Anda di halaman 1dari 5

PEMBUATAN BIOPLASTIK BERBASIS PATI KULIT SINGKONG

I. PENDAHULUAN

Dalam beberapa tahun terakhir, permasalahan lingkungan di Indonesia

semakin meningkat, salah satunya adalah limbah plastik. Kebutuhan plastik

semakin lama semakin meningkat. Hal ini dikarenakan plastik mempunyai

keunggulan seperti lebih ringan, harga lebih murah, praktis, dan dapat mengawetkan

suatu produk. Sekitar 60% dari polietilen dan 27% dari poliester diproduksi untuk

membuat bahan pengemas yang digunakan dalam produk makanan. Penggunaan

plastik sebagai bahan pengemas menimbulkan berbagai persoalan, yaitu sulitnya

didaur ulang dan tidak dapat diuraikan secara alami oleh mikroba di dalam tanah.

Hal tersebut disebabkan oleh bahan baku utama yang berasal dari minyak bumi dan

memiliki struktur molekul yang sangat kompleks sehingga sulit terdegradasi secara

alami. (Evi Maryani, 2016)

Salah satu solusi pemecahan masalah tersebut adalah dengan mengganti

bahan baku plastik dengan bahan yang mudah terurai oleh pengurai, yang disebut

dengan plastik biodegradable (bioplastik). Berbagai penelitian tentang bioplastik

terus dikembangkan salah satunya dengan memanfaatkan polimer alam seperti

pati. Bioplastik merupakan salah satu bentuk plastik yang berasal dari bahan alami

dan bersifat biodegradable. Bioplastik dapat digunakan layaknya plastik

konvensional pada umumnya namun dapat terurai atau terdegradasi oleh aktivitas

mikroorganisme yang menghasilkan air dan senyawa tidak berbahaya bagi

lingkungan dan kesehatan (Sinaga, 2014). Bioplastik memanfaatkan limbah-limbah


organik yang mengandung banyak pati didalamnya, misalnya pati pada jagung,

lidah buaya, singkong dan umbi- umbian lainnya.

Bahan baku untuk bioplastik berasal dari unsur alami seperti polisakarida

(mis. Pati, selulosa, kitin dan lignin), protein (mis. Gelatin, kasein dan gluten

gandum) dan lipid (mis. Minyak nabati dan lemak hewan). Di Indonesia,

pengembangan bioplastik berbasis pati memiliki potensi besar, karena pati dapat

dengan mudah diperoleh oleh sebagian besar tanaman di Indonesia. Salah satu

sumber paling banyak untuk produksi pati di Indonesia adalah dari singkong.

Pengolahan singkong menghasilkan limbah organik seperti kulit singkong yang

dapat digunakan sebagai matriks bioplastik karena kandungan patinya yang

tinggi.

Pemanfaatan limbah organik seperti kulit singkong untuk produksi

bioplastik berbasis pati dapat membantu mengurangi kerusakan lingkungan yang

disebabkan oleh plastik konvensional. Bioplastik bernilai lebih tinggi dapat

diperoleh dengan meningkatkan sifat-sifatnya dengan pengisi penguat yang paling

melimpah dan dapat terbiodegradasi seperti selulosa. Tujuan dari dari makalah ini

adalah untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan bioplastik berbasis pati

kulit singkong.

II. PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BIOPLASTIK
Bioplastik atau yang sering disebut plastik biodegradable, merupakan salah satu

jenis plastik yang hampir keseluruhannya terbuat dari bahan yang dapat diperbarui,

seperti pati, minyak nabati, dan mikrobiota. Ketersediaan bahan dasarnya di alam

sangat melimpah dengan keragaman struktur tidak beracun. Bahan yang dapat

diperbarui ini memiliki biodegradabilitas yang tinggi sehingga sangat berpotensi

untuk dijadikan bahan pembuat bioplastik (Stevens, 2002).

Bioplastik dapat dibuat dengan berbagai teknik dan metode sesuai dengan

tujuannya. Menurut Sri Widia (2010), bioplastik diproduksi pada skala industri dalam

bentuk PCL (poli-ε-kaprolakton), PHB (poli-βhidroksi butirat), PBS (poli butilena

suksinat), dan PLA (polilactic acid). Bahannya pun dapat berupa bahan yang dapat

diperbarui seperi pati dalam pembuatan PLA atau minyak bumi seperti pada

pembuatan PCL (Pusporini, 2011

Berdasarkan bahan baku yang dipakai,bioplastik dikelompokkan menjadi 2

kelompok, yaitu kelompok dengan bahan baku petrokimia (non-renewable

resources) dengan bahan aditif dari senyawa bio-aktif yang bersifat biodegradabel,

dan kelompok kedua adalah dengan keseluruhan bahan baku dari sumber daya alam

terbarukan (renewable resources) seperti dari bahan tanaman pati dan selulosa

serta hewan seperti cangkang atau dari mikroorganisme yang dimanfaatkan untuk

mengakumulasi plastik yang berasal dari sumber tertentu seperti lumpur aktif atau

limbah cair yang kaya akan bahanbahan organik sebagai sumber makanan bagi

mikroorganisme tersebut (Wikipedia, 2009; Adam S dan Clark D, 2009). Saat ini

polimer bioplastik yang telah diproduksi adalah kebanyakan dari polimer jenis

poliester alifatik.

Plastik biodegradabel yang sudah diproduksi skala industri, antara lain:


a. Poli (ε-kaprolakton) (PCL) : PCL adalah polimer hasil sintesa kimia

menggunakan bahan baku minyak bumi. PCL mempunyai sifat

biodegradabilitas yang tinggi, dapat dihidrolisa oleh enzim lipase dan

esterase yang tersebar luas pada tanaman, hewan dan mikroorganisme.

Namun titik lelehnya yang rendah, Tm=60˚C, menyebabkan bidang aplikasi

PCL menjadi terbatas (Awaliyyah RF, 2008; Pranamuda H, 2009).

b. Poli (ß-hidroksi butirat) (PHB) : PHB adalah poliester yang diproduksi sebagai

cadangan makanan oleh mikroorganisme seperti Alcaligenes (Ralstonia)

eutrophus, Bacillus megateriumdsb. PHB mempunyai titikleleh yang tinggi

(Tm= 180˚C), tetapi karena kristalinitasnya yang tinggi menyebabkan sifat

mekanik dari PHB kurang baik (Ping KC, 2006). Poli (butilena suksinat) (PBS):

PBS mempunyai titik leleh yang setara dengan plastik konvensional

polietilen, yaitu Tm=113˚C.

c. Poli asam laktat (PLA) : PLA merupakan poliester yang dapat diproduksi

menggunakan bahan baku sumberdaya alam terbarui seperti pati dan

selulosa melaui fermentasi asam laktat. PLA mempunyai titik leleh yang

tinggi sekitar 175˚C, dan dapat dibuat menjadi lembaran film yang

transparan (Kurniawan RA, 2010; Pranamuda H, 2009).

Plastik biodegradable jika dibakar, hasilnya bukan senyawa yang beracun. Plastik

tersebut sangat sesuai dengan siklus karbon alami, karena ketika dibuang ke

lingkungan dan diurai oleh mikroorganisme diperoleh hasil CO2. Peristiwa

biodegradasi dapat terjadi di semua lingkungan, baik pada kondisi aerob

maupun anaerob, dan di dalam tubuh hewan (Diah, 2014).


Menurut Gautam (2009) kegunaan plastik biodegradable pada kehidupan

sehari-hari antara lain:

a. Sebagai kemasan (wadah makanan dan pembungkus)

b. Sebagai kantong plastik untuk pengomposan sampah makanan dan

sebagai tas di supermarket

c. Produk Catering (sendok, garpu, piring,cangkir, sedotan)

d. Pertanian (Film mulsa, pot tanaman)

e. Produk-produk kesehatan

f. Implant pada Medis dan Dental

BIOPLASTIK BERBASIS PATI DARI KULIT SINGKONG

B. PROSES PEMBUATAN BIOPLASTIK BERBASIS PATI DARI KULIT

SINGKONG

C. KARAKTERISTIK BIOPLASTIK BERBASIS PATI DARI KULIT

SINGKONG

III. PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai