NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3
BAB IV
LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)
A. PRE-LAB
1. Apakah yang dimaksud dengan larutan penyangga?
Larutan penyangga atau sering disebut larutan buffer adalah larutan yang dapat
mempertahankan pH pada kisarannya apabila terdapat upaya untuk menaikkan atau
menurunkan pH, melalui penambahan air/asam/basa dalam jumlah yang besar. Larutan
penyangga memiliki dua komponen yaitu asam dan basa. Asam akan berperan jika ada
upaya untuk menaikan pH, sedangkan basa akan berperan jika terdapat upaya untuk
menurunkan pH. Asam dan basa disini merupakan pasangan asam dan basa konjugasi
(Partana, 2009).
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian dan Prinsip larutan buffer
Berdasarkan Teori Asam-Basa Arrhenius, larutan yang mengandung
campuran asam lemah dan garam yang anionnya senama dengan asam lemah
tersebut akan membentuk larutan penyangga. Demikian juga jika larutan
mengandung campuran basa lemah dan garam yang kationnya senama dengan
basa lemah akan membentuk larutan penyangga. Berdasarkan Teori Asam-Basa
Bronsted-Lowry, larutan yang mengandung campuran dari pasangan asam lemah
dan basa konjugasi atau basa lemah dan asam konjugasinya akan membentuk
larutan penyangga. Prinsip larutan penyangga berdasarkan teori asam basa
Arrhenius terbatas hanya untuk campuran asam lemah dan garamnya atau basa
lemah dan garamnya, sedangkan prinsip berdasarkan Bronsted-Lowry lebih umum,
selain asam lemah dan garamnya, juga mencakup campuran garam dan garam
(Sunarya, 2010).
.
[H+] =
.
Keterangan :
.
[OH] = .
Keterangan :
3. Jenis buffer
- Buffer Salmiak
Nama Nizar Indrawan P
NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3
Buffer salmiak adalah larutan buffer yang terbentuk dari basa lemah dan asam kuat
dan menghasilkan larutan buffer basa lemah dan garamnya. Contoh dari buffer
salmiak sendiri adalah pencampuran NH4Cl (garam) dengan NH4OH (basa). Untuk
reaksi nya adalah sebagai berikut :
HCl + NHOH NHCl + HO
kuat lemah buffer yang bersifat basa + air (Sutresna, 2008).
- Buffer Asetat
Buffer asetat adalah larutan buffer yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat
dan menghasilkan larutan buffer asam lemah dan garamnya. Contoh dari buffer
asetat sendiri adalah pencampuran asam asetat (CH3COOH) ke dalam larutan
garamnya (CH3COONa). Untuk reaksinya sendiri adalah sebagai berikut:
CHCOOH + NaOH CHCOONa + HO
Asam lemah basa kuat buffer yang bersifat asam + air (Sutresna,
2008).
C. TINJAUAN BAHAN
1. HCl
Nama Nizar Indrawan P
NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3
HCl termasuk dalam golongan asam kuat jadi memiliki ph yang sangat kecil. Jenis asam ini
juga memiliki sifat berbahaya yaitu corrosive (korosif). HCl merupakan larutan elektrolit
kuat. Dalam percobaan larutan penyangga, HCl berfungsi sebagai asam kuat yang akan
direaksikan dengan basa lemah dan akan membentuk garam yang bersifat basa. Bentuk HCl
adalah larutan (aq) (Tjay, 2007).
2.NaOH
Natrium Hidroksida, atau yang dikenal juga sebagai soda api atau soda gosok berwarna putih,
kuat dan padatannya mudah mencair di dalam air, alkohol, etanol dan gliserol. NaOH
termasuk dalam golongan basa kuat sehingga memiliki ph yang tinggi. Bersifat korosif pada
logam. NaOH merupakan larutan elektrolit kuat. Dalam percobaan larutan penyangga, NaOH
berfungsi sebagai basa kuat yang akan direaksikan dengan asam lemah dan akan membentuk
garam yang bersifat asam. Bentuk NaOH adalah padatan (pada umumnya) (Tjay, 2007).
3. NaCl
NaCl ataupun Natrium Klorida memiliki sifat ph netral sehingga memiliki ph bernilai 7. NaCl
merupakan garam yang dihasilkan dari reaksi asam kuat HCl dengan basa kuat NaOH. NaCl
berbentuk padatan. NaCl digunakan sebagai penyedap rasa pada makanan (garam dapur)
(Neal, 2009).
4. CHCOONa
CHCOONa merupakan garam yang dihasilkan dari reaksi basa kuat NaOH dan asam lemah
CHCOOH atau natrium bikarbonat dengan asam asetat. Natrium asetat bisa digunakan untuk
mempoduksi ester. Garam natrum asetat terionisasi sempurna membentuk ion Na+ dan ion
CH3COO- (Muchtaridi dkk, 2007).
5. CHCOOH
CHCOOH termasuk dalam golongan asam lemah. Asam ini biasa direaksikan dengan basa
kuat NaOH atau garam Na(HCO) yang nantinya akan menghasilkan garam CHCOONa
yang bersifat asam. Asam asetat berbentuk cairan dan bersifat higroskopis (mudah menguap).
Asam asetat adalah asam lemah dan dalam larutan terionisasi sebagian (Sunarya, 2007).
6. NH
NH atau NHOH termasuk dalam golongan basa lemah. Basa ini biasa direaksikan dengan
asam kuat yang kemudian akan menghasilkan garam bersifat basa. NHOH biasanya
direaksikan dengan HCl yang akan menghasilkan garam NHCl. Amonium mempunyai jenis
zat terlarutnya berupa senyawa kovalen polar terurai sebagian, sangat mudah terurai dan lebih
ringan daripada udara (Sunarya, 2007).
7. NHCl
NHCl merupakan garam yang dihasilkan dari reaksi asam kuat HCl dengan basa lemah
NHOH atau NH. NHCl bersifat basa. Garam ini biasanya digunakan sebagai elektrolit
pada baterai (Sutresna, 2008).
D. DIAGRAM ALIR
Kalibrasi ph meter
Nama Nizar Indrawan P
NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3
Dihidupkan alat
Dilakukan hal yang sama untuk larutan pH 4,01 kemudian larutan pH 9,21
Hasil
Nama Nizar Indrawan P
NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3
Diukur pH nya
10 ml 10 ml 20 ml
larutanHCl larutanNaOH aquades
0,01 M 0,01 M
Di ukur pH-nya
Hasil
Nama Nizar Indrawan P
NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3
Dicampur
70 ml larutan campuran
Diukur pH nya
10 ml larutan 10 ml larutan 20 ml
HCI 0,01 M NaOH 0,01 M aquades
Diukur pH nya
Hasil
Nama Nizar Indrawan P
NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3
Dicampur
70 ml larutan campuran
Diukur pH nya
10 ml larutan 10 ml larutan 20 ml
HCI 0,01 M NaOH 0,01 M aquades
Diukur pH nya
Hasil
Nama Nizar Indrawan P
NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3
Penambahan
pH Awal pH Akhir
Jenis Asam-Basa
Larutan
Buffer pH Jumlah pH
Lakmus Larutan Lakmus
meter ml meter
BM
HCl 10 2,6
MM
MerahMerah BB
Garam NaCl 0,1 M 6,02 NaOH 10 8,8
BiruBiru MB
BM
Aquades 20 6,40
MM
BM
HCl 10 4,37
CH3COOH MM
Buffer 0,1 M + BiruMerah BM
4,50 NaOH 10 4,63
Asetat CH3COONa MerahMerah MM
0,1 M BM
Aquades 20 4,57
MM
BB
HCl 10 9,42
MB
NH3 0,1 M
Buffer BiruBiru BB
+ NH4Cl 0,1 10,19 NaOH 10 9,99
Salmiak MerahBiru MB
M
BB
Aquades 20 9,65
MB
2. Apakah yang terjadi saat larutan penyangga ditambahkan sedikit asam atau basa?
Jelaskan!
pH larutan penyangga tidak akan berubah atau tetap mempertahankan pH-nya. Hal
ini sesuai prinsip kerja larutan penyangga, yaitu ketika ion Hidrogen (H+) ditambahkan
pada larutan penyangga, ion tersebut akan ternetralisasi oleh basa di dalam larutan
penyangga. Begitu juga Ion hidroksida (OH-) akan ternetralisasi oleh asam. (Utami, 2011).
6. Sebanyak 50 mL larutan NH3 0,1 M (Kb = 105) dicampur dengan 100 mL larutan NH4Cl
0,5 M. Hitunglah pH larutan tersebut!
mol NH = 50 x 0,1 = 5 mmol
mol NHCl = 100 x 0,5 = 50 mmol
Kb = 10
n = jumlah anion basa
.
[OH] = .
, (Zumdhal, 2010).
105 . 5
[OH] = 1.50
= 10 M
pOH = - log [OH]
pOH = - log [10]
pOH = 6
pH = 14 pOH
pH = 14 6
pH = 8
Ka CHCOOH = 1,8 x 10
n = jumlah kation asam
.
[H] = .
, (Zumdhal, 2010).
1,8 105 . 5
[H] = 1. 5
[H] = 1,8 x 10 M
pH = 5 - log 1,8
pH = - log [H]
pH = - log [1,8 x 10]
pH = 5 log1,8
pH =5 0,25
pH = 4,75
Nama Nizar Indrawan P
NIM 175100200111021
Kelas B
Kelompok B3
ANALISA PROSEDUR
1. Kalibrasi pH meter
Dalam melakukan kalibrasi pH meter dibutuhkan alat dan bahan yaitu pH
meter, larutan pH 7, pH 4,01; pH 9,21, aquades, dan tisu. pH meter sendiri berfungsi
untuk mengukur pH setelah dikalibrasikan. Larutan pH 7, pH 4,01; pH 9,21 berfungsi
untuk mencoba sesuai atau tidaknya pH meter dengan hasil pH nya. Aquades
berfungsi untuk membilas elektroda saat proses kalibrasi dan tisu berfungsi untuk
mengelap bilasan aquades di elektroda dan probe. Langkah pertama untuk
kalibrasikan pH meter adalah dengan menyiapkan pH meter dan larutan pH 7, pH
4,01; pH 9,21. Setelah itu hidupkan alat dan bilaslah elektroda dengan aquades agar
bersih dan akurat dalam mengukur pH lalu keringkan elektroda dan probe pH meter
dengan tisu. Lalu celupkan elektroda ke dalam larutan pH 7. Lalu pilih mode kalibrasi
setelah itu ditunggu selama 1-2 menit sampai pembacaan pH stabil. Setelah stabil
angkat dan bilaslah elektroda dengan aquades lalu keringkan dengan tisu. Lakukan
hal yang sama untuk larutan pH 4,01 kemudian larutan pH 9,21. Setelah elektroda
digunakan, maka dicuci terlebih dahulu menggunakan aquades lalu di lap
menggunakan tissue.
pHnya. Aquades berguna sebagai campuran dengan larutan dan diukur pHnya.
Gelas ukur untuk mengukur volume yang diinginkan. Mula-mula dituangkan 35 mL
larutan CHCOOH ke dalam gelas beaker, lalu dituangkan 35 mL CHCOONa ke
dalam gelas beaker yang lain. Kemudian, dicampur kedua larutan tersebut ke dalam
gelas beaker yang lain. Diaduk menggunakan pengaduk gelas hingga larutan
tersebut homogen. Setelah itu, dicelupkan kertas lakmus untuk mengetahui sifat
larutan buffer tersebut dan ukur dengan menggunakan pH meter untuk mengetahui
nilai pHnya. Lalu tuangkan larutan buffer CHCOOH 0,1 M dan CHCOONa 0,1 M
yang telah dihomogenkan tadi ke dalam 3 gelas beaker masing-masing 20 mL.
Selanjutnya, ditambahkan 10 mL HCl 0,01 M pada gelas beaker pertama. Setelah
ditambahkan HCl pada beaker pertama, selanjutnya juga ditambahkan 10 mL NaOH
0,01M pada gelas beaker kedua dan 20 mL aquades pada gelas beaker ketiga .
Kemudian masing masing larutan diukur pHnya dengan mengunakan alat pH
meter.
ANALISA HASIL
1. Kalibrasi pH meter
Dalam kalibrasi pH meter, dihasilkan pH yang sudah sesuai dengan pH
larutan-larutan yang digunakan untuk kalibrasi (larutan netral pH 7, asam pH 4 dan
basa pH 9). Hasil kalibrasi menunjukkan pH yang sesuai dengan label pH yang
tertera pada botol masing-masing larutan. Maka disimpulkan bahwa kalibrasi pH
meter yang telah dilakukan berhasil dan menunjukkan pH yang sesuai dengan
aslinya. Kalibrasi sendiri bertujuan untuk mengkondisikan suatu pH meter agar bisa
digunakan untuk mengukur pH suatu larutan (Hadi, 2009).
KESIMPULAN
Larutan penyangga atau sering disebut larutan buffer adalah larutan yang dapat
mempertahankan pH pada kisarannya apabila terdapat upaya untuk menaikkan atau
menurunkan pH. Adapun sifat larutan buffer adalah untuk tetap mempertahankan pHnya
walaupun ada penambahan asam atau basa. Tujuan praktikum larutan penyangga (buffer)
adalah untuk mengetahui sifat larutan penyangga, membuat larutan buffer, mengukur Ph
larutan penyangga menggunakan pH meter Dalam praktikum larutan penyangga juga
penggunaan indikator kertas lakmus merah atau biru bertujuan untuk mengetahui apakah
larutan tersebut bersifat asam dan basa Selain itu, penggunaan pH meter sangat berguna
karena tingkat keakuratan dalam pengukuran pH tinggi. Dalam praktikum juga bisa diketahui
mana larutan yang bersifat penyangga dan mana yang tidak. Pada buffer garam (NaCl)
diperoleh pH awal larutan 6,02, namun Setelah diuji dengan asam kuat (HCl) diperoleh pH
2,6, kemudian diuji dengan basa kuat (NaOH) diperoleh pH 8,8, dan diencerkan dengan
akuades, didapat pH 6,40 terjadi perubahan nilai Ph yang signifikan. Pada buffer salmiak
(NH3 0,1 M dan NH4Cl 0,1 M) diperoleh pH awal larutan 10,19. Setelah dilakukan Pengujian
dengan HCl menyebabkan nilai menjadi pH 9,42, kemudian pengujian dengan NaOH
menyebabkan harga pH 9,99, dan diencerkan dengan akuades menyebabkan harga pH 9,65
terjadi perubahan nilai ph yang kecil. Pada buffer asetat (Buffer CHCOOH 0,1 M dan
CHCOONa 0,1 M) diperoleh pH awal larutan 4,50, Pada pengujian dengan HCl didapat
perubahan pH 4,37, kemudian pengujian dengan NaOH didapat harga pH 4,63, dan
diencerkan dengan akuades menyebabkan harga pH 4,57. Larutan yang bisa
mempertahankan pHnya sesuai dengan teori sifat penyangga dapat disebut larutan
penyangga (buffer) seperti CHCOOH dan CHCOONa juga NH dan NHCl. Adapun
larutan/garam yang memiliki sifat netral dan tidak dapat mempertahankan pHnya bukan
termasuk larutan penyangga (buffer).