Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA USAHA MARTABAK

MESIR ABIB DI PEKANBARU

Irawati dan Silvi Adelisa


Program Studi Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pelita Indonesia
Jalan Ahmad Yani No. 78-88 Pekanbaru-Riau, www.stiepi.com

ABSTRACT: This study aims to determine the calculations cost of production applied by
Martabak Mesir Abib by using full costing and variable costing methods. Data collected
included primary data and secondary data. Primary data was obtained from direct
interviews with stakeholders who are the Business Owners and direct observation of the
activity of martabak mesir. Secondary data was obtained from relevant books, journal,
literature and data available in Martabak Mesir Abib. The method used was descriptive
comparative method which is the analysis that compares the calculation of the cost of
production applied by business owners using the full costing and variable costing
methods. Moreover, it also analyzed the breakeven point on Martabak Mesir Abib. The
result of this research indicate that from the three calculations of cost of production, full
costing method will give a higher result than the variable costing method applied by the
Business Owner. Differences exist because the cost of production calculation used by
Business Owner is too simple where the labour cost and overhead cost are not calculated
specifically. Meanwhile, the variable costing method only burdens the variable
production cost.
Keywords: Calculation of the cost of production, Full Costing Method, Variable Costing
Method and Break-Even Point

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi
yang diterapkan oleh Usaha Martabak Mesir Abib, dengan menggunakan metode full
costing dan metode variable costing. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara langsung dengan pihak
terkait yaitu Pemilik Usaha dan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas martabak
mesir. Data sekunder diperoleh dari buku-buku terkait, jurnal, literature serta data-data
yang ada di Usaha Martabak Mesir Abib. Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif komparatif yaitu analisis yang membandingkan antara perhitungan harga pokok
produksi yang diterapkan oleh Pemilik Usaha dengan menggunakan metode full costing
dan variable costing. Selain itu, juga menganalisa titik impas pada Usaha Martabak
Mesir. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari ketiga hasil perhitungan HPP menunjukan
bahwa menggunakan metode full costing memberikan hasil yang lebih tinggi
dibandingkan yang diterapkan oleh Pemilik Usaha dengan metode variable costing.
Perbedaan tersebut disebabkan karena perhitungan HPP yang digunakan Pemilik Usaha
sangat sederhana, dimana biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik tidak
diperhitungkan secara rinci. Sedangkan metode variable costing hanya membebankan
biaya produksi variabel saja.
Kata Kunci : Perhitungan Harga Pokok Produksi, Metode Full Costing, Metode Variable
costing, dan Break

1
PENDAHULUAN langsung dan biaya overhead yang belum
dihitung secara betul. Misalnya pada
Usaha Mikro, Kecil Menengah atau
pemakaian tenaga kerja langsung yang
yang sering di singkat UMKM merupakan
dikerjakan oleh keluarga tidak dihitung dan
salah satu bagian penting dari perekonomian
karyawan yang bekerja pun tidak tetap.
suatu negara maupun daerah, begitu juga
dengan negara Indonesia. UMKM ini
UMKM harus mempunyai strategi
sangat memiliki peranan penting dalam laju
bersaing diantaranya adalah keunggulan
perekonomian masyarakat. UMKM ini juga
mutu produk yang tinggi serta harga yang
sangat membantu negara atau pemerintah
bersaing. Keunggulan mutu produk terlihat
dalam hal penciptaan lapangan kerja baru
dari penggunaan bahan baku yang
dan lewat UMKM juga banyak tercipta unit-
berkualitas serta harga jual produk yang
unit kerja baru yang menggunakan tenaga-
tetap dapat bersaing dipasar. Kedua hal
tenaga baru yang dapat mendukung
tersebut mengacu kepada perhitungan harga
pendapatan rumah tangga. Selain itu
pokok produksi yang harus dibuat seakurat
UMKM juga memiliki fleksibilitas yang
mungkin supaya hasil laporan harga pokok
tinggi jika dibandingkan dengan usaha yang
produksi benar-benar menggambarkan biaya
berkapasitas lebih besar. UMKM ini perlu
yang sesungguhnya terjadi dalam proses
perhatian yang khusus dan di dukung oleh
produksi. Kegiatan produksi memerlukan
informasi yang akurat, agar terjadi link
pengorbanan sumber ekonomi berupa
bisnis yang terarah antara pelaku usaha kecil
berbagai jenis biaya untuk menghasilkan
dan menengah dengan elemen daya saing
produk yang akan dipasarkan. Biaya- biaya
usaha, yaitu jaringan pasar. Usaha Mikro,
ini akan menjadi dasar Harga Pokok
Kecil Menengah menurut Undang-Undang
Produksi (HPP).
Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 6, Usaha Mikro
Harga Pokok Produksi dalam suatu
adalah usaha produktif milik orang
usaha merupakan bagian terbesar dari biaya
perorangan dan atau badan usaha
yang dikeluarkan oleh pemilik usaha
perorangan yang memiliki kriteria sebagai
tersebut. Pemilik usaha harus cermat dan
berikut :
rinci dalam menghitung biaya – biaya
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak
produksi yang dikeluarkan agar tidak
Rp 50 juta tidak temasuk tanah dan
terjadi penyimpangan – penyimpangan serta
bangunan tempat usaha
pemborosan biaya dalam proses produksi.
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling
Informasi harga pokok produksi dapat
banyak Rp 300 juta.
dijadikan titik tolak dalam menentukan
harga jual yang tepat kepada konsumen
Salah satu contoh UMKM yang diambil
dalam arti yang menguntungkan usaha
yaitu Usaha Martabak Mesir. Usaha ini
tersebut dan menjamin kelangsungan hidup
merupakan usaha rumah tangga (usaha
pemilik usaha. Harga pokok produksi juga
kecil) yang bergerak dalam usaha makanan.
sangat berperan penting untuk menentukan
Berdasarkan wawancara yang penulis
harga jual dalam suatu usaha, selain itu juga
lakukan dengan pemilik Martabak Mesir,
digunkan sebagai dasar penentuan tingkat
usaha ini berproduksi secara massa dan
laba, penilaian efisiensi usaha, juga
dapat penulis mengambil kesimpulan dari
pengalokasian harga harga pokok produksi.
informasi yang diterima bahwa penentuan
harga jual melalui perhitungan harga pokok
Selama ini, pemilik hanya berasumsi
produksinya belum sempurna. Hal ini
bahwa jika harga jual telah disesuaikan
tampak dari perhitungan tenaga kerja

2
dengan harga jual yang ada dipasar maka Tabel 1.2
pemilik usaha sudah bersaing dengan Perhitungan HPP Metode Perusahaan
penjual Martabak Mesir lainnya. Sehingga Biaya bahana baku (Rp)
dengan melihat harga pasar dalam Tepung terigu Telur Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx Rp.x
Minyak goreng Daging
menentukan harga jual Martabak Mesirnya Garam
tanpa memperhitungkan harga pokok Daun bawang Seledri
produksi secara betul menyebabkan usaha Bawang Bombay Bawang putih Bawang merah Merica
sampai sekarang belum bisa mengetahui Kecap asin Mentimun Air galon Gas Lpg 3 kg Listrik
apakah harga jual Martabak Mesir yang Total Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja Total BiayaTenagaKerja JumlahTotal
telah ditetapkan sudah bisa menutupi biaya- Jumlah Produksi Per Bulan
biaya atau tidak. Dibawah ini ada daftar HPP Martabak Mesir Abib
perbandingan harga jual usaha Martabak
Mesir Abib dengan usaha Martabak Mesir
lainya :

Tabel 1.1
Rp.xxx Rp.xxx
Perbandingan Harga Jual Martabak Rp.xxx
Mesir di PekanBaru Rp.xxx
xxx Rp.xxx

No Pedagang Harga
Sumber : Usaha Martabak Mesir Abib
1 Martabak mesir abib Rp.13.000-,
2 Martabak Mesir Rp.13.000-, Berdasarkan tabel diatas, menunjukan
Pondok Sate bahwa pemilik hanya mencatat jumlah
Dangung-dangung
barang yang dibeli seperti biaya bahan baku
3 Martabak Mesir Rp.15.000-,
Kubang Resto dan biaya tenaga kerja.
4 Martabak Mesir Asa Rp.14.000-, Menurut Mulyadi (2010:17) menyatakan
Jaya bahwa metode penentuan harga pokok
5 Martabak Mesir Sate Rp.13.000-, produksi adalah cara perhitungan unsur –
Mira unsur biaya kedalam harga pokok produksi.
Sumber : data diolah
Dalam memperhitungkan unsur – unsur
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa
biaya ke dalam harga pokok produksi
harga jual beberapa usaha martabak mesir di
terdapat dua pendekatan yaitu Full Costing
Pekanbaru berbeda – beda daei masing-
dan Variabel Costing. Full Costing
masing pemilik usaha tersebut. Pemilik
merupakan “Metode penentuan harga pokok
usaha hanya melakukan perhitungan harga
produksi yang memperhitungkan semua
pokok produksi dengan metode perusahaan.
unsur biaya produksi ke dalam harga pokok
Berikut ini tabel perhitungan Harga Pokok
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku,
Produksi berdasarkan metode perusahaan.
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik, baik yang bersifat variabel
maupun tetap, dengan demikian harga pokok
produksi menurut full costing terdiri dari
unsur biaya produksi. Menurut Mulyadi
(2010:18) menyatakan bahwa Variabel
Costing adalah merupakan “Metode

3
penentuan harga pokok produksi yang hanya usaha untuk menentukan harga jual suatu
memperhitungkan biaya produksi yang produk dengan tepat dan efisien. Dari kedua
bersifat variabel kedalam harga pokok metode tersebut pemilik usaha dapat dua
produksi, yang terdiri dari bahan baku, biaya metode mana yang paling efisien dalam
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead menentukan harga jual dan menjadi lebih
pabrik variabel”. Tetapi dalam penetapan kompetitif dalam menjalankan usahanya.
harga jual , pemilik sendiri hanya Sedangkan dengan menghitung Break Even
memperhitungkan harga pokok produksi Point perusahaan akan mengetahui dalam
dengan metode perusahaan. Dengan cara titik impas dimana pemilik usaha tidak
menambahkan biaya bahan baku, biaya mengalami kerugian maupun keuntungan
tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. pada penjualannya.
Perusahaan juga menggabungkan biaya Berdasarkan uraian di atas, maka
bahan baku dan biaya overhead pabrik. Pada dilakukan penelitian mengenai harga pokok
perhitunga overhead pabrik tidak semua produksi dengan judul “ Analisis Penentuan
komponen biaya diperhitungkan, misalnya Harga Pokok Produksi Pada Usaha
bebabn penyusutan peralatan tidak Martabak Mesir Abib Di Pekanbaru”.
dimasukkan ke dalam biaya overhead
pabrik. Sehingga mengakibatkan harga Berapa uraian di atas, maka tujuan
pokok produksi yang diperhitungkan kurang dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
tepat dalam penentuan harga jual.. 1. Mengetahui perhitungan harga pokok
Pemilik usaha juga tidak mengetahui produksi yang diterapkan pada usaha
penjualan minimal atau jumlah Martabak Martabak Mesir Abib
Mesir agar tidak mengalami kerugian. 2. Mengetahui perhitungan harga pokok
Selama ini, pemilik usaha hanya produksi Martabak Mesir Abib dengan
memproduksi dan menjual Martabak Mesir menggunakan metode Full Costing.
tanpa memperhitungkan keuntungan yang 3. Mengetahui perhitungan harga pokok
akan diperoleh. Perusahaan akan produksi dengan metode Variabel
memperoleh keuntungan, apabila penjualan Costing.
melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang 4. Menganalisis perbedaan perhitungan
akan dikeluarkan maka diperlukan harga pokok produksi yang diterapkan
perhitungan dengan menggunakan metode perusahaan dengan metode Full Costing
Break Even Point (titik impas). Menurut dan Variabel Costing.
Bustami (2006:2007) Analisis titik impas/ 5. Mengetahui jumlah Martabak Mesir yang
Break Even Point adalah“ suatu keadaan harus diproduksi oleh pemilik usaha agar
dimana perusahaan dalam operasinya tidak tidak mengalami kerugian.
memperoleh laba dan juga tidak menderita
kerugian atau dengan kata lain total biaya TINJAUAN PUSTAKA
sama dengan total penjualan sehingga tidak Usaha Mikro menurut Undang-
ada laba dan tidak ada rugi”. Undang Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 6,
Oleh karena itu walaupun hanya Usaha Mikro adalah usaha produktif milik
sektor Usaha Mikro,Kecil Menengah orang perorangan dan atau badan usaha
(UMKM), juga memerlukan sebuah metode perorangan yang memiliki kriteria sebagai
perhitungan yang tepat yaitu menerapkan berikut :
metode full costing atau variabel costing.
Penggunaan metode full costing dan 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak
variabel costing dapat membantu pemilik Rp 50 juta tidak temasuk tanah dan
bangunan tempat usaha.
4
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling dilakukan untuk membantu peningkatan
banyak Rp 300 juta. permodalannya baik itu melalui sector jasa
financial formal, sector jasa financial
Menurut Rudjito (2003) usaha mikro informasi, skema penjaminan, leasing, dan
adalah usaha yang dimiliki dan dijalankan dana modal ventura. Sebaiknya pembiayaan
oleh penduduk miskin atau mendekati untuk UMKM menggunakna Lembaga
miskin. Usaha mikro sering disebut dengan Keuangan (LKM) yang ada seperti BRI Unit
usaha rumah tangga. Besarnya kredit yang Desa dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
dapat diterima oleh usaha adalah Rp 50 Hal yang harus dilakukan sekarang ini
juta. Usaha mikro adalah usaha produktif adalah bagaimana mendorong
secara individu atau tergabung dalam pengembangan LKM agar dapat berjalan
koperasi dengan hasil penjualan Rp 100 dengan baik sehingga para pengusaha kecil
juta. menengah dapat memperoleh pinjaman
dengan dana mudah.
Menurut Rachmayanti (2001:11) 5. Pengembangan Promosi
menyatakan bahwa untuk mencermati Guna lebih mempercepat kemitraan antara
permasalahan UMKM perlu diupayakan UMKM dengan usaha besar, diperlukan
langkah – langkah sebagai berikut: media khusus dalam upaya mempromosikan
1. Penciptaan iklim usaha yang Kondusif produk-produk yang dihasilkan.
Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya Menurut Armanto Witjaksono (2006:6)
iklim usaha yang kondusif seperti dengan biaya adalah pengorbanan sumber daya
mengusahakan ketentraman dan keamanan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
berusaha serta penyederhanaan prosedur Sebagai akuntan mendefinisikan biaya
perijinan usaha, keringan pajak, dan sebagai satuan moneter atas pengorbanan
sebagainya. Sehingga unit bisnis yang ada barang dan jasa untuk memperoleh manfaat
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. dimasa kini atau masa yang akan datang.
2. Perlindungan Usaha Menurut Mulyadi (2005:8) biaya adalah
Jenis- jenis usaha tertentu, terutama jenis pengorbanan sumber ekonomi yang di ukur
usaha tradisional yang merupkan usaha dalam uang, yang telah terjadi atau
golongan ekonomi lemah harus kemungkinan akan terjadi untuk mencapai
mendapatkan perlindungan dari pemerintah tujuan tersebut.
yang bermuara kepada saling menguntungan Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007:240)
(win-win solution). mendefinisikan sebagai berikut: ”Biaya
3. Pengembangan Kemitraan sebagai penurunan gross dalam asset atau
Pengembangan kemitraan perlu dilakukan kenaikkan gross dalam kewajiban yang
untuk saling membantu antar sesamma diakui dan dinilai menurut prinsip akuntansi
UMKM, atau antar UMKM dengan yang diterima yang berasal dari kegiatan
pengusaha besar didalam negri maupun luar lainnya yang merupakan kegiatan utama
negri, untuk menghindari terjadinya perusahaan.
monopoli dalam usaha. Disamping itu untuk Menurut Mulyadi (2007:16),” Harga pokok
memperluas pangsa pasar dan pengelolaan produksi dalam pembuatan produk terdapat
bisnis yang lebih efisien dua kelompok biaya yaitu biaya produksi
4. Bantuan Permodalan dan biaya non produksi. Biaya produksi
Pemerintah perlu memperluas sistem kredit merupakan biaya biaya yang dikeluarkan
khusus dengan syarat-syarat yang tidak dalam pengolahan bahan baku menjadi
memberatkan bagi UMKM. Hal ini produk, sedangkan biaya non produksi

5
merupakan biaya biaya yang dikeluarkan dalam aktivitas dan menurun secara
untuk kegiatan nonproduksi, seperti kegitan proporsional terhadap penurunan dalam
pemasaran dan kegiatan administrasi umum. aktivitas.”
Biaya produksi membentuk harga pokok
produksi, yang digunakan untuk menghitung Menurut Slamet Sugiri dan Bogat Agus
harga pokok produk yang pada akhir periode Riyono menyatakan bahwa: “Biaya produksi
akuntansi masih dalam proses. Biaya atau harga pokok produksi merupakan
nonproduksi ditambahkan pada harga pokok kumpulan dari biaya-biaya yang dikeluarkan
produksi untuk menghitung total harga untuk memperoleh dan mengolah bahan
pokok produk.” baku menjadi barang jadi.”
Informasi mengenai biaya menjadi
sangat penting bagi perusahaan karena biaya Menurut Baridwan (2000:156) “ Harga
merupakan refleksi kemampuan suatu pokok (cost) yang dirumuskan sebagai
perusahaan dalam mengoptimalkan harga yang dibayar atau dipertimbangkan
pemanfaatan sumber daya untuk mencapai untuk memperoleh suatu aktiva
tujuan yang telah ditetapkan . Saat ini, setiap Hubungannya dengan persediaan harga
perusahaan dituntut untuk mampu pokok adalah jumlah semua pengeluaran –
menentukan true cost untuk setiap pengeluaran langsung atau tidak langsung
aktivitasnya sebagai prasyarat agar dapat yang berhubungan dengan perolehan
menentukan nilai atau manfaat dari penyiapan dan penempatan persediaan
kapabilitas usaha (Witjaksono, 2006;234). tersebut agar dapat dijual.
Menurut Mursyidi (2008:14) biaya Witjaksono (2006:10) mendefinisikan
adalah suatu pengorbanan yang dapat ”Harga pokok adalah sejumlah nilai aktiva,
mengurangi kas atau harta lainnya untuk tetapi apabila selama tahun berjalan aktiva
mencapai tujuan, baik yang dapat tersebut dimanfaatkan untuk membantu
dibebankan pada saat ini maupun pada saat memperoleh penghasilan
yang akan datang
Menurut Mulyadi (2008:208) “Bahan
Menurut Charter Usry dalam bukunya penolong adalah bahan yang tidak menjadi
Cost Accounting (2002:57) yang bagian produk jadi atau bahan yang
diterjemahkan oleh Krista yaitu sebagai meskipun menjadi bagian dari produk jadi
berikut : tetapi nilainya relative kecil dibandingkan
dengan harga pokok produksi tersebut.
1. Biaya tetap adalah biaya yang secara total Metode penentuan harga pokok produksi
tidak berubah ketika aktivitas bisnis adalah dengan cara memasukan unsur –
meningkat atau menurun. unsur biaya kedalam harga pokok produksi.
Menurut Mulyadi (2007:18) dalam
2. Biaya semi variabel adalah biaya yang meperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam
jumlah total nya akan berubah sesuai dengan harga pokok produksi terdapat dua
perubahannya tidak sebanding, semakin pendekatan, yaitu Full Costing dan Variabel
tinggi volume kegiatan, semakin kecil Costing
biayanya. Variabel Costing menurut Mulyadi
(2000:20) yaitu Variabel Costing merupakan
3.Biaya variabel yang secara total metode penentuan harga pokok produksi
meningkat secara proporsional terhadap yang hanya memperhitungkan biaya
peningkatan
6
produksi yang bersifat variable kedalam sekunder. Penelitian ini bersifat penelitian
harga pokok produksi, yang terdiri dari lapangan yaitu secara langsung mendatangi
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja ke tempat pelaku usaha dan mengambil data
langsung, dan biaya overhead pabrik berserta informasi yang dibutuhkan pada
variable”. pihak-pihak terkait dengan judul penelitian.
Menurut Bastian dan nurlela (2009:242) Metode yang digunakan dalam
menyatakan bahwa pada dasarkan terdapat pengumpulan data ini yaitu : wawancara dan
beberapa tujuan penetapan harga yaitu pengamatan langsung terhadap aktivitas
sebagai berikut: martabak mesir. Teknik analisis data yang
a. Meningkatkan penjualan digunakan dalam penelitian ini adalah
b. Stabilitas harga analisis deskriptif komparatif yaitu analisis
c. Mencapai laba maksimum yang membandingkan antara perhitungan
Menurut Hongren (2003:357), Break harga pokok produksi yang diterapkan oleh
Even Point adalah “ volume penjualan pemilik usaha dengan menggunakan metode
dimana pendapatan dan jumlah bebanya full costing dan Variabel Costing dalam
sama, tidak terdapat laba maupun rugi menentukan harga jual. Selain itu, Penelitian
bersih”. ini juga menganalisa unsur-unsur yang
mempengaruhi harga jual serta titik
Menurut Bustami (2006:207) Analisis
impas/break even point.
titik impas/ Break Even Point adalah “suatu
keadaan dimana perusahaan dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN
operasinya tidak memporelah laba dan juga
tidak menderita kerugian atau dengan kata
Usaha Martabak Mesir yang menjadi
lain total biaya sama dengan penjualan
objek penelitian ini adalah usaha milik
sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi”.
Bapak Rudi, yang berlokasi di Jalan
Menurut Hansen dan Mowen (2005:274)
Delima,Pekanbaru. Sebagai usaha
bahwa Break Evean Point adalah titik
perumahan yang bergerak di bidang industri
dimana total pendapatan sama dengan total
makanan (manufaktur) yaitu memproduksi
biaya, titik dimana laba sama dengan nol.
dan menjual produknya.
Penelitian ini bertujuan untuk
Tabel 4.1 Harga Pokok Produksi Bulan
menganalisis biaya-biaya yang dikeluarkan
Maret
oleh Usaha Martabak Mesir Abib dalam
menghitung harga pokok produksi
siomaynya. Dalam menghitung harga pokok
produksi, pemilik usaha belum
menggambarkan biaya yang seharusnya
dikeluarkan oleh usahanya yakni belum
merincikan biaya overhead pabrik secara
akurat.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada Usaha
Martabak Mesir Abib yang berlokasi di jalan
Delima Pekanbaru. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer dan

7
Keterangan Bulan Maret

Perusahaan Full Costing Variabel


Costing
Biaya bahan baku
Tepung terigu 540.000 540.000 540.000
Telur 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Minyak goreng 157.500 157.500 157.500
Daging 8.100.000 8.100.000 8.100.000
Garam 6.000 6.000 6.000
Daun bwang 150.000 150.000 150.000
Seledri 150.000 150.000 150.000
Bwng Bombay 195.000 195.000 195.000
Bwng putih 60.000 60.000 60.000
Bwng merah 72.000 72.000 72.000
Merica 75.000 75.000 75.000
Kecap asin 90.000 90.000 90.000
150ml Cabe rawit 300.000 300.000 300.000
Mentimun 90.000 90.000 90.000
Air galon 180.000
Gas elpiji 3 kg 68.000
Listrik 100.000

Jumlah 13.933.500 13.585.500 13.585.500

8
Biaya Tenaga Kerja 600.000 600.000 600.000 biaya keseluruhannya seperti biaya bahan
Biaya overhead baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead
OH pabrik variabel
Gas elpiji 3 kg tetap, dan biaya overhead variabel.
Listrik 68.000 68.000
Air galon 100.000 100.000
OH pabrik tetap 180.000 180.000
Penyusutan 23.833 Tabel 4.2 Harga Pokok Produksi Bulan
April
Total perbulan 14.533.500 14.557.333 14.064.000
Keterangan Bulan April
Hpp martabak 9.689 9.705 9.376
mesir Perusahaan Full Costing Variabel
Sumber : Usaha Martabak Mesir Abib Costing
Biaya bahan baku
Tepung terigu 600.000 600.000.00 600.000
Berdasarkan hasil perbandingan harga Telur 4.500.000 4.500.000.00 4.500.000
Minyak goreng 262,500 262,500.00 262,500
pokok produksi yang diterapkan oleh Daging 900.000 900.000.00 900.000
Garam 6.000 6.000.00 6.000
pemilik usaha lebih rendah dibanding Daun bwang 300.000 300.000.00 300.000
dengan perhitungan dengan menggunakan Seledri
Bwng Bombay
200.000
260.000
200.000.00
260.000.00
200.000
260.000
metode full costing dan variabel costing. Bwng putih 80.000 80.000.00 80.000
Bwng merah 96.000 96.000.00 96.000
Hal ini disebabkan karena pemilik usaha Merica 75.000 75.000.00 75.000
tidak begitu memasukan biaya kedalam Kecap asin 150ml
Cabe rawit
90.000
240.000
90.000.00
240.000.00
90.000
240.000
perhitungan harga pokok produksi. Mentimun 120.000 120.000.00 120.000
Air galon 180.000
perbedaan tersebut dapat dilihat pada Gas elpiji 3 kg 68.000
Listrik
perhitungan harga pokok produksi martabak Jumlah
100.000
16.297,500 15.829.500 15.829.500
mesir bulan maret 2014, menurut
Biaya Tenaga 600.000 600.000 600.000
perhitungan harga pokok produksi yang Kerja
Biaya overhead
diterapkan oleh Pemilik Usaha sebesar Rp OH pabrik
9.689,-. Sedangkan metode Full Costing variabel
Gas elpiji 3 kg 68.000 68.000
sebesar Rp 9.705,-. Sehingga mendapatkan Listrik
Air galon
100.000
180.000
100.000
180.000
selisih biaya sebesar Rp 16,- hal ini OH pabrik tetap
Penyusutan 23.833
disebabkan karena pemilik usaha tidak
memasukan biaya Overhead Pabrik tetap Total perbulan 16.987.500 16.801.333 16.777.500

seperti biaya penyusutan pada perhitungan Hpp martabak 10.240 10.312 10.168.00
mesir
harga pokok produksi sedangkan pada
Sumber : Usaha Martabak Mesir Abib
metode full costing memasukan biaya
overhead pabrik tetap (biaya penyusutan) Pada bulan April 2014 perhitungan
dalam menentukan harga pokok produksi harga pokok produksi yang diterapkan oleh
nya, dan pada metode perusahaan biaya air pemilik usaha sebesar Rp 10.240,-
galon, gas elpiji, dan biaya listrik di hitung sedangkan dengan Full Costing Rp 10.312,-
di dalam perhitungan biaya bahan baku nya, sehingga mendfapat selisih sebesar Rp 72,-
sedangkan di dalam metode full costing hal ini disebabkan karena pemilik usaha
biaya gas elpiji, air galon, dan biaya listrik tidak memasukan biaya Overhead Pabrik
dihitung kedalam biaya overhead variabel. tetap seperti biaya penyusutan pada
Dalam metode Variabel Costing harga perhitungan harga pokok produksi
pokok produksi sebesar Rp 9.376,-. sedangkan pada metode full costing
Sehingga mendapatkan selisih Rp 329,-. memasukan biaya overhead pabrik tetap
Disebabkan karena metode variabel costing (biaya penyusutan) dalam menentukan
hanya menghitung biaya bahan baku, tenaga harga pokok produksi nya, dan pada
kerja, dan biaya Overhead Variabel (biaya metode perusahaan biaya air galon, gas
gas elpiji, air galon, dan biaya listrik), elpiji, dan biaya listrik di hitung di dalam
sedang pada metode full costing menghitung

9
perhitungan biaya bahan baku nya, 9.705,-. Sehingga mendapatkan selisih biaya
sedangkan di dalam metode full costing sebesar Rp 16,- hal ini disebabkan karena
biaya gas elpiji, air galon, dan biaya listrik pemilik usaha tidak memasukan biaya
dihitung kedalam biaya overhead variabel. Overhead Pabrik tetap seperti biaya
Dalam metode Variabel Costing harga penyusutan pada perhitungan harga pokok
pokok produksi sebesar Rp 10.168,-. produksi sedangkan pada metode full
Sehingga mendapatkan selisih Rp 144,-. costing memasukan biaya overhead pabrik
Disebabkan karena metode variabel costing tetap (biaya penyusutan) dalam menentukan
hanya menghitung biaya bahan baku, harga pokok produksi nya, dan pada metode
tenaga kerja, dan biaya Overhead Variabel perusahaan biaya air galon, gas elpiji, dan
(biaya gas elpiji, air galon, dan biaya biaya listrik di hitung di dalam perhitungan
listrik), sedang pada metode full costing biaya bahan baku nya, sedangkan di dalam
menghitung biaya keseluruhannya seperti metode full costing biaya gas elpiji, air
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya galon, dan biaya listrik dihitung kedalam
overhead tetap, dan biaya overhead biaya overhead variabel. Dalam metode
variabel. Variabel Costing harga pokok produksi
sebesar Rp 9.376,-. Sehingga mendapatkan
Tabel 4.3 Harga Pokok Produksi selisih Rp 329,-. Disebabkan karena metode
Bulan Mei variabel costing hanya menghitung biaya
Keterangan Bulan Mei
bahan baku, tenaga kerja, dan biaya
Perusahaan Full Costing Variabel
Costing Overhead Variabel (biaya gas elpiji, air
Biaya bahan baku
Tepung terigu 540.000 540.000 540.000 galon, dan biaya listrik), sedang pada
Telur 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Minyak goreng 157.500 157.500 157.500 metode full costing menghitung biaya
Daging 8.100.000 8.100.000 8.100.000
Garam 6.000 6.000 6.000 keseluruhannya seperti biaya bahan baku,
Daun bwang 150.000 150.000 150.000
Seledri 150.000 150.000 150.000 biaya tenaga kerja, biaya overhead tetap,
Bwng Bombay 195.000 195.000 195.000
Bwng putih 60.000 60.000 60.000 dan biaya overhead variabel.
Bwng merah 72.000 72.000 72.000
Merica 75.000 75.000 75.000
Kecap asin 150ml 90.000 90.000 90.000
Cabe rawit 300.000 300.000 300.000 PENUTUP
Mentimun
Air galon
90.000
180.000
90.000 90.000
Berdasarkan hasil penelitian di atas
Gas elpiji 3 kg
Listrik
68.000
100.000 maka dapat disimpulkan bahwa Perhitungan
harga pokok produksi yang diterapkan oleh
Jumlah 13.933.500 13.585.500 13.585.500 Pemilik Usaha masih sangat sederhana
Biaya Tenaga Kerja 600.000 600.000 600.000 karena terdapat beberapa biaya yang tidak
Biaya overhead dimasukan ke dalam perhitungan harga
OH pabrik variabel
Gas elpiji 3 kg pokok produksi sehingga harga pokok
Listrik 68.000 68.000
Air galon 100.000 100.000 produksi yang dihasilkan belum bisa
OH pabrik tetap 180.000 180.000
Penyusutan mencerminkan total biaya yang dikeluarkan
23.833
oleh Pemilik Usaha untuk memproduksi
Total perbulan 14.533.500 14.557.333 14.064.000
seporsi martabak mesir.
Hpp martabak mesir 9.689 9.705 9.376
Perhitungan harga pokok produksi
Sumber : Usaha Martabak Mesir Abib martabak mesir dengan menggunakan
metode full costing lebih mencerminkan
Pada bulan Mei 2014 perhitungan biaya yang dikeluarkan oleh Pemilik Usaha
harga pokok produksi yang diterapkan oleh karena metode full costing memasukkan
Pemilik Usaha sebesar Rp 9.689,-. semua unsur biaya produksi ke dalam harga
Sedangkan metode Full Costing sebesar Rp pokok produksi sehingga menyebabkan

10
harga pokok produksinya lebih tinggi pemilik usaha martabak mesir dapat
dibandingkan dengan perhitungan menurut meperhitungkan laba dengan optimal.
Usaha Martabak Mesir Abib. Ketiga, Dari ketiga metode penentuan harga
Berbeda dengan perhitungan harga pokok produksi sebaik nya pemilik usaha
pokok produksi martabak mesir dengan menggunakan metode Full Costing dimana
menggunakan metode variabel costing. metode Full Costing membebankan seluruh
Metode ini hanya membebankan biaya biaya produksi kedalam perhitungan harga
variabel ke dalam harga pokok produksi pokok produksi sehingga apabila harga
sehingga harga pokok produksinya tidak bahan baku mengalami kenaikan maupun
terlalu tinggi di bandingkan metode full penurunan maka pemilik usaha bisa
costing. Perbedaan harga pokok produksi menaikan harga jual maupun menurunkan
siomay yang diterapkan oleh Usaha harga jualnya disetiap saat tanpa harus
Martabak Mesir Abib, metode full costing menunggu sampai periode berikutnya.
dan variabel costing hanya terletak pada Keempat, Disarankan kepada penulis
pembebanan biaya ke dalam harga pokok berikutnya untuk dapat melakukan analisis –
produksi. Pada perhitungan yang diterapkan analisis lainnya untuk melihat peramalan
oleh Usaha Maratabak Mesir Abib tidak penjualan kedepannya. Data penelitian ini
semua biaya dibebankan ke dalam harga hanya menggunakan data selama 3 bulan
pokok produksi sedangkan pada metode full sehingga diharapkan kepada peneliti berikut
costing semua biaya produksi dimasukkan nya dapat menggunakan data yang lebih
ke dalam perhitungan harga pokok produksi, banyak lagi guna mendukung data lebih
berbeda pula dengan metode variabel akurat.
costing yang hanya membebankan biaya
variabel saja. DAFTAR PUSTAKA
Dengan menerapkan analisa BEP, Amin Widjaja Tunggal, 2009, Akuntansi
perusahaan dapat melihat laba, kerugian, Manajemen, Harvindo, Jakarta
harga jual, produksi, keuntungan, dan lain Bastian Bustami dan Nurlela. 2009.
sebagainya yang telah dapat diprediksi Akuntansi Biaya Melalui Pendekatan
sebelumnya, sehingga mempermudah bagi Manajerial. Jakarta : Mitra Wacana
pemilik usaha untuk menentukan Media
kebijaksanaan. Bustami, Bastian.,& Nurlela. (2007).
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti Akuntansi Biaya : Teori dan
memeberi saran sebagai berikut : Aplikasi. Jakarta : Graha Ilmu
Pertama,Sebaiknya dalam penentuan harga Carter, Usry, 2004. Cost Accounting
pokok produksi pemilik usaha menghitung Akuntansi Biaya. Edisi 13, Buku
seluruh biaya yang telah dikeluarkan untuk Diterjemahkan oleh Krista SE.,Ak,
memproduksi martabak mesir seperti biaya Jakarta : Salemba empat
overhead pabrik (penyusutan) dan biaya Carter, Usry,2006. Cost Accounting-
overhead variabel ( biaya gas elpiji, listrik, Akuntansi Biaya. Edisi 13,
dan air galon). buku 1 Diterjemahkan oleh Krista
Kedua, Sebaiknya pemilik usaha SE.,Ak
melakukan perhitungan harga pokok Carter, William K dan Milton F. Usry. 2004.
produksi per porsi martabak mesir dengan Akuntasi Biaya, Penerjemah :
membuat laporan biaya-biaya yang ada Krista, Buku 1, Edisi Ketiga Belas,
dalam harga pokok produksi. Sehingga Salemba Empat, Jakarta.

11
Darsono Prawironegoro dan Ari Purwanti.
Akuntansi Manajemen. Edisi ke-2.
Penerbit : Mitra Wacana Media.
Jakarta, 2008.
Henry Simamora. 2002. Akuntansi
Manajemen. Jakarta: Salemba
Empat
Hansen & Mowen.2001. Manajemen Biaya,
Edisi bahasa Indonesia ,Buku
Dua, Edisi Pertama . Jakarta :
Salemba empat.
Harmanto, 2003. Manajemen Pemasaran
Modern. Yokyakarta : Liberty
Mangara,Irwan, 2009. Modul Manajemen
Usaha Kecil dan
Menengah.Universitas
Mercubuana, Yogyakarta.
Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya Edisi
5 . Yogyakarta : Aditya Media.
2003.Sistem Akuntansi . Jakarta :
Salemba Empat.
2005 . Akuntansi Biaya, edisi ke-
6. Yogyakarta: STIE YKPN
Murpi, Solehuddin. Business Plan Praktis
dan Dasyat Untuk UMKM.
Jakarta: Persada,2009
Rudjito ,2009 Akuntansi Biaya,
Yokyakarta:UPP STIM YKPN.
Sunarto, 2003. Akuntansi Biaya .Yokyakarta
Tjiptono, Fandy. Pemasaran Jasa. Malang:
Penerbit Bayu Media Publishing,
2008
Wijaksono, Armanto. Akuntansi Biaya.
Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006

12

Anda mungkin juga menyukai