Y = C + I……………………
(3.1.1)
Maka persamaan tersebut menunjukan bahwa investasi sebesar 40 milyar per tahun
itu merupakan variabel eksogen.
Sesudah kita perbincangkan mengenai keduduk vestasi dalam model yang kita
gunakan dalam bu perlulah sekarang kita tinjau mengenai persoalan kom Sebenarnya
banyak sekali faktor-faktor yang turut tukan besarnya konsumsi, namun dalam model
v pakai kita menggunakan asumsi bahwa besar kecil sumsi melulu tergantung kepada
besar kecilnya pen Sums nasional. Hubungan antara besarnya konsumsi dengan
besarnya pendapatan nasional dapat kita lihat dari bentuk fungsi konsumsinya itu
sendiri. Dalam bentuknya yang umum, fungsi konsumsi yang berbentuk garis lurus
mempunyai persamaan:
C = a + cY.........................................(3.2.1)
c = MPC = ∆C/∆Y.........................(3.2.2)
Meskipun tidak salah kalau seperti di atas kita kataka bahwa pada umumnya
marginal propensity to consume besar nya antara setengah dan satu, namun perlu
kiranya dipe ingatkan di sini bahwa pernyataan tersebut merupakan ancer. ancer
belaka. Dalam praktek kita harus mengetahui betul. betul angka marginal propensity
to consume dari perekono. mian yang kita selidiki itu besarnya berapa. Adapun
metode yang lazim dipakai untuk menemukan persamaan fungsi konsumsi suatu
masyarakat ialah metode ekonometri.
APCn = Cn/Yn............................(3.3.2)
Gambar 3.3.1.
= APCnYn – MPC.Yn
a = (APCn - MPC).Yn
Diketahui :.
(a) Pada tingkat pendapatan nasional per tahunnya sebesar Rp 100,- milyar;
besarnya konsumsi sebesar Rp 95,- milyar per tahun.
(b) Pada tingkat pendapatan nasional sebesar Rp 120,milyar per tahun, besarnya
konsumsi per tahunnya .Rp 110,- milyar.
Soal :
(b) Break-even point tercapai pada tingkat pendapatan nasional sebesar berapa ?
Jawab :
C = 20 + 0,75 Y.
Jadi : Y = C =¿ Y’ - C = 0.
Y - (20 + 0,75 Y) = 0
Y - 0,75 Y - 20 = 0
0,25 Y = 20
Y = 80
Kesimpulan :
S = Y - C. .............................(3.4.1)
Kalau persamaan di atas kita hubungkan dengan persamaan umum fungsi
konsumsi, kita akan menemukan persamaan umum daripada fungsi saving.
S=Y-C.
C= a + cY
maka
S = Y - (a + cY)
= Y - a – cY
S = (1 - c) Y - a…………....(3.4.2)
C = 20 + 0,75 Y .
Soal:
Jawab:
S = (1 - c) Y - a
S = (1 - 0,75) Y - 20
S = 0,25 Y - 20
Gambar 3.4.1.
s = MPS = ∆S / ∆Y………………(3.5.1)
Untuk fungsi saving berbentuk garis lurus besarnya nilai s yaitu marginal propensity
to save, pada semua tingkat pendapatan nasional adalah sama.
APSn = Sn/Yn...............................(3.5.2.)
Kiranya perlu dimintakan perhatian di sini bahwa untuk fungsi konsumsi
berbentuk garis lurus fungsi savingnyapun akan berbentuk garis lurus juga. Untuk
fungsi saving garis lurus ini, besarnya average propensity to save berbeda-beda
tergantung kepada tinggi-rendahnya pendapatan nasional. Semakin tinggi tingkat
pendapatan nasional, semakin besar pula angka average propensity to save-nya. Pada
tingkattingkat pendapatan nasional di bawah tingkat pendapatan nasional "break-
even", angka average propensity to save mempunyai tanda negatif. Sebaliknya, pada
tingkat-tingkat pendapatan nasional di atas tingkat pendapatan nasional breakeven,
average propensity to save angkanya akan selalu positif. Sedangkan pada tingkat
pendapatan break-even, angka average propensity to save-nya akan sama dengan nol,
oleh karena, seperti di atas telah kita terangkan, yang dimake.. dengan tingkat
pendapatan break-even ialah tingkat pa dapatan nasional di mana seluruh pendapatan
digunakan tuk konsumsi, hal mana berarti bahwa pada tingkat na dapatan break-even
besarnya saving sama dengan nol.
MPS = 1 - MPC.
Y=C+S
maka
∆Y = ∆C + ∆S
Kalau ruas kanan dan ruas kiri masing-masing kita bagi dengan A Y, maka hasilnya :
ΔC +∆ S
∆Y/∆Y =
ΔY
1 = ∆C/∆Y + ∆S/∆Y
1 = MPC + MPS
APCn = 1 - APSn
APSn = 1 - APCn
Pembuktiannya ialah :
Y = C + S............................................................................(3:4.1)
ini berarti Yn = Cn + Sn
Kalau ruas kanan dan ruas kiri masing-masing kita bagi dengan Yn maka hasilnya :
Cn+ Sn
Yn/Yn =
Yn
1 = Cn/Yn + Sn/Yn
1 = APCn + APSn
Contoh hitungan di bawah ini secara lengkap menunjukkan hubungan antara
pendapatan, konsumsi, saving, average propensity to consume, average propensity to
save, marginal propensity to consume dan marginal propensity to save.
Diketahui :
Jawab:
Tingkat
Konsums APCn APSn MPCn = MPSn =
Pendapata Saving Cn+1−Cn Sn+ 1−Sn
i = =
n Nasional Sn *)
Cn *) Cn/Yn Sn/Yn Yn+1−Yn Yn+ 1−Yn
Yn *)
0 20 -20 - - 0,75 0,25
20 35 -15 1,75 -0,75 0,75 0,25
40 50 -10 1,25 -0,25 0,75 0,25
60 65 -5 11/12 -11/12 0,75 0,25
80 80 0 1 0 0,75 0,25
100 95 +5 0,95 +0,5 0,75 0,25
120 110 +10 11/12 +1/12 0,75 0,25
140 125 +15 25/28 +3/28 0,75 0,25
160 140 +20 0,875 +0,125 0,75 0,25
180 155 +25 31/36 +5/36 0,75 0,25
200 170 +30 17/20 +3/20 - -
*) Dalam milyar rupiah
(c) Oleh karena fungsi konsumsinya berbentuk garis lurusmaka fungsi saving-nya
juga berbentuk garis lurus. Hal ini menyebabkan tingginya MPC serta MPS pada
setiap tingkat pendapatan nasional adalah sama, yaitu 0,75 untuk MPC dan 0,25
untuk MPS.
(d) Dikarenakan nilai intersep fungsi konsumsi a adalah positif (yang berarti bahwa
pada tingkat pendapatan nasional sebesar nol nilai pengeluaran konsumsi sebesar
a dan besarnya saving sebesar minus a) dan baik MPC maupun karenanya juga
MPS masing-masing mempunyai nilai yang positif dan tidak berubah-ubah maka
nilai APC-nya terus bertambah kecil dengan meningkatnya pendapatan nasional.
Sebaliknya nilai APS terus meningkat dengan meningkatnya pendapatan
nasional.