Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MANAJEMEN

MANAJER DAN KOMUNIKASI

DISUSUN OLEH :
Agitya Rachman K (1351228)
Eliska S (1351215)
Mochamad Rizky Pradana M (1351281)
Steven Kyne (1351136)
Syifa Lizara (1351104)

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa
karna atas Rahmat dan bimbingannyalah kami bisa
menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan
yang mendasar pada makalah ini. Mohon kritik dan saran
agar kami dapat menyelesaikan makalah lebih baik lagi
kedepannya.
Terimakasih dan semoga makalah ini memberi
pengetahuan yang positif bagi kita semua.

DAFTAR ISI
2

KATA PENGANTAR
..........................................................................................................................
DAFTAR ISI
..........................................................................................................................
.............

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
.....................................................................................................................
......
1.2 Batasan
masalah........................................................................................................
.................
1.3 Tujuan penulisan
makalah........................................................................................................
..
1.4 Metodologi
penelitian......................................................................................................
..........
1.5 Sitematika
pembahasan.................................................................................................
............

BAB II PEMBAHASAN
2.1
Definisi dan Proses
Komunikasi..............................................................................................
2.2
Atensi &
Comprehension.................................................................................................
.......
2.3
Arah
Komunikasi........................................................................................................
.............
2.4
Desain Kerja dan Komunikasi
................................................................................................
3

2.5
Meningkatkan keterampilan
berkomunikasi..........................................................................
2.6
Kunci kepada Manajemen
Efektif...........................................................................................

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan
..........................................................................................................................
....

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

BAB I
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Banyak kasus pada perusahaan yang timbul disebabkan oleh salah
komunikasi (miss communication). Delegasi wewenang tidak jalan, salah
mengerti perintah yang diberikan, membuat keputusan tanpa dukungan
informasi bawahan yang tepat, merupakan beberapa contoh kesalahan
informasi yang terjadi pada suatu organisasi.
Pada makalah ini akan dibahas proses komunikasi, cara peningkatan
ketrampilan berkomunikasi dalam organisasi serta kunci efektif komunikasi.
Komuniksi perlu dipikirkan sebagai alat kontrol yang dapat menambah
efektifitas manajemen.

1.2. Batasan Masalah


Makalah ini dibatasi penulisannya pada komunikasi dalam organisasi,
terutama yang berhubungan dengan efektifits komunikasi sebagai alat
pengaturan organisasi.
4

1.3. Tujuan Penulisan Makalah


Penulisan makalah ini bertujuan untuk membahas komunikasi dalam
organisasi serta penerapannya pada kasus.

1.4. Metodologi Penelitian


Paper ini menggunakan data kualitatif dan analisis dilakukan dengan
menggunakan alat deskriptif analitis.

1.5. Sistematika Pembahasan


Pada bagian satu dibahas latar belakang pentingnya komunikasi dalam
perusahaan, batasan masalah, tujuan penelitian dan sistematika
pembahasan. Pada bagian dua dibahas komunikasi dalam organisasi berupa
definisi dan proses komunikasi, atensi dan comprehension, arah komunikasi
dalam organisasi, meningkatkan ketrampilan berkomunikasi, dan kunci
manajemen efektif dengan menggunakan alat komunikasi. Bagian terakhir
membahas kasus yang dihadapi American Airline di salah satu negara
cabangnya di Meksiko.

BAB II
II. PEMBAHASAN
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
Kemampuan berkomunikasi secara efektif merupakan tuntutan bagi manajer
yang ingin sukses. Seluruh fungsi manajemen yang penting tergantung pada
efektifitas komunikasi diantara para manajer dan bawahannya dalam
melakukan koordinasi aktivitas. Begitu pula dalam melakukan pemotivasian
kepada karyawan, melaksanakan penilaian prestasi kerja karyawan dalam
hal ini memberikan umpan balik kepada karyawan, dan membuat keputusan
bisnis yang penting, perlu masukan dari bawahan.
Mintzberg menyatakan bahwa seorang menajer berperan dalam komunikasi
pada organisasinya , antara lain sebagai :

a. Interpersonal roles, yaitu manajer berfungsi sebagai figurehead dn

pemimpin dalam organisasi. Pada peran ini manajer berinteraksi dengan


bawahan, supplier, konsumen dan sesama manajer pada organisasinya
b.

Informational roles, yaitu manajer mencari informasi dari manajer se


level, bawahan dan kontak personal lain yang berhubungan dan
mempengaruhi tugas dan tanggung-jawabnya. Manajer juga
menyebarkan informasi yang penting dan menarik bagi seluruh unit
dalam organisasinya

c. Decisional roles, yaitu aktivitas komunikasi manajer dalam

mengimplementasikan proyek baru, mengatasi masalah, dan


mengalokasikan sumber daya yang ada dalam organisasinya kepada
seluruh anggota unit dan departemen. Keputusan yang dibuat tersebut
berdasarkan informasi yang diterma manajer dan pada akhirnya manajer
menginformasikan keputusan yang dibuatnya kepada anggota organisasi.
(Stoner & Freeman;1989:522)

Fungsi Komunikasi
Komunikasi bertindak sebagai pengendali perilaku karyawan dalam
beberapa cara . Seperti yang kita ketahui , organisasi memiliki hierarki
otoritas dan pedoman formal bahwa diharapkan untuk mengikuti oleh
karyawan . komunikasi informal juga mengontrol perilaku . Ketika suatu
kelompok kerja menggoda seorang anggota yang mengabaikan normanorma dengan bekerja terlalu keras , mereka dengan informal
mengendalikan perilaku anggota ini .
Selanjutnya, komunikasi bertindak sebagai motivasi dengan menjelaskan
kepada karyawan apa yang harus dilakukan , seberapa baik mereka
lakukannya , dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja .
ketika karyawan menetapkan tujuan yang spesifik , bekerja menuju tujuan
tersebut , dan menerima timbal balik mengenai kemajuan menuju tujuan ,
komunikasi diperlukan . Bagi banyak karyawan , kelompok kerja mereka
6

merupakan sumber utama interaksi sosial . Komunikasi yang berlangsung


dalam kelompok adalah mekanisme mendasar dimana anggota berbagi
perasaan frustasi atau kepuasan. Oleh karena itu, komunikasi dapat merilis
ekspresi emosional dari perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial .
Akhirnya , individu dan kelompok memerlukan informasi untuk
menyelesaikan sesuatu dalam organisasi . Komunikasi memberikan
informasi tersebut.

2.1. Definisi dan Proses Komunikasi


Dalam makalah ini akan dibahas komunikasi dalam organisasi. Komunikasi
menurut Arnold & Feldman (1986:154) didefinisikan sebagai pertukaran
informasi diantara orang-orang dalam organisasi. Sedangkan Robbins
(2001:284) menyatakan bahwa komunikasi merupakan proses transfer dan
pengertian dari sesuatu yang memiliki arti. Newstorm mengartikan
komunikasi sebagai transfer informasi dari satu orang ke orang yang lain.
(1998:48). Dari berbagai definisi di atas kita dapat menyimpulkan bahwa
komunikasi merupakan suatu transfer informasi dari satu orang ke orang
yang lain dalam suatu organisasi.
Komunikasi merupakan hal yang penting dalam organisasi. Ada dua alasan
mengapa komunikasi yang efektif penting dalam organisasi. Antara lain
(Stoner & Freeman; 1989:521) :
1. Komunikasi merupakan proses dimana manajer melaksanakan
fungsi perencanaan, pengorganisasi-an, kepemimpinan dan
pengawasan.

2. Komunikasi merupakan aktivitas yang paling banyak menghabiskan


waktu seorang manajer.
Tujuan dilakukannya komunikasi yang efektif antara lain adalah:
Untuk pelaporan pelaksanaan tugas
Untuk pemberian instruksi kepada bawahan
Untuk koordinasi antar aktivitas
Dapat memberikan ekspresi emosi pada hubungan sosial dalam
perusahaan, dan lain-lain
7

Adapun proses komunikasi digambarkan sebagai berikut : sumber (sender)


melakukan pengkodean pesan (encoding) dan mengirimkan pesan
(message) kepada penerima pesan (receiver), melalui suatu saluran
(communication channel) dan penerima melakukan pengkodean kembali
(decoding). Sementara itu kadang-kadang pesan tidak dapat diterima
dengan baik karena adanya gangguan (noise) dalam komunikasi.

2.2. Atensi & Comprehension


Setiap hari seorang manajer dipenuhi dengan memo, surat, panggilan
telefon, koran, program televisi dan radio dan percakapan. Untuk itulah
seorang manajer perlu menyaring segala informasi yang diterimanya dan
mengubahnya menjadi input bagi komunikasi efektif dalam organisasinya.
Empat faktor kunci yang mempengaruhi komunikasi agar dapat menarik
perhatian, yaitu ( Arnold & Feldman; 1986: 115):
a) Jumlah komunikasi yang diterima
b) Posisi dalam saluran komunikasi formal
c) Posisi dalam saluran komunikai informal
d) Informasi itu sendiri
Jumlah informasi yang diterima dapat mempengaruhi efektifitas komunikasi,
misalnya pada kondisi information overload tentu informasi yang diterima
kurang efektif atau sebagian tidak sampai.Bila terdapat gangguan
komunikasi (background noise) komunikasi juga menjadi kurang efetif.
Saluran komunikasi formal berpengaruh terhadap efektifitas komunikasi
dengan adanya penyaringan informasi (filtering) baik ke arah bawah atau ke
atas.Filtering ke atas terjadi bila bawahan bersifat ambisius atau sangat
kompetitif diantara mereka.
Jaringan informasi informal yang berpengaruh terhadap perhatian yang
diperoleh pengguna komunikasi antara lain level hierarkhi, adanya gate
keepers serta lokasi geografis pengirim pesan dan penerima pesan.
Kebanyakan orang pada level yang lebih tinggi menerima komunikasi
informal seperti gosip, informasi personal atau rumor lebih banyak
dibandingkan orang pada level yang lebih rendah. Gatekeepers yaitu orang
yang lebih banyak kontak dengan pihal di luar organisasi juga cenderung
mengembangkan komunikasi informal, begitu juga orang yang secara
8

geografis dekat dengan pusat organisasi akan lebih banyak terima informasi
informal dibanding yang jauh dari pusat atau terisolasi.
Pesan itu sendiri berpengaruh karena intensitasnya, apakah pesan itu
sesuatu yang baru, dan pentingnya informasi tesebut secara informal.
Pertama, kebanyakan informasi baru lebih menarik perhatian daripada
sesuatu yang sudah umum. Kedua, bila orang menerima informasi yang
penting bagi dirinya, tentu pesan ini lebih menarik dari jenis pesan yang lain.
Ketiga, intensitas pesan mempengaruhi atensi penerima misalnya manajer
memerintahkan untuk tindakan segera, tentu akan lebih diperhatikan.
Comprehension atau dimengertinya suatu pesan merupakan hal yang
penting. Tiga hal yang menentukan pengertian karyawan terhadap pesan
yang disampaikan yaitu : ( Arnold & Feldman; 1986:159)
a. Semantik dari pesan itu sendiri
Semantik terdiri dari jargon atau istilah yang digunakan, arti simbol yang
tidak jelas, asosiasi simbol yang tidak diinginkan dan faktor non verbal
b. Persepsi dari orang yang menerima pesan
Contoh dari persepsi antara lain : stereotyping, projection dan
penyederhanaan/ simplifikasi.
c. Kesempatan atau umpan balik antara pengirim pesan dengan
penerima pesan dalam berkomunikasi.
Ini termasuk cara agar peserta komunikasi bersedia bicara, mau mendengar
dengan empati dan lain-lain.

2.3. Arah Komunikasi


Arah komunikasi dalam organisasi bisa ke bawah , lateral atau ke atas.
a. Komunikasi yang mengalir dari satu level organisasi yang lebih tinggi
ke level lainnya disebut komunikasi ke bawah. Sebagai contoh, bila
seorang manajer memberi perintah kepada bawahanya.
b. Komunikasi lateral terjadi antara level yang sama dalam organisasi.
Komunikasi ini dilakukan oleh antar anggota pada level hirarkhi
organisasi yang sama. Komunikasi lateral ditujukan untuk koordinasi.
9

c. Komunikasi ke atas mengalir dari level yang lebih rendah. Biasanya


digunakan untuk memberikan feedback atau umpan balik,
menginformasikan kemajuan pencapaian tujuan, dan membahas
masalah yang sedang dihadapi.
Komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi ditentukan oleh kebijakan
dan arus informasi yang ada dalam organisasi tersebut. Arus informasi akan
membentuk pola-pola hubungan atau jaringan komunikasi.
Menurut Stephen P. Robbins pada umumnya dikenal lima model
jaringan komunikasi yaitu sebagai berikut:
a) Model Rantai (chain)
Dalam model jaringan komunikasi ini, hanya dikenal komunikasi sistem arus
ke atas (upward) dan ke bawah (downward). Model ini hanya memungkinkan
adanya hubungan garis langsung (komando) tanpa adanya suatu
penyimpangan. Model ini banyak dianut dalam organisasi militer, masalah
laporan keuangan, pembayaran gaji dan lain-lain.
b) Model Roda (wheel)
Sistem jaringan komunikasi, disini semua laporan, instruksi perintah kerja
dan kepengawasan terpusat satu orang yang memimpin empat bawahan
atau lebih dan antara bawahan tidak terjadi interaksi (komunikasi
sesamanya).
c) Model Lingkaran (circle)
Pada model komunikasi ini semua anggota/staff bisa berinteraksi pada setiap
tiga tingkatan hirarkinya tetapi tanpa ada kelanjutannya pada tingkat yang
lebih tinggi, dan hanya terbatas pada setiap levelnya.
d) Model saluran bebas (all-channel)
Model ini adalah pengembangan dari model lingkaran, dimana semua tiga
level tersebut dapat melakukan interaksi secara timbal balik
tanpa
menganut siapa yang menjadi tokoh sentarlnya.

2.4 Desain Kerja dan Komunikasi

10

Selain arah aliran komunikasi dan jaringan komunikasi organisasi, faktor lain
yang mempengaruhi komunikasi organisasi adalah desain tempat kerja.
Meskipun semua teknologi informasi dan terkait mobilitas karyawan banyak
komunikasi organisasi masih terjadi di tempat kerja. Bahkan, sekitar 74
persen dari pekan kerja rata-rata karyawan dihabiskan di dalam kantor.
Bagaimana bahwa ruang kerja kantor dirancang dan dikonfigurasi dapat
mempengaruhi komunikasi yang terjadi serta mempengaruhi kinerja
keseluruhan organisasi. Bahkan dalam survei pekerja Amerika 90 persen
percaya bahwa desain kerja baik dan hasil letak kinerja karyawan baik
keseluruhan.
Penelitian menunjukkan bahwa desain tempat kerja akan berhasil
mendukung empat jenis kerja karyawan: bekerja lebih fokus, berkolaborasi,
pembelajaran, dan sosialisasi. Bekerja lebih Fokus adalah ketika seorang
karyawan harus berkonsentrasi dalam menyelesaikan tugasnya. Dalam
kolaborasi, karyawan harus bekerja sama untuk menyelesaikan tugas.
pembelajaran adalah ketika karyawan terlibat dalam pelatihan atau
melakukan sesuatu yang baru dan bisa melibatkan kedua pekerjaan dan
lebih terfokus. Dan sosialisasi terjadi ketika karyawan informal berkumpul
untuk chatting atau bertukar pikiran.
Sebagai manajer,manajer berperan untuk merancang lingkungan fisik kerja,
dua elemen desain umum memiliki dampak terbesar pada komunikasi.
Pertama, halangan dan hambatan yang digunakan di tempat kerja. Banyak
tempat kerja organisasi saat ini adalah tempat kerja terbuka, yaitu, mereka
termasuk beberapa halangan dan hambatan fisik. Penelitian telah
menunjukkan baik kelebihan dan kekurangan yang terbuka ditempat kerja.
Salah satu hal yang kita tahu pasti tentang jenis pengaturan dan efeknya
pada komunikasi adalah visibilitas. Orang-orang di tempat terbuka
ditempatkan di sepanjang rute utama sirkulasi atau berdekatan dengan
atrium yang melaporkan hampir 60 persen lebih tatap muka komunikasi
dengan anggota tim, dari pada mereka di lokasi-visibilitas rendah. Hal lain
adalah kepadatan. Lebih banyak orang mengisi sebuah areal kerja berarti
bahwa lebih interaksi tatap muka sedang berlangsung. Ruang kerja dengan
kepadatan tinggi menghasilkan 84 persen lebih komunikasi tim-anggota dari
pada pengaturan ruang kerja dengan kepadatan rendah. Jika hal itu penting
bahwa karyawan berkomunikasi dan berkolaborasi, manajer perlu
mempertimbangkan visibilitas dan kepadatan dalam desain tempat kerja.
Unsur lain desain tempat kerja adalah ketersediaan pengaturan yang
disesuaikan dengan susunan kerja, peralatan, dan perabotan. Sebagai
11

organisasi yang telah berpindah ke pengaturan kerja nontradisional, tingkat


kesesuaian ruang kerja karyawan telah menjadi hal penting dan
mempengaruhi komunikasi organisasi. Sebagai contoh, satu studi
menemukan bahwa partisi disesuaikan dan dikaitkan dengan kedua privasi
yang dirasakan lebih besar dan komunikasi yang lebih baik.
Sebagai perusahaan mengecilkan ruang kerja adalah salah satu pilihan
untuk menghemat uang, manajer perlu memastikan bahwa ruang kerja yang
lebih kecil dan umumnya lebih terbuka berguna dan berkontribusi untuk
kinerja yang efisien dan efektif. Dengan menyediakan ruang kerja di mana
karyawan dapat memiliki beberapa privasi dan masih memiliki peluang
untuk upaya kolaboratif, baik antarpribadi dan komunikasi organisasi dapat
berkembang dan memberikan kontribusi terhadap kinerja organisasi secara
keseluruhan.

2.5. Meningkatkan ketrampilan berkomunikasi


Seorang manajer dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan baik saat
menjalankan tugasnya.
Dalam berkomunikasi tersebut manajer juga perlu mengatasi berbagai
hambatan dalam berkomunikasi. Hambatan tersebut antara lain (Newstorm
& Davis; 1998:55) terdiri dari tiga faktor :
1. Personal Barriers
Hambatan personal merupakan interferensi komunikasi yang muncul
karena adanya emosi manusia, values (nilai), kebiasaan mendengar
yang buruk, perbedaan pendidikan,suku, jenis kelamin, status sosial
ekonomi, dan faktor-faktor lain. Hambatan personal ini menimbulkan
psychological distance, yaitu perasaan terpisah secara emosional
dengan orang-orang yang berada dekat secara fisik.
2. Physical Barriers
Hambatan fisik merupakan interferensi komunikasi yang terjadi di
lingkungan tempat komunikasi tesebut berlangsung. Contohnya antara
lain bila saat terjadi komunikasi tedapat suara bising atau sangat
kerjas, sehinga pesan tidak sampai/terdengar. Contoh lain misalnya
terjadi hambatan dalam berkomunikasi karena taeknologi yang
digunakan, misalnya suara yang diterima hilang atau terputus-putus,
maka tersebut tidak sampai dengan baik atu bahkan dapat memberi
arti yang berbeda.
12

3. Semantics
Semantik adalah ilmu mengenai arti kata sebagai pelengkap
phonetics, yaitu ilmu mengenai bunyi atau suara. Hampir semua
komunikasi berbentuk simbol, apakah dari kata, gambar atau tindakan.
Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya arti yang berbeda.
Untuk beberapa alasan diatas itulah skill atau ketrampilan berkomunikasi
diperlukan. Adapun cara meningkatkan ketrampilan berkomunikasi antara lain
(Robbins; 2001:302-303):
1.

Gunakan berbagai saluran komunikasi


Dengan menggunakan saluran komunikasi yang berbeda kita dapat
meningkatkan kejelasan suatu pesan. Misalnya dengan surat dan telefon.
Mengulang pesan yang sama dengan saluran yang berbeda juga menguatkan
pesan selain itu menurunkan kemungkinan distorsi. Orang juga memiliki
perbedaan dalam menyerap informasi. Ada yang lebih mudah mengerti
pesan lewat surat, lainnya lebih menyukai oral communication.

2. Sesuaikan pesan dengan audiensnya


Dalam organisasi, berbeda orang membutuhkan informasi yang berbeda
pula.Informasi yang penting untuk bagian akuntasi mungkin tidak begitu
perlu untuk bagian pemasaran.latar belakang kultur mungkin juga dapat
menyebabkan penerimaan terhadap isi pesan berbeda, sehingga pesan perlu
disesuaikan dengan bahasa,dan kultur setempat.
3. Berempatilah dengan orang lain
Dalam berkomunikasi verbal kita perlu berempati dengan orang yang diajak
berkomunikasi. Kita harus memperhatikan kebutuhan, persepsi, sikap,dan
emosi. Ini dapat dilakukan dengan memilih saluran komunikasi dan kata-kata
yang tepat.
4. Ingat nilai dari komunikasi tatap muka bila berhubungan dengan perubahan
Dalam kondisi perubahan, karena mengalami ketidak pastian maka dapat
timbul kecemasan. Untuk itu lebih dianjurkan komunikasi dilakukan dalam
bentuk tatap muka.
5. Praktekkan mendengar secara aktif
Mendengar membutuhkan perhatian, interpre-tasi, dan mengingat stimuli
bunyi. Mendengar secara aktif dapat diusahakan dengan : melakukan kontak
mata,menggeleng bila tidak atau mengangguk bila mengerti, berusaha tidak
menyela, dan tanyakan bila tidak mengerti.
13

6. Sesuaikan ucapan dan tindakan


Tindakan lebih besar dampaknya dari pada bicaa. Bagi manajer,
inkonsistensi dapat memberi dampak pada kredibilitas. Sebagai contoh bila
seorang atasan mengatakan bahwa pintunya selalu terbuka, tetapi bila diajak
bicara bawahan selalu melihat ke jam tangannya, ini memberikan pesan yang
berbeda.
7. Gunakan Grapevine
Grapevine sebagai komunikasi informal tetap digunakan bawahan, sehingga
manajer lebih baik menerima keberadaanya dan ikut menggunakan. Ini dapat
digunakan baik sebagai filter maupun mekanisme feedback dengan cara
menekankan pada issue yang penting dan relevan serta menanamkan pesan
yang ingin disampaikan manajer kepada bawahan.
8. Gunakan umpan balik
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi dua arah. Meskipun demikian
kadang terjadi hanya satu arah, oleh sebab itu kita membutuhkan umpan
balik, terutama pada komunikasi ke bawab (downward communication)

2.6. Kunci kepada Manajemen Efektif


Strategi untuk membuat komunikai dalamorganisasi berjalan lebih efektif
adalah sebagai berikut (Arnold&Feldman;1986:171):
1. Manajer perlu secara efektif mengontrol alur informasi:
a. Gunakan prinsip eksepsi.
b. Antri, beri prioritas.
c. Waktu kritis, komunikaikan saat penting.
d. Kurangi isolasi terhadap bawahan.
2. Manajer dapat meningkatkan efektivitas komunikasinya dengan
meningkatkan redundancy dan repetisi.
3. Manajer harus berusaha mengurangi ambiguitas pada komunikasinya
4. Sebaiknya manajer menggunakan komunikasi tatap muka sebanyak
mungkin
5. Manajer sebaiknya mencegah pendengar dalam perilaku defensive

14

6. Sebaiknya manajer menyatakan keberatan dan argumen dalam


berkomunikasi dengan cara langsung.

III. KASUS AMERICAN AIRLINE


Kasus komunikasi ini terjadi pada Perusahaan American Airlines. Jim
Tuchman yang merupakan kepala operasi AA di Mexico City airport merasa
frustrasi oleh sikap karyawan setempatnya. Tucman telah 3 bulan sejak
ditransfer dari Dalls ke Mexico City dan masih mengalami hambatan dalam
mengerti style kerja pegawai setempat. Karyawannya menolak perubahan
yang dibuat,dan tidak memiliki apresiasi tehadap ketepatan jadwal.
Demikian juga sebaliknya dengan karyawan setempat, mereka tidak
menyukai Tucman, yang dianggap tidak sensitif terhadap kebutuhan
karyawan, caranya berteriak dalam memberi perintah, dan menyebabkan
banyak stress.
Tucman sendiri dibebani oleh berbagai tujuan yang dibebankan dari
operasional pusat. Tujuan tersebut antara lain meningkatkan ketepatan
waktu, produktivitas dan customer service.
Sebenarnya kesalahan Tucman adalah dalam cara berkomunikasinya
dengan bawahan. Seharusnya bawahan diberitahu tentang tujuan atau
target baru yang harus dicapai AA cabang Mexico City. Sebaliknya Tucman
juga harus mendengarkan usulan cara pencapaian target tersebut, ssesuai
dengan cara yang diinginkan bawahan.
Untuk meningkatkan efektifitas komuniksinya, sebaiknya Tucman
melakukan komunikasi dua arah dengan cara active listening. Tucman tidak
seharusnya menyebabkan bawahannya berperilaku defensif, yaitu
memberikan kritik dan masukan dengan cara yang lembut/tidak kasar, dan
membuat pendengarnya merasa nyaman. Cara berikutnya adlah dengan
menyatakan keberatan dan argumennya secara head-on (langsung).
Paparkan kedua sisi positif & negatif argumennya dan buat rekomendasi
tindakan secara eksplisit.

15

IV. KESIMPULAN
Komunikasi merupakan alat yang penting dalam menjalankan fungsi
manajerial seorang manajer. Setiap tindakan manajer, dari mulai
perencanaan sampai pengawasan membutuhkan komunikasi yang efektif.
komunikasi yang dilakukan dengan memperhatikan atensi dan
comprehension serta arah komunikasi dalam organisasi. Manajer juga perlu
untuk meningkatkan ketrampilan berkomunikasinya sehingga dapat
mengambil tindakan manajerial secara efektif dengan menggunakan alat
komunikasi.

16

DAFTAR PUSTAKA
Hugh J Arnold & Daniel C Feldman ; 1986: Organizational Behavior, McGrawHill Book Co, New York.
James A F Stoner & R Edward Freeman; 1989: Management; Prentice Hall Inc,
New Jersey.
John W Newstorm & Keith Davis; 1998: Organizational Behavior : Human
Behavior at work; McGraw-Hill Book Co, New York
Stephen P Robbins; 2006: Management; 8th edition Prentice Hall Inc, New
Jersey.
Stephen P Robbins; 2003: Organizational Behavior, 11th edition, Prentice Hall
Inc, New Jersey.

17

Anda mungkin juga menyukai