Oleh :
Nama : MAFIQ AUFA HILMI
NIM : 205100501111022
Kelompok : RE4
Nama Asisten : S. MIFTACHUL JANNAH
1. Mengetahui proses pembuatan bioplastik dan kelebihannya dari pati talas atau sagu.
2. Mengetahui fungsi penambahan CMC pada plastik Biodegradable
3. Menentukan prinsip dan waktu biodegrasi plastik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Talas merupakan jenis tanaman umbi-umbian yang memiliki nama ilmiah (Colocasia
esculenta). Talas merupakan salah satu bahan pangan potensial sebagai subtitusi bahaan pangan
pokok yaitu beras. Pengolahan talas menjadi tepung telah banyak diupayakan oleh berbagai
daerah di Indonesia baik secara konvensional dengan jumlah produksi kecil maupun secara
modern dengan skala industri. Tepung talas merupakan olahan lanjut dari umbi talas yang
multiguna dan dapat diolah menjadi berbagai macam produk pangan. Tepung talas sendiri
memiliki kandungan yang berbeda dengan tepung terigu maupun tepung dari bahan-bahan hasil
pertanian lainya. Dalam tepung talas terlandung berbagai macam zat antara lain kandungan abu,
karbohidrat, lemak, protein dan serat kasar (Lestari dan Maharani,2017). Kandungan kadar abu
tepung talas berkisar antara 3.11% - 3.84%. Kadar serat kasar atau selulosa pada tepung talas
berkisar antara 2.16% - 2.99%. Kandungan karbohidrat pada tepung talas berkisar antara 83.03%
- 86.94%. Pada penelitian lain menunjukkan bahwa tepung talas memiliki kadar karbohidrat yang
paling tinggi yaitu sebesar 95.7% dibandingkan dengan tepung kentang, tepung kedelai, dan
tepung jagung. Sementara itu kandungan kadar protein tepung talas berkisar antara 3.91% -
5.45%, angka ini cukup tinggi dibandingkan dengan tepung tapioka. Kadar lemak tepung talas
berkisar antara 0.32% - 0.38%. Kandungan nutrisi dalam tepung talas dipengaruhi oleh jenis atau
varietas umbi, iklim, kesuburan tanah, umur panen, dan teknologi pengolahannya (Hawa, et al,
2020).
Sagu merupakan tanaman yang telah lama dimanfaatkan sebagai sumber bahan pangan
pokok. Sagu memiliki berbagai macam kandungan nutrisi yang menunjang sebagai bahan pangan
pokok pengganti beras. Sagu juga dapat diolah menjadi tepung. Tepung sagu banyak
dimanfaatkan sebagai bahan dasar berbagai produk pangan. Terepung sagu memiliki berbagai
kandungan gizi antara lain karbohidrat, kandungan abu, protein, lemak dan serat kasar. Tepung
sagu pada kadar air 14,8 persen mengandung protein 1,9 persen, lemak 0,3 persen, karbohidrat
91,9 persen, serat kasar 1,7 persen dan abu 4,2 persen. Komponen kimia pati sagu sangat
bervariasi. Variasi tersebut tidak banyak dipengaruhi oleh perbedaan spesies, umur, dan habitat
dimana pohon sagu tumbuh. (Gardjiyo, et al.,2013).
Pati adalah polisakarida yang berasal dari hasil fotosintesis tanaman yang secara alami
berfungsi sebagai cadangan makanan. Pati umumnya berbentuk granula berwarna putih dan
bertekstur halus. Pati merupakan polimer yang tersusun atas dua komponen utama yaitu amilosa
dan amilopektin. Amilosa merupakan rantai polimer yang linier dengan terdapat ikatan alfa-1,4-
glikosidik. Sedangkan amilopektin terdiri dari 2 struktur yaitu rantai linier amilosa dengan ikatan
alfa-1,4- glikosidik serta terdapat percabangan pada ikatan alfa-1,6- glikosidik. Kandungan
amilosa pada pati lebih kecil dibandingkan dengan amilopektin dengan perbandingan 77%
amilopektin dan 23% amilosa (Deden, et al. 2020).
Selulosa adalah salah satu senyawa polisakarida yang tersusun dari anhidroglukosa dan
mempunyai bentuk empiris C6H10O5 dan menjadi penyusun utama dari dinding sel pada
tumbuhan. Selulosa dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu Selulosa α, Selulosa β, dan Selulosa γ.
Selulosa α merupakan jenis selulosa berantai panjang, tidak larut dalam larutan NaOH 17,5 %
atau larutan basa kuat dengan basa kuat dengan DP (derajat polimerisasi) antara 600 – 1500.
Selulosa α dipakai sebagai penduga dan atau penentu tingkat kemurnian selulosa. Selulosa β
merupakan jenis selulosa berantai pendek, larut dalam larutan NaOH 17,5% atau basa kuat
dengan DP 15 – 90 dan dapat mengendap bila dinetralkan. Sedangkan selulosa γ memiliki sifat
dan karakteristik yang sama seperti selulosa β, tetapi DP nya kurang dari 15 (Siswati, et al. 2021).
Plastik biodegradable merupakan plastik yang mudah tergredasi oleh agen biologis dalam
waktu yang relative singkat namun memiliki sifat yang mirip dengan plastik konvensional. Hasil
penguraian dari plastic biodegradable berupa CO2 dan molekul air. Plastik biodegradable terbuat
dari bahan polimer organik baik sebagai bahan utama pembentuknya maupun plasticizer dari
bahan organic sebagai bahan tambahan. Prinsip pembuatan plastk biodegradable yaitu gelatinisasi
molekul pati (Anita Z, et al., 2013).
Pembuatan plastik biodegradable menerapkan prinsip gelatinisasi. Gelatinisasi
merupakan proses perubahan yang terjadi pada granula pati menjadi bentuk gel melalui pemanasan
menggunakan air. Pemanasan pada suhu tinggi yang optimum ini menyebabkan granula pati
menjadi terpecah karena adanya proses hidrolisis polimer pati oleh molekul air. Granula akan
membengkak secara irreversible dan kemudian pecah menjadi molekul-molekul glukosa,
sehingga setelah proses ini berlangsung bentuk pati akan menggumpal dan memadat (Aripin et
al., 2017).
Bioplastik yang terbuat dari tepung talas memiliki berbagai macam kelebihan salah
satunya adalah memiliki kemampuan biodegradabilitas yang cukup tinggi. Semakin banyak
tepung atau pati yang ditambahkan, maka sifat biodegradabilitasnya semakin tinggi (Hidayat et
al., 2015).. Selain itu pati talas juga menambah kelenturan plastik. Hal tersebut dikarenakan
tepung talas memiliki kekuatan mekanis yang rendah, sehingga menyebabkan kuat tarik antar
campuran dari komposit semakin rendah juga sehingga kelenturan plastic dan elastisitasnya
meningkat (Ani Melani, dkk. 2017).
Sedangkan untuk bioplastic yang terbuat dari pati sagu memiliki berbagai kelebihan
antara lain memiliki biodegradabilitas yang tinggi. Kandungan karbohidrat yang tinggi pada pati
sagu cenderung meningkatkan kemampuan biodegradabilitas bioplastic. Selain itu bioplastic dari
pati sagu juga memiliki kemampuan untuk menahan air dan minyak yang cukup baik yang
disebabkan oleh besarnya granula pati dan kerapatan molekul yang cukup tinggi karena daya
Tarik antar molekul yang cukup kuat (Kamsiati et al., 2017).
Ani Melani, dkk. 2017. Bioplastik Pati Umbi Talas Melalui Proses Melt Intercalation
(Kajian Pengaruh Jenis Filler, Konsentrasi Filler dan Jenis Plasticiezer). Distilasi
2(2): 53-67
Anita Z.,et al. 2013. Pengaruh penambahan gliserol terhadap sifat mekanik film plastik
biodegradasi dari pati kulit singkong. Jurnal Teknik Kimia USU 2(2): 37-41.
Aripin S, et al. 2017. Studi Pembuatan Bahan Alternatif Platsik Biodegradable dari Pati
Ubi Jalar dengan Plasticizer Gliserol dengan Metode Melt Intercalation. Jurnal
Teknik Mesin 6: 79-84. DOI: 10.22441/jtm.v6i2.1185.
Deden, et al. 2020. Sifat Fisik Dan Kimia Edible Film Pati Umbi Gadung Pada Berbagai
Konsentrasi. Jurnal Pengolahan Pangan 5 (1) 26-33.
Gardjito, et al. 2013. Pangan Nusantara Karakteristik Dan Prospek Untuk Percepatan
Diversifikasi Pangan. Jakarta, Kencana.
Hawa, et al. 2020. Analisa Sifat Fisik Dan Kandungan Nutrisi Tepung Talas (Colocasia
Esculenta L.) Pada Suhu Pengeringan Yang Berbeda. AGROINTEK. 14 (1): 36-44
Hidayat R, et al. 2015. Pengaruh Penambahan Pati Talas Terhadap Sifat Mekanik dan
Sifat Biodegradable Plastik Campuran Polipropilena dan Gula Jagung. Jurnal
Fisika Unand 4(3): 267-271.
Irmayanti, I. 2018. Kinetika Reaksi Hidrolisis Pati Talas (Colocasia Esculenta) menjadi
Etanol dengan cara Fermentasi. Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Kamsiati E, et al. 2017. Potensi Pengembangan Plastik Biodegradable Berbasis Pati Sagu
Dan Ubi Kayu di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian36(2):
67-76. DOI: 10.21082/jp3.v36n2.2017.p67-76.
Lestari, A. D., & Maharani, S. 2017. Pengaruh Substitusi Tepung Talas Belitung
(Xanthosoma Sagittifolium) Terhadap Karakteristik Fisika, Kimia Dan Tingkat
Kesukaan Konsumen Pada Roti Tawar. Edufortech 2(2): 96-106.
Li, H., et al. 2011. Concomitant degradation in periodate oxidation of carboxymethyl
cellulose. Carbohydrate Polymers, 84(3), 881-886.
Mastuti E, et al. 2013. Hidrolisa Pati dari Kulit Singkong (Variabel Ratio Bahan
dan Konsentrasi Asam). Ekuilibrium 12(1): 5-10.
Ningsih EP, et al. 2019. Pengaruh Penambahan Carboxymethyl Cellulose Terhadap
Karakteristik Bioplastik dari Pati Ubi Nagara (Ipomea batatas L.). Indonesian
Journal of Chemical Research 7(1): 77-85
Nisah K. 2017. Study Pengaruh Kandungan Amilosa dan Amilopektin UmbiUmbian
Terhadap Karakteristik Fisik Plastik Biodegradable Dengan Plasticizer
Gliserol. Jurnal Biotik 5(2): 106-113. DOI: 10.22373/biotik.v5i2.3018.
Purnamawati, Neneng., Arief Yandra Putra. 2021. Pengaruh Kadar Suspensi Pati Kulit
Pisang Kepok pada Kinetika Reaksi Proses Hidrolisis. JREC 3(1). DOI
10.25299/jrec.2021.vol3(1).6979
Putri, dkk. 2019. Analisis Penambahan Carboxymethyl Cellulose terhadap Edible Film
Pati Umbi Garut sebagai Pengemas Buah Strawberry. Jurnal Riset Sains dan
Teknologi 3(2): 77-83.
Sari DM, et al. 2019. Pembuatan Bioplastik Berbasis Pati Sagu dengan Modifikator Asam
Sitrat dan Filler Carboxymethyl Cellulose (CMC). Jurnal FTEKNIK 6(1): 1-6.
Siswati, et al. 2021. Selulosa Asetat Dari Ampas Sagu. Jurnal Teknik Kimia 15(2).
SCREENSHOT SITASI