Anda di halaman 1dari 22

6 GAS

1.1. Sifat-sifat Gas


1.2. Konsep Tekanan
1.3. Hukum-hukum Gas Sederhana
1.4. Persamaan Gas Ideal
1.5. Penentuan Berat Molekul
1.6. Densitas Gas

1
Beberapa pengamatan yang berkaitan dengan sifat gas yang sudah diketahui secara umum
diantaranya (1) jangan mengisi ban sepeda dengan udara secara berlebihan dan (2) jangan
membuang kaleng bekas aerosol ke dalam pembakaran, karena pada kedua kasus tersebut
akan terjadi ledakan. Mungkin (3) pernah mengamati aliran dari gas karbon dioksida dari dry
ice ke lantai. Juga telah diketahui (4) bahwa menghangatkan ruangan dengan pemanas
ruangan akan menyebabkan temperatur udara lebih tinggi di atap dibandingkan dengan di
lantai. Akhirnya,
(5) jangan pernah mencari kebocoran gas dengan menggunakan api terbuka. Pada Bab ini
akan dipelajari prinsip-prinsip khusus yang terkait dengan sifat gas. Lima pengamatan di atas
sebetulnya didasarkan pada:
1. Hubungan antara tekanan dan jumlah gas pada volume dan temperatur tetap.
2. Hubungan antara tekanan dan volume sejumlah tertentu gas pada volume tetap.
3. Hubungan antara densitas dengan berat molekul gas.
4. Hubungan antara densitas dengan temperatur gas.
5. Kecenderungan gas untuk menyebar atau bercampur.

6-1 Sifat-sifat Gas

Gas dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Gas mengembang mengisi dan mengikuti bentuk
tempatnya. Gas saling menyebar dan berdifusi satu sama lain serta bercampur semuanya, jadi
campuran gas adalah larutan homogen. Meskipun partikel masing-masing gas tidak
tampak, akan tetapi beberapa gas berwarna, seperti klorin (kuning hijau), brom (merah
coklat), dan yod (ungu). Beberapa gas mudah terbakar, seperti hidrogen dan metana, dan
beberapa gas inert secara kimia, seperti helium dan neon. Ada empat sifat dasar yang
menentukan perilaku gas secara fisik, yaitu jumlah gas, volume gas, temperatur gas, dan
tekanan gas. Apabila diketahui tiga dari sifat ini, biasanya dapat dihitung harga dari sifat
keempat, dengan menggunakan persamaan matematik yang disebut persamaan keadaan.

6-2 Konsep Tekanan

Telah diketahui bahwa kalau balon diisi dengan udara akan mengembang, akan tetapi
pertanyaannya adalah apa yang menyebabkan balon tetap dalam keadaan menggelembung?
Hipotesis yang masuk akal adalah bahwa molekul-molekul gas dalam keadaan bergerak terus
menerus, sering bertabrakan satu sama lain dan dengan dinding tempat gas. Pada saat
bertabrakan, molekul gas mengeluarkan gaya pada dinding tempat gas. Gaya ini yang
menyebabkan balon tetap menggelembung. Meskipun demikian, tidak mudah mengukur gaya
total yang dikeluarkan oleh gas. Dari pada fokus pada gaya total, lebih baik dipertimbangkan
tekanan gas. Tekanan adalah gaya per luas permukaan, jadi, gaya dibagi dengan luas
permukaan yang memperoleh tekanan.
F
P dimana F  dan A  luas permukaan
A gaya
Dalam unit SI, gaya dinyatakan dalam newton (N) dan luas permukaan dalam meter
persegi (m2). Maka tekanan yang berkaitan dengan kedua satuan ini adalah pascal (Pa).
Jadi, pascal adalah tekanan 1 N/m2. Paskal termasuk ukuran yang kecil untuk tekanan, yang
lebih banyak digunakan adalah kilopaskal (kPa). Satuan tekanan paskal ini digunakan untuk
menghormati Blaise Pascal (1623 – 1662), yang berkontribusi banyak dalam fisika dan
matematik termasuk ide tentang tekanan dan perpindahan gaya melalui cairan, dasar dari
hidrolika modern.

Contoh 6-1
Hitung tekanan sebuah silinder dalam N/m2 bila diketahui diameter silinder adalah 4 cm dan
massa 1 kg.

Luas permukaan silinder adalah πr2 dimana r adalah jari-jari lingkaran. Yang diketahui adalah
diameter, jadi jari-jari adalah diameter dibagi dua yaitu 2 cm. Satuan cm harus dirubah
menjadi

m dimana 1 m = 100 cm, maka jari-jari lingkaran adalah 1m


2 cm x  0,02 m.
100 cm
A = πr2 = 3,14 x (0,02 m)2 = 1,26 x 10–3 m2
Hal lain yang perlu dikenali adalah bahwa gaya yang dikeluarkan oleh silinder tidak sebanding
dengan massanya akan tetapi dengan beratnya (W), dimana
W = gm, dan g = 9,8067 m det–2
Gaya = berat = massa x g = 1 kg x 9,8067 m det–2 = 9,8067 N (Newton)
F
P 
9,8067 N  7,78 x 103 N/m2
3 2
A 1,26 x 10 m
Tekanan Cairan. Tekanan gas biasanya diukur secara tidak langsung, yaitu dengan
membandingkannya dengan tekanan cairan. Konsep tentang tekanan cairan dapat dilihat pada
Gambar 6-1 di bawah ini untuk cairan dengan densitas d, yang berada dalam sebuah silinder
dengan luas permukaan A, dan tinggi cairan h.

Gambar 6-1
Konsep Tekanan Cairan.

Semua tabung yang terhubung mempunyai


tinggi cairan yang sama yaitu h, dan tekanan
yang sama, meskipun bentuk tabung berbeda-
beda dan volume cairan pada tiap tabung tidak
sama.

Gambar ini menunjukkan bahwa tekanan cairan tergantung hanya pada tinggi kolom
cairan dan densitas cairan.

Untuk menetapkan fakta ini, perlu diingat bahwa:


 Berat (W) adalah gaya.
 Berat (W) dan massa (m) adalah sebanding, dengan tetapan perbandingan yang dipercepat
karena adanya gravitasi (g), W = mg.
 Massa cairan sebanding dengan hasil kali volume dan densitas (m = Vd).
 Volume (V) silinder sebanding dengan hasil kali tinggi (h) dengan luas permukaan (A),
jadi V = hA.
F W mg dVg dAhg
P  A  A A  A  A  ghd

Mengukur Tekanan Gas. Pada tahun 1643 Evangelista Torriceli membangun alat seperti
pada Gambar 6-2 untuk mengukur tekanan yang dikeluarkan oleh atmosfer. Alat ini disebut
barometer air raksa.
Gambar 6-2
Pengukuran tekanan atmosfer dengan
barometer air raksa.

Tanda panah menggambarkan tekanan yang


dikeluarkan oleh atmosfer.
(a) Pada tabung yang terbuka ujungnya, batas air
raksa di dalam dan di luar sama.
(b) Pada tabung yang tertutup ujungnya, kolom
air raksa setinggi 760 mm tetap.

Apabila tabung dengan kedua ujungnya terbuka diletakkan tegak lurus pada bejana berisi
air raksa seperti pada Gambar 6-2 (a), maka batas air raksa di dalam dan di luar tabung sama.
Pada gambar 6-2 (b), tabung gelas panjang dengan ujung tertutup satu sisi, diisi dengan
Hg(c). Kemudian, ujung yang terbuka ditutup sementara ketika tabung dibalik dan
dimasukkan ke dalam bejana yang berisi Hg(c), dan ujung dibuka kembali. Posisi air raksa
tidak turun, sama dengan tinggi air raksa di luar tabung seperti pada Gambar 6-2 (a). Batas air
raksa memang turun akan tetapi hanya sampai pada ketinggian tertentu dan tetap pada batas
tersebut. Pasti ada sesuatu yang mempertahankan air raksa berada pada posisi yang lebih
tinggi di dalam tabung dibandingkan dengan posisi air raksa di luar tabung. Beberapa
ilmuwan mencoba menjelaskan fenomena ini berdasarkan gaya dalam tabung. Torricelli
memahami bahwa gaya yang dimaksud ada di luar tabung. Pada tabung yang terbuka kedua
ujungnya seperti pada Gambar 6-2 (a), atmosfer mengeluarkan tekanan yang sama pada
permukaan air raksa baik di luar maupun di dalam tabung, oleh karena itu tinggi permukaan
air raksa sama. Pada tabung dengan salah satu ujung tertutup seperti pada Gambar 6-2 (b),
tidak ada udara di dalam tabung di atas air raksa (hanya sedikit uap air raksa). Atmosfer
mengeluarkan gaya pada permukaan air raksa yang diteruskan melalui cairan dan menahan
air raksa dalam tabung. Kolom air raksa dalam tabung mengeluarkan tekanan ke bawah yang
tergantung pada tinggi dan densitas. Untuk tinggi tertentu, tekanan pada dasar kolom air raksa
sama dengan tekanan atmosfer sehingga kolom air raksa bertahan. Ketinggian air raksa dalam
barometer tidak tetap, akan tetapi bervariasi terhadap keadaan atmosfer dan pada ketinggian
(berkurang sekitar 3% untuk setiap kenaikan ketinggian 900 feet). Atmosfer standar
didefinisikan sebagai tekanan yang dikeluarkan oleh kolom air raksa pada ketinggian
tepat 760 mm dengan kondisi dimana densitas air raksa adalah 13,5951 g/cm3 dan
percepatan karena gravitasi g = 9,80665 m det–2. Pernyataan ini mengaitkan dua satuan
tekanan yang berguna, atmosfer standar (atm) dan milimeter air raksa (mm Hg).
1 atm = 760 mm Hg
Untuk menghormati Torricelli, satuan tekanan torr juga digunakan. Torr dinyatakan sebagai
1/760 atmosfer standar.
760 torr = 1 atm
Jadi, satuan tekanan torr dan mm Hg dapat digunakan dengan arti yang sama.
Air raksa sulit di dapat, harganya relatif mahal, dan merupakan cairan yang bersifat racun.
Mengapa tidak menggunakan cairan lain, misal air, sebagai cairan pada barometer? Untuk
menjawab pertanyaan ini, dapat dilihat dari contoh perhitungan.

Contoh 6-2
Berapa tinggi kolom air (dalam meter) yang mengeluarkan tekanan yang sama dengan
tekanan kolom air raksa setinggi 76 cm (760 mm).

tekanan kolom air raksa = g hHg dHg = g x 76 cm x 13,6


g/cm3 tekanan kolom air = g hH2O dH2O = g x hH2O x 1
g/cm3
g x hH2O x 1 g/cm3 = g x 76 cm x 13,6 g/cm3
13,6
h  cm x  x 103 cm  10,3 m
H2O 76 1,03
1

Di laboratorium, tekanan gas biasanya diukur dengan menggunakan manometer.

Gambar 6-3
Pengukuran tekanan gas dengan manometer yang terbuka ujungnya.

(a) Tekanan gas sama dengan tekanan barometer (Pgas = Pbar).


(b) Tekanan gas lebih besar dari tekanan barometer (Pgas = Pbar + ΔP, ΔP > 0).
(c) Tekanan gas lebih kecil dari tekanan barometer (Pgas = Pbar + ΔP, ΔP < 0).
Gambar 6-3 di atas menggambarkan prinsip manometer dengan ujung terbuka. Selama
tekanan gas yang diukur dan tekanan atmosfer (barometer) sama, tinggi kolom air raksa di
kedua sisi manometer sama. Perbedaan ketinggian pada kedua sisi adalah perbedaan antara
tekanan gas dan tekanan barometer.

Contoh 6-3
Hitung tekanan gas, Pgas, pada manometer Gambar 6-3 (b) kalau tekanan barometer adalah
748,2 mm Hg dan ΔP = 25 mm Hg.

Pgas = Pbar + ΔP = 748,2 mm Hg + 25 mm Hg = 773,2 mm Hg

Contoh 6-4
Hitung tekanan gas, Pgas, kalau manometer Gambar 6-3 (c) diisi dengan gliserol (d = 1,26
g/cm3), Pbar = 762,4 mm Hg, dan ΔP = 8,2 mm.

ΔP yang dinyatakan dengan 8,2 mm gliserol harus diubah menjadi satuan yang sama dengan
air raksa.

h 1,26
 cm x  0,76 mm Hg
Hg
8,2 13,6

Pada perhitungan selanjutnya, ΔP = – 0,76 mm Hg (karena Pgas <


Pbar) Pgas = Pbar + ΔP = 762,4 mm Hg – 0,76 mm Hg = 761,6 mm
Hg

6-3 Hukum-hukum Gas Sederhana

Hukum Boyle. Pada tahun 1662 Robert Boyle menemukan hubungan antara variabel-
variabel gas yang pertama kali. Hukum Boyle mengaitkan tekanan dengan volume. Untuk
sejumlah gas tertentu pada temperatur tetap, volume gas berbanding terbalik dengan
tekanannya.
Gambar 6-4
Hukum Boyle – Hubungan antara
volume dan tekanan gas.

Kalau temperatur dan jumlah gas


dipertahankan tetap, mengalikan tekanan
dua kali menyebabkan volume berkurang
menjadi setengahnya. Semakin tinggi
tekanan semakin sulit mengurangi volume
gas.

Gambar 6-4 di atas membantu untuk memahami pernyataan di atas. Silinder ditutup dengan
ring ’tanpa berat’ yang bebas bergerak. Tekanan gas tergantung pada berat total yang
diletakkan di atas ring. (Berat atau gaya, dibagi dengan luas permukaan, menghasilkan
tekanan gas). Kalau berat di atas ring dijadikan dua kali lipat, maka tekanan akan menjadi
dua kali lipat juga dan volume berkurang menjadi setengahnya. Kalau berat di atas ring
dijadikan tiga kali lipat, maka tekanan akan menjadi tiga kali lipat juga dan volume
berkurang menjadi sepertiganya. Sebaliknya, kalau tekanan dikurangi menjadi
setengahnya, maka volume menjadi dua kali lipat, dan seterusnya.
Hubungan terbalik antara tekanan dan volume adalah
1
P a
V atau P  atau PV  a (dimana a  tetapan) jadi PV  tetap
V
Apabila tanda setara pada persamaan diganti dengan tanda sama (=), maka hasil kali tekanan
dan volume dari sejumlah tertentu gas pada temperatur tetap adalah sebuah tetapan (a).
Grafik hubungan PV = a dapat dilihat pada Gambar 6-4, disebut hiperbola sama sisi (atau
segiempat).
Dengan menggambarkan P vs 1
V
, hiperbola dapat diubah menjadi garis lurus yang memotong

titik asal dan dengan kemiringan sama dengan a.

Contoh 6-5
Suatu tangki yang tidak beraturan bentuknya mau diukur volumenya. Mula-mula tangki
dikosongkan dan dihubungkan dengan silinder yang berisi 50 L gas nitrogen. Tekanan gas
mula-mula dalam silinder adalah 21,5 atm. Setelah dihubungkan dengan tangki dan kran
dibuka, tekanan gas menjadi 1,55 atm. Hitung volume tangki.
Gambar 6-5
Aplikasi Hukum Boyle.

Volume akhir adalah volume silinder (50 L) ditambah


dengan yang dari tangki. Jumlah gas tetap ketika
silinder dihubungkan dengan tangki kosong, akan
tetapi tekanan berkurang dari 21,5 menjadi 1,55 atm.

Dari persamaan PV = tetap, maka dapat diturunkan persamaan bahwa PV awal (PawlVawl)
akan sama dengan PV akhir (PakhVakh).
PawlVawl = a = PakhVakh

Pawl 21,5 atm


Vak  Vawl x  50 L x  694 L
h Pakh 1,55 atm

Volume 694 L ini, yang 50 L adalah volume dari silinder.


Jadi, volume tangki adalah 694 L – 50 L = 644 L.

Hukum Charles. Hubungan antara volume gas dengan temperatur ditemukan oleh fisikawan
Perancis Jacques Charles pada tahun 1787 dan secara terpisah oleh Joseph Gay-Lussac yang
dipublikasikan pada tahun 1802.
Gambar 6-6
Volume gas sebagai fungsi temperatur (Celsius).

Tiga keadaan awal, yaitu


A, 10 cm3 gas pada 1 atm dan 100 C,
B, 40 cm3 gas pada 1 atm dan 200 C,
C, 100 cm3 gas pada 1 atm dan 300
C.
Ketika didinginkan dari titik C (300 C) ke 70 C, volume
gas berkurang dari 100 menjadi 60 cm3. Dan pada
temperatur antara 70 sampai – 100 C, volume gas
berkurang menjadi setengahnya, misal dari 60 menjadi 30
cm3. Volume tampaknya menjadi nol pada – 270 C.

Gambar 6-6 di atas menunjukkan sejumlah tertentu gas dalam silinder. Tekanan
dipertahankan tetap sedangkan temperatur diubah. Volume gas bertambah seiring dengan
kenaikan temperatur dan berkurang seiring dengan turunnya temperatur. Hubungannya
adalah linier (garis lurus). Tiga kemungkinan ditunjukkan dalam gambar. Tampilan umum
dari garis pada gambar adalah titik dimana garis menembus sumbu temperatur. Meskipun
garis-garis itu berbeda pada temperatur lainnya, volume gas untuk tiga garis pada gambar
tampaknya mencapai nilai nol pada suatu temperatur di bawah – 270 °C (tepatnya – 273,15
°C). Temperatur – 273,15 °C terkait dengan volume dari gas hipotetis menjadi nol. Ini adalah
temperatur nol absolut. Kalau sumbu volume digeser ke kiri sebanyak 273,15 °C seperti
terlihat pada gambar, garis lurus sekarang menembus titik asal dari sumbu baru. Titik asal
terkait dengan volume nol hipotetis pada temperatur nol absolut. Efek selanjutnya dari
pergeseran sumbu volume adalah penambahan 273,15 derajat pada setiap harga temperatur.
Hal ini mengarah kepada hubungan berikutnya antara Celsius dan Kelvin atau temperatur
absolut.
T (K) = t (°C) + 273,15

Jadi, hukum Charles dapat dinyatakan sebagai berikut: untuk sejumlah tertentu gas pada
tekanan tetap, volume gas berbanding langsung dengan temperatur Kelvin (absolut).
Secara matematis dapat dituliskan
V
V ~ T atau V = bT (dimana b = tetapan) , jadi = tetap
T
Dari persamaan di atas, dapat dilihat bahwa mengalikan temperatur Kelvin (absolut) dua kali
akan menyebabkan volume menjadi dua kali, dan menurunkan temperatur Kelvin menjadi
setengahnya (misal dari 300 K menjadi 150 K) akan menyebabkan volume berkurang
menjadi
setengahnya, dan seterusnya. Tidak sulit melihat bahwa temperatur yang digunakan pada
persamaan di atas harus dalam skala absolut (Kelvin). Karena menaikkan temperatur gas dari
1 °C menjadi 2 °C atau dari 1 °F menjadi 2 °F, dimana temperatur menjadi dua kali lipat,
tidak akan menyebabkan volume menjadi dua kali lipat.

Contoh 6-6
Suatu balon diisi dengan udara pada ruang yang hangat (24 °C) sehingga volumenya 2,5 L.
Balon kemudian dibawa ke luar pada temperatur yang sangat dingin (– 30 °C). Diasumsikan
jumlah udara dalam balon dan tekanannya tetap, berapa volume dari balon tersebut.

Karena temperatur akhir lebih rendah dari pada temperatur awal, maka volume juga akan
lebih kecil dari pada volume awal, 2,5 L. Tuliskan persamaan seperti di atas dua kali, satu
untuk keadaan awal (awl) dan satu lagi untuk keadaan akhir (akh).
Vawl = b x Tawl atau b = Vawl/Tawl
Vakh = b x Takh atau b = Vakh/Takh
Nyatakan kedua persamaan dengan tetapan b.
Vawl
Vakh
Tawl  b  T
akh

Selesaikan persamaan untuk Vakh di atas, akan tetapi ingat bahwa perubahan temperatur ke
skala Kelvin, 24 °C menjadi 24 + 273 = 297 K, dan – 30 °C menjadi – 30 + 273 = 243 K.

Vak Takh 243 K


h  Vawl x  2,5 L x  2,05 L
Tawl 297 K

Seperti telah diduga, volume akhir lebih kecil dibandingkan dengan volume awal.

Temperatur dan Tekanan Standar. Karena sifat gas tergantung pada temperatur dan
tekanan, maka akan bermanfaat kalau bekerja pada temperatur dan tekanan tertentu.
Temperatur standar untuk gas ditetapkan 0 °C = 273,15 K, dan tekanan standar ditetapkan 1
atm = 760 mm Hg. Keadaan standar disingkat STP.

Hukum Avogadro. Pada tahun 1811 Amadeo Avogadro membuat hipotesis yang disebut
hipotesis ‘sama jumlah – sama volume’, sebagai dasar dari hukum gas sederhana yang ketiga.
1. Volume yang sama dari gas yang berbeda pada temperatur dan tekanan yang sama
mengandung jumlah molekul yang sama.
2. Jumlah molekul yang sama dari gas yang berbeda dibandingkan pada temperatur dan
tekanan yang sama menempati volume yang sama.

Arti dari kedua pernyataan di atas, yang dikenal sebagai Hukum Avogadro, adalah pada
temperatur dan tekanan tetap, volume gas sebanding dengan jumlah gas (misal jumlah
molekul atau jumlah mol gas, n).

Kalau jumlah mol gas dikalikan dua, volume menjadi dua kali, dan seterusnya. Tentu saja
karena jumlah mol gas dan massanya adalah sebanding, maka mengalikan massa gas dua kali
juga akan membuat volume gas menjadi dua kali juga. Pernyataan matematis menjadi,
V ~ n dan V = cn (dimana c = tetapan)
Pada STP jumlah molekul yang ada dalam 22,414 L gas adalah 6,02 x 10 23 atau 1 mol. Kalau
tiga angka berarti dibulatkan, volume molar gas dapat dinyatakan melalui hubungan
1 mol gas = 22,4 L gas (pada STP)

Contoh 6-7
Berapa gram massa dari 1 L gas siklopropan (C3H6) diukur pada STP? Mr C3H6 = 42

Volume pada STP dapat diubah langsung menjadi jumlah mol gas. Kemudian perubahan mol
gas menjadi gram gas memerlukan massa molar.

gCH
 1 L x 1 mol C3H6 x 42 g C3H6  1,88 g C H
3 6 36
22,4 L C3H6 1 mol C3H6

6-4 Persamaan Gas Ideal

Hukum-hukum gas sederhana menghubungkan volume dengan tekanan, temperatur, dan


jumlah gas seperti dinyatakan di bawah ini.
1
Hukum Boyle : V~
P (n dan T tetap)
Hukum Charles : V~T (n dan P tetap)
Hukum Avogadro : V~n (P dan T tetap)
Kalau keempat variabel dipertimbangkan secara bersamaan, maka masuk akal kalau volume
gas berbanding lurus dengan jumlah gas dan temperatur dan berbanding terbalik dengan
tekanan. Jadi,
nRT
nT dan V  atau PV  nRT
V P P
Bab ini tidak akan membahas tentang pembuktian persamaan di atas, telah dibuktikan melalui
percobaan bahwa gas apa saja yang mengikuti tiga hukum gas sederhana akan mengikuti
persamaan PV = nRT. Gas ini disebut gas ideal (gas sempurna), dan persamaannya disebut
persamaan gas ideal. Sebelum persamaan gas ideal dapat digunakan, terlebih dahulu harus
diketahui harga R, yang disebut tetapan gas ideal. Salah satu cara yang sederhana untuk
memperoleh harga R adalah dengan memasukkan volume molar ke dalam persamaan pada
STP, yaitu 22,414 L.
L
PV 1 atm x 22,414  0,082057 L atm
R 
nT 1 mol x 273,15 mol K

Harga R di atas akan banyak dipakai pada Bab ini, meskipun demikian ada satuan lain untuk
R. Harga R biasanya dibulatkan menjadi 0,08206 atau 0,0821, dan satuannya adalah L atm
mol–1 K–1. Dalam menggunakan persamaan gas ideal, perhatikan bahwa ada lima faktor
dalam persamaan, P, V, n, R, dan T. Tetapan gas R diketahui, dan kalau tiga dari empat
faktor diketahui, maka faktor keempat dapat dicari.

Contoh 6-8
Hitung volume dari 13,7 g Cl2(g) pada 45 C dan 745 mm Hg. Mr Cl2 = 71

Semua satuan harus diubah sesuai dengan satuan dari R, maka:


1 atm
P mm Hg x  0,98 atm
745 760 mm x Hg

1 mol Cl2
n Cl2 x  0,193 mol Cl2
13,7 71 g Cl2
R = 0,08206 L atm mol–1 K–1
T = 45 °C + 273 = 318 K

PV  nRT 1 1 K
V nRT 0,193 mol x 0,08206 L atm mol K x 318  5,14 L
 
P 0,98 atm

Contoh 6-9
Berapa buah molekul N2 yang masih ada dalam sistem dengan volume 128 mL bila tekanan
diturunkan menjadi 5 x 10–10 mm Hg pada 25 °C. N = tetapan Avogadro = 6,02 x 10 23
partikel/mol.

P 5 1 atm
mm Hg x  7 x 1013 atm
x 1010
760 mm Hg
1L
V mL x  0,128 L
128 1000 mL

R = 0,08206 L atm mol–1 K–1


T = 25 °C + 273 = 298 K
PV 7 x 10-13 atm x 0,128 L
PV  nRT  n   4
x 10-15 mol
RT 0,08206 L atm mol1 K1 x 298 K

6,02 x 1023 molekul N 2


jumlah molekul N  4 x 1015 mol N x  2 x 1019 molekul N
2 2 2
1 mol N 2

Hukum Gas Umum. Selama ini hanya digunakan satu set kondisi (P, V, n, dan T), kemudian
digunakan persamaan gas ideal satu kali. Kadang-kadang gas dinyatakan dalam dua set
kondisi yang berbeda. Disini digunakan persamaan gas ideal dua kali, yaitu awal (1) dan
akhir (2).
Kondisi awal (1) Kondisi akhir (2)
P1V1 = n1RT1 P2V2 = n2R2T2

P1V1
n1T1  R P2 V2
n 2T2  R
Karena masing-masing persamaan mempunyai tetapan R yang sama, maka dapat dituliskan,
P1V1 P2V2

 persamaan ini kadang  kadang disebut persamaan gas umum
n1T1 n2T2
Contoh 6-10
Berapa tekanan 1 L gas O2 pada STP bila temperatur dinaikkan menjadi 100 °C pada volume
dan jumlah mol tetap.

Pada STP artinya temperatur 273 K dan tekanan 1 atm. Disini ada dua set kondisi gas, yang
pertama pada STP dan yang kedua pada 1 L dan 100 °C. Disebutkan bahwa volume dan
jumlah mol gas tetap, jadi kedua faktor tersebut dapat dihilangkan dari persamaan.

P1V1 P2V2 P1 P2 T2 273) K 373 K


   dan P  P  1 atm x (100  1 atm x  1,37 atm

nT n T T T 2 1 273 K 273 K
1 1 2 2 1 2 T1

6-5 Penentuan Berat Molekul

Persamaan gas ideal memberikan pendekatan langsung untuk menetapkan berat molekul
dibandingkan dengan metoda Cannizzaro. Untuk keperluan menghitung berat molekul, akan
membantu kalau persamaan sedikit diubah. Jumlah mol gas biasanya dinyatakan sebagai n,
yang juga sebanding dengan massa gas, m, dibagi dengan massa molar, M, dengan satuan
g/mol. Berat molekul sebanding dengan massa molar.

mRT
PV  M

Penentuan berat molekul gas dengan persamaan ini memerlukan pengukuran volume (V)
yang ditempati oleh gas dengan massa m dan pada temperatur (T) dan tekanan (P) tertentu.
Bentuk persamaan gas ideal tidak hanya untuk menentukan berat molekul. Dapat juga
digunakan dimana jumlah gas diberikan dalam gram bukan mol.

Contoh 6-11
1,27 gram contoh gas nitrogen oksida menempati volume 1,07 liter pada 25 °C dan tekanan
737 mm Hg. Gas tersebut NO atau N2O.

Gas NO mempunyai berat molekul 30 sedangkan gas N2O mempunyai berat molekul 44. Jadi
dengan menghitung berat molekul gas dapat ditentukan rumus molekul gas tersebut.
1 atm
P  737 mm Hg x  0,97 atm
760 mm Hg
V = 1,07 L
m = 1,27 g
R = 0,08206 L atm mol–1 K–1
T = 25 °C + 273 = 298 K

PV  1 1 K
mRT mRT 1,27 g x 0,08206 L atm mol K x 298  29,9  30
M
M PV  0,97 atm x 1,07 L

Jadi molekul gas tersebut adalah NO

Latihan 6-1
Sebuah tabung gelas mempunyai berat 40,13 g saat kosong dan kering, dan 138,24 g kalau
diisi dengan air pada 25°C. (densitas air = 0,99 g/cm3), dan 40,29 g kalau diisi dengan gas
propilen pada tekanan 140,4 mm Hg dan temperatur 24 °C. Hitung berat molekul propilen.

6-6 Densitas Gas

Untuk mencari massa molar telah digunakan persamaan

mRT
PV  M

Penulisan dapat disusun berbeda seperti berikut


m MP
d  V  RT

m/V adalah massa gas dibagi dengan volumenya, dan ini adalah densitas gas (d). Densitas
gas berbeda dengan densitas padatan dan cairan sebagai berikut
1. Densitas gas dinyatakan dalam gram/L, bukan g/cm3.
2. Densitas gas sangat tergantung pada tekanan dan temperatur, densitas gas bertambah
dengan meningkatnya tekanan, dan berkurang dengan meningkatnya temperatur (lihat
persamaan di atas). Densitas padatan dan cairan juga tergantung pada temperatur, akan
tetapi hanya sedikit bergantung pada tekanan.
3. Densitas gas berbanding langsung dengan massa molar.
Densitas gas pada STP dapat dengan mudah dihitung dengan membagi massa molarnya
dengan volume molar (22,414 L/mol). Misal untuk O2(g) pada STP, densitas adalah 32
g/22,4 L = 1,43 g/L.

Contoh 6-12
Hitung densitas gas oksigen (O2) pada 298 K dan 0,987 atm.

m MP
32 g mol1 x 0,987 atm
d    g/L
V RT 0,08206 L atm mol1 K1 x 298 1,29
K

6-7 Gas Dalam Reaksi Kimia

Sekarang ada cara baru untuk menghitung reaktan dan/atau produk dalam bentuk gas pada
reaksi kimia, yaitu persamaan gas. Secara spesifik, informasi tentang gas tidak hanya dalam
gram dan mol, akan tetapi juga dalam volume, temperatur, dan tekanan. Pada beberapa kasus,
pendekatan terbaik untuk menyelesaikan stoikiometri yang melibatkan gas adalah dengan
menggunakan:
a. Faktor/koefisien stoikiometri untuk mengaitkan mol gas dengan mol reaktan/produk
lainnya.
b. Persamaan gas ideal atau persamaan gas sederhana untuk mengaitkan jumlah mol gas
dengan volume, temperatur, dan tekanan.

Contoh 6-13
Berapa liter gas N2 dihasilkan pada penguraian 125 gram NaN3 pada tekanan 735 mm Hg dan
temperatur 26 °C? Mr NaN3 = 65
2 NaN3(p)  2 Na(c) + 3 N2(g)

x mol NaN3 3 mol N2


mol N2  125 g NaN3 x 1
 2,88 mol N2
65 g NaN3 x 2 mol NaN3

P  735 mm Hg x 1 atm  0,967 atm


760 mm Hg
n = 2,88 mol
R = 0,08206 L atm mol–1 K–1
T = 26 °C + 273 = 299 K

nRT 1 1 K
V 2,88 mol x 0,08206 L atm mol K x 299  73,1 L
P  0,967 atm

Latihan 6-2
Berapa liter gas CO2 dihasilkan dari pembakaran 1 gram C8H18(c) pada tekanan 745 mm Hg
dan temperatur 22 °C?
2 C8H18(c) + 25 O2(g)  16 CO2(g) + 18 H2O(c)

Anda mungkin juga menyukai