Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Statistik
Deskriptif yang diampu oleh Prastowo
Disusun:
Puji Syukur kami haturkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan jalan yang lancar sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Ekonomika Mikro Terapan yang diampu oleh
Prastowo.
Semoga laporan ini sesuai dan dapat memenuhi tugas mata kuliah Ekonomika
Mikro Terapan yang diampu oleh Prastowo dan dapat bermanfaat bagi semua
teman-teman mahasiswa/mahasiswi di Universitas Gadjah Mada.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Produksi sepeda motor di indonesia dari tahun 1985
hingga sekarang ?
2. Bagaimana tingkat permintaan sepeda motor didalam negri ?
3. Bagaimana tingkat permintaan sepeda motor di luar negri (exspor) ?
4. Bagaimana hubungan antara variabel permintaan dalam negri dan
luar negri (exspor) terhadap jumlah produksi sepeda motor di
indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui perkembangan produksi sepeda motor di indonesia.
2. Mengetahui perkembangan permintaan sepeda motor di dalam negri
pada setiap tahunnya.
3. Mengetahui perkembangan permintaan sepeda motor di luar negri
(exspor) pada setiap tahunnya.
4. Mengetahui hubungan antara variabel permintaan sepeda motor
dalam negri dan luar negri (exspor) terhadap jumlah produksi sepeda
motor di indonesia.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Produksi
Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan
memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat
dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input
atau masukan yang juga disebut faktor-faktor produksi menjadi keluaran
(output) sehingga nilai barang tersebut bertambah.
B. Fungsi Produksi
6
produksinya menggunakan input tenaga kerja maupun input modal yang
jumlahnya tertentu atau tetap, maka output yang dihasilkannya juga tertentu
dan tetap. Jangka pendek (short run) mengacu pada jangka waktu dengan
salah satu faktor atau lebih faktor produksi tidak bisa diubah atau konstan.
Faktor-faktor yang tidak dapat divariasikan selama periode ini disebut dengan
masukkan tetap (fixed input). Faktor modal dianggap sebagai faktor produksi
yang tetap dalam arti bahwa jumlahnya tidak berubah dan tidak terpengaruh
oleh perubahan volume produksi. Sedangkan dalam jangka pendek faktor
tenaga kerja dianggap sebagai faktor produksi variabel yang penggunaannya
berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi. Dalam jangka
panjang (long run) adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk membuat
semua masukan menjadi variabel (Pindick and Rubinfeld, 1999: 134).
2. Produk Total
di mana :
7
Jika hanya satu macam input variabel yang digunakan pada kasus produksi ini
yaitu tenaga kerja (L), maka dapat ditulis sebagai berikut :
di mana :
Q = tingkat output
Dari kurva produksi atau Total Physical Production Function (TPP) dari
fungsi diatas dapat digambarkan sebagai berikut :
Kurva 1 Produksi Total dari satu input Variabel L
3. Produksi Rata-Rata
APP L
0 L
8
Sumber 2, Sudarman, 1997: 126
9
4. Produktivitas Marginal
Perubahan Ouput ∆ F( Q) ∆ Q
MPP L= = = ……( 6 )
Perubahan Input ∆L ∆L
Kurva 3 Produksi Marginal
L
0
MPP L
Sumber 3,Nicholson, 2002: 161
Hukum ini berlaku pada fungsi produksi jangka pendek, karena pada
fungsi yang berjangka pendek paling tidak salah satu inputnya adalah
tetap.Adanya input yang tetap jumlahnya ini akan membatasi kemampuan
tambahan
output bila ada tambahan input variabel untuk menambah output adalah
terbatas.
10
5. Hubungan Antara TPP, APP, MPP dan Ep
a. MPP yang terus menaik pada keadaan TPP juga menaik (tahap I)
b. MPP yang terus menurun pada keadaan TPP sedang menaik (tahap II)
c. MPP yang terus menurun sampai angka negatif bersamaan dengan TPP
11
Kurva 4 Hubungan antara produksi total,produksi rata-rata dan produksi marginal dari penggunaan
faktor produksi tenaga kerja
TPP
L
0
APP L
MPP L
L
L1 L2 L3
MPP L
Dengan informasi seperti itu, maka dijumpai adanya peristiwa bahwa tahap
I, II dan III, masing-masing daerah I, II dan III yaitu suatu daerah yang
menunjukkan elastisitas produksi yang besarnya berbeda-beda (Soekartawi,
2003: 40).
12
∆Q L
E PL = ּּ ………………………….. (7)
∆L Q
a. Bila MPP lebih besar dari APP, maka posisi APP masih dalam
keadaan menaik.
b. Sebaliknya bila MPP lebih kecil dari APP, maka posisi APP
dalam keadaan menurun.
c. Bila terjadi MPP sama dengan APP, maka APP dalam keadaan
maksimum.
Kalau hubungan antara MPP dan TPP serta MPP dan APP dengan
besar kecilnya Ep, maka dapat pula dilihat pada gambar 2.4 bahwa
(Soekartawi, 2003: 42-43):
13
d. Nilai Ep lebih besar dari nol tetapi lebih kecil dari satu atau 1 <
Ep < 0.
e. Dalam keadaan demikian, maka tambahan sejumlah input tidak
diimbangi secara proporsional oleh tambahan output yang
diperoleh. Peristiwa seperti ini terjadi di daerah II, di mana pada
sejumlah input yang diberikan maka TPP tetap menaik pada
tahapan decreasing rate.
f. Selanjutnya nilai Ep < 0 yang berada di daerah III, pada situasi
yang demikian TPP dalam keadaan menurun nilai MPP menjadi
negatif dan APP dalam keadaan menurun.
g. Dalam situasi Ep < 0 ini maka setiap upaya untuk menambah
sejumlah input tetap akan merugikan bagi peternak yang
bersangkutan.
Ada tiga tahap dalam fungsi produksi yaitu tahap I, II, III yang
masing-masing memiliki sifat yang khusus. Tahap-tahapnya adalah
sebagai berikut (Sudarman, 1997: 138) :
a. Tahap I
Pada tahap ini :
APP input variabel meningkat
MPP input variabel meningkat.
b. Tahap II
Pada tahap ini :
APP input variabel menurun
MPP input variabel menurun.
14
c. Tahap III
Pada tahap ini :
TPP input variabel menurun
MPP input variabel menurun.
D. Efisiensi
15
faktor yang digunakan di dalam proses produksi komoditi tertentu. Produksi
output tertentu adalah inefisiensi teknis jika ada cara-cara lain untuk
memproduksi output yang bisa menggunakan semua input dengan jumlah
lebih kecil. Produksi dikatakan efisiensi teknis jika tidak ada alternatif cara
yang bisa menggunakan semua input
MP K MP L
= ……………………………………. (10)
PK PL
K untuk modal, L untuk tenaga kerja dan P untuk harga per unit faktor.
Untuk analisis yang menggunakan kata efisiensi maka harus
mempertimbangkan variabel harga. Oleh karena itu ada dua hal yang perlu
diperhatikan sebelum analisis efisiensi dikerjakan, yaitu :
a. Tingkat transformasi antara input dan output dalam fungsi produksi dan,
b. Perbandingan (nisbah) antara harga input dan harga output sebagai upaya
untuk mencapai indikator efisiensi (Soekartawi, 2003: 44).
E. Elastisitas Substitusi
F. Distribusi Pendapatan
Jika proses produksi bersifat padat modal berarti secara relatif modal
memiliki peranan yang lebih penting dari faktor produksi yang lain dalam
menghasilkan produksi dan ada kecenderungan bagian pendapatan yang
diperoleh pemilik modal lebih besar dari pada pemilik faktor lain. Distribusi
16
pendapatan faktor produksi akan naik atau turun tergantung pada elastisitas
substitusi (σ) antar faktor produksi (Susilo, 1992: 38).
= MPL . L/Q
= MPK . K/Q
di mana :
17
produksi yang dapat dihasilkan maing-masing faktor, dan ini tidak lain
elastisitas produksi terhadap faktor. Persamaan (14) menyatakan bahwa
distribusi pendapatan relatif ditentukan oleh produktivitas marginal total
secara fisik yang dapat dihasilkan oleh masing-masing faktor atau ditentukan
oleh persentase perubahan produksi yang disebabkan persentase masing-
masing faktor.
Oleh sebab itu pendapatan relatif antara pemilik modal dan tenaga kerja
(r.K/w.L) lebih besar dari pada persentase perubahan (w/r), sehingga bagian
pendapatan yang diterima oleh pemilik modal akan meningkat seiring dengan
meningkatnya tenaga kerja (Susilo, 1992: 39).
1) Produk Marginal
18
Marginal Physical Product of Capital adalah
∂Q AαK α Q
= MP K = A ࣪ αK α −1 L β= = α …………. (16)
∂K K K
∂Q AβK α Q
= MP L= A ࣪ βK α Lβ −1= = β …………….. (17)
∂K K K
∂Q
Q ∂Q K
Elastisitas . K = = ࣪ ……………………..(18)
∂ K ∂K Q
K
Apabila nilai ∂Q/∂K yang diperoleh dari persamaan (16) disubstitusikan pada
Q K
Elastisitas . K = α . = α ……………………..(19)
K Q
Elastisitas untuk faktor tenaga kerja dapat dengan cara yang sama dengan
faktor
Q L
Elastisitas . L = β . = β ……………………..(20)
L Q
19
lebih bersifat padat elastis dibandingkan dengan faktor lainnya. Di samping
itu, sekaligus dapat
padat kapital. Apabila nilai α > β, maka proses produksi lebih bersifat padat
20
BAB II
METODE PENILITIAN
A. Model Konseptual
Fungsi model konseptual menurut jan konker, dkk (2011) antara lain :
1. Fungsi pertama dari model konseptual sangat erat hubungannya
dengan teori referensi/literatur yang digunakan. Dengan bantuan model
konseptual, peneliti dapat menunjukkan bagaiamana melihat fenomena
yang diketengahan dalam penelitiannya. Konsep-konsep teoritis yang
digunakan untuk membangun model konseptual memberikan persfektif
atau sebuah cara untuk melihat fenomena empiris.
2. Fungsi kedua adalah pembangunan model dapat membantu dalam
penataan masalah, mengidentifikasi faktor-faktor relevan, dan
kemudian memberikan koneksi yang membuatnya lebih mudah untuk
memetakan bingkai masalahnya. Jika dipetakan dengan benar, maka
model konseptual dapat menjadi representasi yang benar dari
fenomena yang sedang dipelajari. Selanjutnya model tersebut akan
membantu menyederhanakan masalah dengan mengurangi jumlah
properti yang harus disertakan, sehingga lebih mudah berfokus untuk
hal-hal yang hakiki.
3. Fungsi ketiga adalah menghubungkannya ke dalam sistem teori.
Karakteristik model konseptual menurut jan jonker, dkk (2011) antara lain :
1. Model konseptual merupakan konstruksi verbal atau visual yang
membantu untuk membedakan antara apa yang penting dan apa yang
tidak.
2. Sebuah model menawarkan kerangka kerja yang menggambarkan
(secara logis) hubungan kausal antara faktor-faktor yang berkaitan.
Model konseptual dapat mempromosikan hal yang masuk akal atau
makna dalam situasi tertentu.
3. Model konseptual menciptakan realitas dalalm arti pemahaman
kolektif. Karena model konseptual didasarkan pada bahasa yang
berasal dari pengertian teoritis.
Model konseptual dibangun berdasarkan teori atau setidaknya pengertian
teoritis. Tanpa masukan teoritis, maka mustahil untuk membuat konstruksi
yang berfokus dari sebuah realitas yang terjadi. Teori memberitahu kepada
kita dimana harus mencari, apa yang harus dicari, dan bagaimana melihat
suatu masalah.
21
B. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalah
yang diajukan. Seperti diketahui, pada umumnya metode ilmiah yang
disimpulkan dalam dua langkah utama yaitu, pertama mengajukan hipotesis
yang merupakan kerangka teoritis yang secara deduktif dijalin dari
pengetahuan yang dapat diandalkan, dan kedua, pengumpulan data empiris
untuk menguji apakah kenyataan yang sebenarnya mendukung atau menolak
hipotesis (Jujun, S, Suriasumantri, 2003)
Cara merumuskan hipotesa ialah dengan tahapan sebagai berikut: rumusan
hipotesa penelitian, hipotesa operasional, dan hipotesa statistik.
a. Hipotesa penelitian ialah hipotesa yang kita buat dan dinyatakan dalam
bentuk kalimat.
Contoh:
Ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja
pegawai
Ada hubngan antara promosi dan volume penjualan
b. Hipotesa operasional ialah mendefinisikan hipotesa secara operasional
variabel-variabel yang ada didalamnya agar dapat dioperasionalkan.
Misalnya “gaya kepemimpinan” dioperasionalisasikan sebagai cara
memberikan instruksi terhadap bawahan. Kinerja pegawai
dioperasionalisasikan sebagai tinggi rendahnya pemasukan
perusahaan. Hipotesa opersional dijadikan menjadi dua, yaitu hipotesa
0 yang bersifat netral dan hipotesa 1 yang bersifat netral. Maka bunyi
hipotesisnya:
Ho: Tidak ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap
bawahan dengan tinggi –rendahnya pemasukan perusahaan.
H1: Ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap
bawahan dengan tinggi-rendahnya pemasukan perusahaan.
c. Hipotesa statistik ialah hipotesa operasional yang di terjemahkan
kedalam bentuk angka-angka statistik sesuai dengan alat ukur yang
dipilih oleh peniliti. Dalam contoh ini asumsi kenaikan pemasukan
sebesar 30%, maka hipotesisnya berbunyi sebagai berikut.
Ho: P = 0,3
H1: P tidak dengan 0,3
Uji hipotesa
Hipotesa yang sudah dirumuskan kemudian harus di uji. Pengujian ini
akan membuktikan Ho atau H1 yang akan diterima. Jika H1 diterima
maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara cara memberikan
instruksi terhadap bawahan dengan tinggi-rendahnya pemasukan
perusahaan.
22
Terdapat dua metode yang sering digunakan dalam melakukakn uji hipotesis,
yaitu uji t dan uji F.
1. Uji t
Uji t merupakan suatu prosedur untuk menguji signifikansi dari koefisien-
koefisien regresi secara parsial. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam
melakukan uji hipotesis melalui uji t adalah masalah pemilihan apakah
menggunakan dua sisi atau satu sisi. Uji hipotesis dua sisi dipilih jika kita
tidak memiliki dugaan kuat atau dasar teori yang kuat dalam penelitian.
Sementara itu, uji hipotesis satu sisi dipilih jika kita memiliki landasan
teori atau dugaan yang kuat.
Langkah-langkah dalam melakukan uji hipotesis melalui uji t adalah:
a. Menentukan hipotesis penelitian, apakah melalui uji satu sisi maupun
dua sisi.
Uji hipotesis positif satu sisi
Ho : β1 ≤ 0
Ha : β1 > 0
Uji hipotesis negatif satu sisi
Ho : β1 ≤ 0
Ha : β1 < 0
Uji dua sisi
Ho : β1 = 0
Ha : β1 ≠ 0
Lakukan langkah pada setiap koefisien regresi (β) yang ada dalam model.
b. Menentukan nilai statistik t (t hitung) untuk setiap koefisien regresi
yang ada dan menentukan nilai t kritis dari tabel distribusi t pada α dan
degree of freedoom (I) tertentu.formula nilai t hitung adalah sebagai
berikut:
β 1−β ¿1
t=
Se (β 1)
23
tersebut berpengaruh signifikan terhadap perubahan variabel
dependent.
Apabila nilai t hitung < nilai t kritis, maka Ho diterima atau Ha
ditolak, yang berarti secara statistik, variabel independent
tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan
variabel dependent.
Area penolakan atau penerimaan hipotesis berdasarkan distribusi t, adalah:
Uji hipotesis positif satu sisi
α
1-α
t
0 tc
α
1-α
t
−t c 0
α/2 α/2
1-α
t
−t c 0 tc
24
2. Uji F
Dasar uji F hampir sama dengan dasar uji t, yaitu untuk
mengujisignifikansi koefisien-koefisien regresi variabel dalam suatu
model. Perbedaan uji t dan uji F adalah uji t dilakukan secara parsial pada
masing-masing koefisien, sedangkan uji F dilakukan secara serempak pada
seluruh koefisien regresi. Jadi, uji F dilakukan untuk mengevaluasi
pengaruh semua variabel independent terhadap variabel dependent dalam
suatu model regresi.
Langkah-langkah dalam melakukan uji hipotesis melalui uji F adalah:
a. Menentukan hipotesis penelitian sebagai berikut.
Ho : β1= β2=…=β3=0
Ha : β1≠ β2≠…≠β3≠0
b. Menentukan nilai F hitung dan nilai F kritis dari tabel distribusi F. nilai
F kritis berdasarkan besarnya α dan besarnya df untuk numerator (k-1)
dan df untuk denominator (n-k). adapun formula nilai F hitung adalah
sebagai berikut:
R2 /(K−1)
F=
1−R2 /( n−k )
Catatan: saat ini, nilai F hitung dari suatu model regresi dapat
diperoleh dengan mudah dari program olahan regresi,seperti
Eviews,Shamzam, dan Rats
c. Membandingkan nilai F hitung dngan nilai F kritis-nya. Kriteria
pengujiannya adalah:
Apabila nilai F hitung > F kritis, maka Ho diterima, yang
berarti secara statistik, seluruh variabel independent yang ada
berpengaruh signifikan terhadap perubahan variabel dependent.
Apabila nilai F hitung < F kritis, maka Ho diterima atau Ha
ditolak, yang berarti secara statistik, seluruh variabel
independent yang ada tidak berpengeruh signifikan terhadap
perubahan variabel dependent.
25
BAB III
PEMBAHASAN
Tema yang diusung Imos pada tahun tersebut mendapat tanggaan positif
dari ferry yahya,staf ahli menteri perindustrian bidang pemasaran dan
peningkatan penggunaan produksi dalam negri. Dia berpendapat tema tersebut
sangat tepat dan bisa menjadi dasar utama menciptakan motor yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat indonesia.”tema ImoS 2014 merupakan salah
satu tema yang sangat tepat dan sejalan dengan upaya untuk menciptakan
produk sepeda motor yang sesuai dengan kebutuhan pasar yang ditandai
dengan semakin tingginya tuntutan akan aspek
keselamatan,kenyamanan,ramah lingkungan, dan hemat energi. Untuk itu
maka industri sepeda motor dalam negri harus terus berupaya mencari
terobosan baru dan memanfaatkan teknologi mesin yang efisien,rendah emisi
gas buang,sehingga dapat menghasilkan sepeda motor yang ramah
lingkungan,hemat energi, serta aman dan nyaman untuk dikendarai yang
merupakan ciri produk industri sepeda motor pada masa depan.
26
Tabel 1 produksi sepeda motor di indonesia tahun 1985-2014
Sumber 2 : http://www.aisi.or.id
27
Dari data di atas menunjukkan bahwa kebutuhan alat transportasi sepeda
motor di Indonesia dari tahun ketahun semakin meningkat, dilihat dari tabel
produksi. Hal ini merupakan sebuah peluang bagi perusahaan yang
menawarkan produk sepeda motor untuk meningkatkan angka penjualannya
dengan berbagai cara. Persaingan yang semakin ketat, menyebabkan
perusahaan menempatkan orientasi pada pemenuhan dan kepuasan pelanggan
sebagai tujuan utama.
Jumlah sepeda motor pada tahun 2011 saja telah menunjukan angka yang
sangat fantastis, angka tersebut hampir lima kali lipat dari angka produksi 10
tahun sebelumnya. Namun pada tahun 2012 jumlah produksi sepeda motor di
Indonesia menurun sebesar 11,5% dengan jumlah produksi sepeda motor
sebanyak 7.079.721 unit. Saat ini terdapat 77 (tujuh puluh tujuh) perusahaan
assembling, manufaktur dan importir sepeda motor di Indonesia yang tercatat
di Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag). Dari jumlah
tersebut, 6 (enam) diantaranya tergabung dalam keanggotaan AISI (Asosiasi
Industri Sepeda Motor Indonesia) yaitu Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki,
TVS dan Kanzen, serta 71 (tujuh puluh satu) perusahaan lainnya di luar
keanggotaan AISI. Sehingga dapat diprediksi bahwa minat masyarakat
terhadap kendaraan roda dua ini sangatlah tinggi.
produksi produksi
N Rata-Rata
Variabel tertinggi/ma terendah/mi Observasi
o Produksi
x n
Produks
1 3.064.823 8.006.293 519.404 30
i
28
Data dari AISI untuk produksi sepeda motor tertinggi yaitu pada tahun
2011 sebesar 8.006.293 Unit .Jumlah sepeda motor pada tahun tersebut telah
menunjukan angka yang sangat fantastis, angka tersebut hampir lima kali lipat
dari angka produksi 10 tahun sebelumnya. Sedangkan produksi terendah
terjadi pada tahun 1998 sebesar 519.404. Hal ini dikarenakan terjadi krisis
moneter,sehingga mempengaruhi daya beli masyarakat dan mengakibatkan
produksi kendaraan sepeda motor menjadi berkurang. Dengan adanya
peristiwa itu membuat motor china pernah berjaya di indonesia karena berani
membrandol produk dengan harga yang lebih murah.
29
luar jawa dan bali akan lebih meningkat tahun ini seiring dengan naiknya
harga komoditas (pertanian dna perkebunan).
30
Berikut adalah tabel yang memperlihatkan permintaan sepeda motor dalam negeri :
Tabel 2 Permintaan Sepeda Motor Dari Dalam Negeri
Sumber 3 : http://www.aisi.or.id
31
Dari data diatas dapat dilihat bahwa permintaan sepeda motor setiap
tahunnya selalu mengalami kenaikan. Pada tahun 1990-1991 terjadi
penurunan akan permintaan kendaraan roda dua. Akan tetapi, hal itu tidak
terlalu mempengaruhi produsen untuk tetap memproduksi dan menciptakan
inovasi baru. Terbukti pada tahun 1992-1997 terjadi kenaikan yang cukup
teratur di setiap tahunnya.
Industri sepeda motor di indonesia sempat mengalami tekanan penjualan
pada tahun 2009 mengikuti perkembangan sektor uang yang
mengetat.ketatnya sektor keuangan menyebabkan perbankan dan leasing
mengerem laju pertumbuhan kredit. Setelah krisis finansial global mulai
mereda, pasar sepeda motor kembali melejit. Pada tahun 2010 penjualan
sepeda motor mencapai rekor baru yaitu mencapai 7,4 juta unit atau
meningkat 25,7% dibanding tahun 2009 yang hanya mencapai 5,9 juta unit.
Memasuki tahun 2011, penjualan sepeda motor masih terus pesat. Kendala
yang dihadapi adalah makin terbatasnya kapasitas produksi pabrik sepeda
motor sehingga menyulitkan pengembangan pasar sepeda motor.
Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) memperkirakan
penjualan sepeda motor tahun ini sebesar 7,1 juta unit atau sama dengan
realisasi tahun lalu.stagnannya target tersebut dipengaruhi oleh kenaikan harga
bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan perubahan uang muka minimum
kredit kendaraan motor syariah. Kebijakan soal kenaikan uang muka memukul
angka penjualan sepeda motor dalam negri. Tercatat pada tahun 2011,
penjualan sepeda motor mampu mencapai 8,01 juta unit.
Perolehan tersebut kemudian turun 11,83% atau menjadi 7,06 juta pada
tahun 2012. Tahun ini kami kira pertumbuhannya 0%,praktis angka akan
dicapai seperti tahun lalu. Tercatat, penjualan sepeda motor pada semester
I/2013 Mencapai 3,92 juta unit atau naik 5,98% dibanding tahun lalu yang
sebesar 3,7 juta unit. Pada semester I, Honda mencatat penjualan sebanyak
2,36 juta unit, yamaha 1,28 unit, suzuki 208,645 unit,kawasaki 69,020 unit,
dan TVS 3,952 Unit.
32
Kenaikan tersebut terjadi karena adanya pembelian yang tertunda yang
seharusnya dilakukan pada tahun 2012. Jika melihat capaian pada semester I,
maka ada kemungkinan penjualan dapat tembus mencapai 8 juta unit.
Namun,angka tersebut tidak akan tercapai karena adanya momen tahun ajaran
baru, bulan puasa, dan lebaran. Momen tersebut menyebabkan pasar
terganggu karena hari kerja yang pendek. AISI menginginkan ada perbaikan
penjualan dibanding tahun sebelumnya. Target 7,1 juta unit akan tercapai tapi
AISI berharap ada bonus jadi 7,3 juta unit. Hal – hal yang harus diperhatikan
pada semester II adalah naiknya uang muka untuk bank syariah pada april lalu
dan naiknya suku bunga acuan BI rate sebesar 50 basis poin juli lalu.
Naiknya suku bunga bank otomatis akan diikuti oleh naiknya bunga kredit
sepeda motor.maka dari itu, konsumen tertimpa dua kali karena ada kenaikan
uang muka dan kenaikan cicilan. Selain itu faktor lain yang akan menganggu
penjualan sepeda motor adalah adanya inflasi akibat naiknya harga BBM.
Konsumen akan menyisihkan uangnya untuk membeli kebutuhan primer
daripada alat transportasi.meski demikian AISI yakin bahwa penjualan sepeda
motor tidak akan turun dan menjadi pilihan utama untuk transportasi karena
harganya yang terjangkau. Sebelumnya PT Astra Honda Motor (AHM)
melaporkan penjualan motor injeksi pada semester I/2013 mencapai 1.739.549
unit atau menguasai 62,3% dari total penjualan motor injeksi periode yang
sama sebesar 2.793.770 unit.
Jika diilustrikan dengan tabel statistik akan terlihat,sebagai berikut :
33
dalam negri. Hal tersebut didukung dengan harga produk yang terjangkau
serta jumlah penduduk yang semakin bertambah. Sepeda motor merupakan
alat transportasi yang efisien serta harga yang terjangkau untuk masyarakat
indonesia.
Dari data yang dihimpun AISI permintaan tertinggi pada tahun 2011
sebesar 8.012.540. permintaan pada tahun tersebut cukup tinggi dikarenakan
membaiknya perekonomian nasional dan suku bunga kredit yang stabil, serta
rencana pemerintah membatasi pemakaian bahan bakar minyak bersubsidi.
Sedangkan permintaan kendaraan roda dua di dalam negri terendah jatuh
pada tahun 1998 sebesar 433.549. Walaupun pada tahun tersebut terjadi krisis
moneter idustri otomotif tak mengenal krisis. Ketika pada tahun 1998 pasar
otomotif mobil terpuruk akibat krisis moneter, pasar sepeda motor tetap
membukukan perumbuhan sekitar 14% dari tahun sebelumnya.
Berikut tabel yang menunjukan jumlah permintaan sepeda motor dari luar
negeri di indonesia (exspor).
34
Tabel 3 Permintaan Sepeda Motor Dari Luar Negeri
Sumber 4: http://www.aisi.or.id
35
Dari data diatas menunjukkan bahwa permintaan sepeda motar dari luar
negri mengalami naik turun . Disamping Penjualan sepeda motor di pasar
dalam negri yang pada tahun 2011 silam mencapai 8,01 juta unit dan di tahun
2012 mencapai 7,3 juta unit ternyata tidak diikuti oleh penjualan yang
memuaskan di luar negeri. Dibanding tahun lalu, jumlah ekspor motor
stagnan, hanya mencapai 600 ribu unit. Saat ini sepeda motor yang diekspor
mencapai 1,4% dari total produksi, atau setara 600.000 unit. Hal tersebut
dikarenakan banyak negara membuat sepeda motor sendiri. Pihak
produsenpun mempunyai pengembangan sepeda motor sendiri, itu sebabnya
sulit menambah ekspor sepeda motor dari indonesia,karena sama-sama negara
berkembang.
Penjualan produk sepeda motor khas indonesia di pasar luar negri terutama
untuk tipe bebek dan skutik mengalami stagnasi. Industri motor dalam negri
seolah-olah melempem saat prduksinya diekspor ke luar negri. Tiga wilayah
yang mejadi tujuan ekspor skutik rakitan indonesia adalah bangladesh,
pakistan, dan kawasan amerika latin.
Jika mengintip data ekspor tiga tahun terakhir, lonjakan volume pada 2012
sebenarnya lebih kecil dibandingkan tahun 2011. Pertumbuhan ekspor 2011
lebih besar dibandingkan pertumbuhan 2012. Tahun lalu, pertumbuhan ekspor
mendekati 94% jika dibandiingkan 2010. Dari sisi volume, ekspor dua bulan
2012 merupakan rekor dalam tiga tahun terakhir. Maklum, pada tahun
2010,ekspor motor baru sekitar 2.700_an unit, sedangkan tahun lalu 5.400_an
unit. Ekspor tak terlalu menarik bagi produsen di indonesia.
36
ekspor.sementara itu, yamaha menempati posisi kedua (23,76%). Di
belakangnya ada kawasaki (16,99%),TVS (7,35%), dan honda (4,13%). Tahun
lalu, yamaha menempati posisi pertama sebagai eksportir sepeda motor
indonesia.
Boleh jadi pasar ekspor sepeda motor tidak menarik bagi para anggota
AISI. Maklum, pasar domestik masih cukup menggiurkan dengan
pertumbuhan belasan persen per tahunnya. Sepanjang 2011, total penjualan
sepeda motor menyentuh angka delapan juta unit. Rekor sepanjang industri
sepeda motor bertumbuh di indonesia. Angka itu bakal membubung,
mengingat tahun ini ditaksir bakal bisa mendekati sembilan juta unit. Selain
seksinya pasar domestik, ekspor tidak lagi menarik bagi anggota AISI, karena
mayoritas prinsipal mereka memiliki pabrik di negara tujuan ekspor.
Permintaan kendaraan roda dua dari luar negeri menunjukkan rata – rata
sebesar 46.095,73. Dari hasil rata – rata tersebut,terlihat bahwa permintaan
Sepeda motor dari luar negeri tidak terlalu banyak dan di setiap tahunnya
selalu mengalami kenaikan dan penurunan. Hal tersebut dikarenakan hampir
setiap negara memiliki industri sepeda motor sehingga negara tidak perlu
impor dari negara lain.
37
Permintaan tertinggi untuk kendaraan sepeda motor dari luar negeri jatuh
pada tahun 1992 sebanyak 130.554 unit. Permintaan tertinggi pada tahun ini
merupakan sejarah pertama sedangkan peningkatan kedua terjadi pada tahun
2000. Disamping ada permintaan tertinggi juga ada permintaan terendah yaitu
pada tahun 2004 sebesar 12.840 unit. Hal tersebut dikarenakan masing negara-
negara sudah mengalami perkembangan teknologi sehingga hampir setiap
negara mempunyai industri motor. Dampak dari itul membuat exspor dari
indonesia ke negara lain menjadi berkurang. Akan tetapi di tahun selanjutnya
mengalami peningkatan,dikarenakan banyak dari sedikit masyarakat luar
negeri menyukai produk dari luar negri.
D. hubungan antara variabel permintaan dari dalam negeri dan luar negeri
(exspor) terhadap jumlah produksi sepeda motor di indonesia.
38
Tabel 4 Hubungan antara Produksi dengan Permintaan dari Dalam Negeri dan Luar Negeri
39