Anda di halaman 1dari 39

PRODUKSI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Statistik
Deskriptif yang diampu oleh Prastowo

Disusun:

Tri Wahyudin (14/361426/SV/5705)

DEPARTEMEN EKONOMIKA DAN BISNIS


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami haturkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan jalan yang lancar sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Ekonomika Mikro Terapan yang diampu oleh
Prastowo.
Semoga laporan ini sesuai dan dapat memenuhi tugas mata kuliah Ekonomika
Mikro Terapan yang diampu oleh Prastowo dan dapat bermanfaat bagi semua
teman-teman mahasiswa/mahasiswi di Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta,19 Desember 2015

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Perkembangan zaman yang semakin maju seperti sekarang ini
menyebabkan perusahaan harus menghadapi persaingan ketat akibat banyak
sekali perubahan-perubahan terjadi secara signifikan dari tahun sebelum dan
terjadi pada masa sekarang sebagai akibat semakin majunya ilmu teknologi
yang diterapkan oleh suatu bangsa. Bangsa Indonesia sebagai salah satu
negara berpopulasi penduduk terbesar di dunia menjadikan negara Indonesia
ini harus memiliki penerapan ilmu teknologi maju dan moderen sebagai alat
untuk mempermudah arus komunikasi dan transportasi antar penduduk
sehingga dapat tercipta kemajuan dan perkembangan antar daerah secara
merata.
Dalam bidang transportasi kita mungkin telah mengenal sepeda motor
sebagai salah satu alat transportasi yang biasa digunakan oleh penduduk
Indonesia. Sepeda motor menjadi salah satu sarana transportasi para pengguna
jalan. Hal ini bukan karena sepeda motor irit bahan bakar, tetapi juga cocok
untuk kondisi jalanan yang relatif macet serta banyaknya pengguna
kendarakan roda empat. Masyarakat bahkan bisa pergi ke mana saja tanpa
khawatir terjebak kemacetan dan tanpa perlu mengeluarkan uang untuk tarif
angkutan umum yang semakin tinggi. Dengan adanya kebutuhan sarana
transportasi terutama sepeda motor menjadi peluang bagi para pelaku bisnis
sepeda motor Indonesia untuk meningkatkan keuntungan perusahaan melalui
berbagai cara strategi untuk dapat meraih penjualan yang maksimal dari tiap
perusahaan sepeda motor karena kebutuhan konsumsi dari sepeda motor yang
terus meningkat. Melihat latar belakang di atas, kami akan membahas lebih
detail dengan makalah yang berjudul PRODUKSI SEPEDA MOTOR DI
INDONESIA. Adapun sumber yang kami gunakan antara lain dari Badan
Pusat Statistik,AISI serta beberapa sumber lain yang mendukung.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Produksi sepeda motor di indonesia dari tahun 1985
hingga sekarang ?
2. Bagaimana tingkat permintaan sepeda motor didalam negri ?
3. Bagaimana tingkat permintaan sepeda motor di luar negri (exspor) ?
4. Bagaimana hubungan antara variabel permintaan dalam negri dan
luar negri (exspor) terhadap jumlah produksi sepeda motor di
indonesia ?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui perkembangan produksi sepeda motor di indonesia.
2. Mengetahui perkembangan permintaan sepeda motor di dalam negri
pada setiap tahunnya.
3. Mengetahui perkembangan permintaan sepeda motor di luar negri
(exspor) pada setiap tahunnya.
4. Mengetahui hubungan antara variabel permintaan sepeda motor
dalam negri dan luar negri (exspor) terhadap jumlah produksi sepeda
motor di indonesia.

5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Produksi

Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan
memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat
dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input
atau masukan yang juga disebut faktor-faktor produksi menjadi keluaran
(output) sehingga nilai barang tersebut bertambah.

B. Fungsi Produksi

Beberapa faktor produksi atau input yang digunakan akan menghasilkan


output (keluaran). Jumlah output juga dipengaruhi oleh teknologi yang
digunakan. Hubungan antara jumlah penggunaan input dan jumlah output
yang dihasilkan, dengan teknologi tertentu, disebut fungsi produksi. Fungsi
produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan
antara tingkat (dan kombinasi) penggunaan input dan tingkat output per satuan
waktu (Soeratno, 2000: 82). Pada model ini, hubungan antara input dan output
disusun dalam fungsi produksi (production function) yang berbentuk
(Nicholson, 2002: 159) :

q = f (K,L,M,...) ……………………………….. (1)

Di mana q mewakili output barang-barang tertentu selama satu periode, K


mewakili mesin (yaitu, modal) yang digunakan selama periode tersebut, L
mewakili input jam tenaga kerja, dan M mewakili bahan mentah yang
digunakan. Bentuk dari notasi ini menunjukkan adanya kemungkinan
variabel-variabel lain yang mempengaruhi proses produksi (Nicholson, 2002:
159).

Kita akan menyederhanakan fungsi produksi dengan mengasumsikan


bahwa produksi perusahaan hanya tergantung pada dua input : modal
(Kapital/K) dan tenaga kerja (Labour/L). Dengan demikian kita dapat
merumuskan suatu fungsi produksi dalam bentuk (Nicholson, 2002: 160) :

q = f (K,L) ……………..................................... (2)

Dalam proses produksi tersebut menurut jangka waktunya dibagi menjadi


tiga yaitu fungsi produksi jangka sangat pendek, jangka pendek dan jangka
panjang. Dalam jangka sangat pendek bagi seorang produsen, ia tidak bisa
mengubah input tenaga kerja maupun input modal. Dengan demikian input
tenaga kerja maupun input modal adalah tetap atau given. Dalam proses

6
produksinya menggunakan input tenaga kerja maupun input modal yang
jumlahnya tertentu atau tetap, maka output yang dihasilkannya juga tertentu
dan tetap. Jangka pendek (short run) mengacu pada jangka waktu dengan
salah satu faktor atau lebih faktor produksi tidak bisa diubah atau konstan.
Faktor-faktor yang tidak dapat divariasikan selama periode ini disebut dengan
masukkan tetap (fixed input). Faktor modal dianggap sebagai faktor produksi
yang tetap dalam arti bahwa jumlahnya tidak berubah dan tidak terpengaruh
oleh perubahan volume produksi. Sedangkan dalam jangka pendek faktor
tenaga kerja dianggap sebagai faktor produksi variabel yang penggunaannya
berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi. Dalam jangka
panjang (long run) adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk membuat
semua masukan menjadi variabel (Pindick and Rubinfeld, 1999: 134).

1. Fungsi Produksi Jangka Pendek

Fungsi produksi jangka pendek adalah menunjukkan kurun waktu di mana


salah satu faktor produksi atau lebih bersifat tetap. Jadi, dalam kurun waktu ini
output dapat diubah jumlahnya dengan jalan mengubah faktor produksi
variabel yang digunakan dan dengan peralatan mesin yang ada. Misalkan bila
seorang produsen ingin menambah jumlah produksinya dalam jangka pendek,
maka hal ini hanya dapat ia lakukan dengan jalan menambah jam kerja dan
dengan tingkat skala perusahaan yang ada (dalam jangka pendek peralatan
mesin perusahaan ini tidak mungkin untuk ditambah) atau dalam jangka
pendek produsen dapat memperbesar outputnya dengan jalan menambah jam
kerja per hari dan hanya pada tingkat skala perusahaan yang ada (Sudarman,
1997: 122).

2. Produk Total

Adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu.


Produk total akan berubah menurut banyak sedikitnya faktor variabel yang
digunakan (Lipsey, 2001: 174). Kurva produksi atau Total Physical
Production Function (TPP) adalah kurva yang menunjukkan hubungan
produksi total dengan satu input variabel sedangkan input-input lainnya
dianggap tetap. Notasi penulisan kurva produksi adalah sebagai berikut:

TPP = f(X)……………………………………. (3)

di mana :

TPP = output total

X = jumlah input variabel yang digunakan.

7
Jika hanya satu macam input variabel yang digunakan pada kasus produksi ini
yaitu tenaga kerja (L), maka dapat ditulis sebagai berikut :

Q = f(L) …………………………………….. (4)

di mana :

Q = tingkat output

L = jumlah tenaga kerja yang digunakan.

Dari kurva produksi atau Total Physical Production Function (TPP) dari
fungsi diatas dapat digambarkan sebagai berikut :
Kurva 1 Produksi Total dari satu input Variabel L

Sumber 1, Lipsey, 2001: 174

3. Produksi Rata-Rata

Produksi rata-rata adalah total produksi dibagi dengan jumlah faktor


produksi yang digunakan untuk menghasilkan produksi tersebut. Jadi,produksi
rata-rata adalah perbandingan output faktor produksi (output-input ratio) untuk
setiap tingkat output dan faktor produksi yang bersangkutan (Sudarman, 1997:
126).

AP = Q/L …………………………………….. (5)


Kurva 2 Produksi Rata-rata

APP L

0 L

8
Sumber 2, Sudarman, 1997: 126

9
4. Produktivitas Marginal

Produktivitas marginal atau Marginal Physical Product (MPP) adalah


tambahan kuantitas output yang dihasilkan dengan menambah satu unit input
itu, dengan

menganggap konstan seluruh input lainnya (Nicholson, 2002: 161).

Perubahan Ouput ∆ F( Q) ∆ Q
MPP L= = = ……( 6 )
Perubahan Input ∆L ∆L
Kurva 3 Produksi Marginal

L
0
MPP L
Sumber 3,Nicholson, 2002: 161

Produktivitas fisik marginal yang semakin menurun (Diminishing


Marginal Physical Productivity), produktifitas fisik marjinal suatu input
tergantung pada beberapa banyak input ini digunakan. Misalnya tenaga kerja
(sementara itu jumlah peralatan, pakan, dan lain-lain dipertahankan tetap).
Pada akhirnya menunjukkan suatu kerusakan pada produktifitasnya, sehingga
akibatnya output yang di dapat justru akan turun. Gambaran di atas
menunjukkan berlakunya Law of Diminishing Marginal Productivity yaitu
apabila salah satu input ditambah penggunaannya sedang input-input lainnya
tetap maka tambahan yang dihasilkan dari setiap tambahan output yang
dihasilkan dari setiap tambahan satu unit yang ditambahkan mula-mula
meningkat, tetapi kemudian akan menurun apabila input tersebut terus di
tambah.

Hukum ini berlaku pada fungsi produksi jangka pendek, karena pada
fungsi yang berjangka pendek paling tidak salah satu inputnya adalah
tetap.Adanya input yang tetap jumlahnya ini akan membatasi kemampuan
tambahan

output bila ada tambahan input variabel untuk menambah output adalah
terbatas.

10
5. Hubungan Antara TPP, APP, MPP dan Ep

Penambahan terhadap MPP seperti yang dijelaskan di atas, akan lebih


bermanfaat bila dikaitkan dengan produk rata-rata (APP) dan produk total
(TPP). Dengan mengaitkan MPP, APP dan TPP maka hubungan antara input
dan output akan lebih informatif. Artinya dengan cara seperti itu, akan dapat
diketahui elastisitas produksi yang sekaligus juga diketahui apakah proses
produksi yang sedang berjalan dalam keadaan elastisitas produksi yang rendah
atau sebaliknya.

Untuk menjelaskan hal ini, dapat menggunakan gambar 2.4. Berdasarkan


gambar di bawah terlihat bahwa untuk tahapan pertama terjadi tambahan input
yang menyebabkan tambahan output yang semakin menaik (increasing rate)
kemudian menurun (decreasing negative) sampai pada MPP yang negatif
(Soekartawi, 2003: 38-39).

Berdasarkan gambar yang disajikan di bawah, maka dapat ditarik berbagai


hubungan antara TPP dan MPP, serta APP dan MPP. Selanjutnya dari gambar
tersebut dapat diidentifikasikan dari MPP, yaitu :

a. MPP yang terus menaik pada keadaan TPP juga menaik (tahap I)

b. MPP yang terus menurun pada keadaan TPP sedang menaik (tahap II)

c. MPP yang terus menurun sampai angka negatif bersamaan dengan TPP

yang juga menurun (tahap III).

11
Kurva 4 Hubungan antara produksi total,produksi rata-rata dan produksi marginal dari penggunaan
faktor produksi tenaga kerja

TPP

L
0
APP L
MPP L

L
L1 L2 L3
MPP L

Dengan informasi seperti itu, maka dijumpai adanya peristiwa bahwa tahap
I, II dan III, masing-masing daerah I, II dan III yaitu suatu daerah yang
menunjukkan elastisitas produksi yang besarnya berbeda-beda (Soekartawi,
2003: 40).

1). Elastisitas Produksi (Ep)

Adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari


persentase perubahan input. Ep ini dapat dituliskan melalui rumus sebagai
berikut :

12
∆Q L
E PL = ּּ ………………………….. (7)
∆L Q

Berhubung ΔQ/ΔL adalah MPP, maka besarnya Ep tergantung dari


besar

kecilnya MPP dari suatu input, misalnya input L.

2). Hubungan antara MPP dan TPP

Terlihat pada gambar 2.4 bahwa :

a. Bila TPP tetap menaik, maka nilai MPP positif


b. Bila TPP mencapai maksimum, maka nilai MPP mencapai nol
c. Bila TPP sudah mulai menurun, maka nilai MPP menjadi negatif
d. Bila TPP menaik dengan tahapan increasing rate, maka MPP
bertambah pada decreasing rate.

3). Hubungan antara MPP dan APP

Disamping hubungan antara MPP dan TPP, dapat pula dilihat di


gambar 2.4 kaitan antara MPP dan APP. Kalau APP didefinisikan sebagai
perbandingan antara TPP per jumlah input, dengan demikian hubungan
MPP dan APP dapat dicari, antara lain:

a. Bila MPP lebih besar dari APP, maka posisi APP masih dalam
keadaan menaik.
b. Sebaliknya bila MPP lebih kecil dari APP, maka posisi APP
dalam keadaan menurun.
c. Bila terjadi MPP sama dengan APP, maka APP dalam keadaan
maksimum.

Kalau hubungan antara MPP dan TPP serta MPP dan APP dengan
besar kecilnya Ep, maka dapat pula dilihat pada gambar 2.4 bahwa
(Soekartawi, 2003: 42-43):

a. Ep = 1 bila APP mencapai maksimum atau bila APP sama dengan


MPP-nya.
b. Sebaliknya, bila MPP = 0 dalam situasi APP sedang menurun,
maka Ep = 0.
c. Ep > 1 bila TPP menaik pada tahapan increasing rate dan APP
juga menaik di daerah I. Di sini peternak masih mampu
memperoleh sejumlah produksi yang cukup menguntungkan
manakala sejumlah input masih ditambahkan.

13
d. Nilai Ep lebih besar dari nol tetapi lebih kecil dari satu atau 1 <
Ep < 0.
e. Dalam keadaan demikian, maka tambahan sejumlah input tidak
diimbangi secara proporsional oleh tambahan output yang
diperoleh. Peristiwa seperti ini terjadi di daerah II, di mana pada
sejumlah input yang diberikan maka TPP tetap menaik pada
tahapan decreasing rate.
f. Selanjutnya nilai Ep < 0 yang berada di daerah III, pada situasi
yang demikian TPP dalam keadaan menurun nilai MPP menjadi
negatif dan APP dalam keadaan menurun.
g. Dalam situasi Ep < 0 ini maka setiap upaya untuk menambah
sejumlah input tetap akan merugikan bagi peternak yang
bersangkutan.

Ada tiga tahap dalam fungsi produksi yaitu tahap I, II, III yang
masing-masing memiliki sifat yang khusus. Tahap-tahapnya adalah
sebagai berikut (Sudarman, 1997: 138) :

a. Tahap I
Pada tahap ini :
 APP input variabel meningkat
 MPP input variabel meningkat.

Ini berarti input tetap digunakan relatif terlalu banyak


dibandingkan dengan penggunaan input variabel. Oleh karena itu
tahap ini bukan merupakan tahap produksi yang rasional bagi
produsen, karena setiap tambahan satu unit input variabel akan
menambah tambahan output dengan jumlah yang lebih besar,
sehingga produsen yang rasional tidak akan berproduksi di tahap
ini.

b. Tahap II
Pada tahap ini :
 APP input variabel menurun
 MPP input variabel menurun.

Ini berarti baik penggunaan input tetap maupun input variabel


adalah sudah rasional, karena pada tahap ini tambahan
penggunaan input variabel sudah mulai menurunkan APP maupun
MPP. Jadi tahap ini adalah tahap rasional bagi produsen untuk
berproduksi.

14
c. Tahap III
Pada tahap ini :
 TPP input variabel menurun
 MPP input variabel menurun.

Ini berarti input variabel relatif terlalu banyak digunakan


dibandingkan dengan penggunaan input tetap, sehingga adalah
tidak rasional untuk berproduksi di daerah ini, karena tambahan
input variabel justru akan menurunkan tingkat total output.

Tahap I produksi terletak diantara titik O-L2

Tahap II produksi terletak diantara titik L2-L3

Tahap III produksi terletak pada titik L3 ke kanan.

C. Tingkat Substitusi Teknis

Adalah sejumlah input modal yang dapat dikurangi dengan menganggap


kuantitas produksi tetap konstan ketika ditambahkan lagi satu unit tenaga
kerja. Secara matematis, tingkat substitusi teknis (rate of technical
subtitutions/RTS) ini bisa didefinisikan sebagai berikut :

RTS (dari L terhadap K) = - (Slope isokuan)

Perubahahan Input Modal


= ………(8)
Perubahan Input Tenaga Kerja

Di mana seluruh perubahan yang terkandung dalam rumus tersebut merujuk


pada situasi ketika output (q) konstan. Nilai tertentu dari pertukaran (trade-off)
ini tidak hanya tergantung pada tingkat output tetapi juga pada kuantitas
modal dan tenaga kerja yang digunakan (Nicholson, 2002: 167).

D. Efisiensi

Efisiensi produksi menggambarkan besarnya biaya atau beban atau


pengorbanan yang harus dibayar atau ditanggung untuk menghasilkan produk.
Efisiensi teknis menunjukkan hubungan antara input dan output, secara
spesifik dapat dikemukakan melalui fungsi Cobb-Douglas yaitu (Sugiyanto,
1995: 89) :

Q = f(K,L) = AKαLβ …………………………... (9)

Parameter A dalam fungsi produksi di atas menyatakan efisiensi teknis.


Efisiensi teknis (efisiensi teknologi) berkaitan dengan jumlah fisik semua

15
faktor yang digunakan di dalam proses produksi komoditi tertentu. Produksi
output tertentu adalah inefisiensi teknis jika ada cara-cara lain untuk
memproduksi output yang bisa menggunakan semua input dengan jumlah
lebih kecil. Produksi dikatakan efisiensi teknis jika tidak ada alternatif cara
yang bisa menggunakan semua input

dengan jumlah kecil (Lipsey, 2001: 266). Efisiensi ekonomis berkaitan


dengan nilai semua input yang digunakan untuk memproduksi output tertentu,
yang terdiri dari efisiensi teknis dan efisiensi harga, harga relatif K dan L
dapat diformulasikan dengan :

MP K MP L
= ……………………………………. (10)
PK PL

K untuk modal, L untuk tenaga kerja dan P untuk harga per unit faktor.
Untuk analisis yang menggunakan kata efisiensi maka harus
mempertimbangkan variabel harga. Oleh karena itu ada dua hal yang perlu
diperhatikan sebelum analisis efisiensi dikerjakan, yaitu :

a. Tingkat transformasi antara input dan output dalam fungsi produksi dan,
b. Perbandingan (nisbah) antara harga input dan harga output sebagai upaya
untuk mencapai indikator efisiensi (Soekartawi, 2003: 44).
E. Elastisitas Substitusi

Elastisitas substitusi mengukur perubahan proporsional dari (K,L) relatif


terhadap perubahan proporsional dari MRTS isokuan. Dengan kata lain,
elastisitas substitusi (σ) didefinisikan sebagai persentase perubahan rasio
untuk modal dan tenaga kerja, dibagi persentase perubahan Marginal Rate of
Technical Substitution, secara matematis diformulasikan sebagai berikut :

σ = (persentase Δ (K/L)) / (persentase Δ MRTS)

σ = (ð (K/L) MRTS) / (ð (MRTS) (K/L) ……… (11)

Karena sepanjang isokuan (K/L) dan MRTS dianggap bergerak dengan


arah yang sama maka nilai σ selalu positif (Nicholson, 1996: 196).

F. Distribusi Pendapatan

Jika proses produksi bersifat padat modal berarti secara relatif modal
memiliki peranan yang lebih penting dari faktor produksi yang lain dalam
menghasilkan produksi dan ada kecenderungan bagian pendapatan yang
diperoleh pemilik modal lebih besar dari pada pemilik faktor lain. Distribusi

16
pendapatan faktor produksi akan naik atau turun tergantung pada elastisitas
substitusi (σ) antar faktor produksi (Susilo, 1992: 38).

Di samping pengaruh σ, distribusi pendapatan fungsional juga dipengaruhi


oleh faktor-faktor lain seperti sistem perekonomian, struktur pasar dan lain-
lain. Apabila dikemukakan secara matematis, maka bagian pendapatan yang
diterima oleh masing-masing faktor dapat dinyatakan sebagai berikut (Susilo,
1992: 38) :

a. Yang diterima oleh tenaga kerja :

w.L / P.Q = P . MPL . L/P.Q

= MPL . L/Q

= EQL ……………………….. (12)

b. Yang diterima oleh pemilik modal:

r.K / P.Q = P . MPK . K/P.Q

= MPK . K/Q

= EQK ……………………….. (13)

di mana :

P.Q = nilai produksi pada harga pasar

w.L = pendapatan tenaga kerja

r.K = pendapatan total pemilik modal

EQL = elastisitas produksi terhadap modal

w.L/P.Q = bagian pendapatan yang diterima tenaga kerja (Labor’s Share)

r.K/P.Q = bagian pendapatan yang diterima pemilik modal (Capital’s


Share).

Pendapatan relatif pemilik modal dan tenaga kerja sebagai berikut :

r.K/w.L = MPK. K/MPL. L

= EQK/EQK …………………... (14)

Persamaan (12) dan (13) menyatakan bagian pendapatan yang diterima


faktor produksi ditentukan secara teknis yang terdapat di dalam proses

17
produksi yang dapat dihasilkan maing-masing faktor, dan ini tidak lain
elastisitas produksi terhadap faktor. Persamaan (14) menyatakan bahwa
distribusi pendapatan relatif ditentukan oleh produktivitas marginal total
secara fisik yang dapat dihasilkan oleh masing-masing faktor atau ditentukan
oleh persentase perubahan produksi yang disebabkan persentase masing-
masing faktor.

Hubungan antara elastisitas substitusi dengan distribusi pendapatan dapat


dianalisis, yaitu jika σ = 1, perubahan (w/r) persis sama dengan perubahan
(K/L).

Oleh sebab itu pendapatan relatif antara pemilik modal dan tenaga kerja
(r.K/w.L) lebih besar dari pada persentase perubahan (w/r), sehingga bagian
pendapatan yang diterima oleh pemilik modal akan meningkat seiring dengan
meningkatnya tenaga kerja (Susilo, 1992: 39).

G. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Telah dijelaskan sebelumnya, fungsi produksi adalah hubungan fisik


antara masukan (input) dan keluaran (output). Penyelesaian hubungan saling
keterkaitan antara input dan output tersebut dengan cara regresi. Fungsi
produksi Cobb-Douglas menjadi terkenal setelah diperkenalkan oleh Cobb,
C.W dan Douglas, P.H pada tahun 1928 melalui artikelnya berjudul A Theory
of Production. Fungsi produksi secara luas digunakan untuk meneliti suatu
masalah hasil atas skala (returns to scale) dengan asumsi bahwa hubungan
antara input (K dan L) dengan output ditentukan oleh (Nicholson, 1999: 202) :

Q = f(K,L) = AKaLb …………………………….. (15)

Dengan A, a dan b semuanya merupakan konstanta yang positif.

Nilai A menyatakan efisiensi teknis yang menghubungkan keadaan


teknologi secara keseluruhan. Nilai a dan b secara bersama-sama
menunjukkan skala hasil. Jika a+b = 1, fungsi Cobb-Douglas memperlihatkan
hasil berbanding skala konstan, jika a+b > 1, maka fungsi ini memperlihatkan
hasil berbanding skala yang meningkat. Sementara a+b < 1 menunjukkan
kasus hasil berbanding skala yang menurun.

1) Produk Marginal

Adalah besarnya perubahan output sebagai akibat perubahan satu satuan


faktor yang berasal dari turunan pertama dari fungsi produksi yang terbentuk,
yakni MPK = ∂Q/∂K dan MPL = ∂Q/∂L. Sehingga:

18
Marginal Physical Product of Capital adalah

∂Q AαK α Q
= MP K = A ࣪ αK α −1 L β= = α …………. (16)
∂K K K

Marginal Physical Product of Labour adalah

∂Q AβK α Q
= MP L= A ࣪ βK α Lβ −1= = β …………….. (17)
∂K K K

Apabila nilai MP untuk masing-masing faktor diatas dikaitkan dengan


elastisitas faktornya, maka akan diperoleh keistimewaan dalam fungsi
produksi Cobb Douglas. Adapun yang dimaksud dengan elastisitas faktor
adalah persentase perubahan output sebagai akibat persentase perubahan
faktor. Elastisitas faktor

kapital diperoleh melalui :

∂Q
Q ∂Q K
Elastisitas . K = = ࣪ ……………………..(18)
∂ K ∂K Q
K

Apabila nilai ∂Q/∂K yang diperoleh dari persamaan (16) disubstitusikan pada

persamaan (18) maka akan diperoleh :

Q K
Elastisitas . K = α . = α ……………………..(19)
K Q

Elastisitas untuk faktor tenaga kerja dapat dengan cara yang sama dengan
faktor

kapital, sehingga menjadi :

Q L
Elastisitas . L = β . = β ……………………..(20)
L Q

Berdasarkan persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa koefisien regresi dari


fungsi produksi Cobb Douglas sekaligus merupakan elastisitas faktornya.
Analisis elastisitas faktor ini sangat penting untuk menjelaskan faktor mana
yang lebih elastis dibandingkan dengan faktor lainnya. Di samping itu,
sekaligus dapat diketahui intensitas faktor produksinya, apakah bersifat padat
tenaga kerja ataukah padat kapital. Apabila nilai α > β, maka proses produksi

19
lebih bersifat padat elastis dibandingkan dengan faktor lainnya. Di samping
itu, sekaligus dapat

diketahui intensitas faktor produksinya, apakah bersifat padat tenaga kerja


ataukah

padat kapital. Apabila nilai α > β, maka proses produksi lebih bersifat padat

kapital, dan sebaliknya (Soekartawi, 1994 : 161-162). kapital, dan sebaliknya


(Soekartawi, 1994 : 161-162).

20
BAB II
METODE PENILITIAN

A. Model Konseptual
Fungsi model konseptual menurut jan konker, dkk (2011) antara lain :
1. Fungsi pertama dari model konseptual sangat erat hubungannya
dengan teori referensi/literatur yang digunakan. Dengan bantuan model
konseptual, peneliti dapat menunjukkan bagaiamana melihat fenomena
yang diketengahan dalam penelitiannya. Konsep-konsep teoritis yang
digunakan untuk membangun model konseptual memberikan persfektif
atau sebuah cara untuk melihat fenomena empiris.
2. Fungsi kedua adalah pembangunan model dapat membantu dalam
penataan masalah, mengidentifikasi faktor-faktor relevan, dan
kemudian memberikan koneksi yang membuatnya lebih mudah untuk
memetakan bingkai masalahnya. Jika dipetakan dengan benar, maka
model konseptual dapat menjadi representasi yang benar dari
fenomena yang sedang dipelajari. Selanjutnya model tersebut akan
membantu menyederhanakan masalah dengan mengurangi jumlah
properti yang harus disertakan, sehingga lebih mudah berfokus untuk
hal-hal yang hakiki.
3. Fungsi ketiga adalah menghubungkannya ke dalam sistem teori.
Karakteristik model konseptual menurut jan jonker, dkk (2011) antara lain :
1. Model konseptual merupakan konstruksi verbal atau visual yang
membantu untuk membedakan antara apa yang penting dan apa yang
tidak.
2. Sebuah model menawarkan kerangka kerja yang menggambarkan
(secara logis) hubungan kausal antara faktor-faktor yang berkaitan.
Model konseptual dapat mempromosikan hal yang masuk akal atau
makna dalam situasi tertentu.
3. Model konseptual menciptakan realitas dalalm arti pemahaman
kolektif. Karena model konseptual didasarkan pada bahasa yang
berasal dari pengertian teoritis.
Model konseptual dibangun berdasarkan teori atau setidaknya pengertian
teoritis. Tanpa masukan teoritis, maka mustahil untuk membuat konstruksi
yang berfokus dari sebuah realitas yang terjadi. Teori memberitahu kepada
kita dimana harus mencari, apa yang harus dicari, dan bagaimana melihat
suatu masalah.

21
B. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalah
yang diajukan. Seperti diketahui, pada umumnya metode ilmiah yang
disimpulkan dalam dua langkah utama yaitu, pertama mengajukan hipotesis
yang merupakan kerangka teoritis yang secara deduktif dijalin dari
pengetahuan yang dapat diandalkan, dan kedua, pengumpulan data empiris
untuk menguji apakah kenyataan yang sebenarnya mendukung atau menolak
hipotesis (Jujun, S, Suriasumantri, 2003)
Cara merumuskan hipotesa ialah dengan tahapan sebagai berikut: rumusan
hipotesa penelitian, hipotesa operasional, dan hipotesa statistik.
a. Hipotesa penelitian ialah hipotesa yang kita buat dan dinyatakan dalam
bentuk kalimat.
Contoh:
 Ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja
pegawai
 Ada hubngan antara promosi dan volume penjualan
b. Hipotesa operasional ialah mendefinisikan hipotesa secara operasional
variabel-variabel yang ada didalamnya agar dapat dioperasionalkan.
Misalnya “gaya kepemimpinan” dioperasionalisasikan sebagai cara
memberikan instruksi terhadap bawahan. Kinerja pegawai
dioperasionalisasikan sebagai tinggi rendahnya pemasukan
perusahaan. Hipotesa opersional dijadikan menjadi dua, yaitu hipotesa
0 yang bersifat netral dan hipotesa 1 yang bersifat netral. Maka bunyi
hipotesisnya:
Ho: Tidak ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap
bawahan dengan tinggi –rendahnya pemasukan perusahaan.
H1: Ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap
bawahan dengan tinggi-rendahnya pemasukan perusahaan.
c. Hipotesa statistik ialah hipotesa operasional yang di terjemahkan
kedalam bentuk angka-angka statistik sesuai dengan alat ukur yang
dipilih oleh peniliti. Dalam contoh ini asumsi kenaikan pemasukan
sebesar 30%, maka hipotesisnya berbunyi sebagai berikut.
Ho: P = 0,3
H1: P tidak dengan 0,3
Uji hipotesa
Hipotesa yang sudah dirumuskan kemudian harus di uji. Pengujian ini
akan membuktikan Ho atau H1 yang akan diterima. Jika H1 diterima
maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara cara memberikan
instruksi terhadap bawahan dengan tinggi-rendahnya pemasukan
perusahaan.

22
Terdapat dua metode yang sering digunakan dalam melakukakn uji hipotesis,
yaitu uji t dan uji F.
1. Uji t
Uji t merupakan suatu prosedur untuk menguji signifikansi dari koefisien-
koefisien regresi secara parsial. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam
melakukan uji hipotesis melalui uji t adalah masalah pemilihan apakah
menggunakan dua sisi atau satu sisi. Uji hipotesis dua sisi dipilih jika kita
tidak memiliki dugaan kuat atau dasar teori yang kuat dalam penelitian.
Sementara itu, uji hipotesis satu sisi dipilih jika kita memiliki landasan
teori atau dugaan yang kuat.
Langkah-langkah dalam melakukan uji hipotesis melalui uji t adalah:
a. Menentukan hipotesis penelitian, apakah melalui uji satu sisi maupun
dua sisi.
 Uji hipotesis positif satu sisi
Ho : β1 ≤ 0
Ha : β1 > 0
 Uji hipotesis negatif satu sisi
Ho : β1 ≤ 0
Ha : β1 < 0
 Uji dua sisi
Ho : β1 = 0
Ha : β1 ≠ 0
Lakukan langkah pada setiap koefisien regresi (β) yang ada dalam model.
b. Menentukan nilai statistik t (t hitung) untuk setiap koefisien regresi
yang ada dan menentukan nilai t kritis dari tabel distribusi t pada α dan
degree of freedoom (I) tertentu.formula nilai t hitung adalah sebagai
berikut:

β 1−β ¿1
t=
Se (β 1)

Keterangan: β1* merupakan nilai β1 pada hipotesis nol.


Catatan: saat ini, nilai t hitung dari koefisien-koefisien regresi dapat
diperoleh mudah dari program olahan regresi, seperti Eviews,Shazam,
dan Rats.
c. Membandingkan nilai t hitung dengan nilai t kritis-nya. Kriteria
pengujiannya adalah:
 Apabila nilai t hitung > nilai t kritis, maka Ho ditolak atau Ha
diterima, yang berarti secara statistik, variabel independent

23
tersebut berpengaruh signifikan terhadap perubahan variabel
dependent.
 Apabila nilai t hitung < nilai t kritis, maka Ho diterima atau Ha
ditolak, yang berarti secara statistik, variabel independent
tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan
variabel dependent.
Area penolakan atau penerimaan hipotesis berdasarkan distribusi t, adalah:
 Uji hipotesis positif satu sisi

f(t) Ho diterima Ho ditolak

α
1-α
t
0 tc

 Uji hipotesis negatif satu sisi

f(t) Ho ditolak Ho diterima

α
1-α
t
−t c 0

 Uji hipotesis dua sisi

f(t) Ho ditolak Ho diterima Ho ditolak

α/2 α/2
1-α
t
−t c 0 tc

24
2. Uji F
Dasar uji F hampir sama dengan dasar uji t, yaitu untuk
mengujisignifikansi koefisien-koefisien regresi variabel dalam suatu
model. Perbedaan uji t dan uji F adalah uji t dilakukan secara parsial pada
masing-masing koefisien, sedangkan uji F dilakukan secara serempak pada
seluruh koefisien regresi. Jadi, uji F dilakukan untuk mengevaluasi
pengaruh semua variabel independent terhadap variabel dependent dalam
suatu model regresi.
Langkah-langkah dalam melakukan uji hipotesis melalui uji F adalah:
a. Menentukan hipotesis penelitian sebagai berikut.
Ho : β1= β2=…=β3=0
Ha : β1≠ β2≠…≠β3≠0
b. Menentukan nilai F hitung dan nilai F kritis dari tabel distribusi F. nilai
F kritis berdasarkan besarnya α dan besarnya df untuk numerator (k-1)
dan df untuk denominator (n-k). adapun formula nilai F hitung adalah
sebagai berikut:

R2 /(K−1)
F=
1−R2 /( n−k )

Catatan: saat ini, nilai F hitung dari suatu model regresi dapat
diperoleh dengan mudah dari program olahan regresi,seperti
Eviews,Shamzam, dan Rats
c. Membandingkan nilai F hitung dngan nilai F kritis-nya. Kriteria
pengujiannya adalah:
 Apabila nilai F hitung > F kritis, maka Ho diterima, yang
berarti secara statistik, seluruh variabel independent yang ada
berpengaruh signifikan terhadap perubahan variabel dependent.
 Apabila nilai F hitung < F kritis, maka Ho diterima atau Ha
ditolak, yang berarti secara statistik, seluruh variabel
independent yang ada tidak berpengeruh signifikan terhadap
perubahan variabel dependent.

25
BAB III
PEMBAHASAN

A. Perkembangan produksi sepeda motor di indonesia

Asosiasi industri sepeda motor indonesia (AISI) menyelenggarakan


pameran sepeda motor roda dua tahunan indonesia Motorcyle Show
(Imos).ketika pameran tersebut diselenggarakan pada tahun 2014 dengan
mengusung tema,” Teknologi,Keselamatan,dan Sikap”.

Tema yang diusung Imos pada tahun tersebut mendapat tanggaan positif
dari ferry yahya,staf ahli menteri perindustrian bidang pemasaran dan
peningkatan penggunaan produksi dalam negri. Dia berpendapat tema tersebut
sangat tepat dan bisa menjadi dasar utama menciptakan motor yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat indonesia.”tema ImoS 2014 merupakan salah
satu tema yang sangat tepat dan sejalan dengan upaya untuk menciptakan
produk sepeda motor yang sesuai dengan kebutuhan pasar yang ditandai
dengan semakin tingginya tuntutan akan aspek
keselamatan,kenyamanan,ramah lingkungan, dan hemat energi. Untuk itu
maka industri sepeda motor dalam negri harus terus berupaya mencari
terobosan baru dan memanfaatkan teknologi mesin yang efisien,rendah emisi
gas buang,sehingga dapat menghasilkan sepeda motor yang ramah
lingkungan,hemat energi, serta aman dan nyaman untuk dikendarai yang
merupakan ciri produk industri sepeda motor pada masa depan.

Perkembangan kendaraan roda dua di indonesia,mengalami peningkatan


cukup pesat.kemungkinan terus meningkat sangat meningkat besar seiring
berjalannya waktu.saat ini, indonesia berada di peringakt ketiga didunia
sebagai produsen sepeda motor terbesar setelah china dan india.

“perkembangan industri kendaraan bermotor di indonesia saat ini telah


menunjukkan peningkatan yang cukup seginifikan. Beberapa tahun terakhir
telah mampu mencapai angka sekira 8 juta nit per tahun. Perkembangan ini
diperkirakan akan bergerak terus secara konsisten dalam beberapa tahun
mendatang.

Berikut tabel produksi sepeda motor di indonesia dari tahun 1985-


2014. Pada tabel tersebut akan terlihat jelas bahwa terjadi peningkatan
produksi sepeda motor di indonesia setiap tahunnya.

26
Tabel 1 produksi sepeda motor di indonesia tahun 1985-2014

Sumber 2 : http://www.aisi.or.id

27
Dari data di atas menunjukkan bahwa kebutuhan alat transportasi sepeda
motor di Indonesia dari tahun ketahun semakin meningkat, dilihat dari tabel
produksi. Hal ini merupakan sebuah peluang bagi perusahaan yang
menawarkan produk sepeda motor untuk meningkatkan angka penjualannya
dengan berbagai cara. Persaingan yang semakin ketat, menyebabkan
perusahaan menempatkan orientasi pada pemenuhan dan kepuasan pelanggan
sebagai tujuan utama.

Dapat dilihat dari tabel di atas, bahwa pertumbuhan jumlah produksi


sepeda motor di Indonesia terus mengalami fluktuasi di tiap tahunnya,
walaupun demikian jumlah produksi motor di Indonesia dapat dikatakan
sangat pesat.

Jumlah sepeda motor pada tahun 2011 saja telah menunjukan angka yang
sangat fantastis, angka tersebut hampir lima kali lipat dari angka produksi 10
tahun sebelumnya. Namun pada tahun 2012 jumlah produksi sepeda motor di
Indonesia menurun sebesar 11,5% dengan jumlah produksi sepeda motor
sebanyak 7.079.721 unit. Saat ini terdapat 77 (tujuh puluh tujuh) perusahaan
assembling, manufaktur dan importir sepeda motor di Indonesia yang tercatat
di Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag). Dari jumlah
tersebut, 6 (enam) diantaranya tergabung dalam keanggotaan AISI (Asosiasi
Industri Sepeda Motor Indonesia) yaitu Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki,
TVS dan Kanzen, serta 71 (tujuh puluh satu) perusahaan lainnya di luar
keanggotaan AISI. Sehingga dapat diprediksi bahwa minat masyarakat
terhadap kendaraan roda dua ini sangatlah tinggi.

Jika diilustrasikan dengan tabel statistik,akan nampak seperti dibawah ini ;

produksi produksi
N Rata-Rata
Variabel tertinggi/ma terendah/mi Observasi
o Produksi
x n
Produks
1 3.064.823 8.006.293 519.404 30
i

Produksi sepeda motor di indonesia dari tahun 1985-2014 memiliki rata-


rata sebesar 3.064.823 unit. Dari rata-rata yang cukup besar tersebut
menunjukkan bahwa produksi sepeda motor dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan. Hal tersebut terjadi seiring dengan permintaan
masyarakat terhadap kendaraan roda dua. Permintaan kendaraan sepeda dua
tidak hanya dari dalam negri saja, akan tetapi permintaan dari luar negri juga
cukup besar.

28
Data dari AISI untuk produksi sepeda motor tertinggi yaitu pada tahun
2011 sebesar 8.006.293 Unit .Jumlah sepeda motor pada tahun tersebut telah
menunjukan angka yang sangat fantastis, angka tersebut hampir lima kali lipat
dari angka produksi 10 tahun sebelumnya. Sedangkan produksi terendah
terjadi pada tahun 1998 sebesar  519.404. Hal ini dikarenakan terjadi krisis
moneter,sehingga mempengaruhi daya beli masyarakat dan mengakibatkan
produksi kendaraan sepeda motor menjadi berkurang. Dengan adanya
peristiwa itu membuat motor china pernah berjaya di indonesia karena berani
membrandol produk dengan harga yang lebih murah.

B. Permintaan Sepeda Motor di dalam negeri

Permintaan sepeda motor di dalam negri diperkirakan terus


meningkat,seiring dengan membaiknya perekonomian nasional dan suku
bunga kredit yang stabil, serta rencana pemerintah membatasi pemakaian
bahan bakar minyak bersubsidi.
Eksekutif wakil presdir PT astra Honda Motor (AHM) Johannes loman
pernah berkata kalau penjualan sepeda motor akan tetap naik.
AHM merupakan pemimpin pasar sepeda motor didalam negri dengan
penguasaan pasar diatas 50% dari total pasar nasional pada januari-februari
yang mencapai hampir 1,3 juta unit.
Pasar sepeda motor sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jumlah
penduduk,tingkat pendapatan, infrastruktur, tingkat suku bunga, dan kondisi
ekonomi.
“kondisi ekonomi nasional membaik dan suku bunga juga
bagus,mengingat sekitar 76 persen pembelian sepeda motor menggunakan
kredit. Maka dari itu kebutuhan masyarakat indonesia pada transportasi yang
irit dan efisien masih tinggi.
Pada tahun ini diperkirakan pasar sepeda motor di indonesia akan
menembus angka 8,2 juta unit atau naik sekitar 12,3 persen dibandingkan
tahun 2010 yang mencapai angka sekitar 7,3 juta unit. Rencana pemerintah
membatasi pemakaian BBM bersubsidi untuk kendaraan roda empat hanya
akan berpengaruh kecil pada kenaikan permintaan sepeda motor.
Perbandingan pasar sepeda motor dan mobil di indonesia sangat jauh. Jadi
tidak signifikan pengaruh pembatasan BBM bersubsidi pada penjualan sepeda
motor. Untuk penjualan sepeda motor masih di dominasi konsumen di jawa
dan bali yaitu sekitar 62 persen dari total penjualan secara nasional.
Sedangkan sisanya diluar kedua pulau tersebut. Permintaan sepeda motor di

29
luar jawa dan bali akan lebih meningkat tahun ini seiring dengan naiknya
harga komoditas (pertanian dna perkebunan).

30
Berikut adalah tabel yang memperlihatkan permintaan sepeda motor dalam negeri :
Tabel 2 Permintaan Sepeda Motor Dari Dalam Negeri

Sumber 3 : http://www.aisi.or.id

31
Dari data diatas dapat dilihat bahwa permintaan sepeda motor setiap
tahunnya selalu mengalami kenaikan. Pada tahun 1990-1991 terjadi
penurunan akan permintaan kendaraan roda dua. Akan tetapi, hal itu tidak
terlalu mempengaruhi produsen untuk tetap memproduksi dan menciptakan
inovasi baru. Terbukti pada tahun 1992-1997 terjadi kenaikan yang cukup
teratur di setiap tahunnya.
Industri sepeda motor di indonesia sempat mengalami tekanan penjualan
pada tahun 2009 mengikuti perkembangan sektor uang yang
mengetat.ketatnya sektor keuangan menyebabkan perbankan dan leasing
mengerem laju pertumbuhan kredit. Setelah krisis finansial global mulai
mereda, pasar sepeda motor kembali melejit. Pada tahun 2010 penjualan
sepeda motor mencapai rekor baru yaitu mencapai 7,4 juta unit atau
meningkat 25,7% dibanding tahun 2009 yang hanya mencapai 5,9 juta unit.
Memasuki tahun 2011, penjualan sepeda motor masih terus pesat. Kendala
yang dihadapi adalah makin terbatasnya kapasitas produksi pabrik sepeda
motor sehingga menyulitkan pengembangan pasar sepeda motor.
Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) memperkirakan
penjualan sepeda motor tahun ini sebesar 7,1 juta unit atau sama dengan
realisasi tahun lalu.stagnannya target tersebut dipengaruhi oleh kenaikan harga
bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan perubahan uang muka minimum
kredit kendaraan motor syariah. Kebijakan soal kenaikan uang muka memukul
angka penjualan sepeda motor dalam negri. Tercatat pada tahun 2011,
penjualan sepeda motor mampu mencapai 8,01 juta unit.
Perolehan tersebut kemudian turun 11,83% atau menjadi 7,06 juta pada
tahun 2012. Tahun ini kami kira pertumbuhannya 0%,praktis angka akan
dicapai seperti tahun lalu. Tercatat, penjualan sepeda motor pada semester
I/2013 Mencapai 3,92 juta unit atau naik 5,98% dibanding tahun lalu yang
sebesar 3,7 juta unit. Pada semester I, Honda mencatat penjualan sebanyak
2,36 juta unit, yamaha 1,28 unit, suzuki 208,645 unit,kawasaki 69,020 unit,
dan TVS 3,952 Unit.

32
Kenaikan tersebut terjadi karena adanya pembelian yang tertunda yang
seharusnya dilakukan pada tahun 2012. Jika melihat capaian pada semester I,
maka ada kemungkinan penjualan dapat tembus mencapai 8 juta unit.
Namun,angka tersebut tidak akan tercapai karena adanya momen tahun ajaran
baru, bulan puasa, dan lebaran. Momen tersebut menyebabkan pasar
terganggu karena hari kerja yang pendek. AISI menginginkan ada perbaikan
penjualan dibanding tahun sebelumnya. Target 7,1 juta unit akan tercapai tapi
AISI berharap ada bonus jadi 7,3 juta unit. Hal – hal yang harus diperhatikan
pada semester II adalah naiknya uang muka untuk bank syariah pada april lalu
dan naiknya suku bunga acuan BI rate sebesar 50 basis poin juli lalu.
Naiknya suku bunga bank otomatis akan diikuti oleh naiknya bunga kredit
sepeda motor.maka dari itu, konsumen tertimpa dua kali karena ada kenaikan
uang muka dan kenaikan cicilan. Selain itu faktor lain yang akan menganggu
penjualan sepeda motor adalah adanya inflasi akibat naiknya harga BBM.
Konsumen akan menyisihkan uangnya untuk membeli kebutuhan primer
daripada alat transportasi.meski demikian AISI yakin bahwa penjualan sepeda
motor tidak akan turun dan menjadi pilihan utama untuk transportasi karena
harganya yang terjangkau. Sebelumnya PT Astra Honda Motor (AHM)
melaporkan penjualan motor injeksi pada semester I/2013 mencapai 1.739.549
unit atau menguasai 62,3% dari total penjualan motor injeksi periode yang
sama sebesar 2.793.770 unit.
Jika diilustrikan dengan tabel statistik akan terlihat,sebagai berikut :

Rata-Rata permintaan permintaan


No variabel Observasi
Permintaan tertinggi/max terendah/min
Permintaan
1 SP dalam 3.023.294 8.012.540 433.549 30
negri

Dari tabel statistik diatas menunjukkan bahwa rata-rata permintaan


kendaraan roda dua dari tahun 1985-2014 sebesar 3.023.294. Rata-rata ini
tidak jauh berbeda dengan rata-rata produksinya. Sehingga dapat dikatakan
bahwa rata-rata tersebut mencerminkan banyaknya permintaan sepeda motor

33
dalam negri. Hal tersebut didukung dengan harga produk yang terjangkau
serta jumlah penduduk yang semakin bertambah. Sepeda motor merupakan
alat transportasi yang efisien serta harga yang terjangkau untuk masyarakat
indonesia.

Dari data yang dihimpun AISI permintaan tertinggi pada tahun 2011
sebesar 8.012.540. permintaan pada tahun tersebut cukup tinggi dikarenakan
membaiknya perekonomian nasional dan suku bunga kredit yang stabil, serta
rencana pemerintah membatasi pemakaian bahan bakar minyak bersubsidi.
Sedangkan permintaan kendaraan roda dua di dalam negri terendah jatuh
pada tahun 1998 sebesar 433.549. Walaupun pada tahun tersebut terjadi krisis
moneter idustri otomotif tak mengenal krisis. Ketika pada tahun 1998 pasar
otomotif mobil terpuruk akibat krisis moneter, pasar sepeda motor tetap
membukukan perumbuhan sekitar 14% dari tahun sebelumnya.

C. Permintaan Sepeda Motor di Luar Negri

Permintaan sepeda motor diluar negri tidak terlalu menunjukan


peningkatan yang signifikan. Hal tersebut di karenakan masing-masing negara
memiliki industri kendaraaan sepeda dua.Sehingga membuat sepeda motor
dari negara lain tidak di lirik. Asia tengah pun membuat sepeda motor sendiri,
seperti bangladesh dan negara lainnya.

Karater industri sepeda motor umumnya hanya untuk konsumsi dalam


negri. Jarang sekali produksnya diekspor. Indonesia bisa saja mengejar pasar
afrika, tapi suatu saat ekonominya tumbuh mereka pun pasti memproduksi
sendiri.
Saat ini, di indonesia ada sekitar 30 merek sepeda motor yang beredar di
pasaran. Dan hampir semuanya di produksi di dalam negeri serta merek asli
indonesia.

Berikut tabel yang menunjukan jumlah permintaan sepeda motor dari luar
negeri di indonesia (exspor).

34
Tabel 3 Permintaan Sepeda Motor Dari Luar Negeri

Sumber 4: http://www.aisi.or.id

35
Dari data diatas menunjukkan bahwa permintaan sepeda motar dari luar
negri mengalami naik turun . Disamping Penjualan sepeda motor di pasar
dalam negri yang pada tahun 2011 silam mencapai 8,01 juta unit dan di tahun
2012 mencapai 7,3 juta unit ternyata tidak diikuti oleh penjualan yang
memuaskan di luar negeri. Dibanding tahun lalu, jumlah ekspor motor
stagnan, hanya mencapai 600 ribu unit. Saat ini sepeda motor yang diekspor
mencapai 1,4% dari total produksi, atau setara 600.000 unit. Hal tersebut
dikarenakan banyak negara membuat sepeda motor sendiri. Pihak
produsenpun mempunyai pengembangan sepeda motor sendiri, itu sebabnya
sulit menambah ekspor sepeda motor dari indonesia,karena sama-sama negara
berkembang.

Penjualan produk sepeda motor khas indonesia di pasar luar negri terutama
untuk tipe bebek dan skutik mengalami stagnasi. Industri motor dalam negri
seolah-olah melempem saat prduksinya diekspor ke luar negri. Tiga wilayah
yang mejadi tujuan ekspor skutik rakitan indonesia adalah bangladesh,
pakistan, dan kawasan amerika latin.

Sementara direktur jenderal industri unggulan berbasis teknologi tinggi


kementrian perindustrian kesulitan industri sepeda motor tembus pasar dunia
karena karakter industri ini yang condong untuk memenuhi kebutuhan dalam
negri.

Mengutip data AISI, ekspor sepeda motor pada periode januari-februari


2012 dibandingkan periode sama 2011 naik. Namun, prosentase ekspor sepeda
motor masih di bawah satu persen, jika dibandingkan dengan total penjualan
motor. Pada dua bulan pertama 2012, total penjualan sekitar 1,32 juta unit,
sedangkan volume ekspor hanya 8.400_an unit.

Jika mengintip data ekspor tiga tahun terakhir, lonjakan volume pada 2012
sebenarnya lebih kecil dibandingkan tahun 2011. Pertumbuhan ekspor 2011
lebih besar dibandingkan pertumbuhan 2012. Tahun lalu, pertumbuhan ekspor
mendekati 94% jika dibandiingkan 2010. Dari sisi volume, ekspor dua bulan
2012 merupakan rekor dalam tiga tahun terakhir. Maklum, pada tahun
2010,ekspor motor baru sekitar 2.700_an unit, sedangkan tahun lalu 5.400_an
unit. Ekspor tak terlalu menarik bagi produsen di indonesia.

Pada januari-februari 2012, suzuki mencatat lonjakan ekspor motor. Bila


pada periode sama kontribusi ekspor suzuki baru sekitar 0,06%, tahun ini
melonjak menjadi 47,77%. Suzuki menjadi kontributor utama

36
ekspor.sementara itu, yamaha menempati posisi kedua (23,76%). Di
belakangnya ada kawasaki (16,99%),TVS (7,35%), dan honda (4,13%). Tahun
lalu, yamaha menempati posisi pertama sebagai eksportir sepeda motor
indonesia.

Boleh jadi pasar ekspor sepeda motor tidak menarik bagi para anggota
AISI. Maklum, pasar domestik masih cukup menggiurkan dengan
pertumbuhan belasan persen per tahunnya. Sepanjang 2011, total penjualan
sepeda motor menyentuh angka delapan juta unit. Rekor sepanjang industri
sepeda motor bertumbuh di indonesia. Angka itu bakal membubung,
mengingat tahun ini ditaksir bakal bisa mendekati sembilan juta unit. Selain
seksinya pasar domestik, ekspor tidak lagi menarik bagi anggota AISI, karena
mayoritas prinsipal mereka memiliki pabrik di negara tujuan ekspor.

Secara regional pertumbuhan sepeda motor di ASEAN akan mencapai 10


juta tahun ini dengan sumbangan terbesar oleh indonesia. Adapun rasio sepeda
motor dengan jumlah penduduk indonesia mencapai 1:5. Dari nilai
pembiayaan sepeda motor yang tumbuh 10,44% tahun 2009, rasio kredit
matetnya masih minim atau sekitar 2%. Dengan begitu tidak akan
dikhawatirkan akan terjadi bubble dalam pemberian kredit. Bila dibandingkan
dengan penjualan di china yang mencapai 32,9 juta unit, pasar di indonesia
masih lebih rendah.

Jika dilihat dari tabel statistik akan nampak sebagai berikut ;

Rata-Rata permintaan permintaan


No variabel Observasi
Permintaan tertinggi/max terendah/min
Permintaan
1 SP Dari 46.095,73 130.554 12.840 30
Luar Negeri

Permintaan kendaraan roda dua dari luar negeri menunjukkan rata – rata
sebesar 46.095,73. Dari hasil rata – rata tersebut,terlihat bahwa permintaan
Sepeda motor dari luar negeri tidak terlalu banyak dan di setiap tahunnya
selalu mengalami kenaikan dan penurunan. Hal tersebut dikarenakan hampir
setiap negara memiliki industri sepeda motor sehingga negara tidak perlu
impor dari negara lain.

37
Permintaan tertinggi untuk kendaraan sepeda motor dari luar negeri jatuh
pada tahun 1992 sebanyak 130.554 unit. Permintaan tertinggi pada tahun ini
merupakan sejarah pertama sedangkan peningkatan kedua terjadi pada tahun
2000. Disamping ada permintaan tertinggi juga ada permintaan terendah yaitu
pada tahun 2004 sebesar 12.840 unit. Hal tersebut dikarenakan masing negara-
negara sudah mengalami perkembangan teknologi sehingga hampir setiap
negara mempunyai industri motor. Dampak dari itul membuat exspor dari
indonesia ke negara lain menjadi berkurang. Akan tetapi di tahun selanjutnya
mengalami peningkatan,dikarenakan banyak dari sedikit masyarakat luar
negeri menyukai produk dari luar negri.

D. hubungan antara variabel permintaan dari dalam negeri dan luar negeri
(exspor) terhadap jumlah produksi sepeda motor di indonesia.

Secara sederhan telah di gamnbarkan bahwa produksi tidaklah tetap


melainkan selau berubah-ubah di setiap waktu,terkadang mengalami kenaikan,
terkadang mengalami penurunan.

Banyak sedikitnya produksi di pengaruhi oleh permintaan. Jumlah


produksi akan meningkat apabila jumlah permintaan dari masyarakat juga
meningkat,sebaliknya jika produksi menurun maka jumlah permintaan
masyarakat sedikit.seperti yang kita ketahui bahwa kemampuan manusia
melakukan permintaan selalu berubah-ubah sejalan dengan jumlah produksi.
Ketidaktetapan kemampuan manusia ini di pengaruhi oleh beberapa faktor
yang membuatnya dapat terjadi,diantaranya harga barang yang di
produksi,jumlah pendapatan, selera konsumen, jumlah penduduk dll.

Jika di ilustrasikan dengan tabel akan tampak seperti di bawah ini :

38
Tabel 4 Hubungan antara Produksi dengan Permintaan dari Dalam Negeri dan Luar Negeri

Dependent Variable: PRODUKSI


Method: Least Squares
Date: 12/25/15 Time: 14:51
Sample: 1985 2014
Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 11043.75 6597.998 1.673803 0.1057


DOMESTIK 0.997125 0.001065 935.8825 0.0000
EXSPOR 0.849951 0.094195 9.023305 0.0000

R-squared 0.999971     Mean dependent var 3064823.


Adjusted R-squared 0.999969     S.D. dependent var 2640703.
S.E. of regression 14737.20     Akaike info criterion 22.12878
Sum squared resid 5.86E+09     Schwarz criterion 22.26890
Log likelihood -328.9317     Hannan-Quinn criter. 22.17360
F-statistic 465548.2     Durbin-Watson stat 1.600870
Prob(F-statistic) 0.000000

39

Anda mungkin juga menyukai