Anda di halaman 1dari 23

ESENSI, MODEL DAN STRUKTUR

P3B
Winda Wulandari, SE.,MM
A. ESENSI P3B (TAX TREATY)

• Tax Treaty adalah: perjanjian perpajakan antara dua negara yang


dibuat dalam rangka menghindari penggenaan pajak ganda dan
berbagai usaha penghindaran pajak.
• Perjanjian ini dipakai oleh penduduk dua negara untuk menentukan
aspek perpajakan yang timbul dari transaksi antara mereka.
• Penentuan aspek perpajakan tsb dilakukan berdasarkan klausul
(ketentuan dari suatu perjanjian) yang ada dalam Tax Treaty yang
bersangkutan sesuai dengan jenis transaksi yang sedang di hadapi.
• Setiap Tax Treaty (P3b) mempunyai prinsip-prinsip dasar yang kurang
lebih sama, sebagai bagian dari konvensi internasional dimana setiap
negara yang terlibat dalam menyusun tax treaty nya masing-masing
berdasarkan model-model perjanjian yang diakui secara internasional.
• Di dunia ini ada dua model P3B, yaitu model OECD dan Model PBB.
• Karena untuk memahaminya tidaklah semudah membalikan telapak
tangan, karena bahasa yang digunakan, jumlah klausul yang cukup
banyak, pemahaman seseorang tentang dasar-dasar pajak merupakan
hal yang mempengaruhi kesulitan tsb.
• Oleh karena itu, dengan memahami prinsip-prinsip dasar dan umum yang
berlaku dalam suatu treaty, seseorang akan mudah memahami secara
spesifik dalam membaca tax treaty.
• Sebagai suatu perjanjian, sebuah treaty adalah kontrak yang mengikat
suatu negara dengan negara lainya dalam hal perlakuan perpajakan.
• Oleh karena itu, didalamnya berisi klausul-klausul, pasal-pasal dan ayat-
ayat yang berkaitan dengan suatu aspek transaksi dari pihak tertentu.
• Pasal dan ayat dalam P3B dikelompokan menjadi 4 bagian besar yaitu:
1. Bagian yang mengungkapkan cakupan tax treaty.
2. Bagian yang mengatur menimalisasi penggenaan pajak berganda.
3. Bagian tentang pencegahan pajak berganda.
4. Bagian yang mencakup hal-hal lainya.
B. MODEL-MODEL TAX TREATY (P3B)

• Dalam penyusunan P3B, negara-negara Eropa Barat dan


Amerika Utara menggunakan OECD Model, sedangkan negara
berkembang memakai UN Model.
• Dengan adanya P3B, maka dalam satu negara terdapat 2
sumber hukum perpajakan.
• Yang pertama: ketentuan yang ada dalam P3B
• Yang kedua: ketentuan dalam UU perpajakan domestik.
• Sehubungan dengan hal ini tax treaty memberikan hak
pemajakan.
• Sehubungan dengan hal ini tax treaty memberikan hak pemajakan.
• Contoh: Akuntan dari Singapore di Jkt untuk bekerja selama 93 hari.
• Berdasarkan Pasal 13 P3B Indonesia- Singapura: dinyatakan bahwa time test
melebihi 90 hari dalam jangka waktu 12 bulan ,yang berwenang mengenakan pajak atas
penghasilan yang diterima akuntan tsb di Indonesia adalah Fiskus Indonesia.
• Jadi hak pemajakanya ada pada Fiskus Indonesia.
• Selanjutnya, apakah akuntan tsb dianggap WPDN / WPLN, maka UU PPh di Indonesia
lah yang berlaku.
• Karena dalam UU PPh 2000 time test nya untuk menentukan apakah termasuk
WPDN / WPLN adalah lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, maka akuntan
tsb diklasifikasikan sbg WPLN.
• Penghasilan di Indonesia dikenakan PPh Pasal 26, yakni tarif nya 20% atas gross
basis.
• Dengan ditandatanganinya suatu P3B antar duanegara maka pada
hakikatnya WPDN dari kedua negara memperoleh kemudahan
perpajakan atau fasilitas perpajakan.
• Fasilitas tersebut sbb: fasilitas sbg BUT, fasilitas penerbangan dan
perlayaran, fasilitas berkenaan dg harta tak gerak, fasilitas
Penghasilan dari Usaha, Fasilitas penurunan tarif, dll.
• P3B lebih memimpin / diatas UU Domestik.
• Dalam hal terjadi benturan antara P3B dengan UU domestik, maka yang
dipilih adalah ketentuan dalam P3B.
• Misal, dalam Pasal 26 UU PPh disebutkan bahwa atas pembayaran
dividen ke LN terutang PPh Pasal 26 sebesar 20% dari bruto.
Sedangkan dalam pasal 10 P3b tarifnya adalah 10%, maka yang berlaku
adalah tarif dalam P3B yakni 10%.
• Model P3B adalah ketentuan mengenai Penghindaran Pajak Berganda
yang telah di standardisasikan, yang digunakan sebagai acuan oleh
negara-negara di dalam melakukan perundingan.
• Terdapat beberapa model Tax Treaty, perumusan P3B didasarkan pada
salah satu model yg tersedia sbb:

1. OECD model : Organisation for Ecocomic Co-operation and


Development.
2. UN model : United Nation Model
3. US model : United State Model.
1. MODEL OECD
( O RG A N I S AT I O N F O R E C O N O M I C C O - O P E R AT I ON A N D
D E V E L OP M E N T )

• Model OECD merupakan model P3B untuk negara-negara maju


(advanced countries), didirikan di Paris, 14 Desember 1960.
• Pada tahun 2019 beranggotakan 36 negara : Australia, Austria, Belgia,
Kanada, Republik Ceko, Denmark, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani,
Hongaria, Islandia, Irlandia, Italia, Inggris, Jepang, Korsel, Luksemburg,
Meksiko, belanda, selandia baru, Norwegia, Polandia, Portugal, Slovakia,
Spanyol, Swedia, Swiss, Turki dan USA, Chili, Estonia, Israil, Latvia,
Lithuania, Slovenia.
• Karena negara tersebut adalah negara-negara pengekspor modal maupun jasa,
sehingga model ini lebih mengedepankan pada asas domisili pada negara yang
memberikan jasa atau menanamkan modal dimana hak pemajakan berada di
negara Domisili.
• OECD adalah Organisasi Untuk Kerjasama Ekonomi Eropa.
• Sebagian anggota model OECD adalah : Ekonomi berpenghasilan tinggi dengan
Indeks Pembangunan Manusia (HDI) yang sangat tinggi dan dianggap sebagai
Negara Maju.
• Model ini mengalokasikan Hak Utama untuk mengenakan pajak ke negara dari
mana investasi modal berasal (yaitu: rumah atau negara Penduduk) dari pada
negara tempat investasi dilakukakan (tuan rumah / negara sumber).
• Intinya Model OECD lebih memilih pengenaan pajak dari Negara Asal bukan dari
Negara Sumber.
• Secara periodic model OECD (1963,1977,1992,2003 dan 2008) selalu diperbarui
(update) untuk menyesuaikan dengan perkembangan perekonomian dunia.
2. MODEL UN
(UNITED NATION/PBB)

• Model UN merupakan model P3B yang didesain secara khusus untuk kebutuhan
negara-negara berkembang (developing countries), seperti Indonesia.
• Model ini memberikan hak pemajakan yang lebih luas kepada negara sumber atas
penghasilan yang timbul dari wilayahnya, karena negara-negara tersebut adalah
pengimpor modal ataupun jasa, sehingga menjadi sumber penghasilan.
• Hal ini dilakukan dengan menambahkan satu kriteria lagi yaitu time test untuk
menetapkan keberadaan secara BUT sehubungan dengan kegiatan pemberian jasa
dinegara itu.
• Model ini menerapkan pemajakan yang berasal dari negara yang memberikan
penghasilan.
• Model UN (1989 dan 1999) baru sekali melakukan penyesuaian yaitu pada th 2001.
• Materi yang dirancang dalam model UN tidak jauh berbeda dengan model OECD.
TIME TEST

• Time Test adalah : Sebuah Batasan waktu untuk menentukan apakah Subjek Pajak tersebut termasuk kategori
SPLN atau SPDN. Lamanya keberadaan tinggal di Indonesia menjadi Point penting untuk menentukan time test
nya.
• Prinsip dasar:
1. Pada umumnya Time Test adalah 183 hari, namun untuk negara-negara yang sudah menandatangani tax treaty
dengan Indonesia time testnya bisa berbeda-beda pada tiap negara.
2. WPLN yang menerima penghasilan dari Indonesia wajib hukumnya untuk dikenakan PPh Pasal 26 dengan tarif
20% . Namun kembali lagi , apabila negara-negara yang sudah menandatangani tax treaty dengan Indonesia
tarifnya akan berbeda pada tiap negara.
Ex:
Tabel berikut adalah Time test P3B Indonesia dengan beberapa negara:
(N/A =Not Available adalah Tidak diatur/tidak ada kesepatakan.
no Negara Konstruksi Instalasi Perakitan Pengawasan Jasa Lainya
Konstruksi
1 Australia 12o hari 120 hari 120 hari 120 hari 120hari/12 bulan
2 Singapura 183 hari 183 hari 183 hari 6 bulan 90 hari/12 bulan

3 Itali 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3bulan/12 bulan

4. Malaysia 6 bulan 6 bulan 6 bulan N/A 3bulan/12 bulan

5. Belgia 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 3bulan/12 bulan


3. MODEL UNITED STATES (US MODEL)

• P3B antara Amerika Serikat dengan negara mitra runding mendasarkan pada model US
(1981).
• Februari 2016 Departemen Keu AS mengumumkan perilisan “U.S. Model Income Tax
Convention” yang baru direvisi.
• Model income tax 2016 ini menggabungkan rekomendasi BEPS (Base Erosion and Profit
Shifting) meurut OECD.
• BEPS adalah strategi perencanaan pajak (tax planning) yang memanfaatkan gap dan
kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan perpajakan
domestic untuk “menghilangkan” keuntungan ke negara lain yang memiliki tarif pajak
lebih rendah atau bebas pajak.
• Tujuan akhirnya adalah agar perusahaan tidak perlu membayar pajak atau pajak yang
dibayar nilainya sangat kecil terhadap pendapatan perusahaan secara keseluruhan
(OECD, 2013).
4. MODEL INDONESIA

• Model P3B yang dianut oleh Indonesia mengkombinasikan Model UN, Model OECD dan
prinsip-prinsip pokok yang terkandung dalam UU Perpajakan nasional.
• Perpaduan antara dua model Utama (OECD dan un)itu menghasilkan suatu model yang
disebut Model Indonesia yang menjadi dasar berpijak dalam perundingan P3B.
• Hal-hal yang dapat mendorong perkembangan Indonesia menjadi lebih maju, dapat diatur
dalam perjanjian ini, misalnya penghasilan atas guru dan peneliti , yang dalam kedua model
UN dan OECD tidak diatur, namun dalam model Indonesia diatur dalam pasal tersendiri.
• Itulah mengapa Tax Treaty satu negara belum tentu sama dengan tax treaty negara
lainya.
• Karena masing-masing negara membentuk dan mengembangkan modelnya sendiri
yang mana model yang di pakai oleh negara-negara menggabungkan dan
mengembangkan dari kedua model utama yaitu Model OECD dan Model UN.
• Itulah mengapa Tax Treaty satu negara belum tentu sama dengan tax treaty
negara lainya.
• Perbedaan yang mencolok antara Model OECD dan Model UN adalah bahwa
Model OECD menganut Resident Principle.
• Sedangkan Model UN menganut pembagian yang adil antara negara domisili dan
negara sumber.
RUANG LINGKUP P3B, MODEL INDONESIA

Ruang Lingkup P3B dengan menggunakan Model Indonesia dikelompokan sbb:


1. Subjek Pajak, Jenis Pajak, Istilah Umum, Penduduk (Pasal 1, 2, 3 dan 4 Tax Treaty)
2. Jenis-jenis Penghasilan :
a. Laba Badan Usaha Tetap (Pasal 5 Tax Treaty)
b. Laba Harta Tidak Bergerak (Pasal 6 Tax Treaty)
c. Laba Usaha (Pasal 7 Tax Treaty )
d. Laba usaha Perkapalan dan Penerbangan (Pasal 8 Tax Treaty)
e. Dividen (Pasal 10 Tax Treaty)
f. Bunga (Pasal 11 Tax Treaty)
g. Royalti (Pasal 12 Tax Treaty)
h. Harta Bergerak (Pasal 13 Tax Treaty)
i. Pendapatan Lain-Lain (Pasal 22 Tax Treaty)
3. Hal – hal yang terkait dengan pekerjaan
a. Pekerjaan Bebas (Pasal 14 Tax Treaty)
b. Pegawai Swasta (Pasal 15 Tax Treaty)
c. Direktur (Pasal 16 Tax Treaty)
d. Artis dan Atlet (Pasal 17 Tax Treaty)
e. Pensiun (Pasal 18 Tax Treaty)
f. Pegawai Negri (Pasal 9 Tax Treaty)

NB: point c, fee direktur beberapa negara ada yang tercantum di Pasal 16.

4. Hubungan Istimewa (Pasal 9 Tax Treaty)


5. Metode Penghindaran Pajak Berganda
a. Penghapusan Pajak (Pasal 23 dan 27 Tax Treaty)
b. Pengkreditan Pajak (Pasal 23 Tax Treaty)
6. Pendidikan dan Pelatihan
c. Guru / Peneliti (Pasal 20 Tax Treaty)
d. Mahasiswa atau pelatihan Karyawan (Pasal 21 Tax Treaty)
7. Ketentuan Lain-Lain
e. Nondiskriminasi (Pasal 24 Tax Treaty)
f. Tata Cara Persetujuan Bersama (Pasal 25 Tax Treaty)
g. Pertukaran Informasi (Pasal 26 Tax Treaty)
h. Berlakunya Perjanjian (Pasal 28 Tax Treaty)
i. Berakhirnya Perjanjian (Pasal 29 Tax Treaty)
SOAL

• Jelaskan pengertian dari Time Test, apakah negara dalam P3B


time testnya sama?
• Buatlah daftar time test dari P3B Indonesia dengan 3 negara
Asean sbb (bidang konstruksi, instalasi, perakitan, pengawasan
konstruksi dan jasa lainya). Pilihan negara selain yang di tabel.
Materi diatas.
• Contoh soal :
1. Mr. Long seorang akuntan penduduk Malaysia datang ke Indonesia atas kontrak dengan PT. Kirana untuk
menangani masalah-masalah keuangan perusahaan yang bersangkutan. Pemberian jasa berlangsung di
Indonesia dari tanggal 1 April 2018 s.d 20 Juni 2018 dengan fee sebesar Rp. 300 jt. Pertanyaan: Negara
manakah yang berhak mengenakan pajak kepada Mr. Long?
Jawab:
*Kita tentukan dulu Mr. Long SPLN / SPDN ?
• Lihat dari 3 kriteria : lama tinggal, tempat tinggal (tdk d sebutkan d soal), niat tinggal ( kita tdk tahu d
soal tdk d infokan).
Jadi Kita hitung lama tinggal :

Tahun 2018 (Rp. 300.000.000)


• April = 30 hari
• Mei = 31 hari
• Juni = 20 hari
• Total = 81 hari (SPLN)  Negara ASAL yang berhak memajaki yaitu Malaysia.
• Dasar: Pasal 14 (2) P3B Indonesia dengan Malaysia. Time test P3B Indonesia dengan Malaysia
adalah 3bulan /12bulan.
• Contoh soal
2. Selanjutnya pada tanggal 10 Mei 2019 s.d 10 Desember 2019 ia kembali di kontrak oleh PT.
Delima untuk memberikan jasa yang sama dengan fee sebesar Rp. 200jt. Siapakah yang berhak
memajaki penghasilan Mr. Long? Berapakah yang diterima oleh Mr. Long dari kedua kontrak
tersebut?
Mr. Yan SPDN / SPLN?
Lihat dari 3 kriteria : lama tinggal, tempat tinggal (tdk d sebutkan d soal), niat tinggal ( kitatdk
tahu d soal tdk d infokan).
Kita hitung lama tinggal
Tahun 2019 (Rp. 200.000.000)
• Mei = 31 hari
• Juni = 30 hari
• Juli = 31 hari
• Ags = 31 hari
• Sept = 30 hari
• Okt = 31 hari
• Nov = 30 hari
• Desember = 31 hari
Total = 238 hari (SPDN) (berada di Indonesia lebih dari 183 hari).
• Dasar: Pasal 14 (2) P3B Indonesia dengan Malaysia.
Berapakah total yang diterima Mr. Long dari kedua kontrak tsb (soal 1 dan soal 2)?
• Untuk yang Malaysia, karena yang berhak memajakinya adalah negara Malaysia kita tidak bisa hitung
Karena kita tidak tahu pajak Malaysia. Yang bisa kita hitung hanya pajak yang dibayar d Indonesia saja
yaitu th 2019.
Indonesia:
Mr. Long seorang akuntan yg berlaku adalah P3B pasal 14 ayat 2.
WPOP
PKP = Rp. 200.000.000
• 5% x Rp. 50 jt = Rp. 2.500.000
• 15% x Rp150jt = Rp. 22.500.000
• Jumlah pajak terutang = Rp. 25.000.000
• 2018= pajak dikenakan di Malaysia
• 2019= Rp. 200.000.000 – Rp. 25.000.000 = Rp. 175.000.000

Anda mungkin juga menyukai