Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat
cair dan gas karena zat cair seperti air dan zat gas seperti udara dapat mengalir. Zat padat
seperti batu atau besi tidak dapat mengalir sehingga tidak bisa digolongkan dalam fluida. Air
merupakan salah satu contoh zat cair. Masih ada contoh zat cair lainnya seperti minyak
pelumas, susu, dan sebagainya. Semua zat cair itu dapat dikelompokan ke dalam fluida
karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain.

Fenomena fluida statis (fluida tak bergerak) berkaitan erat dengan tekanan
hidraustatis. Dalam fluida statis dipelajari hukum-hukum dasar yang berkaitan dengan konsep
tekanan hidraustatis, salah satunya adalah hukum Pascal dan hukum Archimedes.
Hukum Pascal diambil dari nama penemunya yaitu Blaise Pascal (1623-1662) yang berasal
dari Perancis. Sedangkan hukum Archimedes diambil dari nama penemunya yaitu
Archimedes (287-212 SM) yang berasal dari Italia.

Hukum-hukum fisika dalam fluida statis sering dimanfaatkan untuk kesejahteraan


manusia dalam kehidupannya, salah satunya adalah prinsip hukum Pascal dan prinsip hokum
Archimedes. Namun, belum banyak masyarakat yang mengetahui hal tersebut. Oleh karena
itu, diperlukan studi yang lebih mendalam mengenai hukum Pascal dan hokum Archimedes
serta penerapannya dalam kehidupan. Maka kami disini akan melakukan sebuah praktikum
sederhana untuk menentukan besarnya massa jenis suatu fluida yakni minyak goreng.
1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah massa jenis setiap fluida sama / berbeda?

2. Dengan cara apa mencari massa jenis fluida?

3. Bagaimana proses perhitungan mencari massa jenis fluida?

1.3. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui apakah massa jenis fluida sama atau berbeda.

2. Dapat mengetahui dan menentukan massa jenis fluida.

3. Mengetahui cara dan perhitungan mencari massa jenis fluida.


BAB II

METODE DAN PEMBAHASAN

2.1. Tempat dan Tanggal Pelaksanaan

Praktikum ini dilaksanakan pada:

Hari, tanggal : Rabu, 26 Maret 2014

Tempat: Laboratorium Fisika SMA N 4 Semarang

Waktu : Jam ke 3 – 4 Mapel Fisika

2.2. Landasan Teori

Sebuah bejana berhubungan yang diisi dengan fluida, misalnya air. Anda dapat
melihat bahwa tinggi permukaan air di setiap tabung adalah sama, walaupun bentuk setiap
tabung berbeda. Bagaimanakah tekanan yang dialami oleh suatu titik di setiap tabung?
Samakah tekanan total di titik A, B, C, dan D yang letaknya segaris? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, Anda harus mengetahui Hukum Utama Hidrostatis.

Gambar 7.7 Tekanan di titik A, B, C, dan D sama besar, serta tidak bergantung pada bentuk
penampang tempat fluida tersebut.

Hukum Utama Hidrostatis menyatakan bahwa semua titik yang berada pada bidang
datar yang sama dalam fluida homogen, memiliki tekanan total yang sama. Jadi, walaupun
bentuk penampang tabung berbeda, besarnya tekanan total di titik A, B, C, dan D adalah
sama. Persamaan Hukum Utama Hidrostatis dapat diturunkan dengan
memperhatikan Gambar 7.8. Misalkan, pada suatu bejana berhubungan dimasukkan dua
jenis fluida yang massa jenisnya berbeda, yaitu ρ 1 dan ρ 2.

Gambar 7.8 Tekanan total di titik A dan B pada bejana U yang terisi fluida homogen adalah
sama besar, pA = pB.

Jika diukur dari bidang batas terendah antara fluida 1 dan fluida 2, yaitu titik B dan
titik A, fluida 2 memiliki ketinggian h2 dan fluida 1 memiliki ketinggian h1. Tekanan total di
titik A dan titik B sama besar. Menurut persamaan tekanan hidrostatis, besarnya tekanan di
titik A dan titik B bergantung pada massa jenis fluida dan ketinggian fluida di dalam tabung.
Hukum bejana berhubungan berbunyi: “Bila bejana-bejana berhubungan diisi dengan zat cair
yang sama, dalam keadaan seimbang, maka permukaan zat cair merupakan bidang datar”

pA = pB

p0 + ρ1gh1 = p0 + ρ2gh2
. ρ1 h1 = ρ2 h2
dengan :

h1 = jarak titik A terhadap permukaan fluida 1,

h2 = jarak titik B terhadap permukaan fluida 2,

ρ1 = massa jenis fluida satu, dan

ρ2 = massa jenis fluida dua.

Jika dalam bejana berhubungan terdapat dua jenis cairan yang berbeda, tinggi
permukaan kedua zat tersebut dalam bejana berhubungan tidak akan sama. Hal ini
disebabkan oleh massa jenis kedua zat cair tersebut yaitu air dan minyak goreng tidak sama.
Karena massa jenis minyak goreng lebih kecil daripada massa jenis air.
2.3. Alat dan Bahan

Alat dan bahan dalam praktikum ini adalah :

1. Air

2. Minyak goreng

3. Pipa U ( selang transparan)

4. Mistar

2.4. Langkah Percobaan

1. tuang air ke dalam pipa U atau selang.

2. tuang minyak ke dalam pipa U atau selang yang sama.

3. tandai dan catat tinggi permukaan kedua zat cair tersebut di dalam pipa U atau selang.

4. ulangi langkah di atas dengan mengganti minyak dengan merek berbeda .

2.4. Lembar Kerja

1. Air dan minyak 1 (Merek Filma)

No. Tinggi Permukaan Air Tinggi Permukaan Massa Jenis Air Massa Jenis
h1 (m) Minyak h2 (m) (kgm-3) Minyak (kgm-3)

1. 18 x 10-2 20 x 10-2 1000 900

2. 32 x 10-2 35,5 x 10-2 1000 901,4

3. 13 x 10-2 15 x 10-2 1000 866,6

2. Air dan minyak 2 (Merek Bimoli)


No. Tinggi Permukaan Air Tinggi Permukaan Massa Jenis Air Massa Jenis
h1 (m) Minyak h2 (m) (kgm-3) Minyak (kgm-3)

1. 9 x 10-2 10 x 10-2 1000 900

4. 11 x 10-2 12 x 10-2 1000 916,7

5. 20 x 10-2 21 x 10-2 1000 952,4

2.5. Hasil Perhitungan

a. Minyak I (Filma)

1.

Jadi, ρminyak untuk minyak I (Bimoli)


adalah
2. 890m-3

3.

Jika dirata-rata, maka :


b. Minyak II (Bomoli )

1.

2.

3.

Jika dirata-rata, maka :

Jadi, ρminyak untuk minyak II (Sania)


adalah 923 kgm-3
2.6. Pembahasan

Pada hasil percobaan di atas, maka kita dapat mengetahui bahwa di pada pipa
U ketinggian minyak selalu lebih tinggi dari pada air di kedua minyak, baik pada
minyak merek Filma maupun Bimoli. Massa jenis yang ditemukan pada kedua
minyak ini menunjukkan bahwa besarnya selalu lebih kecil yaitu sebesar 890 kg/m 3
pada minyak Filma dan 923 kg/m 3 pada minyak Bimoli dari pada massa jenis air
yakni 1000 kg/m3. Ini terbukti pada rumus Tekanan Hidrostatis bahwa :

pA = pB

p0 + ρ1gh1 = p0 + ρ2gh2
ρ1 h1 = bahwa
Pada percobaan ini juga diketahui ρ2 h2 yang mempengaruhi besarnya massa
jenis minyak adalah tinggi permukaan cairan, besar gravitasi serta massa jenis
fluida lain. Namun pada persamaan Tekanan Hidrostatis menunjukkan bahwa tempat
/ wadah tidak mempengaruhi besar kecilnya suatu massa jenis fluida.

Maka, besarnya massa jenis fluida dan ketinggian fluida pada pipa U
berbanding terbalik. Semakin besar massa jenisnya maka semakin pendek/ rendah
ketinggian fluida tersebut dalam pipa U.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kesimpulan dalam prkatikum di atas adalah sebagai berikut :
1. Besarnya massa jenis minyak selalu lebih kecil dari pada massa jenis air.

2. Tingginya permukaan minyak pada bejana berhubungan Pipa U selalu lebit tinggi dari
pada tinggi permukaan air.

3. Massa jenis minyak hanya dipengaruhi oleh tinggi permukaan fluida pada bejana,
massa jenis fluida lain, serta besarnya gravitasi. Namun tidak dipengaruhi oleh bentuk
wadah / bejana yang digunakan untuk mengukur.

4. Pada rumus Tekanan Hidrostatis , besarnya massa jenis fluida dan ketinggian fluida
pada pipa U berbanding terbalik. Semakin besar massa jenisnya maka semakin
pendek/ rendah ketinggian fluida tersebut dalam pipa U.

3.2. Saran
1. Semoga ini dapat dijadikan motivasi agar dapat lebih memahani pembelajaran Fisika
khususnya pada Bab Fuida Statis mengenai Tekanan Hidrostatis.

2. Semoga dapat menjadi acuan untuk mengembangkan praktek yang lebih baik dan
lebih berkualitas .

3. Semoga ini dapat menjadi suatu pembelajaran yang efektif disamping penyampain
teori serta ini dapat di jadikan pembelajaran dalam praktek di kehidupan
bermasyarakat.

3.3. Daftar Pustaka

1. http://fisikavisiku.wordpress.com/ di lihat pada Selasa, 1 April 2014 Pukul 20.32

2. http://inekesyanisha.blogspot.com/2012/09/laporan-penelitian-fisika-fluida.html di
lihat pada Selasa, 1 April 2014 Pukul 20.43

3. http://rumushitung.com/2013/08/16/tekanan-fluida-fisika-sma/ di lihat pada Selasa, 1


April 2014 Pukul 20.55

3.4. Lampiran
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suatu zat cair memiliki kemampuan tertentu sehingga suatu padatan yang dimasukan
kedalammya mendapat gaya tahanan yang diakibatkan peristiwa gesekan antara permukaan
padatan tersebut dengan zat cair. Sebagai contoh, apabila kita memasukkan sebuah bola kecil
kedalam zat cair, terlihatlah batu tersebut mula-mula turun dengan cepat kemudian melambat
hingga akhirnya sampai didasar zat cair. Bola kecil tersebut pada saat tertentu akan mengalami
sejumlah perlambatan hingga mencapai gerak lurus beraturan. Gerakan bola kecil menjelaskan
bahwa adanya suatu kemampuan yang dimiliki zat cair sehingga kecepatan bola berubah.
Hambatan-hambatan itulah yang kita namakan sebagai kekentalan (viskositas). Akibat viskositas zat
cair itulah yang menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup drastis terhadap kecepatan batu.

1.2. Rumusan Masalah


1. Seperti apa viskositas atau kekentalan itu ?

2. Apa saja yang mempengaruhi viskositas ?

3. Bagaimana proses menentukan besarnya koefisien kekentalan zat cair?

1.3. Tujuan Praktikum

1. Dapat mengetahui koefisien kekentalan zat cair (viskositas).

2. Dapat menentukan besarnya koefisien kekentalan zat cair (viskositas).

BAB II

METODE DAN PEMBAHASAN

2.1. Tempat dan Tanggal Pelaksanaan

Praktikum ini dilaksanakan pada:

Hari, tanggal : Rabu, 26 Maret 2014

Tempat: Laboratorium Fisika SMA N 4 Semarang

Waktu : Jam ke 3 – 4 Mapel Fisika

2.2. Landasan Teori


Viskositas merupakan salah satu sifat (property) fluida. Sebelum lebih jauh, kita bahas

terlebih dahulu beberapa konsep fluida. Secara sederhana, fluida dapat diartikan sebagai zat

yang dapat mengalir, seperti cairan dan gas.

Jika zat padat diletakkan ke dalam fluida, maka secara alamiah zat padat itu akan

mengalami gaya Archimedes atau biasa disebut dengan gaya apung (FA); dan gaya gesek

internal atau gaya Stokes antara zat padat tersebut dengan fluida. Gaya apung disebabkan

oleh karena adanya perbedaan massa jenis (ρ) sedangkan gaya Stokes (FS) disebabkan oleh

kekentalan (viscosity). Kekentalan atau viskositas dalam fisika dilambangkan dengan huruf

Yunani η (baca: eta), ada juga beberapa literatur yang melambangkannya dengan huruf

Yunani μ (baca: myu).

Jenis-jenis aliran fluida (berdasarkan bilangan Reynold (Re)):

1. Aliran Laminar (laminar flow) merupakan aliran fluida yang seragam, lancar, smooth. (Re

< 2100)

2. Aliran Turbulen (turbulent flow) merupakan aliran fluida yang acak, kacau, random. (Re

>> 2100)

3. Aliran Transisi (transition flow) merupakan aliran yang agaknya seragam namun sedikit

turbulen. (bilangan Reynold di antara Re laminar dan Re turbulen)


Aliran-aliran fluida di atas disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya kecepatan

fluida, viskositas fluida, massa jenis fluida, dan diameter pipa. Studi modern dinamika fluida

tentang aliran (flow) baik dari sisi sains maupun teknik ada pada konsep bilangan Reynold,

yang mana berguna untuk menganalisis kerusakan pipa minyak, analisis pengikisan kolestrol

oleh darah, dsb; tidak akan kita bahas lebih jauh di sini!

Sekarang kita kembali ke bahasan utama, yaitu viskositas. Viskositas adalah sifat

fluida untuk cenderung membuat fuida itu menjadi sulit mengalir; dan juga mempersulit

mengalirnya benda lain relatif terhadap fluida tersebut. Semakin tinggi viskositas suatu fluida

maka fluida itu semakin sulit untuk mengalir, dan semakin rendah viskositas suatu fluida

maka fluida itu semakin mudah untuk mengalir.

Dengan praktikum sederhana, kita dapat mengetahui viskositas suatu fluida (khusus

untuk cairan) dengan menggunakan sebuah bola ukuran kecil yang dibiarkan bergerak di

dalam fluida, kita mengamati gerakan bola sebagai aliran fluida relatif bola tersebut; ini tentu

lebih mudah dilakukan ketimbang bola yang diam dan fluida yang dialirkan melewati bola

kecil tersebut. Untuk analisis, baik bola yang diam dan fluida yang mengalir maupun fluida

diam dan bola yang bergerak dalam fluida, keduanya setara karena gerak adalah relatif, tapi

kita cari cara yang lebih mudah!


Selanjutnya kita harus memenuhi syarat dan prosedur berikut Syarat yang harus

dipenuhi adalah syarat berlakunya rumus gaya Stokes (FS), di mana semua peralatan dan

kondisinya ideal, syarat-syaratnya:

1. Luas wadah tempat fluida harus besar sekali relatif bola (atau bisa juga juga bola jauh lebih

kecil daripada wadah fluida asalkan bola cukup berat untuk bergerak tanpa berbelok-belok

dalam fluida tersebut). Hal ini agar aliran jejak terlewatinya bola tidak mengacaukan

pergerakan bola karena alirannya yang memantul dari dinding-dinding wadah ke bola.

2. Kecepatan bola terhadap fluida tidak terlalu besar. Hal ini agar ruang kosong yang

disebabkan jejak bola yang bergerak tidak tertutup dengan cepat dan mengacaukan gerakan

bola.

3. Fluida tidak dalam keadaan turbulen. Tentu saja.

Prodesur praktikumnya cukup sederhana.

Pertama-tama, ukurlah massa dan jari-jari bola (catat sebagai m dan r), dan ukurlah massa

jenis fluida dengan menggunakan hidrometer (catat sebagai ρfluida). Kemudian kita perlu

mengukur kecepatan jatuh bola dalam fluida tersebut (v).

Untuk mengukur kecepatan bola yang jatuh di dalam fluida tersebut. Masukkan bola

berjari-jari r ke dalam tabung berjari-jari R berisi fluida yang akan dicari tahu viskositasnya

setelah sebelumnya tabung tersebut telah diberi tanda seperti pada gambar (bisa dengan karet

atau tali). Usahakan bola dimasukkan ke dalam fluida tanpa kecepatan awal. Jika sebuah

benda berbentuk bola jatuh bebas dalam suatu fluida kental (gambar 1.17), kecepatannya

akan bertambah karena pengaruh gravitasi bumi sehingga mencapai suatu kecepatan terbesar
yang tetap. Kecepatan terbesar yang tetap tersebut dinamakan kecepatan terminal. Pada saat

kecpatan terminal tercapai, berlaku keadaan:

Gambar 1.17 Gaya-gaya yang bekerja pada

benda yang bergerak dalam fluida

Dengan :

v = kecepatan terminal (m/s)

η = koefisien viskositas fluida (Pa s)

r = jari-jari bola (m)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

ρb = massa jenis bola (kg/m3)

ρf = massa jenis fluida (kg/m3)


2.3. Alat dan Bahan

Alat dan bahan dalam praktikum ini adalah :

1. Air 4. Stopwatch 7. Neraca

2. Minyak goreng 5. Jangka sorong 8. Tabung

3. Gotri 6. Mistar 9. Gelas Ukur

2.4. Langkah Percobaan

1. Ukur diameter gotri dengan jangka sorong

2. Ukur massa jenis gotri, air, minyak

3. Masukkan air dan minyak ke dalam tabung yang berbeda

4. Catat kedalaman air dan minyak dalam tabung masing – masing

5. Masukkan gotri ke dalam tabung berisi air, bila telah mencapai kedalaman
tertentu, catat waktu yang diperlukan gotri untung mencapai dasar tabung.

6. Ulangi langkah 5 di atas untuk tabung yang berisi minyak.

2.5. Lembar Kerja

Air

No. ρgotri (kgm-3) ρair (kgm-3) rgotri (kgm-3) Kedalaman (m) Waktu (s) Kecepatan (ms-1)

1. 8 x 103 103 2,6 x 10-3 10-1 0,08 1,25

2. 8 x 103 103 2,6 x 10-3 10-1 0,10 1,00


3. 8 x 103 103 2,6 x 10-3 10-1 0,11 0,90

4. 8 x 103 103 2,6 x 10-3 10-1 0,14 0,71

5. 8 x 103 103 2,6 x 10-3 10-1 0,12 0,83


Minyak (Bimoli)
No. ρgotri (kgm-3) ρminyak (kgm-3) rgotri (kgm-3) Kedalaman (m) Waktu (s) Kecepatan (ms-1)

1. 8 x 103 954 2,6 x 10-3 10-1 0,09 1,11

2. 8 x 103 954 2,6 x 10-3 10-1 0,12 0,83

3. 8 x 103 954 2,6 x 10-3 10-1 0,15 0,67

4. 8 x 103 954 2,6 x 10-3 10-1 0,18 0,56

5. 8 x 103 954 2,6 x 10-3 10-1 0,19 0,53

F. Hasil Perhitungan
Besar koefisien kekentalan fluida :

a. Air
1. Percobaan 1

4. Percobaan 4

2. Percobaan 2

5. Percobaan 5

3. Percobaan 3

Jika dirata-rata, maka :


b. Minyak (Bimoli)

Percobaan 1

Percobaan 4

Percobaan 2

Percobaan 5

Percobaan 3

Jika dirata-rata, maka :


2.6. Pembahasan

Dari data di atas dapat kita ketahui bahwa hasil viskositas ( ) antara air dan minyak adalah

berbeda. Ini dapat di jelaskan dengan perbedaan antara massa jenis air dan minyak yakni sebesar
1000 kg/m3 untuk air dan 954 kg/m3 untuk minyak. Kecepatan benda (gotri) bergerak, besarnya
jari jari gotri serta massa jenis gotri. Pada kedua zat ini ternyata kekentalanyan lebih besar zat
minyak yakni 0,1542 Pa dibandingkan air yang hanya sebesar 0,1162 Pa.

Maka besarnya kekentalan ( ) berbanding lurus dengan besarnya massa jenis, kuadrat jari jari

benda serta gravitasi. Namun ini berbanding terbalik dengan kecepatan benda bergerak .

BAB III
PENUTUP

3.3. Kesimpulan
Kesimpulan dalam prkatikum di atas adalah sebagai berikut :

1. Besarnya kekentalan minyak lebih besar dari pada massa jenis air.
2. Besarnya kekentalan di pengaruhi oleh massa jenis benda, massa jenis fluida, jari jari
benda, gravitasi dan kecepatan
3. Kekentalan besarnya berbanding lurus dengan massa jenis benda, massa jenis fluida, jari
jari benda, gravitasi.
4. Kekentalan besarnya berbanding terbalik dengan kecepatan.

a. Saran
4. Semoga ini dapat dijadikan motivasi agar dapat lebih memahani pembelajaran Fisika
khususnya pada Bab Fuida Statis mengenai Viskositas.

5. Semoga dapat menjadi acuan untuk mengembangkan praktek yang lebih baik dan lebih
berkualitas .

6. Semoga ini dapat menjadi suatu pembelajaran yang efektif disamping penyampain teori
serta ini dapat di jadikan pembelajaran dalam praktek di kehidupan bermasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai