Anda di halaman 1dari 16

Nama Nizar Indrawan P

NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3

BAB IV
LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)
A. PRE-LAB
1. Apakah yang dimaksud dengan larutan penyangga?
Larutan penyangga atau sering disebut larutan buffer adalah larutan yang dapat
mempertahankan pH pada kisarannya apabila terdapat upaya untuk menaikkan atau
menurunkan pH, melalui penambahan air/asam/basa dalam jumlah yang besar. Larutan
penyangga memiliki dua komponen yaitu asam dan basa. Asam akan berperan jika ada
upaya untuk menaikan pH, sedangkan basa akan berperan jika terdapat upaya untuk
menurunkan pH. Asam dan basa disini merupakan pasangan asam dan basa konjugasi
(Partana, 2009).

2. Jelaskan prinsip kerja larutan penyangga!


Larutan penyangga asam dalam mempertahankan pH adalah setiap penambahan H+
akan dinetralkan oleh basa konjugasi, setiap penambahan OH- akan dinetralkan oleh
asam lemah, dan setiap pengenceran denga H2Omaka memperbesar jumlah ion H+ dan
basa kojugasi daro ionisasi asam lemah namun penambahan konsentrasi H+ menjadi
tidak berarti karena volume larutan juga bertambah.Larutan penyangga basa adalah
mempertahankan adalah setiap penambahan H+ akan dinetralkan oleh oleh basa lemah,
setiap penambahan OH- akan dinetralkan oleh asam konjugasi, dan setiap pengenceran
dengan H2O akan memperbesar jumlah ion OH- menjadi tidak berarti karena volume
larutan juga bertambah (Sutresna, 2007).

3. Sebutkan 3 jenis larutan penyangga!


1. Larutan penyangga (buffer) yang kapasitasnya 0.
2. Larutan penyangga (buffer) yang kapasitasnya tak hingga.
3. Larutan penyangga (buffer) yang kapasitasnya dibatasi sebanyak n
(Oxtoby,2007)
Nama Nizar Indrawan P
NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3

B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian dan Prinsip larutan buffer
Berdasarkan Teori Asam-Basa Arrhenius, larutan yang mengandung
campuran asam lemah dan garam yang anionnya senama dengan asam lemah
tersebut akan membentuk larutan penyangga. Demikian juga jika larutan
mengandung campuran basa lemah dan garam yang kationnya senama dengan
basa lemah akan membentuk larutan penyangga. Berdasarkan Teori Asam-Basa
Bronsted-Lowry, larutan yang mengandung campuran dari pasangan asam lemah
dan basa konjugasi atau basa lemah dan asam konjugasinya akan membentuk
larutan penyangga. Prinsip larutan penyangga berdasarkan teori asam basa
Arrhenius terbatas hanya untuk campuran asam lemah dan garamnya atau basa
lemah dan garamnya, sedangkan prinsip berdasarkan Bronsted-Lowry lebih umum,
selain asam lemah dan garamnya, juga mencakup campuran garam dan garam
(Sunarya, 2010).

2. Rumus perhitungan pH buffer asam dan basa


Rumus pH buffer asam :

.
[H+] =
.

Keterangan :

Ka : tetapan disosiasi asam


Na : mol asam (mol)
n : jumlah kation asam
ng : mol garam (mol) (Chang, 2010).

Rumus pH buffer basa :

.
[OH] = .

Keterangan :

Kb : tetapan disosiasi basa


nb : mol basa (mol)
n : jumlah anion basa
ng : mol garam (mol) (Chang, 2010).

3. Jenis buffer
- Buffer Salmiak
Nama Nizar Indrawan P
NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3

Buffer salmiak adalah larutan buffer yang terbentuk dari basa lemah dan asam kuat
dan menghasilkan larutan buffer basa lemah dan garamnya. Contoh dari buffer
salmiak sendiri adalah pencampuran NH4Cl (garam) dengan NH4OH (basa). Untuk
reaksi nya adalah sebagai berikut :
HCl + NHOH NHCl + HO
kuat lemah buffer yang bersifat basa + air (Sutresna, 2008).

- Buffer Asetat
Buffer asetat adalah larutan buffer yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat
dan menghasilkan larutan buffer asam lemah dan garamnya. Contoh dari buffer
asetat sendiri adalah pencampuran asam asetat (CH3COOH) ke dalam larutan
garamnya (CH3COONa). Untuk reaksinya sendiri adalah sebagai berikut:
CHCOOH + NaOH CHCOONa + HO
Asam lemah basa kuat buffer yang bersifat asam + air (Sutresna,
2008).

C. TINJAUAN BAHAN
1. HCl
Nama Nizar Indrawan P
NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3

HCl termasuk dalam golongan asam kuat jadi memiliki ph yang sangat kecil. Jenis asam ini
juga memiliki sifat berbahaya yaitu corrosive (korosif). HCl merupakan larutan elektrolit
kuat. Dalam percobaan larutan penyangga, HCl berfungsi sebagai asam kuat yang akan
direaksikan dengan basa lemah dan akan membentuk garam yang bersifat basa. Bentuk HCl
adalah larutan (aq) (Tjay, 2007).

2.NaOH
Natrium Hidroksida, atau yang dikenal juga sebagai soda api atau soda gosok berwarna putih,
kuat dan padatannya mudah mencair di dalam air, alkohol, etanol dan gliserol. NaOH
termasuk dalam golongan basa kuat sehingga memiliki ph yang tinggi. Bersifat korosif pada
logam. NaOH merupakan larutan elektrolit kuat. Dalam percobaan larutan penyangga, NaOH
berfungsi sebagai basa kuat yang akan direaksikan dengan asam lemah dan akan membentuk
garam yang bersifat asam. Bentuk NaOH adalah padatan (pada umumnya) (Tjay, 2007).

3. NaCl
NaCl ataupun Natrium Klorida memiliki sifat ph netral sehingga memiliki ph bernilai 7. NaCl
merupakan garam yang dihasilkan dari reaksi asam kuat HCl dengan basa kuat NaOH. NaCl
berbentuk padatan. NaCl digunakan sebagai penyedap rasa pada makanan (garam dapur)
(Neal, 2009).

4. CHCOONa
CHCOONa merupakan garam yang dihasilkan dari reaksi basa kuat NaOH dan asam lemah
CHCOOH atau natrium bikarbonat dengan asam asetat. Natrium asetat bisa digunakan untuk
mempoduksi ester. Garam natrum asetat terionisasi sempurna membentuk ion Na+ dan ion
CH3COO- (Muchtaridi dkk, 2007).

5. CHCOOH
CHCOOH termasuk dalam golongan asam lemah. Asam ini biasa direaksikan dengan basa
kuat NaOH atau garam Na(HCO) yang nantinya akan menghasilkan garam CHCOONa
yang bersifat asam. Asam asetat berbentuk cairan dan bersifat higroskopis (mudah menguap).
Asam asetat adalah asam lemah dan dalam larutan terionisasi sebagian (Sunarya, 2007).

6. NH
NH atau NHOH termasuk dalam golongan basa lemah. Basa ini biasa direaksikan dengan
asam kuat yang kemudian akan menghasilkan garam bersifat basa. NHOH biasanya
direaksikan dengan HCl yang akan menghasilkan garam NHCl. Amonium mempunyai jenis
zat terlarutnya berupa senyawa kovalen polar terurai sebagian, sangat mudah terurai dan lebih
ringan daripada udara (Sunarya, 2007).

7. NHCl
NHCl merupakan garam yang dihasilkan dari reaksi asam kuat HCl dengan basa lemah
NHOH atau NH. NHCl bersifat basa. Garam ini biasanya digunakan sebagai elektrolit
pada baterai (Sutresna, 2008).

D. DIAGRAM ALIR
Kalibrasi ph meter
Nama Nizar Indrawan P
NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3

Disiapkan pH meter danlarutan pH 7,00; pH 4,01 dan 9,21

Dihidupkan alat

Dibilas elektroda dengan aquades

Dikeringkan dengan tisu

Dicelupkan dalam larutan pH 7

Dipilih mode kalibrasi

Ditunggu selama 1-2 menit sampai pembacaan pH stabil

Diangkat dan dibilas elektroda dengan aquades

Dikeringkan dengan tisu

Dilakukan hal yang sama untuk larutan pH 4,01 kemudian larutan pH 9,21

Hasil
Nama Nizar Indrawan P
NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3

Pembuatan dan Pengujian Larutan Buffer NaCl 0,1 M

Disiapkan 70 ml larutanNaCl 0,1 M

Diukur pH nya

Diambil 20 ml pada 3 gelasbeker

Beker I Beker II Beker III

20 ml larutanNaCl 0,1 M 20 ml larutanNaCl 0,1 M 20 ml larutanNaCl 0,1 M

10 ml 10 ml 20 ml
larutanHCl larutanNaOH aquades
0,01 M 0,01 M

Dicampur Dicampur Dicampur

Di ukur pH-nya

Hasil
Nama Nizar Indrawan P
NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3

Larutan Buffer CH3COOH 0,1 M dan CH3COONa 0,1 M

35 ml CH3COOH 0,1 M + 35 ml CH3COONa 0,1 M

Dicampur

70 ml larutan campuran

Diukur pH nya

Diambil 20 ml pada gelas buffer

Beker I Beker II Beker III

20 ml larutanNaCI 0,1 M 20 ml larutanNaCI 0,1 M 20 ml larutanNaCI 0,1M

10 ml larutan 10 ml larutan 20 ml
HCI 0,01 M NaOH 0,01 M aquades

Dicampur Dicampur Dicampur

Diukur pH nya

Hasil
Nama Nizar Indrawan P
NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3

Larutan buffer NH3 0,1 M dan NH4CI 0,1 M

35 ml NH3 0,1 M + 35 ml NH4CI 0,1 M

Dicampur

70 ml larutan campuran

Diukur pH nya

Diambil 20 ml pada gelas buffer

Beker I Beker II Beker III

20 ml larutan NaCI 0,1 M 20 ml larutan NaCI 0,1 M 20 ml larutan NaCI 0,1 M

10 ml larutan 10 ml larutan 20 ml
HCI 0,01 M NaOH 0,01 M aquades

Dicampur Dicampur Dicampur

Diukur pH nya

Hasil
Nama Nizar Indrawan P
NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3

E. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Tulislah data hasil praktikum pada tabel berikut ini

Penambahan
pH Awal pH Akhir
Jenis Asam-Basa
Larutan
Buffer pH Jumlah pH
Lakmus Larutan Lakmus
meter ml meter
BM
HCl 10 2,6
MM
MerahMerah BB
Garam NaCl 0,1 M 6,02 NaOH 10 8,8
BiruBiru MB
BM
Aquades 20 6,40
MM
BM
HCl 10 4,37
CH3COOH MM
Buffer 0,1 M + BiruMerah BM
4,50 NaOH 10 4,63
Asetat CH3COONa MerahMerah MM
0,1 M BM
Aquades 20 4,57
MM
BB
HCl 10 9,42
MB
NH3 0,1 M
Buffer BiruBiru BB
+ NH4Cl 0,1 10,19 NaOH 10 9,99
Salmiak MerahBiru MB
M
BB
Aquades 20 9,65
MB

2. Apakah yang terjadi saat larutan penyangga ditambahkan sedikit asam atau basa?
Jelaskan!
pH larutan penyangga tidak akan berubah atau tetap mempertahankan pH-nya. Hal
ini sesuai prinsip kerja larutan penyangga, yaitu ketika ion Hidrogen (H+) ditambahkan
pada larutan penyangga, ion tersebut akan ternetralisasi oleh basa di dalam larutan
penyangga. Begitu juga Ion hidroksida (OH-) akan ternetralisasi oleh asam. (Utami, 2011).

3. Jelaskan bagaimana cara kerja pengukuran pH menggunakan pH meter!


Langkah pertama, dipastikan dulu semua kabel telah terpasang dengan baik lalu
pastikan juga kalau pH meter telah dikalabrasikan. Jika pH sudah dikalabrasikan maka
cucilah elektroda dengan menggunakan aquades sampai bersih kemudian dilap
menggunakan tissue. Setelah itu, diletakkan gelas beaker yang telah berisi larutan yang
akan diukur pHnya. Larutan yang akan diukur ditempatkan pada beaker glass, usahakan
volumenya tidak terlalu sedikit agar magnet yang akan digunakan tidak bersentuhan
dengan ujung pH meter (probe). Selanjutnya, pencet tombol pH dan tunggu hingga
muncul tulisan stabilized. Dicatat angka pH yang telah muncul pada layar pH pembaca.
Lakukan titrasi dengan larutan asam/basa,magnet tetap terus digunakan agar larutan
dapat tercampur homogen, setiap titrasi yang dilakukan diukur pH nya (Simorangkir dkk,
2009).
Nama Nizar Indrawan P
NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3

4. Jelaskan bagaimana cara kerja pengukuran pH menggunakan kertas lakmus!


Dituangkan larutan yang akan diukur pHnya ke dalam gelas beaker. Kemudian,
dicelupkan kertas lakmus merah/biru untuk mengetes apakah larutan tersebut termasuk
asam atau basa. Apabila basa, lakmus merah akan berubah jadi biru tetapi apabila asam
maka lakmus tetap merah. Dan apabila asam, lakmus biru akan berubah jadi merah,
tetapi apabila basa maka lakmus tetap biru. Warna yang dihasilkan sangat dipengaruhi
oleh kadar pH dalam larutan yang ada. Cara mencelupkan lakmus tidak boleh sampai
dimasukkan ke dalam larutan (tidak dipegang). Lakmus harus dipegang saat dicelupkan
ke dalam larutan. Dalam penggunaannya kertas lakmus ini memiliki kelemahan,
diantaranya kertas ini hanya dapat digunakan untuk satu kali pengukuran, kemudian hasil
yang dihasilkan juga tidak bisa menampilkan kuantutas nilai pH, hanya dapat mengetahui
asam, netral atau basa dari suatu larutan (Sutoyo, 2011).

5. Jelaskan salah satu contoh penggunaan larutan penyangga di ilmu pangan!


Contoh aplikasi larutan penyangga adalah fikosianin. Fikosianin merupakan pigmen
yang berasosiasi dengan protein dan bersifat polar serta larut air, dapat diekstrak dengan
menggunakan pelarut air atau buffer. Fikosianin telah digunakan sebagai pewarna alami
makanan, kosmetika, dan obat-obatan.Fikosianin merupakan protein kompleks yang
mampu meningkatkan kekebalan tubuh, bersifat antikanker dan antioksidan. Antioksidan
merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor) yang mampu menginaktivasi
berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal bebas.
Saat ini,antioksidan yang banyak digunakan dalam bahan pangan umumnya merupakan
antioksidan sintetik seperti Propil Galat (PG), Tertiary Butylhydroquinone
(TBHQ),Butylated Hydroxy Toluene (BHT), dan Butylated Hydroxy Anisole (BHA) (Ridlo
dkk, 2015).

6. Sebanyak 50 mL larutan NH3 0,1 M (Kb = 105) dicampur dengan 100 mL larutan NH4Cl
0,5 M. Hitunglah pH larutan tersebut!
mol NH = 50 x 0,1 = 5 mmol
mol NHCl = 100 x 0,5 = 50 mmol
Kb = 10
n = jumlah anion basa
.
[OH] = .
, (Zumdhal, 2010).
105 . 5
[OH] = 1.50
= 10 M
pOH = - log [OH]
pOH = - log [10]
pOH = 6
pH = 14 pOH
pH = 14 6
pH = 8

7. Tentukan pH larutan penyangga yang dibuat dengan mencampurkan 50 mL larutan


CH3COOH 0,1 M dengan 50 mL larutan NaCH3COO 0,1 M. (KaCH3COOH = 1,8 105)
mol CHCOOH = 50 x 0,1 = 5 mmol
mol CHCOONa = 50 x 0,1 = 5mmol
Nama Nizar Indrawan P
NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3

Ka CHCOOH = 1,8 x 10
n = jumlah kation asam
.
[H] = .
, (Zumdhal, 2010).
1,8 105 . 5
[H] = 1. 5
[H] = 1,8 x 10 M
pH = 5 - log 1,8
pH = - log [H]
pH = - log [1,8 x 10]
pH = 5 log1,8
pH =5 0,25
pH = 4,75
Nama Nizar Indrawan P
NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3

ANALISA PROSEDUR
1. Kalibrasi pH meter
Dalam melakukan kalibrasi pH meter dibutuhkan alat dan bahan yaitu pH
meter, larutan pH 7, pH 4,01; pH 9,21, aquades, dan tisu. pH meter sendiri berfungsi
untuk mengukur pH setelah dikalibrasikan. Larutan pH 7, pH 4,01; pH 9,21 berfungsi
untuk mencoba sesuai atau tidaknya pH meter dengan hasil pH nya. Aquades
berfungsi untuk membilas elektroda saat proses kalibrasi dan tisu berfungsi untuk
mengelap bilasan aquades di elektroda dan probe. Langkah pertama untuk
kalibrasikan pH meter adalah dengan menyiapkan pH meter dan larutan pH 7, pH
4,01; pH 9,21. Setelah itu hidupkan alat dan bilaslah elektroda dengan aquades agar
bersih dan akurat dalam mengukur pH lalu keringkan elektroda dan probe pH meter
dengan tisu. Lalu celupkan elektroda ke dalam larutan pH 7. Lalu pilih mode kalibrasi
setelah itu ditunggu selama 1-2 menit sampai pembacaan pH stabil. Setelah stabil
angkat dan bilaslah elektroda dengan aquades lalu keringkan dengan tisu. Lakukan
hal yang sama untuk larutan pH 4,01 kemudian larutan pH 9,21. Setelah elektroda
digunakan, maka dicuci terlebih dahulu menggunakan aquades lalu di lap
menggunakan tissue.

2. Pembuatan dan pengujian Larutan Buffer NaCl 0,1 M


Dalam pembuatan dan pengujian larutan buffer NaCl 0,1 M dibutuhkan alat
dan bahan yaitu larutan NaCl, pH meter, kertas lakmus, gelas beker, aquades, gelas
ukur, dan tisu. Larutan NaCl bertugas untuk mengukur pHnya. pH meter sendiri
berfungsi untuk mengukur ph dan kertas lakmus untuk menentukan apakah basa
atau asam. Gelas beker sebagai tempat untuk larutan dan wadah pengukur pHnya.
Aquades berguna sebagai campuran dengan larutan dan diukur pHnya. Gelas ukur
untuk mengukur volume yang diinginkan. Langkah pertama yaitu mula-mula
dituangkan NaCl ke dalam tempat larutan yaitu gelas beker. Setelah dituangkan ke
dalam gelas beaker, dituangkan lagi ke dalam gelas ukur sebanyak 70 mL. Setelah
dituangkan sebanyak 70 mL, dituangkan lagi ke dalam gelas beker yang lain untuk
kemudian diukur pH awal terlebih dahulu. Sebelum mengukur pH menggunakan pH
meter, dicelupkan kertas lakmus merah ke dalam NaCl. Dilihat perubahan warnanya,
apakah tetap merah atau menjadi biru. Ternyata setelah dicelup, kertas lakmus tetap
berwarna merah. Hal ini menandakan bahwa larutan NaCl bersifat asam/netral.
Setelah itu ukur dengan pH meter dan tunggu hingga stabil. Setelah stabil dan
didapat hasil pHnya yaitu 7,44 maka dapat diambil tesis awal kalau larutan bersifat
netral. Lalu tuangkan NaCl masing-masing 20 mL ke dalam tiga gelas beaker.
Ditambahkan larutan 10 mL HCl 0,01 M pada beaker pertama, 10 mL NaOH 0,01M
pada beaker kedua, dan 20 mL aquades pada beaker ketiga. Kemudian masing
masing larutan diukur pHnya dengan mengunakan alat pH meter.

3. Pengujian larutan buffer CHCOOH 0,1 M dan CHCOONa 0,1 M


Dalam pembuatan dan pengujian larutan buffer CHCOOH 0,1 M dan
CHCOONa 0,1 M dibutuhkan alat dan bahan yaitu larutan CHCOOH, CHCOONa,
pH meter, kertas lakmus, gelas beker, aquades, gelas ukur, dan tisu. Larutan
CHCOOH 0,1 M dan CHCOONa 0,1 M bertugas untuk mengukur pHnya. pH meter
sendiri berfungsi untuk mengukur ph dan kertas lakmus untuk menentukan apakah
basa atau asam. Gelas beker sebagai tempat untuk larutan dan wadah pengukur
Nama Nizar Indrawan P
NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3

pHnya. Aquades berguna sebagai campuran dengan larutan dan diukur pHnya.
Gelas ukur untuk mengukur volume yang diinginkan. Mula-mula dituangkan 35 mL
larutan CHCOOH ke dalam gelas beaker, lalu dituangkan 35 mL CHCOONa ke
dalam gelas beaker yang lain. Kemudian, dicampur kedua larutan tersebut ke dalam
gelas beaker yang lain. Diaduk menggunakan pengaduk gelas hingga larutan
tersebut homogen. Setelah itu, dicelupkan kertas lakmus untuk mengetahui sifat
larutan buffer tersebut dan ukur dengan menggunakan pH meter untuk mengetahui
nilai pHnya. Lalu tuangkan larutan buffer CHCOOH 0,1 M dan CHCOONa 0,1 M
yang telah dihomogenkan tadi ke dalam 3 gelas beaker masing-masing 20 mL.
Selanjutnya, ditambahkan 10 mL HCl 0,01 M pada gelas beaker pertama. Setelah
ditambahkan HCl pada beaker pertama, selanjutnya juga ditambahkan 10 mL NaOH
0,01M pada gelas beaker kedua dan 20 mL aquades pada gelas beaker ketiga .
Kemudian masing masing larutan diukur pHnya dengan mengunakan alat pH
meter.

Pengujian larutan buffer NH 0,1 M dan NHCl 0,1 M


Dalam pembuatan dan pengujian larutan buffer NH 0,1 M dan NHCl 0,1 M
dibutuhkan alat dan bahan yaitu larutan NH, NHCl, pH meter, kertas lakmus, gelas
beker, aquades, gelas ukur, tisu, dan pengaduk gelas. Larutan NH 0,1 M dan NHCl
0,1 M bertugas untuk mengukur pHnya. pH meter sendiri berfungsi untuk mengukur
ph dan kertas lakmus untuk menentukan apakah basa atau asam. Gelas beker
sebagai tempat untuk larutan dan wadah pengukur pHnya. Aquades berguna sebagai
campuran dengan larutan dan diukur pHnya. Gelas ukur untuk mengukur volume
yang diinginkan. Pengaduk kaca untuk menghomogenkan larutan. NH 0,1 M dan
NHCl 0,1 M, pertama ambil masing masing NH3 dan NH4Cl masing masin
sebanyak 35 ml. Kemudian, dicampur kedua larutan tersebut ke dalam gelas beaker
yang lain. Diaduk menggunakan pengaduk gelas hingga larutan tersebut homogen.
Setelah itu tuangkan larutan buffer buffer NH 0,1 M dan NHCl 0,1 M yang telah
dihomogenkan tadi ke dalam 3 gelas beaker masing-masing 20 mL. Selanjutnya,
ditambahkan 10 mL HCl 0,01 M pada gelas beaker pertama, 10 mL NaOH 0,01M
pada gelas beaker kedua dan 20 mL aquades pada gelas beaker ketiga. Kemudian
masing masing larutan diukur pHnya dengan mengunakan alat pH meter.
Nama Nizar Indrawan P
NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3

ANALISA HASIL
1. Kalibrasi pH meter
Dalam kalibrasi pH meter, dihasilkan pH yang sudah sesuai dengan pH
larutan-larutan yang digunakan untuk kalibrasi (larutan netral pH 7, asam pH 4 dan
basa pH 9). Hasil kalibrasi menunjukkan pH yang sesuai dengan label pH yang
tertera pada botol masing-masing larutan. Maka disimpulkan bahwa kalibrasi pH
meter yang telah dilakukan berhasil dan menunjukkan pH yang sesuai dengan
aslinya. Kalibrasi sendiri bertujuan untuk mengkondisikan suatu pH meter agar bisa
digunakan untuk mengukur pH suatu larutan (Hadi, 2009).

2. Pengujian larutan buffer NaCl 0,1 M


Dalam pengujian larutan buffer NaCl 0,1 M diketahui bahwa larutan NaCl
bersifat netral maka saat diuji dengan kertas lakmus tidak berubah warna. juga
diketahui bahwa NaCl tidak dapat mempertahankan pH awal yang dimilikinya. Hal ini
terbukti dengan tes menggunakan kertas lakmus saat ditambah larutan yang bersifat
asam (HCl) kertas lakmus menjadi warna merah tetapi saat ditambah larutan yang
bersifat basa kertas lakmus menjadi biru hal ini menandakan bahwa NaCl tidak dapat
mempertahankan pHnya. Selain itu, terdapat bukti lain saat penambahan sedikit
asam atau sedikit basa. Pada saat ditambahkan sedikit asam (dalam percobaan ini
HCl 0,01 M), pH NaCl turun cukup besar dari awalnya 6,02 menjadi 2,6. Sementara
saat ditambahkan sedikit basa, pH NaCl naik dari awalnya 6,02 menjadi 8,8. Tentu
selisih perubahan pH cukup besar hal ini menunjukkan bahwa NaCl tidak dapat
mempertankan pH
Dalam praktikum kali ini, larutan NaCl ditambahkan pula dengan aquades 20
mL. Hasil dari praktikum, pH awal NaCl 6,02 setelah ditambahkan aquades menjadi
6,4. Hasil ini sesuai dengan yang ada di literatur yaitu bahwa jenis larutan ini adalah
jenis buffer garam yang bersifat netral, jika ditambahkan HCl 0,01 bersifat asam, jika
ditambahkan NaOh bersifat basa, dan jika ditambahkan aquades bersifat netral
(Alexander, 2011).

3. Pengujian larutan buffer CHCOOH 0,1 M dan CHCOONa 0,1 M


Dalam pengujian larutan buffer CHCOOH 0,1 M dan CHCOONa 0,1 M,
diketahui bahwa buffer ini bisa mempertahankan pHnya. Hal ini terbukti melalui
percobaan saat penambahan sedikit asam atau basa. Pada saat penambahan 10 mL
HCl 0,01 M pada larutan buffer pada gelas pertama, lalu diaduk dan diukur pHnya
menggunakan pH meter, pH tidak banyak berubah. pH awal yang dimiliki oleh buffer
CHCOOH 0,1 M dan CHCOONa 0,1 M adalah 4.5, setelah ditambahkan HCl
menjadi 4,37. Begitu pula saat ditambahkan NaOH 10 mL 0,01 M, pH awal 4,5
menjadi 4,63. Saat ditambahkan aquades juga hanya mengalami sedikit perubahan
pH, yakni dari 4,5 ke 4,57. Selain itu, saat dicelupkan kertas lakmus merah pada
ketiga larutan tersebut (buffer + HCl, buffer + NaOH dan buffer + aquades) kertas
lakmus tetap berwarna merah. Hal ini menandakan bahwa larutan-larutan tersebut
tetap bersifat asam.
Hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa buffer CHCOOH 0,1 M dan
CHCOONa 0,1 M berhasil mempertahankan pHnya apabila ditambahkan sedikit
asam atau basa. Hal ini sesuai dengan sifat larutan penyangga yang cenderung
Nama Nizar Indrawan P
NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3

mempertahankan pH apabila ditambahkan sedikit asam atau basa. pH cenderung


stabil, apabila ada kenaikan atau penurunan terjadi sangat kecil sekali.
(Sunarya, 2007).
4. Pengujian larutan buffer NH 0,1 M dan NHCl 0,1 M
Dalam pengujian larutan buffer NH 0,1 M dan NHCl 0,1 M diketahui bahwa
buffer ini bisa mempertahankan pHnya. Hal ini terbukti dari percobaan saat
penambahan sedikit asam atau basa. Pada saat penambahan 10 mL HCl 0,01 M
pada larutan buffer pada gelas beaker pertama, lalu diaduk dan diukur pH nya
menggunakan pH meter, pHnya tidak banyak berubah. pH awal yang dimiliki buffer
NH 0,1 M dan NHCl 0,1 M 11,19, setelah ditambahkan 10 mL HCl 0,01 M menjadi
9,42. Begitu pula saat ditambahkan 10 mL NaOH 0,01 M, pH menjadi 9,99. Kenapa
setelah ditambah larutan basa pH menjadi turun, karena setelah pengujian
menggunakan larutan asam proses pembersian elektroda kurang bersih jadi
berakibat pHnya menjadi turun Saat ditambahkan 20 mL aquades pH menjadi 9,65.
Selain itu, saat dicelupkan kertas lakmus biru pada ketiga larutan tersebut (buffer +
HCl, buffer + NaOH dan buffer + aquades) kertas lakmus tetap berwarna biru. Hal ini
menandakan bahwa larutan-larutan tersebut tetap bersifat basa.
Hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa buffer NH 0,1 M dan NHCl
0,1 M berhasil mempertahankan pHnya apabila ditambahkan sedikit asam atau basa.
Hal ini sesuai dengan sifat larutan penyangga yang cenderung mempertahankan pH
apabila ditambahkan sedikit asam atau basa. pH cenderung stabil, apabila ada
kenaikan atau penurunan terjadi sangat kecil sekali. (Sunarya, 2007).
Nama Nizar Indrawan P
NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3

KESIMPULAN
Larutan penyangga atau sering disebut larutan buffer adalah larutan yang dapat
mempertahankan pH pada kisarannya apabila terdapat upaya untuk menaikkan atau
menurunkan pH. Adapun sifat larutan buffer adalah untuk tetap mempertahankan pHnya
walaupun ada penambahan asam atau basa. Tujuan praktikum larutan penyangga (buffer)
adalah untuk mengetahui sifat larutan penyangga, membuat larutan buffer, mengukur Ph
larutan penyangga menggunakan pH meter Dalam praktikum larutan penyangga juga
penggunaan indikator kertas lakmus merah atau biru bertujuan untuk mengetahui apakah
larutan tersebut bersifat asam dan basa Selain itu, penggunaan pH meter sangat berguna
karena tingkat keakuratan dalam pengukuran pH tinggi. Dalam praktikum juga bisa diketahui
mana larutan yang bersifat penyangga dan mana yang tidak. Pada buffer garam (NaCl)
diperoleh pH awal larutan 6,02, namun Setelah diuji dengan asam kuat (HCl) diperoleh pH
2,6, kemudian diuji dengan basa kuat (NaOH) diperoleh pH 8,8, dan diencerkan dengan
akuades, didapat pH 6,40 terjadi perubahan nilai Ph yang signifikan. Pada buffer salmiak
(NH3 0,1 M dan NH4Cl 0,1 M) diperoleh pH awal larutan 10,19. Setelah dilakukan Pengujian
dengan HCl menyebabkan nilai menjadi pH 9,42, kemudian pengujian dengan NaOH
menyebabkan harga pH 9,99, dan diencerkan dengan akuades menyebabkan harga pH 9,65
terjadi perubahan nilai ph yang kecil. Pada buffer asetat (Buffer CHCOOH 0,1 M dan
CHCOONa 0,1 M) diperoleh pH awal larutan 4,50, Pada pengujian dengan HCl didapat
perubahan pH 4,37, kemudian pengujian dengan NaOH didapat harga pH 4,63, dan
diencerkan dengan akuades menyebabkan harga pH 4,57. Larutan yang bisa
mempertahankan pHnya sesuai dengan teori sifat penyangga dapat disebut larutan
penyangga (buffer) seperti CHCOOH dan CHCOONa juga NH dan NHCl. Adapun
larutan/garam yang memiliki sifat netral dan tidak dapat mempertahankan pHnya bukan
termasuk larutan penyangga (buffer).

Anda mungkin juga menyukai