Anda di halaman 1dari 8

JURNAL BUANA

JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL – UNP


E-ISSN : 2615 – 2630 VOL- 4 NO- 5 2020

KONDISI EKSISTING ALIRAN SUNGAI CIBARUKRUK, CITARUM DAN


CIBOGO DAN MENGHITUNG DEBIT SUNGAI DENGAN TEKNIK
MENGUNAKAN CURRENT METER

Abellia Fanny Aldeta1, Abdul Hadi Putra1, Aditya Herfianda1, Adytia Saputra1,
Apriadi Agussalim1, Nurfadilah1, Nurul Rahmadilla Edgar1, Randu Prayoga Putra1,
Sintia Franzela1, Tasa Anike1, WidyaPrarikeslan2, Aprizon Putra2
1
MahasiswaJurusan Geografi, FakultasIlmu Sosial, UniversitasNegeri Padang
2
Dosen Jurusan Geografi, FakultasIlmu Sosial, UniversitasNegeri Padang

aabelliafanny@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan pada tiga lokasi yaitu Sungai Cibarukruk, Sungai Citarum dan
Sungai Cibogo. Berdasarkan latar belakang penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kondisi geologi batuan penyusun lokasi yang disurvey, profile sungai dan teknik
menghitung debit sungai menggunakan current meter. Dengan menggunakan metode
perhitungan debit aliran sungai. Tetapi ketika penulis melakukan survey lapangan, daerah
yang di survey sedang musim kemarau sehingga ketiga sungai tersebut tidak dapat
dihitung debit sungainya. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa Sungai Cibarukruk
memiliki morfologi berbentuk penampang U yang terletak pada daerah Aluvial, yang
memiliki batuan penyusun tanah dan batuan sedimen yang menjadi batuan penyusun rata-
rata pada daerah sungai. Sungai ini memiliki panjang A-B yaitu 10 cm, dan lebar A yaitu
4 m serta lebar B yaitu 6 m. Sungai Citarum terletak di Cisanti yang berada di kaki
Gunung Wayang Windu. Cisanti merupakan salah satu hulu sungai Citarum Kilometer 0
(nol). Citarum merupakan sungai buatan yang memiliki batuan penyusun hanya tanah.
Sungai Cibogo juga berada di daerah Aluvial yang memiliki batuan penyusun berupa
batuan sedimen yang terdiri dari batu lempung dan pasir. Panjang sungai ini yaitu 9,8
meter dan lebar 6,2 meter. Sungai ini memiliki morfologi yang sama dengan sungai
Cibarukruk yaitu memiliki penampang yang berbetuk huruf U.
Kata kunci: Kondisi Eksisting Aliran Sungai; Debit Sungai; Current Meter.

ABSTRACT
This research was conducted at three locations, Cibarukruk River, Citarum River and
Cibogo River. Based on the background of this study aims to determine the geological
conditions of the constituent rock at location surveyed, the river profile and river flow
calculation techniques using current meters. By using the river flowrate calculation
method. But when the authors conducted a field survey, the area surveyed was in the
dry season so the three rivers could not be counted for river discharge. From this study,
it was found that the Cibarukruk River has a U-shaped morphology located in the
Alluvial region, which has soil constituent rocks and sedimentary rocks which form the
average constituent rocks in the river area. This river has a length of A-B which is 10
cm, and width A is 4 m and width B is 6 m. Citarum River is located in Cisanti which is
at the foot of Wayang Windu Mountain. Cisanti is one of upstream Citarum 0
Kilometers river. Citarum is an artificial river that has only soil constituent rocks. The
Cibogo River is also in the Alluvial area which has a constituent rock in the form of
sedimentary rock consisting of clay and sand. The length of this river is 9.8 meters and
6.2 meters wide. This river has the same morphology as the Cibarukruk river which has
a cross-section in the shape of the letter U.
Keywords : The Existing River Flow Conditions; River Discharge; Current Meter.
965

Pendahuluan yang tepat. Perhitungan kecepatan aliran


Provinsi Jawa Barat terletak diantara dapat dilakukan dengan menggunakan alat
5º50’-7º50’LS Lintang Selatan dan 104º8’- current meter.
108º41' Bujur Timur yang pada sebelah Metode Penelitian
baratnya berbatasan dengan Selat Sunda, a. Teknik
sebelah utaranya dengan Laut Jawa dan Untuk pengukuran debit aliran
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sebelah sungai dapat menggunakan metode
timurnya berbatasan dengan Propinsi Jawa current meter. Teori yang mendasari
Tengah dan sebelah selatannya dibatasi oleh pengukuran debit adalah teori yang
Samudera Indonesia. Provinsi Jawa Barat dikemukakan oleh Darcy, yaitu volume
memiliki kondisi alam dengan struktur air didapatkan dari hasil kali antara
geologi yang kompleks dengan wilayah kecepatan aliran dengan luas
pegunungan berada di bagian tengah dan penampang yang dialiri.
selatan serta dataran rendah di wilayah utara.
Provinsi ini memiliki kawasan hutan dengan Q = v. A
fungsi hutan konservasi, hutan lindung dan Dimana: Q = debit aliran
hutan produksi yang proporsinya mencapai v = kecepatan aliran
22,10% dari luas Jawa Barat. Pada provinsi A = luas penampang
ini curah hujan berkisar antara 2000-4000 Pada umumnya pengukuran debit
mm/th dengan tingkat intensitas hujan tinggi. dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
Provinsi Jawa Barat memiliki lebih dari 40 sebagai berikut.
Daerah Aliran Sungai (DAS). 1. Pengukuran Debit Secara
Langsung
Dengan keadaan Provinsi Jawa Barat
a) Volumetric Method
yang memiliki banyak Daerah Aliran Sungai
Dilakukan pada sungai
(DAS) sehingga dalam pengelolaan sumber
kecil, memakai bejana yang
daya airnya teruntuk perencanaan bangunan
sudah diketahui volumenya
air atau bangunan irigasi diperlukan suatu
kemudian mengukur waktu
informasi yang berguna untuk menunjukan
yang diperlukan air untuk
jumlah air yang akan masuk ke bangunan
memenuhi bejana.
tersebut dalam satuan waktu yang dikenal
Rumus : Q = V/t
sebagai debit aliran air. Informasi mengenai
besarnya debit aliran air dapat membantu
Dimana: Q = debit aliran
dalam merancang bangunan dengan
V = volume
memperhatikan besarnya debit puncak
bejana
(banjir) yang diperlukan untuk perencanaan
T = waktu
bangunan pengendalian banjir dan juga
b) Ambang/Pintu Ukur
dilihat dari data debit minimum yang
2. Pengukuran Debit Secara Tidak
diperlukan untuk pemanfaatan air terutama
Langsung
pada musim kemarau. Sehingga dalam
a) Velocity Head Rod
perencanaan bangunan irigasi maupun
saluran irigasi, perlu diketahui berapa besar Alat ukur ini terdiri dari
batang/papan berskala,
debit aliran air. Untuk penentuan debit aliran
air dibutuhkan perhitungan kecepatan aliran

Jurnal Buana – Volume-4 No-5 2020 E-ISSN : 2615-2630


966

dilengkapi dengan pemberat b. Alat


yang dapat diputar. 1. Pengukuran Metode Current
Rumus: Meter
V = 2.g.h
Prinsip kerja dari alat current
Dimana : V = kecepatan meteradalah mengukur besar
rata-rata aliran kecepatan arus berdasar jumlah
g = percepatan putara kipas pada alat.
gravitasi
V=a+b.N
h = selisih
tinggi air Dimana: v = kecepatan aliran
akibat a, b = konstanta
pemutaran N = jumlah putaran
batang/papan kipas
sebesar 90° Selain itu parameter luas
b) Trupp’s Ripple Meter penampang sungai (A) juga
Alat jenis ini terdiri dari digunakan untuk menghitung
rangkaian papan ukur dan debit, dimana.
batang kayu. Kecepatan
Q = v. A
aliran dapat ditentukan
dengan: Sedangkan untuk mencari
nilai N adalah
V = C+X.L
N = jumlah putaran
Dimana : v = kecepatan waktu
rata-rata aliran
C = konstanta 2. Pengukuran Metode Float
X = nilai yang Pengukuran dengan cara ini
tergantung pada hanya untuk menaksir secara
lebar papan ukur kasar, karena hanya meliputi
(w) kecepatan aliran di permukaan.
L = Luas Rumus:
c) Pitot Meter v = s/t
Metode ini tidak berbeda Dimana: v = kecepatan rata
jauh dengan metode Velocity rata aliran
head rod. Terdiri dari pipa s = jarak
bengkong yang dimasukkan t = waktu
kedalam aliran. Hasil dan Pembahasan:
a. Kondisi Geologi Batuan Penyusun
V = 2.g.h
Pulau Jawa terletak di bagian selatan
d) V Nocth dari Paparan Sunda dan terbentuk dari
Alat terdiri dari papan batuan yang berasosiasi dengan suatu
yang salah satu sisinya aktif margin dari lempeng yang
membentuk huruf V dan konvergen. Pulau tersebut terdiri dari
disertai alat ukur berskala. komplek busur pluton-vulkanik,

Jurnal Buana – Volume-4 No-5 2020 E-ISSN : 2615-2630


967

accretionary prism, zona subduksi, dan Aluvial, yang memiliki batuan


batuan sedimen. penyusun tanah dan batuan
Pada Zaman Kapur, Paparan Sunda sedimen yang menjadi batuan
yang merupakan bagian tenggara dari penyusun rata-rata pada daerah
Lempeng Eurasia mengalami sungai. Sungai ini memiliki
konvergensi dengan Lempeng Pasifik. panjang A-B yaitu 10 cm, dan
Kedua lempeng ini saling bertumbukan lebar A yaitu 4 m serta lebar B
yang mengakibatkan Lempeng yaitu 6 m. Namun pada saat
Samudra menunjam di bawah Lempeng penelitian, ketika kami ke
Benua. Zona tumbukan (subduction lapangan kami mengalami
zone) membentuk suatu sistem palung kesulitan yaitu sungai tersebut
busur yang aktif (arc trench system). mengalami kekeringan sehingga
Di dalam palung ini terakumulasi kami tidak bisa melakukan
berbagai jenis batuan yang terdiri atas penelitian untuk menghitung
batuan sedimen laut dalam (pelagic debit sungai menggunakan
sediment), batuan metamorfik (batuan current meter.
ubahan), dan batuan beku berkomposisi
basa hingga ultra basa (ofiolit).
Percampuran berbagai jenis batuan di
dalam palung ini dikenal sebagai
batuan bancuh (batuan campur-aduk)
atau batuan melange. Singkapan batuan
melange dari paleosubduksi ini dapat Gambar 1 : Sungai Cibarukruk
dilihat di Ciletuh (Sukabumi, Jawa 2. Citarum
Barat), Karangsambung (Kebumen, Citarum terletak di Cisanti
Jawa Tengah), dan Pegunungan Jiwo di yang berada di kaki gunung
Bayat (Yogyakarta). Batuan tersebut wayang windu. Mata air keluar
berumur Kapur dan merupakan salah dari pertemuan kedua gunung ini
satu batuan tertua di Jawa yang dapat lalu membentuk telaga. Cisanti
diamati secara langsung karena merupakan salah satu hulu sungai
tersingkap di permukaan. Citarum Kilometer 0 (nol).
b. Profile Sungai Citarum merupakan sungai
Dari pengamatan yang kami buatan yang memiliki batuan
lakukan, kami menemukan bahwa penyusun hanya tanah.
ketiga sungai tersebut memiliki ciri
morfologi dan batuan penyusun yang
hampir sama. Yang dapat dijabarkan
sebagai berikut.
1. Cibarukruk
Sungai ini terletak di Desa
Cibarukruk. Sungai ini memiliki Gambar 2: Sungai Citarum
morfologi berbentuk penampang 3. Cibogo
U. Sungai ini terletak di daerah

Jurnal Buana – Volume-4 No-5 2020 E-ISSN : 2615-2630


968

Sungai ini terletak di kawasan yang digunakan adalah kaitan antara


pandalarang. Sungai ini juga kecepatan aliran dengan kecepatan
berada di daerah Aluvial yang putar baling-baling current meter.
memiliki batuan penyusun berupa 1. Pengukuran Sungai Secara
batuan sedimen yang terdiri dari Merawas
batu lempung dan pasir. Panjang Pengukuran debit dengan cara
sungai ini yaitu 9,8 meter dan merawas adalah petugas
lebar 6,2 meter. Sungai ini pengukurn langsung masuk ke
memiliki morfologi yang sama dalam badan air. Petugas
dengan sungai Cibarukruk yaitu pengukur minimal terdiri dari 2
memiliki penampang yang orang, 1 orang petugas
berbetuk huruf U. Namun pada mengoperasikan peralatan dan 1
saat kami melakukan pengamatan orang petugas mencatat data
di Cibogo, sungai tersebut kering pengukuran. Dalam
karena terjadi kekeringan pada pelaksanaanya perlu
daerah tersebut sehingga kami memperhatikan hal-hal sebagai
tidak dapat menghitung debit berikut:
sungai menggunakan current a) Dilakukan pada lokasi
meter. sebatas pengukuran mampu
merawas, yang tidak
membahayakan pengukur
dan alat.
b) Posisi berdiri pengukur harus
berada di hilir alat ukur arus
dan tidak boleh
Gambar 3 : Sungai Cibogo menyebabkan berubahnya
c. Teknik Penggunaan Alat Current garis aliran pada jalur
Meter vertikal yang diukur.
Current meter atau dikenal juga c) Celupkan tongkat penduga
dengan alat ukur arus, biasanya tegak lurus hingga rotor
digunakan untuk mengukur aliran pada tercelup sepenuhnya.
air rendah. Alat ini merupakan alat d) Hindari berdiri dalam air
pengukur kecepatan yang paling apabila akan mengakibatkan
banyak digunakan karena memberikan penyempitan penampang
ketelitian yang cukup tinggi. Tetapi melintang.
ketika kami melakukan survey Konstruksi alat
lapangan, daerah yang kami survey a) Sambungkan tongkat dengan
sedang musim kemarau sehingga monitor/display.
sungai yang akan kami tidak dapat b) Sambungkan rotor dengan
menghitung debit sungai pada sungai tongkat.
tersebut. Kecepatan aliran yang diukur c) Nyalakan monitor, cek
adalah kecepatan aliran titik dalam satu apakah kecepatan aliran
penampang aliran tertentu. Prinsip dapat terbaca.

Jurnal Buana – Volume-4 No-5 2020 E-ISSN : 2615-2630


969

d) Jagalah kebersihan alat c) Nyalakan monitor,cek


setelah penggunaan dan apakah kecepatan aliran
kalibrasi kembali dapat terbaca.
menggunakan aqudes/Ametis d) Jagalah kebersihan alat
yang pH netral. setelah penggunaan.
2. Pengukuran Arus Dari Sisi Simpulan
Jembatan Dari pengamatan yang dilakukan
Pengukuran debit dari sisi selama dilapangan didapatkan kesimpulan
jembatan adalah pengukuran sebagai berikut.
dilakukan dari sisi jembatan hilir
aliran dan sebaiknya jembatan a. Sungai Cibarukruk terletak di Desa
yang digunakan tidak terdapat Cibarukruk. Sungai ini memiliki
pilar. Pengukuran dilakukan morfologi berbentuk penampang U.
dengan mencelupkan alat ke Sungai ini terletak di daerah Aluvial,
sungai. yang memiliki batuan penyusun tanah
Konstruksi alat : dan batuan sedimen yang menjadi
a) Sambungkan kabel dengan batuan penyusun rata-rata pada daerah
monitor/ display. sungai. Sungai ini memiliki panjang A-
b) Sambungkan rotor denga B yaitu 10 cm, dan lebar A yaitu 4 m
kabel. serta lebar B yaitu 6 m.
c) Nyalakan monitor, cek b. Hulu Citarum terletak di Cisanti yang
apakah kecepatan aliran berada di kaki gunung wayang windu.
dapat terbaca. Mata air keluar dari pertemuan kedua
d) Jagalah kebersihan alat gunung ini lalu membentuk telaga.
setelah penggunaan. Cisanti merupakan salah satu hulu
sungai Citarum Kilometer 0 (nol).
3. Pengukuran Arus Pada Parit dan Citarum merupakan sungai buatan yang
Angin memiliki batuan penyusun hanya tanah.
Khusus untuk bagian ini hanya c. Sungai Cibogo juga berada di daerah
dpaat dilakukan pada parit yang Aluvial yang memiliki batuan
berukuran kecil dengan aliran penyusun berupa batuan sedimen yang
yang lemah. Selain itu, dapat juga terdiri dari batu lempung dan pasir.
digunakan untuk mengukur Panjang sungai ini yaitu 9,8 meter dan
kecepatan angin. lebar 6,2 meter. Sungai ini memiliki
a) Sambungkan tongkat dengan morfologi yang sama dengan sungai
monitor/display. Cibarukruk yaitu memiliki penampang
b) Sambungkan rotor dengan yang berbetuk huruf U.
tongkat.

Jurnal Buana – Volume-4 No-5 2020 E-ISSN : 2615-2630


970

Gambar 4 : Peta Lokasi Sungai Cibarukruk

Gambar 5: Peta Lokasi Sungai Citarum

Jurnal Buana – Volume-4 No-5 2020 E-ISSN : 2615-2630


971

Gambar 6: Peta Lokasi Sungai Cibogo

Daftar Rujukan:

Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia, Volume I A. The Hague Martinus
Nijhoff, Netherland, 732 h.
Brahmantyo, Budi., 2005, Geologi Cekungan Bandung, Departemen Teknik Geologi ITB.
Tangkudung, H., 2011, Pengkuruan Kecepatan Aliran Dengan Menggunakan Pelampung Dan
Current Meter,TEKNO, 9(55).

Jurnal Buana – Volume-4 No-5 2020 E-ISSN : 2615-2630

Anda mungkin juga menyukai