Anda di halaman 1dari 15

TEORI PERILAKU KONSUMEN

1.

PENGERTIAN PENGERTIAN DAN ASUMSI ASUMSI UTAMA


Bagian ini menguraikan perilaku konsumen dalam menentukan alokasi
sumber daya ekonominya. Tujuan yang ingin dicapai oleh konsumen adalah
kepuasan maksimum. Untuk dapat membahasnya kita harus mengetahui
beberapa pengertian dan asumsi dasar (utama).
a)

BARANG (COMMUDITIES)
Barang adalah benda dan jasa yang dikonsumsi untuk memperoleh manfaat
atau kegunaan. Bila seorang mengonsumsi lebih dari satu barang dan jasa,
seluruhnya digabungkan dalam bundel barang (commudities bundle). Barang
yang dikonsumsi mempunyai sifat makin banyak dikonsumsi makin besar
manfaat yang diperoleh (good). Contohnya pakaian, makin banyak dimiliki
makin memberi manfaat. Sesuatu yang bila konsumsinya ditambah justru
mengurangi kenikmatan hidup (bad), tidak dimasukkan dalam analisis.
Misalnya, penyakit, makin banyak makin menyusahkan.
b)

UTILITAS (UTILITY)
Utilitas (utility) adalah manfaat yang diperoleh karena mengonsumsi barang.
Utilitas merupakan ukuran manfaat suatu barang dibanding dengan alternatif
penggunaannya. Utilitas digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh
konsumen. Utilitas total (total utility/TU) adalah manfaat total yang diperoleh
dari seluruh barang yang dikonsumsi. Utilitas marjinal (marginal utility/MU)
adalah tambahan manfaat yang diperoleh karena menambah konsumsi
sebanyak satu unit barang.
c)

HUKUM PERTAMBAHAN MANFAAT YANG MAKIN MENURUN


(THE LAW OF DIMINISHING MARGINAL UTILITY
Pada awalnya penambahan konsumsi suatu barang akan memberi tambahan
utilitas yang besar, tetapi makin lama pertambahan itu bukan saja makin
menurun, bahkan menjadi negative. Good sudah berubah menjadi bad. Gejala
ini disebut sebagai Hukum Pertambahan manfaat yang Makin Menurun ( The
Law of Diminishing Marginal Utility , untuk selanjutnya disingkat LDMU).
Dalam analisis perilaku konsumen, gejala LDMU dilihat dari meakin
menurunnya nilai utilitas marjinal. Karena dasar analisisnya adalah perubahan
utilitas marjinal, analisis ini dikenal sebagai analisis marjinal (marginal
analysis).
Analisis marjinal mula-mula dikembangkan untuk menjawab pertanyaan
mengapa berlian lebih mahal daripada air? Ada yang menjaeab karena utilita
penggunaan berlian lebih tinggi daripada air. Jawaban ini disanggah dengan
mengatakan bahwa ada kondisi di mana air terasa lebih bernilai daripada
berlian, misalnya pada saat manusia sangat haus. Tetapi mengapa secara umum
harga berlian lebih mahal daripada air? Seorang bernama Gossen manjawab
bahwa pertambahan manfaat dari air cepat sekali menurun. Jika seorang sangat
haus, segelas pertama air akan memberi manfaat yang sangat besar, tetapi
setelah gelas keempat atau kelima, peryambahaan manfaat air sudah sangat
menurun. Tidak demikian halnya dengan berlian. Itu sebabnya harga air lebih
murah daripada harga berlian. Untuk menghormati Gossen maka hokum
pertambahan manfaat yang makin menurun disebut sebagai hukum Gossen
(Gossen law).

d)

KONSISTENSI PREFERENSI (TRANSITIVITY)


Konsep preferensi berkaitan dengan kemampuan konsumen menyusun
prioritas pilihan agar dapat mengambil kuputusan. Minimal ada dua sikap yang
berkaitan dengan preferensi konsumen, yaitu lebih suka (prefer) dan atau samasama disukai (indiffernce). Misalnya ada dua barang X dan Y, maka kinsumen
mengatakan X lebih disukai daripada Y (X > Y) atau X sama-sama disukai
seperti Y (X = Y). Tanpa sikap ini perilaku konsumen sulit dianalisis.
Syarat lai agar perilakunya dapat dianalisis, konsumen harus memiliki
konsistensi preferensi. Bila barang X lebih disukai dari Y (X > Y) dan barang Y
lebih disukai dari Z (Y > Z), maka barang X lebih disukai dari Z (X > Z).
Konsep ini disebut transitivitas (transitivity).
e)

PENGETAHUAN SEMPURNA (PERFECT KNOWLEDGE)


Konsumen diasumsikan memiliki informasi atau pengetahuan yang
sempurna berkaitan dengan keputusan konsumsinya. Mereka tahu persis
kualitas barang, kapasitas produksi, teknologi yang digunakan dan harga
barang di pasar. Mereka mampu memprediksi jumlah penerimaan untuk suatu
periode konsumsi.
2.

TEORI KARDINAL (CARDINAL THEORY)


Teori Kardinal menyatakan bahwa kegunaan dapat dihitung secara nominal,
sebagaimana kita menghitung berat dengan gram atau kilogram, panjang
dengan centimeter atau meter. Sedangkan satuan ukuran kegunaan (utility)
adalah util. Keputusan untuk mengkonsumsi suatu barang berdasarkan
perbandingan antara menfaat yang diperoleh dengan biaya yang harus
dikeluarkan. Nilai kegunaan yang diperoleh dari konsumsi disebut utilitas total
(TU). Tambahan kegunaan dari penembahan satu unit barang yang dikonsumsi
disebut utilitas marjinal (MU). Total uang yang harus dikeluarkan untuk
konsumsi adalah jumlah unit barang dikalikan harga per unit. Untuk setiap unit
tambahan konsumsi, tambahan biaya yang harus dikeluarkan sama dengan
harga barang per unit.
Misalnya Achmad ingin membeli baju, yang harga per helainya Rp
25.000,00. Berapa buah baju yang akan di konsumsi? Untuk menjawabnya, kita
harus tahu dahulu nilai baju itu bagi Achmad yang diasumsikan setera dengan
rupiah. Seandainya pola konsumsi Achmad seperti Tabel.1.
Tabel.1
Utilitas Total dan Utilitas Marjinal dari mengonsumsi Baju
Harga baju
Jumlah baju
Uang yang
Kegunaan
Tambahan
per helai
yang
harus
total/TU
kegunaan/MU
(Rp)
dikonsumsi
dikeluarkan
(util)
(util)
(Rp)
25.000
1
25.000
50.000
50.000
25.000
2
50.000
125.000
75.000
25.000
3
75.000
185.000
60.000
25.000
4
100.000
225.000
40.000
25.000
5
125.000
250.000
25.000
25.000
6
150.000
250.000
25.000
25.000
7
175.000
225.000
-50.000
25.000
8
200.000
100.000
-100.000

Bagi Achmad, baju pertama nilai kegunaannya jauh lebih besar


dibandingkan uang yang harus dikeluarkan. Hanya dengan Rp 25.000 diperoleh
kegunaan 50.000 util. Karenanya dia mau menambah konsumsi bajunya. Baju
yang kedua memberi tambahan total (MU) lebih besar daripada yang pertama,
yaitu 75.000 util, berarti kegunaan total (TU) menjadi 125.000 util. Dia pun
menambah konsumsi baju menjadi tiga, yang memberi Tu 185.000 util dan MU
60.000 util. Walaupun telah terjadi penurunan MU (hukum pertambahan
manfaat yang makin menurun telah terjadi), tetap lebih menguntungkan.
Seandainya Achmad terus menambah konsumsi bajunya, maka setelah baju
kelima penambahan konsumsi tidak menambah TU, bahkan dapat menurunkan
TU karena MU sudah < 0 (negatif). Pergerakan angka-angka dalam tabel dapat
diterjemahkan dalam bentuk grafik berikut ini (Diagram 1). Terlihat kurva TU
pada awalnya menarik tajam, seiring naiknya nilai MU. Di titik A MU mencapai
maksimum, untuk selanjutnya menurun yang menyebabkan slope kurva TU
makin mendatar.
Diagram 1
Kurva-kurva Utilitas Total dan
Utilitas Marjinal
Util
200
175
150
125
TU

100
A

75
50
25

MU = 0; TU maks

baju

MU
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Achmad akan berhenti
mengonsumsi pada baju yang kelima. Jika setelah itu dia menambah jumlah
baju yang dikonsumsi, tindakan itu bukan saja tidak menambah TU, bahkan
menguranginya. Achmad berhenti mengonsumsi pada saat harga baju (Rp
25.000) sama dengan nilai utilitas marjinal (25.000 util).
MU = P (1)
Prinsip ini berlaku untuk semua barang, sehingga konsumen akan mencapai
kepuasan maksimum pada saat:

MUx= Px .. (2)
Dimana : MUx = tambahan kegunaan X
Px
= harga X
3.

TEORI ORDINAL (ORDINAL THEORY)

a. KURVA INDIFERENSI (INDIFFERENCE CURVE)


Menurut Teori Ordinal, kegunaan tidak dapat dihitung; Hanya dapat
dibandingkan, sebagaimana kita menilai kecantikan atau kepandaian seseorang.
Untuk menjelaskan pendapatnya, Teori Ordinal menggunakan kurva indiferensi
(Indifference curve). Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkan
berbagai kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberikan tingkat
kepuasan yang sama bagi seorang konsumen. Suatu kurva indifernsi atau
sekumpulan kurva indiferensi (yang disebut peta indiferensi atau indifference
map), dihadapi oleh seorang konsumen. Misalkan Sutarno mengombinasikan
konsumsi makan bakso dengan makan sate.
Walaupun telah dinyatakan bahwa menurut teori ordinal kegunaan atau
kepuasan tidak dapat dihitung, namun untuk keperluan studi (agar menjadi
lebih jelas), tidaklah salah satu bila kita mengasumsikan bahwa informasi dari
kurva indifernsi dapat diterjemahkan dalam persamaan kuantitatif. Misalnya
nilai kegunaan (kepuasan) Sutarno dari mengonsumsi makan bakso dan makan
sate per bulan dapat ditulis sebagai
U = X . Y . (3)
Dimana : U = tingkat kepuasan
X = makan bakso (mangkok per bulan)
Y = makan sate (porsi per bulan)
Untuk mencapai tngkat kepuasan 100 (U = 100), beberapa kombinasi yang
mungkin dicantumkan dalam Tabel.2
Tabel 2
Nilai Kepuasan Dari
Makan Bakso dan Makan Sate
Makan Bakso
(mangkok per bulan)
25 kali
20 kali
10 kali
5 kali
4 kali

Makan Sate
(porsi per bulan)
4 porsi
5 porsi
10 porsi
20 porsi
25 porsi

Nilai Kepuasan
100
100
100
100
100

Jika kombinasi itu disajikan dalam kurva akan diperoleh kurva indiferensi
(IC) seperti ditunjukkan oleh diagram 2

Diagram 2
Kurva Indiferensi (Indifference Curve)
Makan
Bakso
25
20
15
10

U = X.Y

5
4

U = 100
0

45

10

15

20

25 Makan
Sate

ASUMSI-ASUMSI KURVA INDIFERENSI


1) SEMAKIN JAUH KURVA INDIFERENSI DARI TITIK ORIGIN, SEMAKIN
TINGGI TINGKAT KEPUASANNYA.
Asumsi ini penting, agar asumsi bahwa konsumen dapat membandingkan
pilihannya terpenuhi. Kumpulan kurva indiferensi (dinamakan peta indiferensi
atau indifference map) hanya mengatakan bahwa makin ke kanan atas, tingkat
kepuasannya makintinggi; Tetapi tidak dapat mengatakan berapa kali lipat.
Misalnya, walaupun IC3 jaraknya terhadap titik (0,0) adalah tiga kali IC 1, tdak
berarti tingkat kepuasan yang diberikan IC 3 adalah tiga kali lipat IC 1. Yang
dapat dikatakan adalah IC3 memberi tingkat kepuasan lebih besar dari IC1.
Diagram 3
Himpunan kurva Indiferensi
(Peta indiferensi)

IC3
IC1
0

IC2
X

2)

KURVA INDIFERENSI MENURUN DARI KIRI ATAS KE KANAN BAWAH


(DOWNWARD SLOPING), DAN CEMBUNG KE TITIK ORIGIN (CONVEX
TO ORIGIN).
Asumsi ini menggambarkan adanya kelangkaan. Bila suatu barang makin
langka, harganya semakin mahal. Hal ini dijelaskan dalam konsep Marginal
Rate of Substitution (MRSyx), yaitu berapa banyak barang Y harus dikorbankan
untuk menambah 1 unit barang X demi menjaga tingkat kepuasan yang sama.
Berdasarkan hukum LDMU, jumlah Y yang ingin dikorbankan makin kecil
pada saat jumlahnya makin sedikit (langka).
Kurva indiferensi yang cembung kea rah titik origin menjelaskan kadar
penggantian marjinal. Tingkat penggantian marjinal menggambarkan besarnya
pengorbanan atas konsumsi suatu barang untuk menambah konsumsi barang
lainnya dengan tetap mempertahankan tingkat kepuasan yang diperoleh.
Diagram.4
Marginal Rate of substitution (MRS)
Y
Y1

Y2

Y3

0
X1 X2 X3
X
Dalam Diagram 4 pada awalnya jumlah Y yang ingin dikorbankan untuk
memperoleh tambahan satu unit X adalah OY 1- OY2. Sehingga besarnya MRSyx
adalah (OY1- OY2 / OX1- OX2). Pada saat ingin menambah 1 unit X lagi (dari
OX2 ke OX3), jumlah Y yang ingin dikorbankan menjadi lebih kecil(OY 2- OY3),
sehingga nilai MRSyx berubah. Jumlah Y yang ingin dikorbankan menurun,
karena jumlah Y yang ingin dimiliki makin sedikit (langka)

3)

KURVA INDIFERENSI TIDAK SALING BERPOTONGAN.


ASUMSI INI PENTING AGAR ASUMSI TRANSITIVITAS TERPENUHI.
Diagram.5
Posisi Kurva-kurva Indiferensi Dikaitkan
Dengan Konsistensi Preferensi (Transitivitas)

Y
Pada Diagram 5.a IC1 dan IC2 berpotongan di titik B, berarti IC 1 = IC2. Di
titik C, IC2 > IC1 padahal di titik A, IC1 > IC2. Keadaan itu tidak sesuai dengan
asumsi transitivitas yang mengatakan: BilaAA > B dan B > C, maka A > C.
Asumsi transitivitas hanya terpenuhi bila IC 1 dan IC2 tidak saling berpotongan
A
(Diagram 5.b)
B
BKURVA GARIS ANGGARAN (BUDGET
b.
LINE CURVE)
Garis anggaran (budget line) adalah kurva yang menunjukkan kombinasi
C
IC3
konsumsi dua macam barang
yang membutuhkan
biaya (anggaran)
yang sama
IC2
besar. Misalnya garis
IC2 sedangkan harga
IC anggaran dinotasikan sebagai BL,
sebagai P (Px untuk X 1dan Py untuk Y) dan jumlah barang
IC1 yang dikonsumsi
adalah Q (Qx untuk X dan Qy untuk Y), maka
0
X
BL = Px.Qx + Py.QyX..
(4)
(b)
(a)
Kurva-kurva
indiferensi
Kurva-kurva
indiferensi
Kemiringan
(slope) kurva BL adalah
negatif, yang
merupakan rasio Px dan
yangOY
tidak
berpotongan
yang
berpotongan
Py. Pada
Diagram 6 kita melihat bahwa
sama
dengan besarnya pendapatan
(M) dibagi harga Y, sedangkan OX sama dengan besarnya pendapatan (M)
dibagi harga X. Sehingga slope kurva garis anggaran adalah:
- (OY / OX) = - (1 / Py.M) / (1 / Px.M) = - Px / Py (5)

Diagram.6
Kurva Garis Anggaran (Budget Line Curve)
Y

Y1
Y2
Y3

BL = Px.Ox + Py.Oy
0

X1

X2

X3

Dari kurva di atas:


Px.X1 + Py.Y1 = Px.X2 + Py.Y2 = Px.X3 + Py.Y3

c.

Perubahan Harga Barang dan Pendapatan

Perubahan harga dan pendapatan akan mempengaruhi daya beli, diukur


dari besarnya luas bidang segi tiga yang dibatasi kurva garis anggaran. Bila luas
bidang segitiga makin luas, daya beli meningkat. Begitu juga sebaliknya.
Diagram.7a menunjukkan jika harga X turun, dengan jumlah pendapatan
nominal yang sama, jumlah X yang dapat dibeli makin banyak (pendapatan
nyata meningkat), sehingga kurva garis anggaran yang sekarang adalah BL 2.
Jika harga X naik, garis anggaran yang baru adalah BL3, dimana pendapatan
nyata menurun.
Diagram.7b menunjukkan bila pendapatan meningkat berarti daya beli
meningkat, sehingga kurva garis anggaran bergeser sejajar ke kanan. Begitu
sebaliknya
Diagram.7
Perubahan Garis Anggaran
Y

Pendapatan
nominal
naik

Harga X turun

Harga X
naik

BL3 BL1
BL3

BL1

BL2

BL2

X
(a)
Pengaruh perubahan harga
terhadap garis anggaran

Pendapatan
nominal
turun

X
(b)
Pengaruh perubahan pendapatan
terhadap garis anggaran

d.

Keseimbangan Konsumen

Kondisi keseimbangan adalah kondisi di mana konsumen telah


mengalokasikan seluruh pendapatannya untuk konsumen. Uang yang ada
(jumlah tertentu) dipakai untuk mencapai tingkat kepuasan tertinggi
(maksimalisasi kegunaan), atau tingkat kepuasan tertentu dapat dicapai dengan
anggaran paling minim (minimalisasi biaya). Secara grafis kondisi
keseimbangan tercapai pada saat kurva garis anggaran (menggambarkan
tingkat kemampuan) bersinggungan dengan kurva indiferensi (menggambarkan
tingkat kepuasan).
Diagram.8a menggambarkan maksimalisasi kepuasan (satisfaction
maximalization). Kemampuan yang dimiliki adalah BL 1. Karena itu tingkat
kepuasan yang tertinggi yang dapat diperoleh adalah di titik E, tempat
persinggungan antara BL1 dengan IC2. Pada saat itu kombinasi konsumsi adalah
0X1 unit barang X dan 0Y1 unit barang Y. Kurva IC1 bukan kurva yang
memberikan tingkat kepuasan maksimum, karena dapat dijangkau dengan
anggaran yang lebih rendah daripada BL1 yaitu BL2. Kurva IC3 walaupun lebih
tinggi daripada IC2 tidak dapat terjangkau dengan kemampuan yang ada.
Diagram.8b menggambarkan minimalisasi biaya (cost minimalization).
Tingkat kepuasan yang ingin dicapai adalah IC 1, yang dapat dicapai dengan
anggaran minimum sebesar BL2 dengan kombinasi konsumsi 0X1 unit barang X
dan 0Y1 unit barang Y. BL1 walaupun lebih rendah daripada BL 2 bukan biaya
minimum karena tidak dapat menjangkau target IC1. Sementara dengan BL3
konsumen dapat mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi daripada IC 1.
keseimbangan konsumen berada di titik E.
Diagram.8
Maksimalisasi Kepuasan dan Minimalisasi Biaya

Y
Y

Y1

Y1

IC2

BL3

IC3
BL1

IC1
0

X1

BL2 BL1

(a)
Maksimalisasi
Kepuasan

BL2

X1
(b)
Minimalisasi
Biaya

IC1
X

e.

Reaksi Terhadap Perubahaan Harga Barang

Keseimbangan yang tercapai dapat berubah karena pendapatan nyata


berubah. Jika pendapatan nyata meningkat, konsumen dapat menaikkan
tingkat kepuasannya. Sebaliknya bila pendapatan nyata menurun, dengan
terpaksa konsumen menurunkan tingkat kepuasannya, disesuaikan dengan
kemampuan anggaran yang menurun. Salah satu faktor yang dapat mengubah
pendapatan nyata adalah perubahan harga barang.

1)

Kurva Harga-Konsumsi (Price-Consumption Curve)

Perubahan harga salah satu barang menyebabkan rasio harga berubah.


Akibatnya barang yang harganya turun atau naik menjadi relative lebih murah
atau mahal dibandingkan barang lainnya. Perubahan ini menyebabkan
pendapatan nyata berubah walaupun pendapatan nominal (money income) tidak
berubah. Akhirnya jumlah barang yang dikonsumsi berubah karena tingkat
keseimbangan konsumen juga berubah. Perubahan-perubahan di atas dapat
digambarkan dalam kurva yang disebut Kurva Harga-Konsumsi (PriceCunsumption Curve).
Price-Consumption Curve (PCC) dapat didefenisikan sebagai tempat
kedudukan (lokus) titik-titik keseimbangan konsumen pada berbagai rasio
harga sebagai akibat perubahan harga suatu barang, di mana pendapatan
nominalnya tetap.
Diagram.9
Kurva Harga-Konsumsi
(Price-Consumption Curve) Kurva PCC

IC1 IC2 IC3


Pada Diagram.9 ditunjukkan bahwa keseimbangan awal terjadi dititik A.
bila harga barang X turun, maka pendapatan nyata meningkat, ditunjukkan
oleh BL2 dan BL3A
. Keseimbangan pun berubah dari titik A ke titik B dan titik C.
C
Demikian halnya denganBkombinasi
konsumsi.
Jika titik-titik keseimbangan
PCC
BL1
0

X1

BL2
X2

BL3
X3

tersebut dihubungkan sehingga membentuk sebuah garis, terbentuklah kurva


PCC.

2)

Penurunan Kurva Permintaan

Dari Diagram.9 disimpulkan bahwa pada saat harga barang X makin murah
(P1 > P2 > P3) permintaan terhadap X makin bertambah (0X1 > 0X2 > 0X3). Hal
ini sesuai dengan hukum permintaan. Karena itu dari kurva PCC dapat
diturunkan kurva permintaan (demand curve)
Kurva permintaan ini diturunkan dalam batasan tiga asumsi:
a) Konsumen berada pada kondisi keseimbangan
b) Pendapatan nominal tidak berubah
c) Harga nominal barang lain tidak berubah
Diagram.10
Menurunkan Kurva Permintaan
Harga
P1
P2

P3
D
0

3)

X1

X2

X3

Permintaan Individu dan Permintaan Pasar

Permintaan pasar adalah jumlah permintaan individu-individu yang ada di


pasar. Misalkan jumlah konsumen dalam pasar barang X hanya dua, yaitu A
dan B dicerminkan oleh kurva permintaan D a dan Db (perhatikan Diagram.11).
Permintaan pasar (Dt) diperoleh dengan cara menjumlahkan secara horizontal
Da dan Db.
Diagram.11
Permintaan Pasar
P3

P3
B2

P2

B1

P1

P1
A1

P0

P2

Da

Db

A0

B0 X

Dt
0

T2

T1

T0 X

Pada harga P0, permintaan A adalah A0 dan permintaan B adalah B 0,


sehingga permintaan total adalah A0+B0 sama dengan T0. Ketika harga menjadi
P1, permintaan A adalah A1 dan permintaan B adalah B 1, permintaan total T1.
Pada harga P2 permintaan A sama dengan nol, permintaan B adalah B 2
permintaan total T2. pada harga P3 permintaan A dan B masing-masing sama
dengan nol, sehingga permintaan total sama dengan nol.

f.

Reaksi Terhadap Perubahan Pendapatan Nominal

Satu faktor lain yang dapat merubah keseimbangan konsumen adalah


perubahan pendapatan nominal. Karena rasio harga tdak berubah maka kurva
garis anggaran bergeser sejajar dengan kurva anggaran sebelumnya.

Kurva Pendapatan-Konsumsi (Income-Consumption Curve)


Jika titik-titik keseimbangan tersebut di atas kita hubungan maka terbentuk
Kurva Pendapatan-Konsumsi (Income-Consumption Curve), seperti pada
Diagram.12. Income-Consumption Curve (ICC) dapat didefenisikan sebagai
tempat kedudukan titik-titik keseimbangan konsumen pada berbagai tingkat
pendapatan nominal, dimana harga nominal barang tidak berubah. Kemiringan
ICC adalah positif, karena umumnya permintaan terhadap suatu barang
meningkat bila pendapatan meningkat (barang normal). Sudut kemiringan ICC
dapat memberikan indikasi apakah suatu barang merupakan barang kebutuhan
pokok atau barang mewah.
1)

Diagram.12
Kurva Pendapatan-Konsumsi
(Income-Consumption Curve) Kurva ICC

BL3

BL2

Kurva Engel (Engel Curve)


ICC
Namun klarifikasi lebih jelas untuk mengetahui apakah suatu barang
merupakan barang kebutuhan pokok atau barang mewah dilakukan dengan
menggunakan kurva Engeln (Engel Curve). Kurva ini diberi nama sesuai dengan
IC(statistian
nama penemunya, Christian Lorenz Ernst Engel
jerman abad 19),
1
yang melihat hubungan anatar tingkat pendapatan dengan tingkat konsumsi.
IC3
BL1
IC2
0
X
2)

Bila kurva permintaan diturunkan dari Price-Consumption Curve (PCC), kurva


Engel diturunkan dari Income-Consumption Curve (ICC).
Diagram.13
Kurva Engel

Jumlah X

Jumlah X

X2

X2
X1

X1

M1 M2 Pendapatan (M)
(a)
Barang Kebutuhan Pokok

M1 M2 Pendapatan (M)
(b)
Barang Mewah

Diagram.13a adalah kurva Engel untuk barang yang meruoajan kebutuhan


pokok, seperti bahan makanan pokok. Perubahan pendapatan nominal tidak
berpengaruh banyak terhadap perubahan permintaan. Bahkan jika pendapatan
terus meningkat, permintaan terhadap barang tersebut perubahannya makin
kecil dibanding perubahan pendapatan. Jika dikaitkan dengan konsep
elastisitas, maka elastisitas pendapatan dari barang kebutuhan pokok makin
kecil bila tingkat pendapatan nominal makin tinggi.
Diagram.13b adalah kurva Engel untuk barang yang termasuk barang
mewah. Kenaikan permintaan terhadap barang tersebut lebih besar
dibadingkan dengan kanaikan tingkat pendapatam. Atau dapat dikatakan
bahwa permintaan terhadap barang mewah mempunyai derajad elastisitas yang
besar.
g.

Efek Substitusi (Substitution Effect) dan Efek Pendapatan


(Income Effect)

Ketika kita mengatakan bahwa jika harga barang turun maka permintaan
terhadap bertambah atau sebaliknya, yang terlihat sebenarnya adalah total
interaksi antara kekuatan pengaruh perubahan pendapatan dan perubahan
harga, terhadap keseimbangan konsumen. Dengan perkataan lain, jika harga
suatu barang turun, maka ada dua komponen yang dipengaruhi:
1)
Harga relatif barang menjadi murah, sehingga bila
konsumen bergerak pada tingkat kepuasan yang sama (kurva indiferensi
awal) dan pendapatan nyata dianggap tetap, maka konsumen akan
menambah jumlah konsumsi barang yang harganya menjadi relatif lebih
murah dan mengurangi jumlah konsumsi barang yang harganya menjadi

relatif lebih mahal. Inilah yang disebut sebagai efek substitusi (substitution
effect).
2)
Pendapatan nyata berubah menyebabkan jumlah
permintaan berubah. Jika perubahan ini dilihat dari sisi harga barang lain
dan pendapatan nominal daianggap tetap, kita akan melihat efek
pendapatan (Income effect).
Untuk lebih jelasnya kita perhatikan contoh berikut ini.
Diagram.14
Efek Substitusi dan Efek Pendapatan:
Kasus Harga Turun

Efek Total:

IC1

IC2

Turunnya harga barang X telah


D menyebabkan keseimbangan konsumen
bergeser dari titik A ke C. Karena kemampuan meningkat dari BL 1 ke BL3,
jumlah X yang diminta bertambah dari 0X1 ke 0X3. Pertambahan jumlah yang
diminta sebesar X1X3 unit, merupakan
efek total (penjumlahan efek substitusi
A
dan efek pendapatan).
C
B
Efek Substitusi:
Turunnya harga X membuat harga X relatif lebih murah daripada harga Y
(slope BL3 lebih datar daripada BL1). Jika konsumen diminta melakukan
BL1
BL3
penyesuaian keseimbangan pada tingkat
kepuasan yang
sama (IC 1) dengan
pendapatan nyata tidak
0 berubah,
X1 Xmaka
X
titik
keseimbangan
X
tercapai di titik B,
2
3
yaitu persinggungan antara IC1 dengan BL2 (garis
terputus-putus
dan sejajar
BL2
dengan BL3). BL2 merupakan garis anggaran yang sama nilainya dengan BL1,
namun kemiringannya berbeda sesuai dengan rasio harga pada BL 2. Jumlah X
yang diminta menjadi 0X2 (karena harga X sekarang relatif lebih murah).
Pertambahan permintaan terhadap X sebesar X1X2 merupakan efek substitusi.
Efek Pendapatan:

Pertambahan jumlah X yang diminta sebesar X 2X3 merupakan efek


pendapatan. Sebab jika pendapatan nominal naik (BL 2 terputus-putus digeser
sejajar ke atas, BL3 menyinggung IC2) jumlah X yang diminta bertambah
sebanyak X2X3 unit.
Efek Total = Efek Substitusi + Efek Pendapatan
X2X3 = X1X2 + X2X3
Bagaimana jika harga naik? Prinsip analisisnya sama. Kita perhatikan
Diagram.15 berikut ini.
Diagram.15
Efek Substitusi dan Efek pendapatan:
Kasus Harga Naik

B
C
Efek total dari kenaikan
harga X adalah penurunan permintaan sebesar 0X 10X3. Jika konsumen harus melakukan penyesuaian keseimbangan dengan
A
asumsi tingkat pendapatan dan tingkat
kepuasan adalah sama seperti kondisi
awal (IC1), maka keseimbangan konsumen tercapai di titik B yang merupakan
IC1IC 1. perubahan rasio harga
persinggungan BL2 (garis terputus-putus) dengan
(harga relatif) telah mengurangi jumlah X yang diminta sebanyak X 1X2. Ini
IC2penurunan pendapatan nominal (yang
merupakan efek substitusi. Sedangkan
disebabkan kenaikan harga X) telah menurunkan jumlah X yang diminta
BL3 pendapatan.
BL1
BL2
sebesar X2X3. Ini merupakan efek
0

X3

X2

X1

Anda mungkin juga menyukai