Anda di halaman 1dari 15

PEMBUATAN BIOPLASTIK BERBASIS PATI KULIT SINGKONG

I. Pendahuluan

Dalam beberapa tahun terakhir, permasalahan lingkungan di Indonesia

semakin meningkat, salah satunya adalah limbah plastik. Kebutuhan plastik

semakin lama semakin meningkat. Hal ini dikarenakan plastik mempunyai

keunggulan seperti lebih ringan, harga lebih murah, praktis, dan dapat mengawetkan

suatu produk. Sekitar 60% dari polietilen dan 27% dari poliester diproduksi untuk

membuat bahan pengemas yang digunakan dalam produk makanan. Penggunaan

plastik sebagai bahan pengemas menimbulkan berbagai persoalan, yaitu sulitnya

didaur ulang dan tidak dapat diuraikan secara alami oleh mikroba di dalam tanah.

Hal tersebut disebabkan oleh bahan baku utama yang berasal dari minyak bumi dan

memiliki struktur molekul yang sangat kompleks sehingga sulit terdegradasi secara

alami. (Evi Maryani, 2016)

Plastik merupakan material yang banyak digunakan dalam kehidupan

manusia terutama untuk kemasan, mempunyai sifat ringan, mudah digunakan dan

harganya terjangkau. Di dunia lebih dari 30 juta ton digunakan untuk bahan

kemasan. (Fang dan Fowler,2003). Plastik dengan bahan baku minyak bumi

sulit terurai sehingga membutuhkan ratusan tahun untuk terdegradasi

sempurna, sehingga dapat mengganggu ekosistem lingkungan.

Salah satu solusi pemecahan masalah tersebut adalah dengan mengganti

bahan baku plastik dengan bahan yang mudah terurai oleh pengurai, yang disebut

dengan bioplastik (bioplastik). Berbagai penelitian tentang bioplastik terus

1|Page
dikembangkan salah satunya dengan memanfaatkan polimer alam seperti pati.

Bioplastik merupakan salah satu bentuk plastik yang berasal dari bahan alami dan

bersifat biodegradable. Bioplastik dapat digunakan layaknya plastik konvensional

pada umumnya namun dapat terurai atau terdegradasi oleh aktivitas

mikroorganisme yang menghasilkan air dan senyawa tidak berbahaya bagi

lingkungan dan kesehatan (Sinaga, 2014). Bioplastik memanfaatkan limbah-limbah

organik yang mengandung banyak pati didalamnya, misalnya pati pada jagung,

lidah buaya, singkong dan umbi- umbian lainnya.

Bahan baku untuk bioplastik berasal dari unsur alami seperti polisakarida

(mis. Pati, selulosa, kitin dan lignin), protein (mis. Gelatin, kasein dan gluten

gandum) dan lipid (mis. Minyak nabati dan lemak hewan). Di Indonesia,

pengembangan bioplastik berbasis pati memiliki potensi besar, karena pati dapat

dengan mudah diperoleh oleh sebagian besar tanaman di Indonesia. Salah satu

sumber paling banyak untuk produksi pati di Indonesia adalah dari singkong.

Pengolahan singkong menghasilkan limbah organik seperti kulit singkong yang

dapat digunakan sebagai matriks bioplastik karena kandungan patinya yang

tinggi.

Pemanfaatan limbah organik seperti kulit singkong untuk produksi

bioplastik berbasis pati dapat membantu mengurangi kerusakan lingkungan yang

disebabkan oleh plastik konvensional. Bioplastik bernilai lebih tinggi dapat

diperoleh dengan meningkatkan sifat-sifatnya dengan pengisi penguat yang paling

melimpah dan dapat terbiodegradasi seperti selulosa. Tujuan dari dari makalah ini

2|Page
adalah untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan bioplastik berbasis pati

kulit singkong.

II. Pembahasan

II.1Defenisi Bioplastik

Bioplastik atau yang sering disebut plastic biodegradable, merupakan

salah satu jenis plastik yang hampir keseluruhannya terbuat dari bahan yang dapat

diperbarui, seperti pati, minyak nabati, dan mikrobiota. Ketersediaan bahan

dasarnya di alam sangat melimpah dengan keragaman struktur tidak beracun.

Bahan yang dapat diperbarui ini memiliki biodegradabilitas yang tinggi sehingga

sangat berpotensi untuk dijadikan bahan pembuat bioplastik (Stevens, 2002).

Bioplastik dapat dibuat dengan berbagai teknik dan metode sesuai dengan

tujuannya. Menurut Sri Widia (2010), bioplastik diproduksi pada skala industri

dalam bentuk PCL (poli-ε-kaprolakton), PHB (poli-βhidroksi butirat), PBS (poli

butilena suksinat), dan PLA (polilactic acid). Bahannya pun dapat berupa bahan

yang dapat diperbarui seperi pati dalam pembuatan PLA atau minyak bumi seperti

pada pembuatan PCL (Pusporini, 2011). Cara lain yang lebih mudah adalah

dengan membuat bioplastik dari nata. Pembuatan bioplastik dengan cara ini

membutuhkan bahan dasar seperti dari air cucian beras (Budi Haryono, 2011), air

kelapa (Lisbeth Tampubolon, 2009), air limbah tahu dan sari buah (Ani S., Erliza

H., dan Prayoga S., 2005).

Bioplastik adalah plastik atau polimer yang secara alamiah dapat dengan

mudah terdegradasi baik melalui serangan mikroorganisme maupun oleh

cuaca (kelembapan dan radiasi sinar matahari). Bioplastik dapat diperoleh

3|Page
dengan cara pencampuran pati dengan selulosa, gelatin dan jenis biopolimer

lainnya yang dapat memperbaiki kekurangan dari sifat plastik berbahan pati

(Ben, 2006). Bioplastik adalah salah satu jenis plastik yang terbuat dari sumber

biomassa terbarukan seperti minyak nabati, pati jagung,pati kacang polong dan

mikrobiota.

Sifat antara lain ketebalan, pemanjangan (elongation), dan kekuatan

peregangan (tensile strength). Ketebalan menentukan ketahanan film terhadap

laju perpindahan uap air, gas, dan senyawa volatil lainnya. Berdasarkan

penelitian (Indriyanto, 2014) tentang pengaruh penambahan kitosan terhadap

karakteristik bioplastik menghasilkan bioplastik dengan ketebalan optimum

0,07-0,12 mm. Ketebalan pada bioplastik didapatkan dari rata-rata hasil

perhitungan lima titik bagian dari bioplastik.

II.2Bioplastik Berbasis Pati dari Kulit Singkong

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia banyak memanfaatkan plastik,

mulai dari keperluan rumah tangga hingga industri, baik sebagai kemasan

maupun kebutuhan lainnya. Pada umumnya, plastik digunakan sebagai

kemasan. Salah satu kelemahan plastik yang digunakan sebagai kemasan

adalah tidak tahan panas sehingga produk dapat tercemari oleh partikel plastik

dan dapat mempengaruhi kesehatan konsumen. Faktor lain permasalahan

plastik saat ini adalah penggunaan bahan baku dari minyak bumi yang

merupakan bahan tidak terbarukan (Sanjaya, 2011). Hal ini menjadikan

penggunaan plastik semakin dipermasalahkan dari sisi lingkungan masa depan.

4|Page
Berdasarkan pada berbagai kelemahan yang ada pada plastik, maka

perlu dicari alternatif bahan baku yang berbasis bahan alami dan mudah

terurai. Alternatif dari plastik yang berbahan baku minyak bumi atau plastik

sintetis yaitu “biodegradable plastic”. Biodegradable plastic merupakan

plastik yang dapat terurai kembali secara alami oleh aktivitas mikroba, karena

bahan dasarnya terbuat dari senyawa alami yang diambil dari tumbuhan yaitu

berupa pati atau selulosa.Tumbuhan penghasil pati yang banyak juga terdapat

pada singkong. Pembuatan bioplastik dari pati kulit singkong menurut

penelitian Anita et al., (2013), yang memiliki sifat mekanik terbaik

didapatkan pada 12 gram pati kulit singkong. Penentuan proporsi bahan

paku yang pas akan menghasilkan plastik dengan sifat mekanik terbaik.

Menurut penelitian Sanjaya (2011), pembuatan bioplastik dari pati kulit

singkong yang memiliki sifat mekanik terbaik didapatkan pada konsentrasi

kitosan 2% dan gliserol 3%. Selama ini bioplastik yang dikembangkan terbuat

dari bahan dasar pati. Penggunaan tepung kulit singkong memiliki kendala

karena rendahnya kandungan pati, sehingga diperlukan alternatif lain yaitu

penambahan pati singkong.

II.3Proses Pembuatan Bioplastik Pati Dari Kulit Singkong

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini, magnektic stirrel, gelas

ukur, thermometer, neraca analitik, ball mill, SEM, alat kuat tarik, alumanium

foil dan lain-lain. Bahan yang digunakan yaitu, pati kayu, nano serat jerami,

ZnO, asam asetat, gliserol, akuades dan lain-lain.

5|Page
Pembuatan plastik biodegradable dari pati ubi kayu dengan penambahan ZnO

dan nano serat jerami pada penelitian ini hampir sama dengan bioplastik yang

dibuat dengan bahan baku pati lainya, namun demikian yang membedakan secara

fisik adalah pada kecerahan warna terutama pada pelakuan penambahan nano serat

jerami lebih bening dan lembut dipermukaan plastik bila dibandingkan dengan

penambahan ZnO yang hasilnya lebih kasar dan berwarna suram.

Diagram proses pembuatan plastik biodegradable diperlihatkan pada Gambar

di bawah ini :

Gambar 1. Diagram proses pembuatan bioplastik


(sumber : Maulida dkk, 2016)

6|Page
Bioplastik dari ubi kayu dengan penambahan penguat seperti ZnO dan

nano serat jerami diuji sifat biodegradablenya dengan menggunakan tanah.

Bakteri-bakteri bakteri yang ada didalam tanah akan menguraikan plastik

yang sudah ditanam sehingga memutus rantai-rantai polimer menjadi

monomer-monomernya melalui enzim yang dihasilkan dari bakteri tersebut.

Proses ini akan menghasilkan senyawa- senyawa organik berupa asam amino,

asam laktat, gula, alkohol, vitamin, protein dan senyawa organik lainya yang

aman terhadap lingkungan sekitar, kemampuan bioplastik degradasi karena

pendeknya rantai ikatan yang dimiliki semakin rendah berat melekul maka

polimer semakin mudah terdegradasi

Analisa biodegradasi bioplastik dilakukan melalui pengamatan film secara

visual. Proses uji biodegradable ini diperlukan untuk mempelajari tingkat

biodegradability film plastik yang dihasilkan kaitannya dengan pengaruh

mikroba pengurai, kelembaban tanah dan suhu bahkan faktor kimia/fisika lain.

Secara kimiawi, film plastik yang dihasilkan jelas bersifat biodegradable, hal

itu disebabkan oleh bahan baku yang digunakan adalah bahan baku organik

dan alami yang mudah berinteraksi dengan air dan mikroorganisme lain bahkan

Pada permukaan b i o p l a s t i k y a n g dihasilkan terlihat adanya

gelembung- gelembung udara. Pembentukan rongga udara disebabkan oleh

pengadukan dan p r o s e s p e n c e t a k a n b i o p l a s t i k y a n g m e m p e

n g a r u h i s t r u k t u r p e r m u k a a n bioplastik yang dihasilkan. Semakin

baik proses pencetakannya maka uap air yang terkandung dalam bahan akan

cepat m e n g u a p , s e h i n g g a d a l a m p r o s e s penguapan air

7|Page
tersebut partikel-partikel b a h a n a k a n b e r g e r a k k e a t a s d a n

menyebabkan lapisan antar sel menyatu. Pada foto SEM tampak pula bahwa

masih terdapatnya struktur granula pati didalamnya meskipun sudah tidak utuh.

Besarnya ukuran granula yang masih bisa diamati memiliki diameter 30 μm. Pati

yang berasal dari biji, umbi, akar, dan batang tanaman memiliki diameter granula

yang bervariasi antara 2-100 μm.

Pembuatan  plastik dengan bahan baku pati dengan gelatin dan gliserol

didapatkan hasil plastik berwarna transparan, terdapat pori (rongga) dan elastis.

Struktur bioplastik yang menggunakan gelatin memiliki banyak pori (rongga)

dibandingkan dengan struktur bioplastik yang tidak menggunakan gelatin. Rongga

pada bioplastik ini mudah terisi air sehingga menyebabkan bioplastik dengan

formula ini paling banyak menyerap air dibandingkan dengan bioplastik dengan

formula lainnya. Sedangkan struktur bioplastik yang tidak menggunakan gelatin

terlihat lebih rapat (dense), hal ini yang menyebabkan bioplastik dengan formulasi

ini memiliki persen perpanjangan yang bagus, namun kurang dalam penyerapan

air.

            Penyerapan air inilah yang menyebabkan plastik dapat dengan mudahnya

terurai jika dicelupkan ke dalam air. Sehingga jumlah air yang diserap oleh

bioplastik akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah gelatin

yang digunakan. Selain itu, banyaknya kandungan amilosa juga mempengaruhi

daya serap air bioplastik, karena amilosa banyak mengandung gugus hidroksil

sehingga menyebabkan sifat sangat hidrofilik. Formulasi terbaik bioplastik dengan

8|Page
daya tahan maksimum terhadap air yaitu pada formulasi dengan kandungan

gelatin 10%. 

            Oleh karena gelatin berbahan keras dan kaku diperlukan

penambahan plasticizer gliserol. Dengan penambahan gliserol, dapat membuat

struktur plastik lebih fleksibel, licin, dan elastis. Sehingga didapatkanlah plastik

yang bersifat transparan, elastis, hidrofilik (sifat suka air), dan mudah terurai yang

dinamakan sifat mekanik plastik. Sifat mekanik plastik dipengaruhi oleh besarnya

jumlah kandungan komponen-komponen penyusun film plastik (lembaran tipis

plastik) yang dalam hal ini ialah pati, gelatin serta gliserol.

            

2.4 Pati Singkong Sebagai Bahan Baku Bioplastik

Dalam menghasilkan bioplastik lebih banyak menggunakan pati tanaman

sebagai bahan baku. Pati merupakan polimer alami, dihasilkan dari

pemanfaatan karbon dioksida dan air melalui proses fotosintesis, dapat

terdegradasi sempurna dan harganya relatif murah. Secara ekonomi, pati lebih

kompetitif dibandingkan dengan minyak bumi karena berasal dari bahan nabati

yang dapat diperbaharui. Proses produksi bioplastik dari pati lebih sederhana

dibandingkan dengan bahan baku lain. Pati dapat diproses menggunakan

beberapa metode menjadi bioplastik. Jenis pati yang banyak digunakan adalah

pati jagung dan pati ubi kayu (Sriroth et al. 2000; Lu et al. 2009). Bioplastik

berbahan dasar pati merupakan jenis bioplastik yang paling banyak diproduksi

(Swamy and Sigh 2010).

9|Page
Di Indonesia, pati menjadi pilihan sebagai bahan baku bioplastik karena

ketersediaannya cukup melimpah. Jenis pati yang dapat digunakan sebagai

bahan baku bioplastik di antaranya pati ubi kayu, pati sagu, dan pati jagung.

Pati dari sumber karbohidrat lain maupun limbah pertanian yang dapat

dimanfaatkan sebagai bahan baku bioplastik di antaranya pati umbi porang,

pati biji durian, dan pati dari kulit ubi kayu. Sagu dan ubi kayu merupakan

sumber pati yang ketersediaannya yang cukup melimpah di Indonesia.

Ubi kayu mengandung karbohidrat cukup tinggi, berkisar antara

34,737,9%. Sebagai bahan industri ubi kayu umumnya diproses menjadi

tapioka. Tapioka merupakan pati yang diambil dari ubikayu. Tapioka dapat

dimanfaatkan untuk bahan pangan maupun industri non pangan. Sebagai bahan

pangan, tapioka setelah melalui prose modifikasi dapat digunakan sebagai

food ingredient. Tapioka juga dapat digunakan sebagai bahan baku bioplastik.

Selain tapioka, limbah kulit ubi kayu dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan baku

bioplastik. Rendemen tapioka ubi kayu berkisar antara 15,25%.

Komponen utama penyusun tapioka adalah pati dengan kandungan

amilopektin sedikit lebih tinggi daripada amilosa. Sebagaimana dijelaskan

sebelumnya, kandungan amilosa dan amilopektin mempengaruhi kristalinitas

dan kekuatan mekanis bioplastik yang dihasilkan. Pati dengan kandungan

amilopektin tinggi dengan penambahan plasticizer dapat meningkatkan

kekuatan mekanisnya. memerlukan modifikasi kimia untuk meningkatkan sifat

mekanis. Oleh karena itu, dalam pembuatan bioplastik d e ngan b ah an d

asar pati memerlukan tambahan plasticizer (bahan pemlastis) untuk

10 | P a g e
meningkatkan sifat mekanis. Bahan tambahan lain yang banyak digunakan

adalah kitosan, gelatin, dan selulosa yang berfungsi memperkuat sifat mekanis.

Modifikasi pati juga dapat dilakukan untuk mengubah sifat mekanis dari pati

alami. Jenis bahan yang berbeda akan menghasilkan plastik biodegradable d

engan kar akteristik yang berbeda.

11 | P a g e
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Bioplastik

Bioplastik merupakan plastik yang dapat duraikan kembali oleh


mikroorganisme tanah secara alami menjadi senyawa yang ramah
lingkungan. Biodegradable plastic bag  hanya membutuhkan 12 – 24 bulan untuk bisa
terurai dengan sempurna. Bioplastik terbuat dari material yang dapat diperbaharui,
yaitu dari senyawa-senyawa yang terdapat dalam tanaman misalnya selulosa,
kolagen, kasein, protein atau lipid yang terdapat dalam hewan maupun tumbuhan
(dalam https://altindo.co.id/kelebihan-dan-kelemahan-plastik-biodegradable/, diakses
24 November 2019)

Kelebihan dan kekurangan bioplastik dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Kelebihan Plastik Biodegredable dibanding Plastik Biasa:


a. Mudah terurai oleh Mikroorganisme di tanah

Plastik Biodegredable ini yang dapat terurai dalam waktu lebih singkat dari
plastik pada umumnya bisa membantu kita mengatasi permasalahan sampah plastic
yang kian menumpuk.

b. Tidak mengandung zat berbahaya pencemar lingkungan.

Plastik konvensional biasanya terbuat dari pengolahan bahan bakar fosil yang
mengandung berbagai zat berbahaya pencemar lingkungan. Dan Plastik
Biodegredablek di sini terbuat dari bahan – bahan organik yang tidak mengandung
zat pencemar lingkungan.

c. Mengurangi volume sampah kota.

12 | P a g e
Plastik Biodegredable yang mampu terurai dalam waktu yang lebih singkat daripada
lastik Konvensional mampu mengurangi problem sampah plastik yang menggunung.

2. Kelemahan Plastik Biodegredable:


a. Tidak membusuk kecuali dibuang dengan perlakuan khusus

Dalam proses degredasinya masih memerlukan perlakuan khusus dengan


menguburnya dalam tanah agar mikroorganisme dalm tanah dapat menuraikannya.

b. Hanya terurai pada suhu 122 derajat Fahrenheit atau sekitar 35.

Suhu sekian hanya terjadi di daratan, sehingga bila berada di laut sulit untuk terurai.
Jika ada di laut akan tenggelam, dan tidak akan terkena UV untuk terurai.

III. Penutup

Bioplastik merupakan salah satu alternatif pengganti plastik. Karena bioplastik

terbuat dari biopolimer yang dapat terdegradasi oleh mikroorganisme. Bioplastik

telah dikembangkan sebagai subtitusi penggunaan plastik konvensional dan ramah

lingkungan. Bioplastik dapat diproduksi dari bahan dasar pati yang banyak tersedia di

Indonesia, salah satunya pati ubi kayu. Teknologi produksi bioplastik relatif

sederhana dan produk yang dihasilkan memiliki karakteristik yang menyerupai jenis

kemasan plastik yang banyak digunakan. Teknologi produksi bioplastik dalam skala

yang lebih besar masih perlu dikembangkan untuk menghasilkan produk yang secara

ekonomi menguntungkan. Bioplastik adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk

menjadi solusi permasalahan penggunaan kemasan plastik konvensional. Bioplastik

13 | P a g e
dirancang untuk memudahkan proses degradasi oleh reaksi enzimatis mikroorganisme

seperti bakteri dan jamur. Bioplastik yang terbuat dari pati akan menghasilkan

bioplastik yang bisa terurai dengan mikroorganisme. Hal ini sangat berpengaruh baik

untuk lingkungan.

14 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Anita, Z., Akbar, F., & Harahap, H. (2013). Pengaruh Penambahan Gliserol
Terhadap Sifat Mekanik Film Plastik Biodegradasi dari Kulit Singkong.
Jurnal Kimia Universitas Sumatra Utara, 2(2), 37-41.

Ben, E., & Z., H. A. (2007). Studi Awal Pemisahan Amilosa dan
Amilopektin Pati Singkong Dengan Fraksinasi Butanol-Air. Jurnal
Sains dan Teknologi Farmasi, 12, 1-11.
Evi, Maryanti, dkk. 2016. Pembuatan Bioplastik Berbahan Pati Ubi Jalar (Ipomoea
batatas L.), Gliserin Dan Penambahan Nanopartikel Zno Dengan
Menggunakan Metode Melt-Intercalation. Jurnal Gradien Vol. 12 No. 2
Juli 2016: 1175-1180
https://altindo.co.id/kelebihan-dan-kelemahan-plastik-biodegradable/, diakses 24
November 2019)
Maulida dkk. 2016. Production of Starch Based Bioplastic from Cassava Peel
Reinforced with Microcrystalline Celllulose Avicel PH101Using
Sorbitol as Plasticizer. Journal of Physics: Conference Series 710 (2016)
012012
Sanjaya, I. G. (2011). Pengaruh Penambahan Khitosan dan Plasticizer Gliserol pada
Karakteristik Bioplastik dari Pati Limbah Kulit Singkong (Skripsi).
Institut Teknologi Surabaya. Indonesia.
Stephen, Bresnick. 2002. Istilah Kimia Umum. Jakarta: Erlangga

15 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai