Anda di halaman 1dari 4

Keseimbangan perusahaan dalam jangka panjang

Disusun oleh

Vivin analia yuni Antika

a.Keseimbangan Jangka Panjang


Pada kuantitas ini perusahaan hanya memperoleh laba normal. Dalam jangka panjang
perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik hanya memperoleh laba normal. Hal ini
terjadi karena pada pasar persaingan monopolistik tidak ada hambatan yang berarti bagi
masuknya perusahaan akan semakin mengecil. Semakin banyak perusahaan baru masuk
kedalam suatu industry, semakin besar kapasitas produksi, sehingga dalam jangka panjang
perusahaan hanya memperoleh laba normal.
Ciri cirinya adalah:
1.Semua perusahaan memproduksi barang sejenis

2.Perusahaan dan konsumen memiliki pengetahuan yang sempurna

3.Semua perusahaan bebas masuk keluar pasar

Dan lain lain.

Syarat untuk perusahaan mencapai keseimbangan jangka panjang adalah:

a.Perusahaan harus bekerja sebaik mungkin.Agar perusahaan mencapai


keadaan yang optimal.

b.Tidak mengalami kerugian,agar dapat mengganti barang modal yang


digunakan dalam produksi.Kar ena itu biaya rata rata jangka pendek harus
sama dengan harga jual.

c.Tidak ada insentif bagi perusahaan untuk masuk keluar karna laba nol
(zeroeconomi propit )

d.Perusahaan tidak dapat menambah laba lagi,walaupun dengan


memperbesar skala produksi, karna sudah berproduksi pada titik minimum
kurva biaya rata rata jangka panjang saat biaya rata rata jangka pendek
sama dengan biaya rata rata jangka panjang.
STUDI KASUS CREDIT RISK

PT KIANI KERTAS

Prabowo dan 'Kebocoran' di PT.Kiani Kertas

Kembali, lebih dari 1000 orang karyawan PT. Kiani Kertas (Kertas
Nusantara) dijadwalkan akan demo di depan kantor pemkab Berau
Kalimantan Timur karena tunggakan gaji yang tidak diterima karyawan
selama lebih dari 5 bulan. Pembayaran ini sudah ditunggak sejak bulan
Agustus tahun lalu, karena kondisi keuangan perusahaan kertas terbesar
di Asia tersebut dalam kondisi kritis. Ada apa dengan PT. Kiani Kertas?
Bukankah dulu perusahaan ini berkibar dan sangat menguntungkan?
Mengapa kini dalam kondisi terengah -engah? Salah kelola seper ti apa?
Apa ada yang bocor? Menurut Suyadi, Ketua DPC SBSI Berau Kaltim,
sebelum diambil alih oleh Prabowo, kondisi PT. Kiani sangat sehat. Pabrik
berjalan dengan baik, karyawan sejahtera, penduduk sekitar yang
memiliki pohon diuntungkan juga dengan menyup lai ke PT. Kiani Kertas.
Sebelum diambil alih oleh Prabowo, perusahaan itu sangat bermanfaat
bagi masyarakat sekitar dan berhasil meningkatkan taraf perekonomian di
Berau. Tetapi sekarang, walupun mesin -mesin masih baik, suplai kayu
sudah ada (dari masyara kat sekitar yang menanam pohon kayu di HTI),
tetapi mengapa justru produksi dihentikan? Pengambil Alihan PT. Kiani
Kertas dari Bob Hassan ke Prabowo Dulu perusahaan ini merupakan
perusahaan milik Bob Hassan. Perusahaan ini diambil alih oleh BPPN
terkait penyelesaian hutang Bank Umum Nasional milik Bob Hassan
senilai Rp 8,9 Trilyun. Berarti dalam hitungannya ketika itu tentu nilai
PT. Kiani Kertas senilai Rp 8,9 Trilyun. Tahun 2002, BPPN menawarkan
kepada perusahaan milik Prabowo Subianto, PT. Voyala, yang k emudian
membeli semua saham PT. Kiani senilai Rp 7,1 Trilyun. Dari nilai tersebut,
US$ 230 juta (sekitar Rp 2,3 Trilyun) merupakan kredit dari Bank Mandiri.
Tetapi kemudian PT. Kiani terjerat dalam kredit macet tidak mampu
membayar hutangnya ke Bank Mandir i.

Pada tahun 2005, Prabowo dipanggil oleh Kejagung sebagai saksi


penyaluran kredit dari Bank Mandiri ke PT. Kiani Kertas, karena ada
temuan dari Kejagung dan BPK terdapat perbuatan melawan hukum dalam
penyaluran kredit Rp 1,89 Trilyun yang berpotensi meni mbulkan kerugian
negara. Tetapi tahun 2011, kasus ini di SP3kan oleh Kejagung.
Penyelamat Prabowo dalam masalah kredit macet PT. Kiani Kertas adalah
Hasyim Joyohadikusumo, yang pada tahun 2007 menyetorkan uang ke
Bank Mandiri senilai US$ 50 juta, sehingga PT. Kiani bisa melakukan
restrukturisasi hutang. Pada tahun 2011, PT. Kiani digugat pailit ke PN
Jakpus karena tidak mampu membayar hutang dengan no register perkara
31/Pailit/2011/PN Niaga Jakpus.

PT.Kiani lolos dari gugatan pailit setelah 89% atau 120 kr editur dari 143
setuju memberikan perpanjangan masa pembayaran hutang. Keputusan
ini diambil dari rapat pemungutan suara yang diadakan untuk
memutuskan atau menolak proposal perpanjangan hutang oleh
perusahaan milik Prabowo tersebut. Perpanjangan masa pemb ayaran
terhitung mulai 2013, selama 15 tahun untuk kreditur separatis dan 20
tahun untuk kreditur konkuren Data kurator kepailitan menunjukkan
bahwa hutang perusahaan terdiri dari :

1. Rp 7,94 Trilyun kepada kreditur separatis (kreditur utama atau


pemegang jaminan kebendaan atau asset, prioritas mendapatkan
pembayaran penjualatan kepailitan)

2. Rp 5,6 Trilyun kepada kreditur konkuren yang diakui

3. Rp 734 milyar kepada kreditur konkuren yang diakui sementara

Yang mengherankan, ternyata Prabowo meminjam kepada asing. Jadi


kreditur separatis senilai Rp 7,94 Trilyun itu adalah JP Morgan Europe
Ltd, Credit Suisse International, Boshendal Investment Ltd, Langass
Offshore Inc. Lah, ini sami mawon donk, dimana letak nasionalismenya?
Tidak semua kreditur menyetu jui proposal perpanjangan hutang tersebut.
Salah satunya adalah Allied Ever Investmen Ltd, yang menyatakan bahwa
proposal dibuat sederhana. Padahal hutang yang dibuat oleh PT. Kiani
Kertas ini dulu Rp 14,3 Trilyun. Kuasa hukumnya menyatakan: 'Banyak hal
yang seharusnya diperiksa dan dipelajari. Apalagi laporan keuangan
mereka juga tidak diaudit. Yang diaudit baru disampaikan kemarin.' Dana
yang dipinjam memang sangat besar sekali. Nilainya trilyunan rupiah. Jika
perusahaan tetap sekarat, cashflow perusahaan untuk bergerak tidak ada,
bukankah penzaliman namanya terhadap karyawan yang ada beserta
masyarakat sekitar yang menumpukan hidupnya dengan keberadaan
perusahaan ini? Kemana larinya hasil produksi dulu yang sempat sangat
baik? Dan kini, perusahaan itu mas ih berdarah-darah. Apakah Prabowo
tidak berminat menutup kebocoran disini dengan serius pembenahan
manajemen di PT. Kiani Kertas alias Kertas Nusantara ini?

Kesimpulan:

Jadi Pt Kiani kertas mengalami kerugian dalam jangka panjang pada kasus
t e r s e b u t k a r n a perusahaan berhutang untuk menjalankan bisnis dan operasionalnya
Sehingga pemindah alihan kepemilikan perusahaan dari Bob Hasan ke PT. Voyala, perusahaan
milik Prabowo Subianto yang membeli seluruh saham PT. Kiani yang senilai Rp 7,1 Trilyun
namun dari nilai tersebut, US$ 230 juta (sekitar Rp 2,3 Trilyun) merupakan kredit dari Bank
Mandiri.

Anda mungkin juga menyukai