NIM 205100501111022
KELAS R
BAB IV KELOMPO 3
ASIDI-ALKALIMETRI
A. PRE LAB
1. Apakah yang dimaksud dengan analisis volumetri? Jelaskan tujuannya!
Dalam proses titrasi dibutuhkan larutan standar sebagai titran. Larutan standar adalah
larutan yang telah diketahui konsentrasinya melalui jalan pembakuan. Pembakuan larutan
atau biasa disebut standarisasi larutan adalah proses penentuan konsentrasi suatu larutan
dengan ketelitian tinggi untuk mendapatkan nilai baku dari suatu larutan (Rusman.2018).
4. Apakah yang dimaksud dengan larutan standar primer dalam praktikum asidi-
alkalimetri? Berikan contohnya (minimal 3)!
Larutan baku primer adalah suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya melalui
perhitungan massa. Larutan baku primer tidak boleh bersifat higroskopis dan nilai massa
nya harus teap saat melakukan penimbangan di udara. Selain itu larutan primer harus
mudah larut dalam pelarut. Dalam praktikum asidi-alkalimetri larutan standar primer yang
digunakan biasanya merupakan larutan standar asam atau basa. Contoh: NaCl, asam
oksalat, asam benzoat (Wegner,2012).
5. Apakah yang dimaksud dengan larutan standar sekunder dalam praktikum asidi-
alkalimetri? Berikan contohnya (minimal 3)!
Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara, seperti persen berat
(w/w), persen volume (v/v), molaritas (M), molalitas (m), bagian per sejuta (ppm), fraksi
mol (x) dan normalitas (N). Akan tetapi pada umumnya, penentuan konsentrasi zat atau
larutan biasanya menggunakan prinsip perbandingan antara jumlah zat (mol) dengan
volume zat tersebut. Perbandingan antara mol zat dengan volume zat ini kita kenal dengan
molaritas (Amanda,2020).
Buret merupakan alat yang digunakan untuk mengukur volume zat cair yang
digunakan pada proses titrasi. Dalam titrasi, buret digunakan sebagai tempat dari titran
atau reagen yang telah diketahui konsentrasinya (larutan baku). Penetesan titran melalui
buret juga dibantu dengan adanya kran pada buret yang dapat kita atur untuk menetes ke
dalam sampel yang akan kita titrasi. Untuk menggunakan buret dalam titrasi ada beberapa
hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil titrasi yang minim kesalahan. Buret
diklem pada tiang statif dalam posisi tegak lurus. Masukkan cairan yang akan diukur
kedalam buret. Atur tinggi cairan sampai meniskusnya tepat pada angka nol atau angka
lain yang diinginkan. Kemudian buka keran buret dan atur keluarnya cairan menetes secara
konstan (Ham,Bryan M. and Aihui MaHam.2015).
Pada proses titrasi, larutan yang umumnya digunakan tidak mengalami perubahan
warna dan berwarna bening. Sehingga sulit diketahui kapan titrasi telah selesai dan harus
dihentikan. Penambahan indikator warna pada proses titrasi bertujuan agar diketahui kapan
titrasi telah selesai dan harus dihentikan. Warna larutan hasil titrasi akan berubah seketika
jika titrasi telah mencapai batas dan sudah selesai (Nuryanti,2010).
9. Larutan apa yang dapat digunakan dalam standarisasi HCl? Tuliskan persamaan
reaksinya!
10. Larutan apa yang dapat digunakan dalam standarisasi NaOH? Tuliskan persamaan
NAMA MAFIQ AUFA HILMI
NIM 205100501111022
KELAS R
reaksinya! KELOMPO 3
B. TINJAUAN PUSTAKA
3. Jenis-jenis titrasi
Titrasi dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain :
1. Jenis titrasi berdasarkan reaksi metatik, yaitu reaksi pertukaran ion tanpa adanya
perubahan bilangan oksidasi. Jenis titrasi yang termasuk kedalam reaksi metatik
antara lain;
Titrasi asam-basa, yaitu titrasi reaksi dasar asam-basa dengan prinsip
netralisasi sebagai dasar titrasi.
Titrasi pengendapan, yaitu titrasi yang menghasilkan endapan yang sukar
larut.
Titrasi kompleksometri, yaitu titrasi pembentukan senyawa kompleks yang
larut dalam air, bila larutan baku bereaksi dengan kation-kation yang
ditetapkan kadarnya. Sampel peraksi pengkompleks yang sering digunakan
adalah Natrium Etilena Diamina Tetra Asetat
2. Jenis titrasi berdasarkan reaksi redoks, yaitu titrasi yang melibatkan perubahan
bilangan oksidasi. (Amanda, 2020).
Dihitung konsentrasinya
Dihomogenkan
Aquades
Hasil
Larutan Boraks
Dilakukan duplo
Dihitung M HCl
Hasil
NAMA MAFIQ AUFA HILMI
NIM 205100501111022
KELAS R
KELOMPO 3
Aquades
Dihomogenkan
Hasil
4. Standarisasi larutan NaOH
Dilakukan duplo
Dihitung M NaOH
Hasil
NAMA MAFIQ AUFA HILMI
NIM 205100501111022
KELAS R
KELOMPO 3
5. Penggunaan larutan standar asam dan basa untuk menetapkan kadar asam asetat pada
cuka
Dihomogenkan
Indikator PP
Dilakukan duplo
Hasil
NAMA MAFIQ AUFA HILMI
NIM 205100501111022
KELAS R
KELOMPO 3
D. DATA HASIL PRAKTIKUM
V1 = 19,4 ml
V2 = 19,7 ml
V 1+V 2
Vrata-rata =
2
19,4+19,7
Vrata-rata =
2
Vrata-rata = 19,55
Ditanya: M HCl hasil standarisasi
Jawab:
M HCl .V HCl 2
=
M boraks .V boraks 1
M HCl .19,55 mL 2
=
0,05. 50 1
19,55 mL . M HCl=0,05. 2 .10
1
M HCl=
19,55 mL
M HCl=0,051 M
n asamcuka
M Asam cuka=
V Asam cuka
m asam cuka
n asam cuka=
Mr asamcuka
m asam cuka
10,848=
60
b massa
% = .100 %
v volume
b
% =0,65088.10
v
b b
% =6,5088 %
v v
E. PEMBAHASAN
NAMA MAFIQ AUFA HILMI
NIM 205100501111022
KELAS R
ANALISA PROSEDUR KELOMPO 3
1. Bagaimana cara membuat 100 ml larutan NaOH 0,1 M dari NaOH yang berbentuk
padatan?
NaOH umumnya berbentuk padatan berwarna putih. Untuk membuat 100 ml larutan NaOH
0,1 M dari NaOH yang berbentuk padatan maka kita perlu menyiapkan beberapa alat dan
bahan. Bahan utama dalam membuat larutan NaOH 100 ml adalah padatan NaOH dan
Aquades murni sebanyak 100 ml. Sebelum membuat larutan maka perlu menghitung massa
NaOH yang digunakan dengan cara :
massa 1000
M= x
Mr ml
massa 1000
0,1 = x
40 100
Massa = 0,4 gram
Jadi padatan NaOH yang digunakan sebanyak 0,4 gram. Masukkan padatan NaOH 0,4
gram kedalam labu ukur 100ml. Kemudian masukan 100ml aquades hingga tanda batas.
Kocok labu ukur sebanyak sepuluh kali. 100 ml larutan NaOH 0,1 M telah jadi dan siap
digunakan.
3. Indikator apa yang digunakan untuk mentitrasi HCl dengan boraks? Dan sebutkan juga
fungsi serta cara penggunaannya saat titrasi dilakukan hingga titik akhir titrasi
didapatkan!
Dalam titrasi HCl dengan boraks, digunakan indikator MO atau Metil Orange. Indikator
MO merupakan indikator asam-basa yang akan aktif dalam suasana asam ditandai dengan
perubahan warna menjadi orange terang, dengan trayek pH 3,1 – 4,4. MO digunakan
sebagai indikator akhir titrasi. MO ditambahkan pada larutan titrat sebelum titrasi dimulai
sebanyak 3 tetes. MO biasanya akan mengalami perubahan warna setelah 30 detik. Bila
perubahan warna terjadi maka itu merupakan pertanda bahwa titrasi telah selesai.
NAMA MAFIQ AUFA HILMI
NIM 205100501111022
KELAS R
KELOMPO 3
4. Indikator apa yang digunakan untuk mentitrasi NaOH dengan asam oksalat? Dan
sebutkan juga fungsi dan cara penggunaannya saat titrasi dilakukan hingga titik akhir
titrasi didapatkan!
Dalam proses titrasi NaOH dengan asam oksalat digunakan indikator pp
(Fenolftalein). Fenolftalein adalah pewarna yang berperan sebagai indikator pH pada
proses titrasi yang digunakan dalam titrasi basa. Fenolftalein adalah senyawa
kimia dengan rumus molekul C20H14O4 dan sering ditulis sebagai "HIn" atau "pp" dalam
notasi singkat. Untuk aplikasi ini, ia berubah warna dari tak berwarna dalam larutan
asam menjadi merah muda dalam larutan basa. Fenolflatein berubah warna menjadi
merah muda ketika pH >8,3. Semakin tinggi pH nya maka warna merah muda yang
muncul akan semakin pekat. Hal ini karena pp memiliki trayek pH 8,3-10.
Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin, umumnya dua hingga tiga
tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat
mungkin dengan titik equivalent.
5. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan saat menggunakan buret guna memperbesar
tingkat keakuratannya?
Buret merupakan alat ukur yang mempunyai tingkat keakuratan yang tinggi. Oleh karena
itu, dalam penggunaannya memerlukan kehati-hatian dan banyak hal yang harus
diperhatikan guna memperbesar tingkat keakuratannya. Dalam menggunakan buret pastikan
buret dalam keadaan bersih dan kering serta dipasang secara tegak dan tidak miring. Selain
itu pastikan keran buret tidak macet, jika macet oles dengan vaselin agar keran dapat
diputar dengan lancar. Untuk mengsi cairan kedalam buret sebaiknya menggunakan corong,
lalu perhatikan meniskus cairan. Batas bawah cairan hendaknya menyentuh bagian atas
garis. Lalu, amati buret dan pastikan tidak ada gelembung udara di dalamnya. Jika didalam
buret terdapat gelembung udara maka itu akan mempengaruhi hasil akhir dari proses titrasi.
Jika memang terdapat gelembung udara di dalam gelembung, maka ketuk ketuk sisi buret
secara perlahan untuk menghilangkan gelembung udara tersebut.
6. Apa yang dimaksud dengan faktor pengenceran serta bagaimana cara mendapatkannya?
Faktor pengenceran merupakan faktor berupa perkalian hasil perhitungan dalam
menetapkan kadar suatu zat dalam sampel jika sampel tersebut diencerkan dari kondisi
semula menjadi konsentrasi yang lebih rendah. Cara mendapatkan faktor pengenceran yaitu
:
NAMA MAFIQ AUFA HILMI
NIM 205100501111022
KELAS R
ANALISA HASIL
1. Jelaskan hasil dari semua percobaan yang dilakukan serta dibandingkan dengan
literatur!
Berdasarkan data hasil praktikum yang diperoleh, pada pembuatan larutan standar
HCl 0,1 M dengan kadar 32% dan volume larutan sebesar 50 ml maka didapatkan
hasil setelah melalui perhitungan menggunakan rumus M 1 . V 1=M 2 .V 2 maka
diperoleh volume larutan HCl 32% sebesar 0,49 ml (Purba, dkk, 2014).
Untuk standarisasi larutan HCl 0,1 M dengan boraks. Persamaannya dapat ditulis
sebagai berikut Na2B4O7+10H2O + 2HCl →2NaCl + 4H3BO3 + 5H2 . dalam proses
ini digunakan padatan boraks seberat 19,1 gram yang dilarutkan dalam aquades
kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,1 M (Samsuar,2018).
Pada pembuatan larutan standar 100 ml NaOH 0,1 M maka diperlukan aquades
sebanyak 100 ml dan padatan NaOH sebanyak 0,4 gram yang diperoleh melalui
massa 1000
perhitungan rumus M = x . Hal ini sesuai dengan literature yang
Mr ml
ditemukan (Suryandari,2013).
Pada standarisasi larutan standar NaOH 0,1 M dengan asam oksalat maka diketahui
rumus reaksinya sebagai berikut : H2C2O4 + 2 NaOH → Na2C2O4 + 2H2O . Maka
akan dihasilkan natrium oksalat. Dan berdasarkan perhitungan didapatkan molaritas
NaOH sebesar 0,096 M (Suryandari,2013).
Pada penetapan kadar asam asetat pada cuka komersial, penetapan kadar asam setat
pada asam cuka diawali dengan standarisasi dengan larutan NaOH. Kemudian
melakukan perhitungan kadar asetat pada asam cuka yang sudah dititrasi.
Perhitungannya menggunakan rumus (%b/v). Sementara itu persamaan reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut : NaOH + CH 3COOH → CH3COONa + H2O .
Sebelum melakukan perhitungan kadar asam asetat maka perlu dihitung massa
asam cuka. Didapatkan hasil 0,65088 gram. Dengan demikian kadar asam asetat
dapat ditentukan menggunakan rumus (%b/v). Yang kemudian diperoleh hasil
kadar asam asetat dalam asam cuka komersial sebesar 6,5088% (Umah, 2019).
NAMA MAFIQ AUFA HILMI
NIM 205100501111022
KELAS R
KELOMPO 3
2. Sebutkan reaksi yang terjadi pada standardisasi larutan NaOH serta standardisasi larutan
HCl dengan boraks!
Pada standarisasi larutan NaOH maka digunakan asam oksalat sebagai titran nya. Asam
oksalat yang dipakai berupa padatan asam oksalat yang berbentuk serbuk. Sebelum
digunakan sebagai titrat maka asam oksalat terlebih dahulu dicampurkan dengan aquades
yang kemudian diberi indikator pp sebanyak 3 tetes. Setelah itu, asam oksalat dititrasi
dengan NaOH dan menghasilkan reaksi sebagi berikut:
H2C2O4 + 2H2O (aq) + 2 NaOH (aq) → Na2C2O4 (aq) + 2 H2O (aq) (Yusmayanti dan
Asmara, 2019).
Sedangan pada standarisasi larutan HCl dengan boraks yang berperan sebagai larutan
standar primernya. Pada standarisasi ini digunakan padatan boraks yang dilarutkan
terlebih dahulu dengan aquades kemudian ditetesi indikator MO sebanyak 3 tetes.
Selanjutnya dititrasi dengan HCl. Reaksi kedua larutan ini akan membentuk garam. Hasil
dari reaksi ini yaitu berupa garam yang bersifat asam. Reaksi standarisasi antara HCl dan
boraks adalah sebagai berikut:
Na2Ba4O7 . 10H2O(aq) + 2HCl 4H3BO3(aq) + 2NaCl(aq) + 5H2O (Timberlake. 2014).
3. Sebut dan jelaskan alasan digunakannya masing-masing indikator pada standarisasi
NaOH serta standarisasi HCl!
Pada standarisasi NaOH digunakan indikator pp (Fenolftalein). Pemilihan indikator pp
dikarenakan dalam standarisasi NaOH, titik akhir titrasi akan memiliki suasana basa.
Sehingga indikator pp dapat aktif dan mengalami perubahan warna pada titik akhir titrasi.
Pp sendiri memiliki trayek pH 8,3-10. Pp akan berubah warna menjadi merah muda. Jika
larutan menjadi berwarna merah muda maka titik akhir titrasi telah tercapai.
Dalam proses standarisasi HCl maka indikator yang digunakan adalah Metil Orange (MO).
Penggunaan metil jingga atau metil orange atau indaktor MO ini dipilih karena mempunyai
trayek pH 3,1 – 4,4 dan pKa 3,46. Hal ini disebabkan karena pada standarisasi HCl maka
titik akhir titrasi akan memiliki suasana asam, sehingga MO dinilai tepat sebagai indikator.
Indikator ini akan berubah warna menjadi jingga kemerahan pada saat titik akhir titrasi
telah tercapai (Suirta, 2010).
4. Sebutkan perubahan warna yang terjadi pada reaksi standarisasi NaOH dengan asam
oksalat dan jelaskan bagaimana proses perubahan warna yang terjadi, dibandingkan
dengan literatur!
Pada standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat terjadi perubahan warna menjadi
merah muda. Perubahan warna ini disebabkan oleh indikator pp (Fenolftalein). Pada
standarisasi NaOH, larutan akan memiliki sifat basa. Hal ini disebabkan karena reaksi yang
terjadi
H2C2O4 + 2H2O (aq) + 2 NaOH (aq) → Na2C2O4 (aq) + 2 H2O (aq) menghasilkan garam
yang bersifat basa (Irwanda, dkk, 2017).
NAMA MAFIQ AUFA HILMI
NIM 205100501111022
KELAS R
KELOMPO 3
KESIMPULAN