TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Mata Kuliah Perencanaan
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
CIMAHI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Tabel 1.1
Peneliti Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Yaumil Implementasi Tax PT Pelni secara formal belum
Furqani Anzar Planning PPh 21 melakukan Tax Planning sehingga
(2014) dalam Upaya peneliti mencoba menerapkan tax
Meningkatkan planning PPh21 dengan melihat
efisiensi perusahaan beberapa komponen gaji pegawai.
pada PT Pelni Perusahaan juga menerapkan kebijakan
Cabang Parepare. akuntansi antara lain dengan
memaksimalkan biaya-biaya fiscal
serta juga meminimalkan biaya yang
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
tidak diperkenankan sebagai
pengurang.
2. Sholikhah, Analisis Penerapan Penerapan metode gross up dalam
Azulkirom Metode Gross Up perhitungan pajak penghasilan pasal 21
dan Azizah Dalam Perhitungan pegawai tetap sebagai upaya
(2015) Pajak Penghasilan perencanaan pajak belum
Pasal 21 Pegawai memnunjukkan minimalisasi hutang
Tetap Sebagai pajak.
Upaya Perencanaan
Pajak
Perencanaan Pajak
Pajak
Penghasilan Badan
REKOMENDASI
Gambar 1
Skema Kerangka Pemikiran
1.6 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian dan pengumpulan data dilakukan di Koperasi Simpan Pinjam
yang bertempat di Jalan Stadion Sangkuriang No. 110 Cimahi, Jawa Barat. Adapun
waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai pada bulan Oktober sampai dengan
selesai.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Uraian Teoritas
2.1.1 Perpajakan
2.1.1.1 Pengertian Perpajakan
Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Negara bagi kemakmuran rakyat sebesar-besarnya (UU No. 16 Tahun 2009).
Definisi Pajak Penghasilan Pasal 21 Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak
atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,
jasa, dan kegiatan yang dilakukan orang pribadi (Mardiasmo, 2009:162). Umumnya
pajak dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang hasilnya digunakan untuk
pembiayaan pengeluaran umum pemerintah yang balas jasanya tidak langsung
dirasakan oleh rakyat. Dari Pengertian Pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pajak memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya.
2. Sifatnya dapat dipaksakan. Hal ini berarti pelanggaran atas aturan
perpajakan akan berakibat adanya sanksi.
3. Tidak ada kontra prestasi atau jasa timbal dari negara yang dapat dirasakan
langsung oleh pembayar pajak.
4. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik pusat maupun daerah (tidak
boleh dilakukan oleh swasta yang orientasinya adalah keuntungan)
5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah
(rutin dan pembangunan) bagi kepentingan umum.
2.1.1.2 Wajib Pajak dan Kewajibannya
2.1.1.2.1 Wajib Pajak
Sumber : http://perpajakan-indo.bolgspot.co.id/2014/09/fgf.html?m=1
2. Tax Avoidance
Tax Avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan menghindari
pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan merupakan onjek pajak.
Misalnya, perusahaan yang masih mengalami kerugian, perlu merubah
tunjangan karyawan dalam bentuk uang menjadi bentuk pemberian natura
karena natura bukan merupakan objek PPh Pajak Pasal 21.
3. Menhindari pelanggaran atas Peraturan Perpajakan. Dengan menguasai
peraturan pajak yang berlaku, perusahaan dapat menghindari timbulnya sanks
perpajakan berupa sanksi administrai (denda, bunga, atau kenaikan ) dan
sanksi pidana ( Pidana atau kurungan ).
4. Menunda Pembayaran Kewajiban Wajib Pajak. Menunda pembayaran
kewajiban wajib pajak tanpa melangar peratura yag berlaku dapat dilakukan
melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan ini dilakukan dengan
menunda penerbitan faktur pajakkeluaran hingga batas waktu yang
diperkenankan, khususnya untuk penjualan kredit. Dalam hal ini, penjualan
dapat menerbitkan faktur pajak pada akhir bulan berikutnya setelah bulan
penyerahan barang.
5. Mengoptimalkan Kredit Pajak yang Diperkenankan. Wajib pajak sering
kurang memperoleh informasi tentang pembayaran pajak yang dapat
dikreditkan, yang merupakan pajak dibayar dimuka. Misalnya PPh Pasal 22
atas impor, PPh Pasal 23 atas penghasilan jasa atau sewa. Setelah mengetahui
dengan jelas tahapan-tahapan dalan membuat perencanaan pajak, kita dapat
secepatnya menyusun strategi untuk mengefisienkan beban pajak tentunya
yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Strategi tersebut menurut Suandy
(2006) dan Zain (2005) dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Memilih bentuk badan hukum yang paling sesuai dengan kebutuhan
dan jenis usaha.
b. Memilih lokasi berdirinya perusahaan dimana lokasi tersebut
hendaknya mendapatkan insentif atau fasilitas perpajakan dari
pemerintah.
c. Mengambil keuntungan yang maksimal dari pengecualian, potongan
atau pengurangan atas Penghasilan Kena Pajak yang diperbolehkan
oleh undang-undang.
d. Mengingat bahwa di Indonesia pembagian dividen antar corporate
(inter corporate dividend) tidak dikenaipajak, maka sebaiknya
perusahaan didirikan dalam satu jalur usaha (corporate company)
sehingga dapat menguntungkan masing-masing badan usaha.
e. Memisahkan profit center dan cost center didalam perusahaan.
f. Pemilihan metode pembukuan, cash basis atau accrual basis.
6. Penurunan PPh Pasal 25
a. Pengelolaan transaksi yang berkaitan dengan kesejahteraan karyawan.
Karena Indonesia termasuk negara yang cenderung sering mengalami
inflasi, maka metode penilaian persediaan yang disarankan
adalahmetode rata-rata (average). Metode ini akan menghasilkan beban
pokok penjualan (BPP) yang lebih tinggi dibandingkan metode
penilaian persediaan yang lain. BPP yang tinggi akan menurunkan laba
kotor sehingga penghasilan kena pajak juga ikut mengecil.
b. Selain pembelian langsung, perusahaan dapat mempertimbangkan
untuk memperoleh aktiva tetap melalui sewa guna usaha karena jangka
waktu leasing umumnya lebih pendek dari umur aktiva dan dapat
dibiayakan seluruhnya, sehingga aktiva tersebut dapat dibiayakan lebih
cepat daripada melalui penyusutan jika membeli secara langsung.
c. Memilih metode penyusutan dan amortisasi yang paling sesuai dan
menguntungkan bagi perusahaan.
d. Menghindari pengenaan pajak dengan mengarahkan pada transaksi
yang bukan objek pajak.
e. Mengoptimalkan jumlah kredit pajak yang diperbolehkan.
f. Pengelolaan transaksi yang berkaitan dengan dengan withholding tax.
g. Memberikan tunjangan PPh pasal 21 kepada karyawan dengan cara
gross up.
h. Menunda pembayaran kewajiban pajak sampai dengan mendekati
tanggal jatuh tempo.
i. Menghindari pemeriksaan pajak. Pemeriksaaan pajak biasa dilakukan
terhadap wajib pajak yang :
1) SPT lebih bayar
Menghindari lebih bayar dapat dilakukan dengan cara:
Mengajukan pengurangan pembayaran lumpsum (angsuran
masa) PPh pasal 25 ke KPP yang bersangkutan jika pada
tahun yang bersangkutan diperkirakan akan terjadi kelebihan
pembayaran pajak.
Mengajukan permohonan pembebasan pasal 22 impor jika
perusahaan melakukan impor.
2) SPT Rugi.
Tidak memasukkan atau terlambat memasukkan SPT.
Ada informasi pelanggaran. c. Memenuhi kriteria yang
ditetapkan Dirjen Pajak.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah descriptive comparative yang bertujuan untuk
menjelaskan perencanaan pajak yang dapat meminimalkan jumlah pajak
penghsilan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis sebagai
berikut:
1. Analisis Deskriptif, yaitu menjelaskan perencanaan pajak yang dapat
meminimalkan beban pajak dalam koperasi perusahaan.
2. Analisis komparatif, yaitu dengan membandingkan laba yang dihasilkan
sebelum dan setelah perencanaan pajak.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang
mengungkapkan gejala-gejala secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks
melalui pengumpulan data dan latar alami dengan memanfaatkan peneliti sebagai
instrument kunci.
4.2.1 Visi
4.2.2 Misi
Meningkatkan nilai SHU yang memuaskan Anggota.
Memberikan kontribusi kepada Mitra Usaha.
Menyajikan kompensasi & benefit yang mampu mensejahterakan Karyawan.
Peduli terhadap lingkungan dan pendidikan Masyarakat ekonomi kecil.
3. Persediaan
Persediaan disajikan setiap akhir periode dengan menggunakan metode perhitungan
fisik, sedangkan pembebanan ke harga pokok penjualan dilakukan saat pembayaran
hutang atas perolehan persediaan barang dagangan.
4. Biaya Dibayar Dimuka
Biaya dibayar dimuka dibebankan dalam laporan sisa hasil usaha sesuai masa
manfaat dari masing-masing biaya.
5. Aset Tetap
Aset tetap dicatat berdasarkan harga perolehannya dan disusutkan dengan
menggunakan metode saldo menurun untuk bangunan, mesin-mesin, kendaraan,
alat pengolah data dan inventaris kantor jangka waktu penyusutan aset tetap tidak
ditentukan tetapi disusutkan sampai saldo 0 (nol).
6. Aset Lain-Lain
Aset tetap tak berwujud yang merupakan Piutang Lain-Lain (Piutang Usaha yang
tidak bias diidentifaksi) diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus,
selama 10 tahun atau sebesar 10% per tahun.
7. Pendapatan dan Biaya
Pengakuan untuk semua jenis pendapatan dan beban dilakukan berdasarkan cash
basis dan accrual basis.
8. Imbalan Kerja
Berdasarkan PSAK 24 yang mengatur tentang akuntansi dan pengungkapan
imbalan kerja Koperasi belum mencadangkan atas biaya tersebut.
Namun Demikian, Koperasi tetap melakukan pembayaran (imbalan kerja) terkait
kewajiban kepada karyawan, yaitu :
- Jamsostek disetor ke PT. Jamsostek
- Askes disetor ke PT. Askes
9. Unit Simpan Pinjam
September 2007 dan November 2009, Koperasi melakukan kerjasama dengan Bank
Syariah Mandiri, dan Bank Syariah BRI serta tahun 2011 dengan Bank Danamon
Syariah untuk menambah modal usaha unit simpan pinjam.
Dari data yang di peroleh dari koperasi, sumber penghasilan koperasi adalah
simpan pinjam, pengadaan barang dan jasa, swalayan, pengelolaan TLH, foto copy,
penyediaan air minum kemasan, penyewaan, konsinyasi, kantin, perdagangan
ATK, pengadaan barang, usaha konstruksi, pengelolaan KBU dan wartel,
pengelolaan VPS, penyediaan tenaga call centre, dan jasa IKR. Dalam menerapkan
Tax Planning koperasi perusahaan dapat memaksimalkan penghasilan yang
dikecualikan dan dikenakan PPh Final. Berdasarkan sumber penghasilan yang ada
dalam Koperasi tidak terdapat penghasilan yang dikecualikan. Salah satu
penghasilan yang dapat dijadikan alternative bagi koperasi unyuk memperkecil
PKP (Penghasilan Kena Pajak) adalah Penghasilan Bunga/jasa giro, karena
penghasilan bunga dikenai pajak final.
4.5.3 Memaksimalkan Biaya Fiskal dan Meminimalkan Biaya yang Tidak
Diperkenankan sebagai Pengurang
1. Biaya Makan/Minum
Koperasi memberikan uang makan siang atau pun tunjangan beras kepada
karyawan .
2. Transportasi Karyawan
Koperasi memberikan tunjangan transportasi yang dimasukkan langsung ke dalam
gaji karyawan.
3. Tunjangan Hari Raya
Koperasi memberikan tunjangan kepada karyawan dalam bentuk parcel/bingkisan
kepada karyawan dan tunjangan yang dimasukkan langsung kedalam gaji
karyawan.
4. Tunjangan Kehadiran
5. Tunjangan Jabatan
1. Biaya Makan/Minum
Koperasi memberikan uang makan siang ataupun tunjangan beras kepada
karyawan, tetapi koperasi memberikan minuman bersama bagi karyawan.
Pemberian minum bersama bagi karyawan bukan merupakan objek PPh Pasal 21
karena minum bersama merupakan pemberian dalam bentuk natura. Dengan
demikian dari sisi karyawan pemberian minum ini tidak akan menambah PPh Pasal
21 terutang.
Di sisi koperasi berdasarkan pasal 9 ayat (1) huruf e UU PPh No.36 Tahun
2013, penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang di
berikan dalam bentuk natura atau kenikmatan tidak dapat dibebankan sebagai biaya.
Kecuali ada pemberian makan dan minum bersama walaupun bentuknya natura,
dapat dibiayakan oleh perusahaan. Dengan demikian di sisi koperasi dapat
mengurangi PPh badan yang terutang.
Apabila dibandingkan perlakuan pajak dalam hal pembiayaan pemberian
makan dan minum bersama dengan pemberian tunjangan makan berupa uang
kehadiran, maka akan lebih menguntungkan minum bersama karena dengan
memberikan makan dan minum bersama bukan merupakan penghasilan bagi
karyawan. Sedangkan apabila diberikan berupa tunjangan makan, maka tunjangan
makan tersebut menjadi Penghasilan Kena Pajak bagi karyawan. Oleh karena itu,
keputusan koperasi untuk memberikan makan dan minum bersama sudah baik.
2. Transportasi Karyawan
setelah
sebelum
Des-18 melakukan
melakukan PP
PP
I. PENDAPATAN 6.686.631.000 885.210.000 885.210.000
PENDAPATAN
A. 6.639.238.000 853.700.000 853.700.000
OPERASIONAL
Pend. Provisi
853.700.000 853.700.000 853.700.000
Pinjaman
Pend. Bunga
5.375.532.000 -
Pinjaman
Pend. Pinalty 410.006.000 -
- -
PENDAPATA NON
B. 47.393.000 31.510.000 31.510.000
OPERASIONAL
Pend. Materai 31.510.000 31.510.000 31.510.000
Pend. Bunga Bank 15.883.000 -
Pend. Lain-lain - -
beban tunjangan
transport karaywan 26.867.130 26.867.130
50%
beban tunjangan
89.557.100 89.557.100
THR 50%
Beban PPh 21 32.000.000 32.000.000
tunjangan jabatan 44.778.550 22.389.275
Taksiran Laba
IV 2.677.835.500 1.698.120.275
Fiskal
Maka penghematan pajak yang akan diperoleh jika tax planning diterapkan
adalah sebesar Rp. 4.607.516. Laba bersih komersial setelah pajak adalah Jumlah
yang diperoleh perusahaan setelah dipotong pajak penghasilan setelah melakukan
perencnaan pajak yaitu sebesar Rp. 1.747.550.728. Penghematan ini dapat terjadi
karena penerapan tax planning yaitu dengan mengambil kebijakan untuk
meniadakan tunjangan transportasi yang dimasukkan langsung kedalam gaji
karyawan dan menggantinya dengan menyediakan mobil transportasi bagi
karyawan. Penerapan ini dapat menghemat pajak sebesar Rp.13.433.565. Dan
temuan lainnya yang digunakan untuk menghemat pajak yaitu biaya sebesar
Rp.44.778.550 yang berasal dari tunjangan hari raya karyawan serta beban
tunjangan jabatan sebesar Rp. 22.398.275. hal tesebut karena perusahana
menggunakan metode gross up dimana tunjangan yang diberikan perusahaan
kepada karyawan dan bisa dimasukan kedalam beban. Selama tahun 2019, Koperasi
Hobashita Parahyangan memiliki kewajiban PPh pasal 25 yang merupakan
angsuran PPh yang dihitung berdasarkan perhitungan tahun sebelumnya. Hal ini
sesuai dengan SPT tahun 2019 yang telah disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Secara formal Koperasi Hobashita Parahyangan belum menerapkan tax
planning. Sehingga peneliti mencoba untuk melakukan penerapan Tax planning
PPh Badan.
1. Koperasi memiliki beberapa kebijakanakuntansi yang dapat dijadikan sebagai
acuan untuk menerapkan tax planning. Selain itu, koperasi juga dapat
melakukan beberapa langkah seperti, memaksimalkan penghasilan yang
dikecualikan melalui pemaksimalan penghasilan bunga, memaksimalkan biaya
fiskal dan meminimalkan biaya yang tidak diperkenankan sebagai pengurang,
meliputi:
1) transportasi karyawan,
2) tunjangan jabatan,
3) tunjangan asuransi,
Anwar, Chairil. 2017. Manajemen Perpajakan. Cetakan kelima edisi revisi. Jakarta:
PT Centro Inti Media
Mardiasmo, 2016, Perpajakan Edisi Terbaru 2016, Yogyakarta: Penerbit And
Resmi, Siti. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus .Jakarta: Salemba Empat.
Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Koperasi
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan pasal 1 ayat 4.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas
Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang PPN dan PPnBM serta peraturan
pelaksanaannya.
Undang-Undang Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga
Atas UndangUndang Perpajakan Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan.