Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Tax Evasion dan Pengaruhnya Terhadap Program Pemerintah”

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Perpajakan II

Dosen Pengampu: Dadang Suhendar, S.E., M.Si

Disusun Oleh:

Kelompok 2

1. Alya Wijayani (20210610120)


2. Dinny Zhafira Afriyanti (20210610140)
3. Dwi Aditiya Darmawan (20210610045)
4. Ela (20210610100)
5. Ipay Paidah (20210610019)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KUNINGAN

Jl. Cut Nyak Dien No. 36A, Cijoho Ke. Kuningan Kab. Kuningan, Jawa Barat
45513
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kuningan, 05 Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Pengertian Tax Evasion ............................................................................ 3
2.2 Ketentuan Hukum ..................................................................................... 3
2.3 Pengaruh Terhadap Program Pemerintah ................................................. 4
2.4 Contoh Kasus ........................................................................................... 6
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 9
3.1 Simpulan ................................................................................................... 9
3.2 Saran ......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakikatnya setiap warga negara memiliki kewajiban
perpajakan yang harus dipenuhi sesuai dengan kondisi yang dimilikinya
berdasarkan undang-undang yang berlaku. Meskipun sudah ada undang-
undang dan peraturan tersebut, tidak sedikit wajib pajak yang masih
melakukan kesalahan dalam perhitungan dan pembayaran pajak. Kesalahan
tersebut terdapat 2 (dua) kemungkinan yang terjadi, yaitu adanya faktor
ketidaksengajaan dan kesengajaan yang dilakukan wajib pajak. Faktor
ketidak sengajaan dikarenakan kurangnya pemahaman cara-cara
menghitung, melaporkan dan menyetorkan kewajiban pajaknya.
Sedangkan faktor kesengajaan dikarenakan wajib pajak bermaksud
untuk mengurangi pembayaran pajak atau bahkan menghindari kewajiban
pajak. Faktor kesengajaan tersebut terjadi karena adanya peluang atau celah
yang bisa dimanfaatkan. Sama seperti halnya untuk semua peraturan yang
ada, peraturan perpajakan yang dibuat baik oleh pemerintah dan Lembaga
legislatif atau pemerintah sendiri tidak terlepas dari adanya celah
(loopholes). Celah peraturan tersebut dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan tertentu setelah wajib pajak memahami peraturan perpajakan
secara komprehensif (Budi, 2013). Santoso & Rahayu (2013) menyatakan
dari sisi ketentuan perundang-undangan perpajakan, apabila pemanfaatan
tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan pajak melalui
tindak manipulasi illegal, hal inilah disebut penggelapan pajak (tax
evasion).
Penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan, biasanya
melalui kebijakan yang diambil oleh pimpinan perusahaan sebagai
pengambil keputusan bukanlah tanpa sengaja. Praktik penghindaran pajak
juga bahkan sudah terjadi secara global dengan tujuan mendapatkan atau

1
meningkatkan profit. Mengutip pernyataan Kepala Sub-Direktorat
Transaksi Khusus Direktorat Jenderal Pajak, Imanul Hakim melalui
(Sugiharto, 2014) menyatakan bahwa terdapat empat sektor industri di
Indonesia yang ditengarai rawan melakukan penghindaran pajak lewat
transfer pricing Keempat sektor itu adalah pertambangan, perkebunan,
elektronik dan otomotif. Terkait dalam pernyataan tersebut PT. PIS, PT.
GIPE, dan PT. DPM adalah perusahaan di sektor pertambangan dalam hal
ini disektor bahan bakar minyak yang telah melakukan penggelapan pajak
lewat transfer pricing tax evasion.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu tax evasion?
2. Bagaimana ketentuan hukum tax evasion?
3. Apa pengaruh tax evasion terhadap program pemerintah?
4. Bagaimana kasus mengenai tax evasion yang pernah terjadi di
Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu tax evasion
2. Untuk mengetahui ketentuan hukum tax evasion
3. Untuk mengetahui pengaruh tax evasion terhadap program pemerintah
4. Untuk mengetahui bagaimana penanganan kasus tax evasion yang
terjadi di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tax Evasion
Tax evasion mengacu pada tindakan yang tidak benar, yang mana
hal ini dilakukan oleh wajib pajak mengenai kewajibannya dalam
perpajakan. Menurut Mardiasmo (2009) mendefinisikan penggelapan pajak
sebagai usaha yang dilakukan oleh wajib pajak untuk meringankan beban
pajak dengan cara melanggar undang-undang. Dari pengertian yang
diberikan oleh Mardiasmo, maka penggelapan pajak dilakukan dengan cara
yang illegal atau melanggar Undang-Undang Perpajakan (UUP).
Penggelapan pajak ini dilakukan dengan cara mengabaikan
ketentuan formal perpajakan, memalsukan dokumen, atau mengisi data
dengan tidak lengkap dan tidak benar. Yang mana artinya wajib pajak tidak
melaporkan keadaan sebenarnya dari usahanya. Hal ini dapat terjadi bila
system pemungutan pajak yang dipakai adalah self assessment system, yaitu
wajib pajak mempunyai wewenang dalam menentukan sendiri pajak
terutangnya.

2.2 Ketentuan Hukum


Kecurangan yang dilakukan oleh wajib pajak dengan menggelapkan
atau tidak melaporkan keadaan sebenarnya dari usahanya dapat dikenai
sanksi. Yang menjadi indikator wajib pajak melakukan penggelapan pajak
menurut Pasal 38 Undang-Undang KUHP yang berbunyi,
Setiap orang yang karena kealpaannya:
1. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
2. Menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau
tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan
perbuatan tersebut merupakan tindakan setelah perbuatan yang
pertama kali sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 13A, didenda

3
paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling
singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.

Tindakan-tindakan yang menjadi indikator seorang wajib pajak


melakukan penggelapan pajak terinci dalam Pasal 39 ayat 1, seperti
tidak mendaftarkan diri untuk NPWP atau tidak melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan, menyalahgunakan NPWP, menyampaikan dokumen
atau pembukuan atau surat pemberitahuan yang isinya adalah tidak
benar atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya,
memalsukan dokumen atau isi yang dapat mengurangi pendapatan
usaha, dan lain sebagainya.

2.3 Pengaruh Terhadap Program Pemerintah


Pemerintah memberlakukan self assessment system yang
memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada wajib pajak untuk
menghitung, menyetor dan melaporkan kewajiban perpajakannya
mengharuskan fiskus untuk menitik beratkan tugas-tugas pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan dari wajib pajak
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakanHal tersebut
dikarenakan saat ini pajak masih dipandang beban bagi sebagian besar
masyarakat. Hal ini dilihat dengan adanya ketentuan-ketentuan dan
peraturan-peraturan yang bersifat memaksa. Para wajib pajak akhirnya mau
tidak mau harus membayar pajak. Dengan adanya sifat pemaksaan tersebut
membuat wajib pajak berusaha untuk meminimalisir pembayaran pajaknya,
baik secara ketentuan maupun yang melanggar ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Undang-undang.
Tapi dengan adanya sistem tersebut banyak masyarakat melakukan
pelanggaran dalam perpajakan (Tax Evasion) dimana mereka akan
melakukan skema penggelapan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak

4
untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan, bahkan beberapa
wajib pajak sama sekali tidak membayar pajak terutang yang harus
dibayarkan melalui cara-cara yang ilegal bahkan Wajib Pajak tidak
melaporkan sebagaian atau seluruh penghasilannya dalam SPT atau
membebankan biaya-biaya yang tidak seharusnya dijadikan pengurang
penghasilan untuk tujuan meminimalkan beban pajak. Jelas, tindakan
illegal ini sangat merugikan negara. Upaya tersebut timbul disebabkan
masih rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat selaku wajib pajak
kepada pemerintah dan masih rendahnya pula kesadaran dan kepatuhan
wajib pajak, pajak dianggap suatu biaya yang harus dibayar. Banyak WP
pribadi maupun WP badan yang menganggap pajak adalah suatu momok
yang menakutkan yang harus dihindari. Untuk menghindari hal tersebut
banyak WP yang menghalalkan segala cara agar. pajak yang akan
dibayarkan tidak banyak. Dan salah satunya adalah melakukan dengan cara
tax evasion. Penggelapan pajak atau tax evasion sangat banyak caranya,
yang pada intinya adalah bagaimana menghindari pembayaran pajak dengan
perencanaan pajak sehingga memungkinkan melakukan transaksi yang
tidak akan terkena pajak.
Menurut Wallschutzky dalam Nurmantu (2004) sebab-sebab WP
melakukan tax evasion adalah:
1. WP berpersepsi tentang:
a. Tarif pajak terlalu tinggi
b. Sistem keadilan dan kejujuran dalam perpajakan yang kurang
c. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam membelanjakan uang dari
pembayaran pajak oleh Wajib Pajak
2. Kecenderungan individu yang kurang memahami aturan dan hukum
yang berlaku
3. Perilaku individu yang dipengaruhi oleh kelompok sehingga
mempengaruhi individu tersebut melakukan tax evasion
4. Tax audit, pelaporan informasi dan potongan dalam pajak
5. Administrasi pajak yang kurang dimengerti oleh tax payer

5
6. Praktisi pajak
7. Kemungkinan ketahuan dan penegakan hukum yang kurang dari
pemerintah
8. Servis dari Wajib Pajak yang kurang dinikmati.
Dengan adanya praktik tax evasion tersebut memberikan dampak
terhadap pendapatan negara dimana penyetoran dana pajak ke kas negara
berkurang, atau bahkan tidak ada dana pajak yang masuk ke kas negara
sehingga negara bisa mengalami kerugian. Untuk itu agar tax evasion ini
berkurang hendaknya pemerintah memberlakukan program-program seperti
:
1. Pemerintah bekerja sama dengan petugas ahli dibidang
perpajakan untuk melakukan Pemeriksaan Pajak (Tax Audit)
2. Pemerintah atau Fiskus harus bisa memberikan informasi
mengenai perpajakan, dengan cara melakukan dialog saling
tukar pandangan antara wajib pajak dengan fiskus sehingga
wajib pajak bisa menambah pengetahuannya mengenai
kewajiban yang harus ia penuhi.
3. Pemerintah harus lebih memperketat penegakan hukum pajak
(Tax Law Enforcement), dengan menerapkan prinsip keadilan
tanpa memandang siapa yang melanggar sehingga para wajib
pajak bisa lebih patuh dan menghindari Tindakan illegal seperti
tax evasion ini.

2.4 Contoh Kasus


1. PT PIS
PT PIS adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang
perdagangan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar bersubsidi yang
terdaftar sebagai perusahaan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Jambi.
Pada tahun 2018 PT PIS ini tersandung kasus dugaan penggelapan
pajak yang melibatkan Direktur PT PIS berinisial AV (43). Direktur

6
perusahaan tersebut atau AV itu menyampaikan laporan dan
pemberitahuan pajak yang isinya diduga tidak benar. Pelaporan tersebut
ternyata tidak lengkap atas SPT masa PPN dari Mei 2018 hingga
Desember 2018.
Sehingga pada kamis 21 Januari 2021 hasil pemeriksaan DJP dan
Polda Jambi, ternyata AV ini dalam melaporkan pajak menggunakan
faktur pajak yang tidak sesuai dengan transaksi. Sehingga menurut
penyidik perbuatan tersebut menyebabkan kerugian pada pendapatan
negara, sekurang-kurangnya sebesar RP 2,5 miliar.
Dari kasus tersebut tersangka melanggar pasal 39 ayat 1 huruf d
“menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya
tidak benar atau tidak lengkap” dan pasal 39 A huruf a “menerbitkan
dan/atau menggunakan faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti
pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak yang tidak berdasarkan
transaksi yang sebenarnya” Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Karena AV melanggar 2 Pasal UU Perpajakan maka AV bisa dikenakan
hukuman :
a. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan
paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling
banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar.
b. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 6 (enam) tahun serta denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti
pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak dan paling banyak
6 (enam) kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan
pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak.

7
2. PT GIPE dan PT DPM
Pada tanggal 5 Oktober 2022 pria berinisial D ditetapkan sebagai
tersangka penggelapan pajak atas transaksi BBM bersubsidi setelah
dilakukan penyidikan oleh Ditjen Pajak. D melakukan perbuatan pidana
tersebut saat menjabat sebagai Kepala Cabang PT GIPE dan sebagai
pengendali PT DPM Palembang.
Penggelapan pajak dilakukan sejak Januari 2017 hingga Desember
2018 melalui PT GIPE dan PT DPM. Penggelapan yang dilakukannya
adalah dengan modus penggunaan faktur pajak yang tidak berdasakan
transaksi sebenarnya. Sehingga akibat dari perbuatannya itu, 4 tangki
BBM disita sebagai bukti dan ternyata perbuatannya itu menyebabkan
kerugian negara hingga Rp 24,4 miliar.
Untuk itu tersangka D dijerat pasal 39A huruf A jo. Pasal 43 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 6/1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, sebagimana terakhir diubah dengan UU 7/2021
tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan. Dia dapat diancam pidana
penjara paling singkat dua tahun hingga paling lama enam tahun. D pun
dapat dedenda minimal dua kali hingga enam kali jumlah pajak dalam
faktur pajak. Namun, sesuai ketentuan pasal 44B UU KUP tersangka
masih berkesempatan untuk menggunakan haknya agar penyidikan
dapat dihentikan dengan cara melunasi kerugian pada pendapatan
negara beserta sanksi.

8
BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pembahasan tadi dapat disimpulkan bahwa tax evasion sendiri
merupakan suatu pelanggaran dalam perpajakan dalam melakukan skema
penggelapan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak untuk mengurangi
jumlah pajak yang harus dibayarkan, bahkan beberapa wajib pajak sama
sekali tidak membayar pajak terutang yang harus dibayarkan melalui cara-
cara yang ilegal. Tax evasion merupakan usaha-usaha kecil untuk
memperkecil jumlah pajak yang terutang atau dengan kata lain menggeser
beban pajak yang terutang dengan melanggar ketentuan-ketentuan pajak
yang berlaku. karena kurangnya kepercayaan Wajib Pajak terhadap fiskus
meskipun mereka mengetahui manfaat yang dapat diperoleh dengan
menyisihkan sebagian penghasilan mereka untuk negara sehingga dapat
memberikan pengaruh positif pada penerimaan pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak. Tapi para wp memerlukan kesadaran dari aparat
perpajakan untuk memberikan sistem keadilan dan kejujuran dalam
administrasi dan pelayanan pajak, Agar tidak terjadi lagi tax Evasion

3.2 Saran
Para aparat perpajakan Harus bisa meyakinkan kepada wp bahwa
membayar pajak itu bukan lah momok yang menakutkan yang harus
dihindar.pemerintah juga dapat melakukan Pencegahan Tindakan Tax
Evasion dengan cara melakukan Penegakan Hukum Pajak Cara
pencegahan ini pada hakikatnya terkait dengan penegakan hukum pajak atau
serta tingginya tarif pajak, rasa keadilan yang tak terpenuhi dan
pemanfaatan dana pajak. Upaya-upaya Pemerintah di seluruh dunia untuk
mengurangi tax evasion sesungguhnya telah lama diadakan. Untuk
Indonesia, pada tahun 1972 melalui SGATAR (Study Group on Asian Tax
Administration and Research) telah disidangkan di Jakarta dengan salah

9
satu tema utama yaitu Some Aspects of Income Tax Avoidance or Evasion.
Selain itu, upaya untuk mengurangi penghindaran pajak lebih dini pada
tingkat yang lebih mengglobal telah diadakan oleh IFA pada tahun 1980 di
Paris dengan tema yang lunak yakni The Dialogue between the Tax
Administration and the Taxpayer up to the Filing of the Tax Return.

Jadilah Wajib Pajak yang taat bayar pajak. Hindari segala bentuk
usaha pelanggaran pajak atau tax evasion dengan memenuhi kewajiban
perpajakan secara penuh. Untuk membantu memenuhi segala kewajiban
perpajakan Anda, coba layanan perpajakan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ika Puji Saputri, Islamiah Kamil. (2021). Praktik Penggelapan Pajak (Tax
Evasion) Dipengaruhi oleh Faktor Sistem Perpajakan, Keadilan Pajak,
Diskriminasi dan Deteksi Kecurangan (Studi Kasus pada RS Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan KIta dan RS Anak dan Bunda Harapan Kita).
Jurnal Perspektif Manajerial dan Kewirausahaan (JPMK), 151-153.

Kontributor Jambi, Jaka Hendra Baittri. (2021, Januari 21). Pengusaha yang
Diduga Gelapkan Pajak Rp 2,5 Miliar di Jambi Segera Diadili. Retrieved
from Kompas.com:
https://amp.kompas.com/regional/read/2021/01/21/21400311/pengusaha-
yang-diduga-gelapkan-pajak-rp-25-miliar-di-jambi-segera-diadili

Maulida, R. (2022, November 18). Mengenal Tax Evasion, Contoh, hingga


Sanksinya. Retrieved from Online Pajak: https://www.online-
pajak.com/mengenal-tax-evasion-contoh-hingga-sanksinya

Prabandaru, A. (2018, Desember). Ini Alasan Penting Anda Wajib Menghindari


Tax Evasion. Retrieved from klikpajak.id:
https://klikpajak.id/blog/hindari-upaya-tax-evasion/

Pratama, W. P. (2022, Oktober 5). Penggelapan Pajak Transaksi BBM, DJP:


Kerugian Negara Rp 24,4 Miliar. Retrieved from Bisnis.com:
https://ekonomi.bisnis.com/read/20221005/259/1584423/penggelapan-
pajak-transaksi-bbm-djp-kerugian-negara-rp244-miliar

11

Anda mungkin juga menyukai