Anda di halaman 1dari 14

BAB 3

Variabel-variabel Ekonomi Agregatif Dalam Perekonomian


Tertutup Sederhana

3.1 Perekonomian Tertutup Sederhana

Perekonomian tertutup sederhana ialah perekonomian tanpa hubungan


ekonomi dengan Negara lain dan tanpa adanya transaksi ekonomi pemerintah; baik
transaksi pemerintah yang berupa pemungutan pajak, pembayaran transfer pemrintah
ataupin yang berbentuk pengeluran konsumsi pemerintah.

Dalam perekonomian tertutup yang sederhana ini,pengeluaran masyarakat


seluruhnya pada tiap tahunnya, atau pada tiap satuan waktunya, akan terdiri dari
pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan pengeluaran untuk investasi.
Pengeluaran total dari masyarakat termaksud, sekaligus merupakan pendapatan
masyarakat itu juga. Oleh karena itu, dapatlah dikatakan bahwa pendapatan nasional
dalam perekonomian tertutup yang sederhana terdiri dari pengeluaran untuk
konsumsi rumah tangga dan pengeluaran untuk investasi. Dengan cara yang lebih
singkat, pernyataan tersebut dapat kita tulis :

Y = C + I……………………
(3.1.1)

Di mana Y menunjukkan besarnya pendapatan nasional per tahunnya, C


menunjukkan besarnya konsumsi rumah tangga per tahun, dan I menunjukkan
besarnya investasi per tahun.
Dalam analisa sederhana tentang pendapatan nasional seperti yang kita
uraikan dalam buku ini, investasi kita pandang sebagai suatu variable yang eksogen,
sedangkan dalam buku lain dimana digunakan model analisis yang berbeda, investasi
mungkin tidak lagi dipndang sebagai suatu variabel yang eksogen, melainkan suatu
variabel yang endogen.. Yang dimaksud dengan variabel yang eksogen ialah varibel-
variabel yang tidak diuraikan oleh model yang kita gunakan, melainkan merupakan
variabel-variabel yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan yang berasal dari luar
model yang kita gunakan. Jadi dengan kata lain, semua nilai daripada variabel yang
eksogen kita anggap sebagai datum, sebagai suatu variabel yang nilainya tidak kita
cari asal-usulnya. Tidak demikianlah hanya dengan variabel endogen. Untuk variabel-
variabel yang endogen sifatnya, besar kecil nilainya yang terkandung didalamnya
barulah dapat kita peroleh sesudah kita hubung-hubungkan variabel tersebut dengan
variabel-variabel lainnya dalam model yang kita gunakan. Untuk selanjutnya, kalau
kita nanti jumpai variabel yang mempunyai tanda bar yaitu tanda strip di atas huruf
mempunyai maksud bahwa variabel yang ditandai bar di atasnya itu adalah
merupakan variabel yang eksogen. Misalnya kita jumpai persamaan :

Í = 40 milyar rupiah per tahun

Maka persamaan tersebut menunjukan bahwa investasi sebesar 40 milyar per tahun
itu merupakan variabel eksogen.

3.2 Fungsi Konsumsi

Dalam kebanyakan publikasi pemerintah dibedakan dua macam pengeluaran


konsumsi, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga yang dalam literatur ekonomi
pada umumnya diberi simbol C sebagai singkatan daripada consumption expenditure
dan pengeluaran konsumsi pemerintah yang biasa diberi simbol G yang merupakan
singkatan daripada government purchase expenditure, yang juga biasa hanya
diungkapkan dengan kata government expenditure.
Dengan menimbang segi kepraktisannya, maka untuk selanjutnya kita
mengikuti kebiasaan literatur di mana simbol C. perkataan pengeluaran
konsumsi atau konsumsi yang tidak diikuti kata pemerintah kita maksud
sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga, dan bukan pengeluaran konsums
rintah, juga bukan hasil penjumlahan pengeluaran konsumsi rumah tangga dan
pengeluaran konsumsi pemerintah

Sesudah kita perbincangkan mengenai keduduk vestasi dalam model yang kita
gunakan dalam bu perlulah sekarang kita tinjau mengenai persoalan kom Sebenarnya
banyak sekali faktor-faktor yang turut tukan besarnya konsumsi, namun dalam model
v pakai kita menggunakan asumsi bahwa besar kecil sumsi melulu tergantung kepada
besar kecilnya pen Sums nasional. Hubungan antara besarnya konsumsi dengan
besarnya pendapatan nasional dapat kita lihat dari bentuk fungsi konsumsinya itu
sendiri. Dalam bentuknya yang umum, fungsi konsumsi yang berbentuk garis lurus
mempunyai persamaan:

C = a + cY.........................................(3.2.1)

di mana a menunjukkan besarnya konsumsi pada pendapatan nasional sebesar nol,


sedangkan c menunjukkan besarnya marginal propensity to consume. Marginal
propensity to consume adalah angka perbandingan antara besarnya perubahan
konsumsi dengan besarnya perubahan pendapatan nasional yang mengakibatkan
adanya perubahan konsumsi termaksud. Dalam bentuk persamaan, definisi tersebut
dapat kita ungkapkan :

c = MPC = ∆C/∆Y.........................(3.2.2)

di mana MPC merupakan singkatan daripada marginal propensity to consume, AC


menunjukkan besarnya perubahan konsumsi, dan A Y menunjukkan besarnya
perubahan dalam pendapatan nasional yang mengakibatkan perubahan besarnya
konsumsi termaksud.
Angka marginal propensity to consume ini pada umumnya lebih kecil
daripada satu, akan tetapi lebih besar daripada setengah. Dan yang lebih pasti ialah
bahwa marginal propensity to consume ini mempunyai tanda positif. Positifnya
marginal propensity to consume mengandung arti bahwa bertambahnya pendapatan
akan mengakibatkan bertambahnya konsumsi. Angka marginal propensity to
consume yang lebih kecil daripada satu, menunjukkan bahwa tambahan pendapatan
yang diterima seseorang tidak seluruhnya dipergunakan untuk konsumsi, melainkan
sebagian dari tambahan pendapatan yang mereka peroleh mereka sisihkan sebagai
saving. Angka marginal propensity to consume yang lebih besar daripada setengah
menunjukkan bahwa penggunaan tambahan pendapatan sebagian besar digunakan
untuk menambah besarnya konsumsi, sedangkan sisanya, yaitu v jumlahnya lebih
kecil, akan merupakan tambahan saving

Meskipun tidak salah kalau seperti di atas kita kataka bahwa pada umumnya
marginal propensity to consume besar nya antara setengah dan satu, namun perlu
kiranya dipe ingatkan di sini bahwa pernyataan tersebut merupakan ancer. ancer
belaka. Dalam praktek kita harus mengetahui betul. betul angka marginal propensity
to consume dari perekono. mian yang kita selidiki itu besarnya berapa. Adapun
metode yang lazim dipakai untuk menemukan persamaan fungsi konsumsi suatu
masyarakat ialah metode ekonometri.

3.3. Fungsi Konsumsi, APC dan MPC

Seperti telah disebutkan di atas, kadang-kadang kita dihadapkan kepada


persoalan mengenai bagaimana caranya kita dapat menemukan persamaan garis suatu
fungsi konsumsi. Kalau kita mengetahui besarnya konsumsi pada dua tingkat
pendapatan nasional yang berbeda, maka selama fungsi konsumsi mempunyai bentuk
persamaan garis lurus dengan menggunakan formula di bawah ini kita akan dapat
menemukan persamaan fungsinya. Adapun formula tersebut ialah :
C = (APCn- MPC) Yn + MPC. Y ............(3.3.1)

di mana APC, menunjukkan besarnya average propensity to consume pada tingkat


pendapatan nasional sebesar "n". Yang dimaksud dengan average propensity to
consume ialah perbandingan antara besarnya konsumsi pada suatu tingkat pendapatan
nasional dengan besarnya tingkat pendapatan nasional itu sendiri. Jadi average
propensity to consume pada pendapatan n sama dengan besarnya konsumsi pada
pendapatan sebesar n dibagi dengan pendapatan sebesar n, Y Kalau dinyatakan dalam
bentuk persamaan yang berlaku umum :

APCn = Cn/Yn............................(3.3.2)

Adapun pembuktian perumusan di atas adalah seperti berikut :

Gambar 3.3.1.

MENEMUKAN FUNGSI KONSUMSI

Dari Gambar 3.3.1. kita temukan :

a = Yn - MPC. Yn - (Yn – APCnYn)


= Yn - MPC.Yn - Yn + APCnYn

= APCnYn – MPC.Yn

a = (APCn - MPC).Yn

Oleh karena perumusan umum daripada fungsi konsu. adalah C = a + cY atau


C = a + MPC.Y maka perumusan kembali daripada fungsi konsumsi ini ialah :

C = (APCn - MPC) Yn + MPC. Y............(3.3.1)

Contoh di bawah ini menunjukkan bagaimana caranya menggunakan formula tersebut


di atas.

Contoh 3.3.1. : MENEMUKAN FUNGSI KONSUMSI

Diketahui :.

(a) Pada tingkat pendapatan nasional per tahunnya sebesar Rp 100,- milyar;
besarnya konsumsi sebesar Rp 95,- milyar per tahun.

(b) Pada tingkat pendapatan nasional sebesar Rp 120,milyar per tahun, besarnya
konsumsi per tahunnya .Rp 110,- milyar.

Soal :

(a) Carilah fungsi konsumsinya !

(b) Break-even point tercapai pada tingkat pendapatan nasional sebesar berapa ?

Jawab :

(a) APC100 = C100/Y100 = 95/100 = 0,95

APC120 = C120/Y120 = 110/120


Besarnya MPC :

MPC : ∆C/∆Y = (C120 – C100) : (Y120 – Y100)

= (110 - 95) : (120 - 100) = 15/20 = 0,75.

Dengan menggunakan rumus 3.3.1.:

C = (APCn - MPC) Yn + MPC. Y.

= (0,95 - 0,75).100 + 0,75 Y.

= 0,20 x 100 + 0,75 Y.

C = 20 + 0,75 Y.

(b) Tingkat pendapatan break-even (bahasa asingnya :break-even level of income),


yaitu tingkat pendapatan di mana besarnya pendapatan sama dengan besarnya
pengeluaran untuk konsumsi.

Jadi : Y = C =¿ Y’ - C = 0.

Y - (20 + 0,75 Y) = 0

Y - 0,75 Y - 20 = 0

0,25 Y = 20

Y = 80

Kesimpulan :

(a) Persamaan fungsi konsumsi dalam satuan waktu satu tahun :

C = 0,75 Y + 20 milyar rupiah.


(b) Tingkat pendapatan break-even :

80 milyar rupiah per tahun.

3.4. Fungsi Saving

Saving atau penabungan dapat didefinisikan sebagai bagian daripada


pendapatan nasional per tahunnya yang tidak dikonsumsi.

Dengan menggunakan singkatan dapat kita tulis :

S = Y - C. .............................(3.4.1)
Kalau persamaan di atas kita hubungkan dengan persamaan umum fungsi
konsumsi, kita akan menemukan persamaan umum daripada fungsi saving.

S=Y-C.

C= a + cY

maka

S = Y - (a + cY)

= Y - a – cY

S = (1 - c) Y - a…………....(3.4.2)

Contoh 3.4.1.: MENEMUKAN FUNGSI SAVING


Diketahui :

Fungsi konsumsi suatu masyarakat mempunyai persamaan:

C = 20 + 0,75 Y .

Soal:

Berdasarkan data di atas, hitunglah dan gambarkanlah fungsi saving daripada


masyarakat tersebut !

Jawab:

Dengan menggunakan perumusan (3.4.2):

S = (1 - c) Y - a

S = (1 - 0,75) Y - 20

S = 0,25 Y - 20

Gambarnya adalah seperti di bawah ini :

Gambar 3.4.1.

FUNGSI KONSUMSI DAN FUNGSI SAVING


3.5. Marginal Propensity to save dan Average Propensity to save

Kalau fungsi konsumsi mengenal marginal propensity to consume dan


average propensity to consume, fungsi saving juga mengenal marginal propensity to
save dan average propensity to save juga. Yang dimaksud dengan marginal
propensity to save ialah perbandingan antara bertambahnya saving dengan
bertambahnya pendapatan nasional yang mengakibatkan bertambahnya saving
termaksud. Oleh karena itu perumusannya ialah:

s = MPS = ∆S / ∆Y………………(3.5.1)

Untuk fungsi saving berbentuk garis lurus besarnya nilai s yaitu marginal propensity
to save, pada semua tingkat pendapatan nasional adalah sama.

Yang dimaksud dengan average propensity to save ialah perbandingan antara


besarnya saving pada suatu tingkat pendapatan nasional dengan besarnya pendapatan
nasional bersangkutan. Jadi formulanya :

APSn = Sn/Yn...............................(3.5.2.)
Kiranya perlu dimintakan perhatian di sini bahwa untuk fungsi konsumsi
berbentuk garis lurus fungsi savingnyapun akan berbentuk garis lurus juga. Untuk
fungsi saving garis lurus ini, besarnya average propensity to save berbeda-beda
tergantung kepada tinggi-rendahnya pendapatan nasional. Semakin tinggi tingkat
pendapatan nasional, semakin besar pula angka average propensity to save-nya. Pada
tingkattingkat pendapatan nasional di bawah tingkat pendapatan nasional "break-
even", angka average propensity to save mempunyai tanda negatif. Sebaliknya, pada
tingkat-tingkat pendapatan nasional di atas tingkat pendapatan nasional breakeven,
average propensity to save angkanya akan selalu positif. Sedangkan pada tingkat
pendapatan break-even, angka average propensity to save-nya akan sama dengan nol,
oleh karena, seperti di atas telah kita terangkan, yang dimake.. dengan tingkat
pendapatan break-even ialah tingkat pa dapatan nasional di mana seluruh pendapatan
digunakan tuk konsumsi, hal mana berarti bahwa pada tingkat na dapatan break-even
besarnya saving sama dengan nol.

3.6. Hubungan antara MPC dengan MPS, APC dengan APS

Hubungan antara marginal propensity to consume dengan marginal propensity


to save dapat kita nyatakan sebagai berikut :

MPC + MPS = 1 ........................(3.6.1)


atau dengan cara lain : MPC = 1 - MPS.

MPS = 1 - MPC.

Pembuktian daripada perumusan tersebut adalah sebagai berikut :

Y=C+S

maka

∆Y = ∆C + ∆S
Kalau ruas kanan dan ruas kiri masing-masing kita bagi dengan A Y, maka hasilnya :

ΔC +∆ S
∆Y/∆Y =
ΔY

1 = ∆C/∆Y + ∆S/∆Y

1 = MPC + MPS

Hubungan antara average propensity to consume dengan average propensity


to save adalah mirip dengan hubungan antara marginal propensity to consume dengan
marginal propeilsity to save; yaitu :

APCn + APSn = 1 .........................(3.6.2)


atau

APCn = 1 - APSn

APSn = 1 - APCn

Pembuktiannya ialah :

Y = C + S............................................................................(3:4.1)

ini berarti Yn = Cn + Sn

Kalau ruas kanan dan ruas kiri masing-masing kita bagi dengan Yn maka hasilnya :

Cn+ Sn
Yn/Yn =
Yn

1 = Cn/Yn + Sn/Yn

1 = APCn + APSn
Contoh hitungan di bawah ini secara lengkap menunjukkan hubungan antara
pendapatan, konsumsi, saving, average propensity to consume, average propensity to
save, marginal propensity to consume dan marginal propensity to save.

Contoh 3.6.1: HUBUNGAN ANTARA Y, C, S, APC, APS, MPC DAN MPS

Diketahui :

Fungsi konsumsi suatu masyarakat mempunyai persa'maan C = 0,75 C + 20


milyar rupiah.

Soal: Hitunglah besarnya konsumsi, saving, average propens sity to consume,


average propensity to save, marginal propensity to consume dan marginal propensity
to save untuk beberapa tingkat pendapatan nasional !

Jawab:

Tingkat
Konsums APCn APSn MPCn = MPSn =
Pendapata Saving Cn+1−Cn Sn+ 1−Sn
i = =
n Nasional Sn *)
Cn *) Cn/Yn Sn/Yn Yn+1−Yn Yn+ 1−Yn
Yn *)
0 20 -20 - - 0,75 0,25
20 35 -15 1,75 -0,75 0,75 0,25
40 50 -10 1,25 -0,25 0,75 0,25
60 65 -5 11/12 -11/12 0,75 0,25
80 80 0 1 0 0,75 0,25
100 95 +5 0,95 +0,5 0,75 0,25
120 110 +10 11/12 +1/12 0,75 0,25
140 125 +15 25/28 +3/28 0,75 0,25
160 140 +20 0,875 +0,125 0,75 0,25
180 155 +25 31/36 +5/36 0,75 0,25
200 170 +30 17/20 +3/20 - -
*) Dalam milyar rupiah

Dari tabel di atas kita dapat menyaksikan bahwa :

(a) APCn + APSn = 1.


(b) MPCn + MPSn = 1.

(c) Oleh karena fungsi konsumsinya berbentuk garis lurusmaka fungsi saving-nya
juga berbentuk garis lurus. Hal ini menyebabkan tingginya MPC serta MPS pada
setiap tingkat pendapatan nasional adalah sama, yaitu 0,75 untuk MPC dan 0,25
untuk MPS.

(d) Dikarenakan nilai intersep fungsi konsumsi a adalah positif (yang berarti bahwa
pada tingkat pendapatan nasional sebesar nol nilai pengeluaran konsumsi sebesar
a dan besarnya saving sebesar minus a) dan baik MPC maupun karenanya juga
MPS masing-masing mempunyai nilai yang positif dan tidak berubah-ubah maka
nilai APC-nya terus bertambah kecil dengan meningkatnya pendapatan nasional.
Sebaliknya nilai APS terus meningkat dengan meningkatnya pendapatan
nasional.

Anda mungkin juga menyukai