OLEH KELOMPOK 6 :
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Pajak mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan bernegara,
khususnya didalam pembangunan karena pajak merupakan sumber penghasilan
negara untuk membiayai semua pengeluaran, termasuk pengeluaran pembangunan.
Sistem pemungutan pajak di indonesia adalah Self Assessment System yang berarti
wajib pajak diberikan kepercayaan untuk memperhitungkan, menyetorkan, dan
melaporkan sendiri atas pajak yang terhutang terhadap negara. Disamping cara Self
Assessment System terdapat cara lain yaitu sistem pemotongan (withholding
system). Withholding System merupakan cara yang paling mudah yang dilakukan
pemerintah untuk memungut pajak, yaitu dengan cara mewajibkan wajib pajak
untuk melakukan pungutan dan pemungutan pajaknya oleh pihak lain. Dengan cara
ini maka pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk memungut
pajak.
Dalam pemungutan pajak subjek dan objek pajak harus jelas. Oleh karena itu
harus dikelola dengan baik dan benar sehingga data wajib pajak sesuai. Selain itu,
tarif pajak harus ditentukan berdasarkan ketentuan yang berlaku saat itu. Dengan
demikian para wajib pajak dapat rutin dan patuh membayar pajak. Subjek pajak
adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi syarat-syarat
subjektif, yaitu bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia. Subjek pajak
baru menjadi wajib pajak bila telah memenuhi syarat-syarat obyektif. Objek pajak
adalah apa yang dikenakan pajak. Mengingat penting dan strategisnya objek pajak
karena menyangkut apa yang dikenakan atau tidak dikenakannya pajak atas objek
dimaksud, sehingga dalam UU perpajakan kita selalu dengan tegas dinyatakan apa
yang menjadi objek setiap jenis pajak.
1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui maksud subjek dan bagian bagian subjek pajak.
2. Agar mengetahui apa saja yang ada di objek pajak.
3
BAB II
ISI
1. Orang pribadi
Kedudukan orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal di
indonesia maupun luar indonesia.
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak
Dalam hal ini warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan
subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.
3. Badan
4
Badan yang sebagai objek pajak meliputi badan usaha ataupun non usaha.
badan sebagai subjek tidak semata mata yang bergerak dalam usaha mencari
keuntungan namun juga bergerak di bidang social,kemasyarakatan dan
sebagainya, sepanjang pendiriannya dikukuhkan dengan akta pendirian oleh
yang berwenang. Badan sebagai subjek pajak yakni: Perseroan terbatas,
perseroan komanditer, BUMN atau BUMD dengan nama dan bentuk apapun,
persekutuan, perseroan atau perkumpulan, firma, kongsi, perkumpulan
koperasi, Yayasan, Lembaga, dana pension,bentuk usaha tetap dan bentuk
usaha lainnya.
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh
orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha di Indonesia, dapat berupa:
5
o. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggungresikodi Indonesia
p. Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa,
atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan
kegiatan usaha melalui internet.
6
dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan
dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Perbedaan yang penting antara Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak
Luar Negeri terletak dalam pemenuhan kewajiban pajaknya, antara lain :
a. Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak atas penghasilan baik yang
diterima atau diperoleh dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak hanya atas penghasilan
yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia.
b. Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan neto
dengan tarif umum, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak
berdasarkan penghasilan bruto dengan tarif pajak sepadan.
c. Wajib Pajak dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan sebagai sarana untuk menetapkan pajak yang
terutang dalam suatu tahun pajak, sedangkan Wajib Pajak luar negeri tidak
wajib memberitahukan Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan karena
kewajiban pajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat
final.
7
pekerjaannya tersebut serta Negara bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik
c. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat :
Indonesia menjasi anggota organisasi tersebut
Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.
8
Bagi subjek pajak badan yang didirikan atau bertempat kedudukan
di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada
saat badan tersebut didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
Bagi subjek pajak badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan di Indonesia, maka kewajiban pajak
subjektifnya mulai pada saat badan tersebut menerima atau
memperoleh penghasilan di Indonesia.
c. Subjek pajak warisan yang belum terbagi
Untuk warisan yang belum terbagi, maka kewajiban pajak subjektifnya
dimulai pada saat timbulnya warisan, yaitu pada saat pewaris meninggal
dunia. Warisan yang belum terbagi baru menjadi wajib pajak apabila
warisan tersebut mengeluarkan penghasilan. Mengenai siapa yang
bertanggungjawab atas pajak penghasilan warisan yang belum terbagi
tersebut, undang-undang tidak menentukan.
Menurut Rachmat Soemitro, yang bertanggung jawab adalah :
Pelaksana warisan (executor testamenter)
Salah seorang ahli waris (yang tidak menolak warisan)
Semua ahli waris dari orang-orang lain yang mendapat bagian
dari warisan itu, bertanggung jawab secara renteng atas pajak
penghasilan.
9
bertempat tinggal di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya
berakhir pada saat orang tersebut tidak lagi menjalankan usaha atau
tidak melakukan kegiatan di Indonesia
Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir
pada saat orang tersebut tidak lagi menjalankan usahanya di
Indonesia
Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir
pada saat orang tersebut tidak lagi menerima atau memperoleh
penghasilan di Indonesia.
b. Subjek pajak badan
Bagi subjek pajak danan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya
berakhir pada saat badan tersebut dibubarkan atau tidak lagi
bertempat kedudukan di Indonesia
Bagi subjek badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan di Indonesia, maka kewajiban pajak
subjektifnya berakhir pada saaat badan tersebut tidak lagi
menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.
c. Subjek pajak warisan yang belum terbagi
Untuk warisan yang belum terbagi kewajiban pajak subjektifnya
berakhir pada saat warisan tersebut selesai dibagikan kepada para ahli
warisnya masing-masing, dan sejak saat itu pula beralih pemenuhan
kewajiban pajaknya kepada para ahli warisnya.
10
Subjek Pajak PPh pasal 21
Subyek Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah (PPN-
PPnBM)
Subyek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas
bumi dan/atau, memperoleh manfaat atas bumi dan /atau, memiliki atau menguasai
bangunan; dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.
11
Subyek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Subyek pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak
atas Tanah dan/atau Bangunan.
12
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan,
c. Laba usaha,
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta,
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak,
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen daari
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi,
h. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak,
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala,
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah,
l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing,
m. Karena penilaian kembali aktiva,
n. Premi asuransi,
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas,
p. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak,
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah,
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang
mengtur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan,
s. Surplus Bank Indonesia.
13
Barang berwujud atau tidak berwujud yang diserahkan
merupakan barang kena pajak
Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean
Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
b. Impor barang kena pajak
c. Penyeraan barang kena pajak yang dilakuka di dalam daerah pabean
oleh pengusaha dalam syarat :
Jasa yang diserahkan merupakan jasa kena pajak
Penyerahan yang dilakukan harus di dalam daerah pabean
Penyerahan yang dilakukan harus dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
d. Pemanfaatan barang kena pajak tidak brwujud dari luar daerah pabean
di dalam daerah pabean
e. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean.
f. Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.
g. Objek PPN sesuai dengan pasal 16 c UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana
telaha diuah terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, kegiatan
membangun sendiri yang dilakukan tidak di dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaannya, oleh orang pribadi atau badan, baik yang
hasilnya akan digunakan sendiri atau pihak lain.
h. Objek PPN berdasar pasal 16 D UU No. 8 tahun 1984 yang
sebagaimana telah diubah terakhir degan UU No. 18 tahun 2000 yaitu,
penyerahan aktiva oleh pengusaha kena pajak yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan sepanjang PPN yang dibayar pada
saat perolehannya dapat dikreditkan.
14
a. Penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah yang dilakukan
oleh penguasaha yang mengasilkan barang kena pajak yang tergolong
mewah tersebut di dalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
b. Impor barang yang kena pajak yang tergolong mewah.
15
5. Objek pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan, yang meliputi :
a. Pemindahan hak karena : Jual beli, tukar menukar, hibah, hibah wasiat,
waris, pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya,
pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan, penunjukan pembeli
dalam lelang, pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan
hukum tetap, penggabungan usaha, peleburan usaha, pemekaran usaha,
hadiah.
b. Pemberian hak baru karena : kelanjutan pelepasan hak dan di luar
pelepasan hak.
Adapun yang dimaksud hak atas tanah diantaranya adalah : hak milik, hak
guna usaha, hak guna bangunan,hak pakai, hak milik atas satuan rumah
susun, hak pengelolaan.
16
f. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka
pengadilan, yaitu surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan,
dan surat-surat yang semula tidak dikenakan bea materai berdasarkan
tujuannnya jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang
lain, lain dari maksud semula.
Sedangkan yang tidak dikenakan Bea Materai adalah dokumen yang berupa:
a. Surat penyimpanan barang
b. Konosemen
c. Surat angkutan penumpang dan barang
d. Keterangan pemindahan
e. Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang
f. Surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengiriman
g. Segala bentuk ijazah
h. Tanda terima gaji, uang tunggu, pension, uang tunjangan, dan
pembayaran lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja
serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan pembayaran
tersebut.
sedarah dalam garis keturunan sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan
menteri keuangan.
2. Warisan
17
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai
diterima atau diproleh dalam bentuk natura atau kenikmatan wajib pajak
atau pemerintah.
BUMN atau BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha yang
berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak adalah kewajiban penduduk negara untuk dapat menetap serta berusaha
dalam negara itu dan memperoleh perlindungan. Jadi penduduk negara berhak
untuk memperoleh perlindungan (hukum dan sosial ekonomi). Untuk itu penduduk
negara berkewajiban membayar pajak kepada negara.
Subjek pajak adalah pihak-pihak (orang maupun badan) yang akan dikenakan
pajak, sedangkan objek pajak adalah segala sesuatu yang yang akan dikenakan
pajak. Wajib pajak adalah subjek pajak yang telah memenuhi syarat-syarat objektif
sehingga kepadanya diwajibkan pajak.
3.2 Saran
Penghasilan negara terbesar adalah dari pajak. Pajak memiliki perana penting
dalam pembangunan suatu negara khususnya Indonesia. Oleh karena itu,
pengelolaan pajak harus dikelola dengan baik dan benar agar manfaatnya dapat
dirasakan oleh rakyat. Selain itu juga para wajib pajak harus rutin dalam membayar
pajak demi tercapainya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi bangsa
Indonesia.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://kelompok6hukumpajak.blogspot.com/2013/07/makalah-subjek-dan-
objek-pajak.html
http://rumahmakalalah.blogspot.com/2016/05/subjek-dan-objek-pajak.html
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2008/36tahun2008uu.htm
20