Kewirausahaan bidang pangan olahan dapat menjadi ide alternatif yang sangat
menjanjikan. Apa lagi Indonesia merupakan negara yang kaya akan panganan
khas daerah. Sebagai seorang wirausahawan pemula sangat dianjurkan untuk
lebih kreatif dan inovatif dengan wirausaha yang dijalankannya, artinya selalu
melakukan diversifikasi produk atau pengembangan produk agar memiliki
varian lebih dan mempunyai kelebihan dibanding pesaingnya. Inovasi juga
dilakukan agar konsumen tidak jenuh dengan produk yang sudah ada.
Walaupun produk khas daerah, inovasi tetap bisa dilakukan, baik inovasi dari
sisi rasa, bentuk, maupun kemasannya.
➤ Telur Asin
➤ Dadih
➤ Ikan Asin
➤ Rendang
➤ Sate Srepeh
➤ Papeda
➤ Kripik Buah
➤ Negasari
Bahan baku adalah bahan utama yang paling banyak penggunaannya pada
sebuah produk pangan. Bahan baku dapat berupa bahan nabati dan hewani.
• Pemanis (Sweetener)
• Pembentuk gel (Gelling agent)
• Pengatur keasaman (Acidity regulator)
• Pengawet (Preservative)
• Pengembang (Raising agent)
• Pengemulsi (Emulsifier)
• Penguat rasa (Flavour enhancer)
• Perisa (Flavouring)
• Pewarna (Colour)
Tujuan modifikasi :
Jenis-jenis modifikasi :
1. Modifikasi bahan : untuk menghasilkan cita rasa dan aroma yang baru.
2.Modifikasi proses : untuk menghasilkan tekstur berbeda, meningkatkan
keawetan dan higene pangan.
3. Modifikasi tampilam : dilakukan dengan pembentukan pangan, penambahan
hiasan, dan pengemasan.
1. Pengemasan
a. Fungsi Kemasan
b. Jenis-jenis kemasan
2. Pemasaran
Pemasaran memiliki fungsi penting yaitu untuk mencapai tujuan usaha dalam
rangka memperoleh laba.
Strategi pemasaran terbagi menjadi 4, yaitu :
a. Product (Produk)
b. Price (Harga)
c. Place (Tempat)
d. Promotion (Promosi)
Beberapa hal yang harus dipersiapkan saat akan mendirikan usaha, yaitu
mencakup :
Pada bagian ini harus diuraikan dengan jelas alasan memilih usaha yang
ditetapkan.
2. Nama Perusahaan
Kamu harus memberikan nama usaha yang akan dikembangkan. Jika kamu
ingin bentuk usaha berbadan hukum dapat dalam bentuk CV, FIRMA, Koperasi
atau PT.
3. Lokasi Perusahaan
Lokasi usaha ditentukan di daerah yang dekat dengan bahan baku, tidak jauh
dari lokasi rumah para pengelola, dan tidak terlalu jauh juga dari jangkauan
pasar yang akan dituju. Tahap awal dapat menggunakan salah satu ruangan di
rumah atau menyewa rumah sekitar tempat tinggal.
4. Perijinan Usaha
Ijin usaha yang disiapkan, antara lain NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dari
kantor pajak, akte notaris dari kantor notaris, SIUP/TDP dari Dinas
Perindustrian Kota/Kabupaten dan Ijin PIRT dari Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten, serta pendaftaran merek pada Departemen Kehakiman.
Dalam bagian ini harus dapat ditentukan jumlah SDM yang diperlukan.
Contoh keperluan SDM :
a. Tiga orang pendiri, yang mempunyai tugas masing-masing sebagai
Penanggung jawab produksi, pemasaran, dan administrasi/keuangan.
b. Enam orang karyawan, yaitu 3 orang untuk bagian produksi, 2 orang untuk
bagian pemasaran dan 1 orang untuk bagian administrasi.
6. Aspek Produksi
Di bagian ini diuraikan semua aspek produksi secara detail meliputi peralatan
yang diperlukan, bahan baku, bahan kemasan, bahan tambahan pangan dan
teknologi proses pengolahannya.
7. Aspek Keuangan
Perhitungan biaya produksi meliputi biaya investasi, biaya tetap, dan tidak tetap
(variabel).
Beberapa aspek keuangan yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
Investasi alat dan mesin, yaitu pembelian perlengkapan alat dan mesin produksi
yang dibutuhkan untuk proses produksi.
Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah produksi,
jadi sifatnya tidak tetap, dapat berubah sesuai jumlah produksinya. Contoh :
biaya bahan baku, bahan pembantu, dan bahan kemasan.
c. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang jumlahnya tetap setiap
bulannya, berapa pun jumlah produksinya. Contoh : biaya tenaga kerja,
listrik/air, gas, penyusutan alat, dan lainnya.
d. Total biaya
Tota biaya adalah jumlah keseluruhan biaya tidak tetap dan biaya tetap.
Harga Pokok Produksi adalah harga pokok dari suatu produk, dimana jika dijual
dengan harga tersebut, maka produsen tidak untung dan juga tidak rugi.
f. Harga Jual
Harga jual adalah harga yang harus dibayarkan pembeli untuk mendapatkan
produk. Harga jual ini meliputi harga dari pabrik dan harga konsumen.
g. Penerimaan Kotor
8. Aspek Pemasaran
a. Tahap pertama dimulai dengan yang kecil, pengenalan produk kepada teman
teman dekat, teman sekolah, tetangga di sekitar komplek, atau teman bermain.
Berilah sedikit tes produk agar mereka bisa mencicipi asinan buah buatan kamu
supaya mereka tertarik membeli.
b. Bila produk mulai dapat diterima dan banyak penggemar, lalu merambah
pasar baru dengan menitipkannya di warung, di toko, atau di kantin sekolah.
c. Manfaatkanlah teknologi internet dan jejaring sosial untuk memperluas
pemasaran.
d. Gunakan penjualan yang kreatif yang hanya sedikit orang menjalaninya.
BEP
Contoh kasus 2 (BEP)
kita ingin menghitung BEP usaha frenchise ayam goreng “KISANAK”. Modal awal yang
diperlukan hingga usaha siap berjalan adalah Rp 21 juta. Ongkos produksi untuk setiap 1
item(potong) ayam goreng adalah Rp 5.000,- (termasuk untuk minyak goreng, tepung,
bumbu, ongkos kerja, dan lain sebagainya) Sedangkan harga harga jual Rp 8.000,- per
potong ayam. Maka perhitungan BEP usaha tersebut dilakukan sebagai berikut:
BEPunit : X = TFC / ( P – V)
= Rp 21.000.000 / ( Rp 8.000 – Rp 5.000) = 7.000 unit(potong)
Lantas berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk BEP? Yah tergantung frekuensi
penjualannya. Kalau anda berpikir bahwa secara rata-rata terjual 20 potong ayam per hari
maka waktu yang dibutuhkan adalah 7.000/20 = 350 hari. Kalau bisa laku 35 potong
perhari maka 7.000/35 = 200 hari, dan seterusnya.
Jadi berapa omzet yang harus diperoleh untuk BEP? Jawabannya adalah jumlah unit barang
dikali harga jual :
Bila anda ingin menghitung jumlah omzet saat BEP TANPA menghitung jumlah unit dahulu,
maka gunakan saja rumus berikut :
Rumus menghitung BEP berdasarkan Nilai (harga)
Dimana :
Misalkan kita ingin membuka usaha kuliner ayam goreng. Modal yang dibutuhkan Rp 21 juta.
Sedangkan biaya produksi untuk satu porsi ayam goreng Rp 5.000 dan dijual dengan harga Rp
8.000. Terlebih dahulu kita kelompokkan pengeluaran berdasarkan kategorinya. Contohnya bisa
dilihat pada gambar di bawah ini.
Supaya lebih mudah konversikan ke dalam satuan bulan. Contoh, jika target penjualan per hari 20 potong
ayam, maka target 1 bulan 600 potong ayam.
Begitu juga dengan biaya lainnya. Setelah itu kita akan memperoleh nilai variabel cost setiap potong
ayam dengan menjumlah seluruh komponen biaya variabel cost dan dibagi dengan total potong ayam per
bulan.
Kemudian dengan harga jual Rp 8.000 per potong kita bisa menghitung BEP unit dan nilai omzet yang
didapat. Berikut perhitungan BEP unitnya.
Untuk menghitung waktu yang dibutuhkan agar mencapai BEP tergantung dari frekuensi penjualannya.
Bila rata-rata penjualan mencapai 20 potong per hari maka waktu yang dibutuhkan adalah 3.740 / 20 =
350 hari.
BEPNilai = 21.000.000 / ( 1 – [5000 / 8000] )
= 21.000.000 / (1 – 0,625) = Rp 56.000.000
Yang paling penting dalam perhitungan BEP adalah bagaimana mengelompokkan biaya yang
termasuk fix cost dan variabel cost. Untuk dapat memahami biaya mana yang termasuk fix
cost atau variabel cost maka hal terpenting yang perlu dilakukan anda adalah berlatih
dengan contoh kasus perhitungan BEP yang lebih kompleks. Kita akan coba kembangkan
contoh kasus sebelumnya.
Kita kelompokkan dulu biaya yang masuk dalam masing-masing kelompok:
FIX COST
Peralatan Masak
Gerobak/Etalase
Meja Kursi
Peralatan makan/minum
Spanduk
VARIABLE COST
Lihat komponen variabel cost di atas. Terlihat perbedaan waktu pada variabel-variabel
tersebut. Ada yang per potong, harian dan bulanan. Untuk mempermudah mendapatkan
nilai variabel cost per potong ayam kita buat dahulu ke dalam satuan bulan setelah itu baru
di konversi ke dalam satuan potong ayam. Misalkan target penjualan per hari adalah 20
potong ayam, maka target 1 bulan adalah 600 potong ayam. Demikian juga untuk minyak
goreng, kita konversi dulu dalam bulanan. Setelah itu kita akan mendapatkan nilai variable
cost setiap potong ayam dengan cara menjumlahkan semua komponen biaya variable cost
lalu di bagi dengan total potong ayam dalam per bulan.
Selanjutnya Dengan harga jual Rp 8.000 pe potong ayam kita akan dapat menghitung BEP
unit dan nilai omzet