Salah satu kebijakan pemeriksaan Direktorat Jenderal Pajak adalah
pemeriksaan pajak terhadap pengusaha karena pajak tertentu, dalam rangka penyelesaian permohonan restitusi PPN dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP), yaitu dengan melakukan konfirmasi terhadap fajtur pajak secara komputerisasi. Beberapa informasi dan indikasi dapat diperoleh dari aplikasi program ini, akan menghasilkan data yang bermanfaat bagi pemeriksa pajak dalam melakukan pemeriksaan antara lain sebagai berikut: 1. Pengusaha kena pajak yang setelah dilakukan konfirmasi 3 jenjang kebelakang belum ditemukan adanya PKP Pabrikan atau PKP produsen, dengan prioritas PKP yang minimal 10% pajak masukannya berasal dari PKP yang bersangkutan 2. Pengusaha kena pajak penerbit faktur pajak yang hasil konfirmasinya termasuk dalam kriteria PM tidak sama dengan PK dan PK sama dengan nol, dengan prioritas PKP yang setelah diminta penjelasan tidak merespon dan tidak menjawab sampai dalam batas waktu yang telah ditetapkan. 3. Pengusaha kena pajak yang teridentifikasi bahwa nilai pajak masukan yang diklarifikasikan tidak sama denan nilai pajak keluaran yang dilaporkan oleh PKP lawan transaksinya. 4. Pengusaha kena pajak yang pada masa pajak Desember atau akhir tahun buku mengkonpensasikan kelebihan pembayaran PPN. 5. Pengusaha Kena Pajak yang tidak melaporkan SPT masa PPN dua bulan berturut-turut. 6. Peredaran usaha yang dilaporkan dalam SPT masa PPN atau PPNBM dari PKP orang pribadi baru, berjumlah lebih dari Rp.600.000.000 7. Peredaraan usaha yang dilaporkan dalam SPT masa PPN atau PPNMB dari PKP badan baru, berjumlah lebih dari 5 milyar 8. Peredaraan usaha PKP baru untuk pertama kali menunjukan jumlah yang relative tinggi 9. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa tidak mempunyai tempat usaha, alamat, atau gudang yang permanen, khususnya PKP perdagangan, importir, dan industry 10.Dari hasil pemeriksaan PPN atau PPNBM masa atau masa-masa sebelumnya, yang pajak pemasukan atau pajak keluarannya dikoreksi secara signifikan
11.Dari hasil penelitian diketahui bahwa peredaran usaha yanh dilaporkan
dalam SPT masa PPN atau PPNBM dan kaitannya dengan SPT masa PPh. Pasal 21, menunjukkan perbandingan yang tidak proporsional 12.Menyampaikan SPT masa PPN atau PPNBM, tetapi tidak menyampaikan SPT masa pasal 21 dan tidak menyetor PPh pasal 25 13.Dari hasil penelitian menunjukkan peningkatan peredaran usaha yang relative tinggi 14.Dari penelitian semula, PKP termasuk kelompok wajib pajak non efektif, tetapi tiba-tiba menjadi aktif - dengan nilai peredaraan usaha yang relatif tinggi 15.Dari hasil pengamatan diketahui bahwa alamat usahanya berada didaerah pemukiman penduduk, tetapi memiliki nilai peredaran usaha yang relatif tinggi. Contoh Indikasi adanya faktur pajak fiktif Untuk mengidentifikasi adanya dugaan penggunaan faktur pajak fiktif, dalam proses pemeriksaan SPT yang menyatakan kelebihan pembayaran yang akan direstitusi dana tau dikompensasikan, upaya pemeriksaan yang perlu dilakukan: a. Konfirmasi 3 jenjang kebelakang seperti berikut: Pabrikan ABC (KPP. PMA II)
Perdag. I (KPP JKT. pancoran)
Perdag. II (KPP JKT. Tanah Abang)
Eksportir ( KPP JKT. Kemayoran)
b. Proses Permohonan Restitusi
PKP
Konfirmasi dalam rangka restitusi pajak
Pemeriksaan pajak dalam rangka restitusi pajak diperlukan konfirmasi
mengenai; 1. Kebenaran Pembayaran PPN dari bank persepsi, dan 2. Kebenaran ekspor dari Direktorat Jendral Bea dan Cukai.
Konfirmasi faktur pajak:
1) Penggunaan system aplikasi PK-PM
2) SPT masa PPN yang berisi data faktur pajak (keluaran) dan faktur pajak (masukan) direkam oleh KPP tempat PKP terdaftar. 3) Data PK-PM tersebut masuk kedalam database kantor pusat Direktorat Jendral Pajak. 4) Kantor pusat Direktorat Jendral Pajak menggabung data PK-PM dari seluruh KPP.
Pelaksanaan Pemeriksaan PPN:
1. Dalam proses pemeriksaan terhadap PKP perdagangan, agar dilakukan konfirmasi 3 jenjang kebelakang dan membandingkan dengan SPT PPh Badannya 5 tahun terakhir. 2. Dalam proses pemeriksaan PKP perindustrian, agar digunakan prosedur pajak masukan tidak sama dengan pajak keluaran (PM-PK) dan pajak keluaran sama dengan nol (PK tidak pernah dilaporkan). Kemudian agar dilakukan pemberitahuan kepada Wajib Pajak-PKP yang bersangkutan untuk mempertanggung jawabkan PK = 0 tersebut. 3. Lakukan penelitian lebih lanjut terhadap hal-hal seperti nomor urut faktur perpajakan. LANDASAN HUKUM
Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-199/PMK.03/2007 Tanggal 28
Desember 2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-202/PMK.03/2007 Tanggal 28 Desember 2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Bukti Permulaan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER 09/PJ/2010 Tanggal 1 Maret 2010 tentang Standar Pemeriksaan untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER 47/PJ/2009 Tanggal 1 September 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan Terhadap Wajib Pajak yang Diduga Melakukan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER 19/PJ/2008 Tanggal 2 Mei 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER 20/PJ/2008 Tanggal 2 Mei 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kantor Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-10/PJ.04/2008 Tanggal 31 Desember 2008 tentang Kebijakan Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-116/PJ/2009 Tanggal 21 Desember 2009 tentang Kebijakan Pemeriksaan untuk Tujuan Lain