa jenis air.
2. Tingginya permukaan minyak pada bejana berhubungan Pipa U selalu lebit tinggi dari
pada tinggi permukaan air.
3. Massa jenis minyak hanya dipengaruhi oleh tinggi permukaan fluida pada bejana,
massa jenis fluida lain, serta besarnya gravitasi. Namun tidak dipengaruhi oleh bentuk
wadah / bejana yang digunakan untuk mengukur.
4. Pada rumus Tekanan Hidrostatis , besarnya massa jenis fluida dan ketinggian fluida
pada pipa U berbanding terbalik. Semakin besar massa jenisnya maka semakin
pendek/ rendah ketinggian fluida tersebut dalam pipa U.
3.2. Saran
1. Semoga ini dapat dijadikan motivasi agar dapat lebih memahani pembelajaran Fisika
khususnya pada Bab Fuida Statis mengenai Tekanan Hidrostatis.
2. Semoga dapat menjadi acuan untuk mengembangkan praktek yang lebih baik dan
lebih berkualitas .
3. Semoga ini dapat menjadi suatu pembelajaran yang efektif disamping penyampain
teori serta ini dapat di jadikan pembelajaran dalam praktek di kehidupan
bermasyarakat.
2. http://inekesyanisha.blogspot.com/2012/09/laporan-penelitian-fisika-fluida.html di
lihat pada Selasa, 1 April 2014 Pukul 20.43
3.4. Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu zat cair memiliki kemampuan tertentu sehingga suatu padatan yang dimasukan
kedalammya mendapat gaya tahanan yang diakibatkan peristiwa gesekan antara permukaan
padatan tersebut dengan zat cair. Sebagai contoh, apabila kita memasukkan sebuah bola kecil
kedalam zat cair, terlihatlah batu tersebut mula-mula turun dengan cepat kemudian melambat
hingga akhirnya sampai didasar zat cair. Bola kecil tersebut pada saat tertentu akan mengalami
sejumlah perlambatan hingga mencapai gerak lurus beraturan. Gerakan bola kecil menjelaskan
bahwa adanya suatu kemampuan yang dimiliki zat cair sehingga kecepatan bola berubah.
Hambatan-hambatan itulah yang kita namakan sebagai kekentalan (viskositas). Akibat viskositas zat
cair itulah yang menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup drastis terhadap kecepatan batu.
BAB II
terlebih dahulu beberapa konsep fluida. Secara sederhana, fluida dapat diartikan sebagai zat
Jika zat padat diletakkan ke dalam fluida, maka secara alamiah zat padat itu akan
mengalami gaya Archimedes atau biasa disebut dengan gaya apung (FA); dan gaya gesek
internal atau gaya Stokes antara zat padat tersebut dengan fluida. Gaya apung disebabkan
oleh karena adanya perbedaan massa jenis (ρ) sedangkan gaya Stokes (FS) disebabkan oleh
kekentalan (viscosity). Kekentalan atau viskositas dalam fisika dilambangkan dengan huruf
Yunani η (baca: eta), ada juga beberapa literatur yang melambangkannya dengan huruf
1. Aliran Laminar (laminar flow) merupakan aliran fluida yang seragam, lancar, smooth. (Re
< 2100)
2. Aliran Turbulen (turbulent flow) merupakan aliran fluida yang acak, kacau, random. (Re
>> 2100)
3. Aliran Transisi (transition flow) merupakan aliran yang agaknya seragam namun sedikit
fluida, viskositas fluida, massa jenis fluida, dan diameter pipa. Studi modern dinamika fluida
tentang aliran (flow) baik dari sisi sains maupun teknik ada pada konsep bilangan Reynold,
yang mana berguna untuk menganalisis kerusakan pipa minyak, analisis pengikisan kolestrol
oleh darah, dsb; tidak akan kita bahas lebih jauh di sini!
Sekarang kita kembali ke bahasan utama, yaitu viskositas. Viskositas adalah sifat
fluida untuk cenderung membuat fuida itu menjadi sulit mengalir; dan juga mempersulit
mengalirnya benda lain relatif terhadap fluida tersebut. Semakin tinggi viskositas suatu fluida
maka fluida itu semakin sulit untuk mengalir, dan semakin rendah viskositas suatu fluida
Dengan praktikum sederhana, kita dapat mengetahui viskositas suatu fluida (khusus
untuk cairan) dengan menggunakan sebuah bola ukuran kecil yang dibiarkan bergerak di
dalam fluida, kita mengamati gerakan bola sebagai aliran fluida relatif bola tersebut; ini tentu
lebih mudah dilakukan ketimbang bola yang diam dan fluida yang dialirkan melewati bola
kecil tersebut. Untuk analisis, baik bola yang diam dan fluida yang mengalir maupun fluida
diam dan bola yang bergerak dalam fluida, keduanya setara karena gerak adalah relatif, tapi
dipenuhi adalah syarat berlakunya rumus gaya Stokes (FS), di mana semua peralatan dan
1. Luas wadah tempat fluida harus besar sekali relatif bola (atau bisa juga juga bola jauh lebih
kecil daripada wadah fluida asalkan bola cukup berat untuk bergerak tanpa berbelok-belok
dalam fluida tersebut). Hal ini agar aliran jejak terlewatinya bola tidak mengacaukan
pergerakan bola karena alirannya yang memantul dari dinding-dinding wadah ke bola.
2. Kecepatan bola terhadap fluida tidak terlalu besar. Hal ini agar ruang kosong yang
disebabkan jejak bola yang bergerak tidak tertutup dengan cepat dan mengacaukan gerakan
bola.
Pertama-tama, ukurlah massa dan jari-jari bola (catat sebagai m dan r), dan ukurlah massa
jenis fluida dengan menggunakan hidrometer (catat sebagai ρfluida). Kemudian kita perlu
Untuk mengukur kecepatan bola yang jatuh di dalam fluida tersebut. Masukkan bola
berjari-jari r ke dalam tabung berjari-jari R berisi fluida yang akan dicari tahu viskositasnya
setelah sebelumnya tabung tersebut telah diberi tanda seperti pada gambar (bisa dengan karet
atau tali). Usahakan bola dimasukkan ke dalam fluida tanpa kecepatan awal. Jika sebuah
benda berbentuk bola jatuh bebas dalam suatu fluida kental (gambar 1.17), kecepatannya
akan bertambah karena pengaruh gravitasi bumi sehingga mencapai suatu kecepatan terbesar
yang tetap. Kecepatan terbesar yang tetap tersebut dinamakan kecepatan terminal. Pada saat
Dengan :
5. Masukkan gotri ke dalam tabung berisi air, bila telah mencapai kedalaman
tertentu, catat waktu yang diperlukan gotri untung mencapai dasar tabung.
Air
No. ρgotri (kgm-3) ρair (kgm-3) rgotri (kgm-3) Kedalaman (m) Waktu (s) Kecepatan (ms-1)
F. Hasil Perhitungan
Besar koefisien kekentalan fluida :
a. Air
1. Percobaan 1
4. Percobaan 4
2. Percobaan 2
5. Percobaan 5
3. Percobaan 3
Percobaan 1
Percobaan 4
Percobaan 2
Percobaan 5
Percobaan 3
Dari data di atas dapat kita ketahui bahwa hasil viskositas ( ) antara air dan minyak adalah
berbeda. Ini dapat di jelaskan dengan perbedaan antara massa jenis air dan minyak yakni sebesar
1000 kg/m3 untuk air dan 954 kg/m3 untuk minyak. Kecepatan benda (gotri) bergerak, besarnya
jari jari gotri serta massa jenis gotri. Pada kedua zat ini ternyata kekentalanyan lebih besar zat
minyak yakni 0,1542 Pa dibandingkan air yang hanya sebesar 0,1162 Pa.
Maka besarnya kekentalan ( ) berbanding lurus dengan besarnya massa jenis, kuadrat jari jari
benda serta gravitasi. Namun ini berbanding terbalik dengan kecepatan benda bergerak .
BAB III
PENUTUP
3.3. Kesimpulan
Kesimpulan dalam prkatikum di atas adalah sebagai berikut :
1. Besarnya kekentalan minyak lebih besar dari pada massa jenis air.
2. Besarnya kekentalan di pengaruhi oleh massa jenis benda, massa jenis fluida, jari jari
benda, gravitasi dan kecepatan
3. Kekentalan besarnya berbanding lurus dengan massa jenis benda, massa jenis fluida, jari
jari benda, gravitasi.
4. Kekentalan besarnya berbanding terbalik dengan kecepatan.
a. Saran
4. Semoga ini dapat dijadikan motivasi agar dapat lebih memahani pembelajaran Fisika
khususnya pada Bab Fuida Statis mengenai Viskositas.
5. Semoga dapat menjadi acuan untuk mengembangkan praktek yang lebih baik dan lebih
berkualitas .
6. Semoga ini dapat menjadi suatu pembelajaran yang efektif disamping penyampain teori
serta ini dapat di jadikan pembelajaran dalam praktek di kehidupan bermasyarakat.