Anda di halaman 1dari 3

Bab 9 Etika Dalam Perpajakan

Etika merupakan prinsip moral yang memberikan pegangan bagi tingkah laku seseorang.
Etika merupakan sebuah nilai luhur yang wajib dimiliki oleh setiap individu. Shiekh Sajjad
Hassan (2010) pernah mengungkapkan bahwa salah satu penyebab masyarakat mengelak
membayar pajak ialah kurangnya etika sosial masyarakat. Kurangnya etika berpengaruh pada
kepatuhan pajak dan persepsi bahwa kewajiban membayar pajak sulit untuk dipenuhi.
Tanggung jawab utama praktisi pajak adalah sistem pajak. Suatu sistem pajak yang baik
terdiri dari entitas administrasi pajak, kongres, administrasi dan komunitas praktisi atas
sistem pajak yang baik.
Etika Akuntan Pajak yakni Statement on Responbility in Tax Practice (SRTP). Adapun isinya
sebagai berikut:
1. STRP no 1, Posisi Pengembalian Pajak
Statemen ini menetapkan standar masa depan yang bisa diterapkan untuk anggota
ketika merekomendasikan tinggkat pengembalian pajak dan menyiapkan atau
menandatangani surat pembayaran pajak yang disimpan dengan mengenakan pajak
otoritas. Karena tujuan standar ini, (a) mencerminkan tingkat pengembalian pajak
seperti yang wajib pajak telah membicarakannya dengan anggota atau (b) anggota
memiliki pengetahuan semua fakta yang bersifat material dan atas dasar itu telah
menyimpulkan apakah posisinya telah sesuai.

2. STRP no 2, Jawaban Pertanyaan Atas Pengembalian


Statemen ini menetapkan standar yang bisa diterapkan untuk anggota ketika
menandatangani suatu pajak kembalian jika mempertanyakan kelebihan pajak
kembalian. Pernyataan: suatu anggota perlu membuat suatu usaha yang layak untuk
memperoleh informasi dari wajib pajak yang diperlukan untuk menyediakan jawaban
sesuai dengan semua pertanyaan atas suatu pajak kembalian sebelum ditandatangani.

3. STRP no 3, Aspek Prosedur Tertentu Dalam Menyiapkan Pengembalian


Dalam menyiapkan atau menandatangani suatu pajak kembalian, anggota dengan
jujur boleh mempercayakan, tanpa verifikasi, atas informasi yang diberikan oleh
wajik pajak atau dengan pihak ketiga. Bagaimanapun, suatu anggota tidak
mengabaikan tentang implikasi yang melengkapi informasi tersebut dan perlu
membuat pemeriksaan yang layak jika informasi Nampak seperti ada kesalahan, tidak
sempurna, atau plin-plan di bagian depannya atau dasar lain fakta tidak diketahui
anggota. Jika hukum perpajakan memaksakan suatu kondisi seperti pemeliharaan
buku dan arsip atau memperkuat dokumentasi wajib pajak untuk mendukung
pengurangan yang dilaporkan ke kantor pajak, suatu anggota perlu membaut
pemeriksaan yang sesuai untuk menentukan kondisi yang dijumpai untuk memberi
kepuasan pada wajib pajak.

4. STRP no 4, Penggunaan Estimasi


Suatu anggota boleh menggunakan taxpayer’s untuk menaksir persiapan suatu pajak
kembalian jika itu bukan praktis untuk memperoleh data tepat dan jika anggota
mennetukan bahwa perkiraan yang layak adalah didasarkan pada keadaan dan fakta
saat itu yang diperlihatkan pada anggota. Jika taxpayer’s digunakan, mereka harus
diperlihatkan dengan suatu cara yang tidak menyiratkan ketelitian lebih besar
dibanding yang ada
5. STRP no 5, Keberangkatan Dari Suatu Posisi Yang Sebelumnya Disampaikan Di
Dalam Suatu Kelanjutan Administrasi Atau Keputusan Pengadilan.
Ketika disiapkan dalam bentuk STRP no 1, pajak kembalian diposisikan, anggota
boleh merekomendasikan sebuah pajak kembalian untuk memposisikan pajak
kembalian yang memerlukan pemeriksaan dari suatu item untuk suatu kelanjutan
administratif.

6. STRP no 6, Pengetahuan Kesalahan: Persiapan Kembalian


Suatu anggota perlu menginformasikan pada wajib pajak dengan segera atas
kesalahan di dalam suatu pajak pengembalian. Anggota peril merekomendasikan
ukuran yang diambil untuk melakukan koreksi, seperti rekomendasi yang diberi
dengan lisan. Anggota tidak diwajibkan untuk menginformasikan untuk mengenakan
pajak otoritas, dan anggota tidak boleh melakukan tanpa ijin taxpayer’s, kecuali jika
diperlukan. Jika anggota diminta untuk kemblian tahun sekarang dan wajib pajak
belum mengambil tindakan yang seusai untuk mengoreksi suatu kesalahan dalam
tahun kembalian, anggota perlu mempertimbangkan apakah untuk menarik dari
menyiapkan kembalian dan apakah suatu professional melanjutkan hubungan
ketenagakerjaan dengan wajib pajak itu. Jika anggota menyiapkan, seperti itu,
anggota perlu mengambil langkah banyak utnuk memastikan bahwa kesalahan itu
tidak diulangi.

7. STRP no 7, Pengetahuan Kesalahan: Cara Kerja Administrasi


Jika anggota mewakili suatu wajib pajak dalam administratifnya yang berisi
kesalahan, maka anggota perlu menginformasikan pada wajib wajak. Anggota perlu
merekomendasikan ukuran yang akan diambil untuk mengoreksinya, yang dapat
diberikan secara lisan. Anggota perlu meminta persetujuan tax payer’s untuk
menyingkapkan kesalahan pada pajak authority.

8. STRP no 8, Format dan Isi Nasihat Pada Klien


Anggota tidak diperlukan mengikuti standar petuntuk dalam berkomunikasi lisan atau
tertulis dalam memberi petunjuk pada wajib pajak. Anggota perlu berasumsi bahwa
petunjuk pajak yang disajikan pada wajib pajak akan mempengaruhi cara di berbagai
transaksi yang dipertimbangkan. Oleh karena itu, semua petunjuk pajak diberikan
pada wajib pajak, anggota perlu mengikuti aturan baku dalam STRP no 1. Jka anggota
sedang membantu wajib pajak dalam menerapkan prosedur yang berhubungan dengan
petunjuk menyajikan dengan persetujuan yang spesifik.
Kode Etik Konsultan Pajak – Teman Profesi
Konsultan Pajak Indonesia Dilarang:
1. Menarik pelanggan dari konsultan pajak lain
2. Membujuk karyawan konsultan pajak lain untuk menjadi karyawannya
3. Menerima pelanggan pindahan dari konsultan pajak lain tanpak memberitahukan
koonsultan pajak sebelumnya.
Konsultan Pajak Indonesia Wajib:
1. Menjungjung tinggi integritas
2. Bersikap professional
3. Menjaga kerahasaiaan dalam hubungan dengan wajib pajak
Konsultan Pajak Indonesia dilarang:
1. Memberi petunjuk yang menyesatkan wajib pajak mengenai pekerjaan yang sedang
dilakukan
2. Memberi jaminan pada wajib pajak bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan
instansi perpajakan dapat diselesaikan
3. Menetapkan syarat syarat yang membatasi kebebasan wajib pajak untuk pindah
konsultan pajak
4. Menerima stiap ajakan dari pihak manapun untuk melakukan tindakan yang
melanggar undang – undang perpajakan
Dilema Etika:
1. Penghasilan Maksimum / solusi terbaik
2. Pendekatan Optimal / Budget klien
3. Profesional / kepentingan klien
4. Kebutuhan klien / kebutuhan organisasi
5. Kerahasiaan / kebutuhan organisasi
6. Kedekatan / membuat jarak
7. Pengetahuan penuh / pengetahuan tidak lengkap

Bab 10 Etika Dalam Kantor Akuntan Publik

Anda mungkin juga menyukai