Anda di halaman 1dari 17

BAB III

BIAYA FISKAL
Pendahuluan
Di bab II telah dibahas pola rekonsiliasi fiskal. Sebagian besar rekonsiliasi fiskal dilakukan terhadap
akun biaya. Hal ini di sebutkan banyaknya ketentuan fiskal yang mengatur tentang pembebanan
biaya.
Di bab ini akan diuraikan dengan lebih mendalam tentang biaya yang dapat dikurangkandari
penghasilan bruto dan yang tidak dapat dikurangkan secara umum biaya dapat digolongkan
sbb:
1. Biaya yang dapat dikurangkan
a. Biaya yang Diatur di Pasal 6 ayat 1 UU PPh
b. Pengecualian biaya yang diatur di pasal 9 ayat 1 UU PPh
2. Biaya yang tidak dapat dikurangkan (Pasal 9 ayat 1 UU PPh & pasal 13 PP No.94 Tahun 2010)
3. Biaya dengan ketentuan khusus
Daftar biaya yang dapat dikurangkan sesuai pasal 6 ayat 1 UU PPh terlampir di lampiran 3.1
Daftar biaya yang tidak dapat dikurangkan sesuai pasal 9 ayat 1 UU PPh terlampir di lampiran 3.2
Biaya yang dapat dikurangkan
1. Biaya yang dapat dikurangkan tanpa syarat
Biaya yang termasuk kategori ini adalah :
a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatanusaha (pasal 6
ayat 1.a)
Disebutkan bahwa contoh biaya ini adalah : biaya pembelian bahan, biaya gaji,biaya
bunga, biayapromosi, biaya sewa, biaya admnisitrasi dll. Biaya semacam ini dapat
dibebankan sebagai biaya tanpa syarat apapun.
Apabila ada biaya yang sifatnya adalah pembayaran di muka, misalnya sewa atau
asuransi di bayar di muka , maka pembebanannya harus dilakukan dengan jalan alokasi
sesuai periode biaya tersebu.
Khusus untuk biaya promosi sejak UU PPh 2009, terdapat syarat pembebanan diatur di
PMK 02/PMK03/2010 (dibahas lebih lanjut di butir 8.2)
b. Kerugian selisih kurs (pasal 6 ayat 1.a)
Sejalan dengan keuntungan selisih kurs yang telah dibahas di bab 2, kerugian yang
diperoleh karena fluktuasi kurs mata uang asing diakui berdasarkan sistem pembukuan
yang dianut dan dilakukan secara taat asas sesuai dengan standar akuntansi keuangan
yang berlaku di Indonesia.
2. Biaya yang dapat dikurangkan dengan metode/syarat tertentu atau ada batasan
maksimalnya
3. Biaya yang termasuk kategori ini adalah
a. Biaya promosi (pasal 6 ayat 1.a)
Terdapat syarat fiskal : biaya promosi harus didukung daftar nominatif.
PMK 02/PMK.03.2010 diantaranya mengatur sbb:
Biaya promosi adalah bagian dari biaya penjualan yang dikeluarkan oleh wajib pajak
dalam rangka memperkenalkan dan atau menganjurkan pemakaian suatu produk baik
langsung maupun tidak langusng untuk mempertahankan dan meningkatkan penjualan.
Besarnya biaya promosi yang dapat dkurangkan dari penghasilan bruto merupakan
akumulasi dari jumlah : biaya periklanan, biaya pameran produk, biaya pengenalan
produk dan biaya sponsorship.
Dalam hal ini promosi dilakukan dalam bentuk pemberian sampel produk, besarnya
biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar harga pokok
sampel produk yang diberikan, sepanjang belum dibebankan dalam perhitungan harga
pokok penjualan.
Wajib pajak wajib membuat daftar nominatif atas pengeluaran biaya promosi yang
dikeluarkan kepada pihak lain.
b. Penyusutan dan amortisasi fiskal (pasal 6 ayat 1.b)
Terdapat metode ketentuan fiskal sbb :
Biaya perolehan harta berwujud dan tidak berwujud yang mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun tidak boleh dibebankan sekaligus (pasal 9 ayat 2), tatapi harus
dibebankan melalui jalan penyusutan atau amortisasi. Hal ini sejalan dengan perlakuan
akuntansi
Akan tetapi terdapat aturan fiskal yang mengatur tentang hal itu (pasal 11 & pasal 11A):
- Metode penyuutan yang boleh dilakukan
- Pengelompokkan aktiva tetap berdasarkan masa manfaat
- Saat dimulainya penyusutan
Sehingga perbedaan penggunaan metode, masa manfaat dan saat dimulainya
penyusutan antara akuntansi dengan fiskal harus koreksi fiskal.
Pasal 9 ayat 2 UU PPh juga menegaskan sbb : pengeluaran untuk mendapatkan menagih
dan memelihara penghasilan yang mempunya masa manfaat lebih dari 1 tahun tidak
diperbolehkan untuk dibebankan sekaligus melainkan dibebankan meloalui penyusutan
atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 atau pasal 11 A
c. Iuran pensiun (pasal 6 ayat 1c)
Terdapat syarat fiskal : pembayaran iruan harus ke dana pensiun yang telah disahkan
menteru keuangan
Sehingga apabila dana pensiunnya belum/tidak disahkan oleh menteri keuangan, biaya
ini tidak dapat dibebankan demikian juga halnya jika karyawan diikutkan ke dana
pensiun yang berkedudukan di luar negeri.
Ketentuan bahwa iuran pensiun ini dapat dibebankan sebagai pengurang, berlaku baik
bagi perusahaan yang menanggung iuran pensiunnya karyawan maupun bagi karyawan
yang menanggung iuran pensiunnya sendiri. Ketentuan ini ada dengan alasan untuk
memindahkan saat pemajakan, yaiktu pada saat karyawab menerima uang pensiun
dikemudian hari
d. Kerugian karena penghasilan atas penjualan harta (pasal 6 ayat 1 d)
Tedapat syarat fiskal : harta yang dialihkan harus dimiliki dan digunakan untuk
mendaatkan mengaih dan memelihara penghasilan.
Sehingga bila harta tersebut tidak dimiiki perusahaan, maka kerugian pengalihannya
tidak dapat dibebankan sebagai biaya fiskal.
Atau bila harta tersebut dimiliki tetapi tidak digunakan untuk mendapatkan, menagi dan
memelihara penghasilan kerugian penghalihannya pun tidak dapat dibebankan sebagai
biaya fiskal.
e. Biaya penelitian dan pengembangan (pasal 6 ayat 1.f)
Terdapat syarat fiskal: penelitian dan pengembangan harus dilakukan di indonesia.
Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di indonesia dalam
jumlah yang wajar untuk menemukan teknologi atau sistem baru bagi pengembangan
perusahaan boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan. Misalanya biaya yang
dikeluarkan unutk pengembangan prduksi serta biaya untuk meningkatkan efisiensi
perusahaan termasuk teknologi untuk pengembangan proses
Yang di maksud pengembangan disini tidak termasuk pengembangan SDM karyawan.
Sebab pengembangan SDM lebih tepat dikategorikan sebagai biaya pelatihan / training
yang di bahas berikut ini
f. Biaya beasiswa magang dan peatihan (pasal 6 ayat 1.g)
Terdapat syarat fiskal : memperhatikan kepentingan perusahaan
Penjelasan pasal 6 ayat 1.g menejelaskan sbb : biaya yang dikeoluarkan untuk keperluan
beasiswa magang dan pelatihan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya
manusia dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan dengan memperhatikan kewajaran
termasuk beasiswa yang dapatdibebankan sebagai baiaya adalah beasiswa yang
diberikan kepada pelajar mahasiswa dan pihak lain.
Sementara itu ketentuan pelaksanaan yang pernah ada tentang biaya pelatihan
pemagangan dan beasiswa hanya mengatur pemberian beasiswa kepada karyawan atau
calon karyawan. Ketentuan yang mengatur tentang biaya ini adalah KMK
770/KMK.04/1990.
g. Piutang tak tertagih (pasal 9 ayat 1.h)
Terdapat syarat fiskal : syarat sesuai pasal 9 ayat 1.h UU PPh
Ketentuan pelaksanaan dari pasal ini adalah PMK 105/PMK.03/2009 jo PMK
57/PMK.03/2010., diantaranya mengatur sbb:
1. Piutang yang nyata nyata tidak dapat ditagih adalah piutang yang timbul dari
tranksaksi bisinis yang wajar sesuai dengan bidang usahanya, yang nyata tidak dapat
ditagih meskipun telah dilakukan upaya upaya penagihan yang maksimal atau
terakhir oleh wajib pajak.
2. Piutang yang nyata nyata tidak dapat ditagih tidak termasuk piutang yang berasal
dari tranksaksi bisnis dengan pihak pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan
wajib pajak.
3. Penerbitan umum atau khusus adalah penerbitan yang meliputi : penerbitan umum
seperti penerbitan pada surat kabar yang lazimnya berskala nasional. Penerbitan
khusus bank indonesia dan penerbitan yang dikeluarkan oleh asosiasi yang telah
terdaftar sebagai wajib pajak dan pihak kreditur menjadi anggotanya.
4. Syarat sesuai pasal n6 ayat 1.h no 3 (pengadilan negeri, publikasi dan perjanjian),
tidak berlaku untuk piutang yang nyata nyata tidak dapat ditagih kepada debitur
kecil atau debitur kecil lainnya.
5. PMK ini juga mengatur dokumen yang diperlukan dan harus dilampirkan di SPT
tahunan PPh, sebagai bukti penghapusan piutang
Contoh 1 :
PT.Khayangan indonesia di tahun 2009 perusahaan menghapuskan piutang
pelanggannya sbb :
- Sdr. Mamnto Rp. 3.000.000
- Sdr Wanoto Rp. 4.000.000
- Sdr Kusumo Rp.8.000.000
JUMLAH Rp. 15.000.000
Penghapusan tersebut tidak dapat diajukan gugatan ke pengadilan negeri dan tidak
diumumkan dalam penerbitan.
Tentukan apakah penghasilan tersebut dapat dibebankan sebagai biaya fiskal.
Jawab :
- Penghapusan piutang tak tertagih dibebankan sebai biaya dalam lap laba rugi
komersial.
- Daftar pituagn tak tertagih tidak harus dibuat pada saat perhitungan pengahasilan
kena pajak tapi dapat disiapkan kemudian dan diserahkan pada penyanpaiab SPT
tahunan.
- Perusahaan tidak mengajukan perkara penagihan piutang tak tertagih ke pengedilan
negeri dan tidak diumumkan di penerbitan.
- Dengan demikian penghapusan piutang sdr kusumo tidak dapat dibebankan sebagai
biaya fiskal.
Contoh 2
PT azizan di tahun 2009 membebankan piutang tak tertagih dalam laporan laba rugi komersialnya
sebesar Rp.321 juta dengan tambahan data Sbb:
Piutang yang tak tertagih yang diserahkan daftarnya beserta kelengkapan dokumennya ke kantro
pelayanan pajak sebesar Rp.200.000;000 dari jumlah tersebut tidak diserahkan ke pengadilan
tetapi telah dibuat perjanjian tertulis dengan debitur bahwa hutangnya teloah dihapus sebesar
Rp. 128.400.000 sedangkan dari sisa piutang yang tak tertagih adalah piutang kepada pengecer
pengecer kecil yang telah tutup tokonya.
Jwab:
Total piutang tak tertagih 321.000.000
Tidak dilaporkan ke KPP 121.000.000 piutang pengecer kecil
Dilaporkan ke KPP 200.000.000 (pengurangan dari 321.000.000 – 121.000.000)
Tidak dada perjanjian 71.600.000
Ada perjanjian 128.400.000 “200.000.000-71.600.000” memenuhi syarat fiskal
Beban komerisal 321.000.000
Koreksi positif 192.600.000 (pengurangan dari 128400.000-321.000.000)
h. Sumbangan tertentu (pasal 6 ayat 1.i s.d. m)
Terdapat syarat fiskal : syarat sesuai nperaturan pemerintah
Sejak tahun 2009 sumbangan sumbangan tersebut dapat dibebankan sebagai biaya
fiskal peraturan pemerintah yang mengatur hal ini adalah PP No.93 tahun 2010 yang
pelaksanaanya diatur dengan PMK.76/PMK.03/2011. Dalam peraturan tersebut
diantaranya diatur sbb:
1. Definisi sumbangan
a. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang merupakan
sumbangan untuk korban bencana nasional yang disampaikan secara langsung
melalui badan penanggulangan bencana atau disampaikan secara tiedak
langusng melalui lembaga atau pihak yang tealah mendapatkan izin dari instasi
atau lembaga yang berwenang untuk pengumpulan dana penanggulangan
bencana.
b. Sumbangan dalam rangka penelitaian dan pengembangan yang merupakan
sumbangan untuk penelitaian dan pengembangan di wilayah indoneisa yang
disampaikan nelalui lembaga peneltian dan pengembangan.
c. Sumbangan fasilitas pendidikan yang merupakan sumbangan berupa fasilitas
pendidikan yang disampaikan melalui lembaga pendidikan.
d. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang merupakan sumbangan
untuk membina mengembangkan dan mengkoordinasikan suatu atau gabungan
organisasi cabang atau jenis olahraga prestasi yang disampaikan melalui
lembaga pembinaan olahraga.
e. Biaya pembangunan infrastruktur sosial merupakan biaya yang dikeluarkan
untuk keperluan membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan umum
dan bersifat nirlaba.
2. Syarat
a. Wajib pajak mempunyai penghasilan netto fleksibel berdasarkan surat
pemberitahuan tahunan pajak penghasilan tahun pajak sebelumnya.
b. Besarnya nilai sumbangan dan biaya pembangunan infrastruktur sosial yang
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk 1 tahun dibatasi tidak melebihi
5% dari penghasilan netto fiskal tahunan pakal sebelumnya.
c. Pemeberian sumbangan dan biaya tidak menyebabkan kerugian pada tahunan
pajak sumbangan dibverikan
d. Diudkung okleh bukti yang sah dan
e. Lembaga yang menerima sumbangan dan biaya memiliki NPWP kecuali badan
yang dikecualikan sebagai subjek pajak sebagaimana diatur dalam undang
undang terutang pajak penghasilan.
f. Pemberi sumbangan tidak memiliki hubungan istimewa dengan penerima
sumbangan.
3. Nilai sumbangan dan pembangunan infrastruktur sosial.
a. Nilai sumbangan ditetapkan sbb:
- nilai perolehan apabila barang yang disumbangkan belum disusutkan
- nilai buku fiskal apabila barang yang disumbangkan sudah disusutkan atau
- harga pokok penjualan, apabila barang yang disumbangkan merupakan barang
produksi sendiri.
b. Nilai biaya pembangunan infrastruktur sosial ditentukan berdasarkan jumlah
yang sesungguhnya dikeluarkan untuk membangun sarana dan prasarana.
Conth 3:
PT gunung raya pada tahun 2009 mempunyai penghasilan netto total sebesar Rp.1.000.000.000
pada tahun 2010wajib pajak memberikan sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga
melalui lembaga pembinaan olahraga sebesar Rp.40.000.000. paa tahun 2010 wajib pajak
mempunyai penghasilan netto fiskal sebesar Rp.30.000.000 wajib pajak tidak diperkenankan
mengurungkan sumbangan tersebut dari penghasilan bruto tahun 2010 karena akan
menyebabkan rugi sebesar Rp.10.000.000
Catatan:
Dalam contoh tersebut disimpulkan bahwa sumbangan Rp.40 jt tidak dapat dibebankan seluruhnya
karena akan mengakibatkan rugi. Menurut penulis seharusnya PT gunung raya dapat
membebankan Rp.30 jt. Karena dengan membebankan Rp. 30 jt, Pt. Gunung Raya belum
mengalami kerugian.
Pengecualian biaya yang diatur di pasal 9 ayat 1 UU PPh
Pasal 9 ayat 1 UUPPh pada dasarnya mengatur tentang biaya atau pengeluaran yang tidak dapat
dibebankan sebagai biaya fiskal. Akan tetapi dengan pertimbangan dan alasan tertentu terdapat
baiaya yang dapat dibebankan sebagai biaya fiskal.
Biaya tersebut adalah
1. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan usaha tertentu (pasal 9 ayat 1.c)
Terdapat batasan maksimal
Karena adanya kekhususan usaha usaha tertentu atau adanya ketekntuan pemerintah maka
atas usaha usaha tersebut diperbolehkan untuk melakukan cadangan biaya terkait usaha
tersebut.
(daftar cadangan fiskal terlampir di lampiran 3.3)
2. Natura dan kenikmatan tertentu (pasal 9 ayat 1.e)
Terdapat syarat fiskal
Natura dan kenikmatan ini dapat dibebankan karena untuk mendorong kebijakan
pemerintah di daerah terpenceil atau karena diberikan dalam rangka pelaksanaan
pekerjaan.
Ketentuan pelaksanaan tentang natura dan kenikmatan yang dapat dibebankan sebagai
biaya fiskal ada;ah PMK 83/PMK.03/2009 jo PER 51/PJ./2009 yang diantaranya mengatur
sbb :
a. Penyediaan makan dan minum
Pengeluaran untuk penyediaan makanan dan atau minuman bagi pegawai meliputi :
1. Pemberian makanan dan atau minuman yang disediakan oleh pemberi kerja di
tempat kerja atau
2. Pemberian kupon makanan dan atau minuman bagi pegawai karena sifat
pekerjaannya tidak dapat memanfaatkan pemberian tersebut, meliputi pegwai
bagian pemasaran, bagian transportasi, dan dinas luar lainnya.
Nilai kupon makanan dan minuman dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi
kerja sesuai dengan nilai kupon yang wajar. Nilai kupon dapat dianggap wajar apabila
nilai kupon tersebut tidak melebihi pengeluaran penyedia makanan dan atau minuman
per pegawai yang disediakan oleh pemberi kerja di tempat kerja.
b. Pemberian natura dan kenikmatan terpencil di daerah tertentu (terpencil)
Daerah tertentu adalah daerah yang secara ekonomis mempunyai potensi yang layak
dikembangkan tetapi keadaan prasarana ekonomi pada umumnbya kurang memadai
dan sulit dijangkau oleh transportasi umum, baik melalui darat laut maupun udara
sehingga untuk mengu7bah potensi ekonomi yang tersedia menjadi keuatan ekonomi
yang nyata, penanam modal menanggung resiko yang cukup tinggi dan masa
pengambilan yang relatif panjang, termasuk daerah perairan laut yang mempunyai
kedalaman lebih dari 50 meter yang dasar lautnya memiliki cadangan mineral.
Imbalan yang dimaksud adalah sarana dan fasilitas di lokasi keja untuk :
1. Tempat tinggal
2. Pelayanan kesehatan
3. Pendidikan bagi pegawai dan keluarganya
4. Peribadatan
5. Pengangkutan bagi pegawai dan keluarganya
6. Olahraga bagi pegawai dan keluarganya.
Sepanjang sarana dan fasilitas tersebut tidak tersedia sehingga pemberi kerja harus
menyediakannya sendiri.
Prosedur ijin pemberian natura dan kenikmatan di daerah tertentu diatur di PER
S1/P1./2009.
c. Pemberian natura dan kenimatan yang berkaiutan dengan pelaksanaan ekerjaan
Pemberian natura dan kenikmatan yang dimaksud adlah yang merupakan keharusan
dalam pelakasanaan perkerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat
perkerjaan tersebut mengharuskannya.
3. Zakat dan sumbangan keagamaan (pasal 9 ayat 1.g)
Terdapat syarat fiskal
Sejak UU PPh 2009, selain zakat yang sudah diatur sebelumnya juga diatur sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di indonesia, dapat
dikurangkan dari penghasiolan bruto.
(tentang hal ini telah dibahas di modul PPh orang pribadi Bab VI butir g)
C. biaya yang tidak dapat dikurangkan
1. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun (pasal 9 ayat 1.a)
Biaya untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu atau anggota (pasal 9 nayat 1.b)
Jumlah melebihi kewajaran kepada pemegang saham atau hubungan istimewa (pasal 9 ayat 1.f)
Biaya untuk kepentinga pribadi WP atau tanggunannya (pasal 9 ayat 1.f)
Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk pembayaran dividen
kepada pemilik modal, pembagian sisa hasil usaha koperasi kepada anggotanya dan
pembayaran dividen oleh perusahaan asuransi kepda pemegang polis, tidak boleh dikurangkan
dari penghasilan badan yang membagikannya karena pembagian laba tersebut merupakan
bagian dari penghasilan badan tersebut yang akan dikenai PPh.
Seperti yang pernah dibahas di BAB II, UU PPh menganut pengertian yang luas tentang bagian
laba atau dividen, diantaranya adalah pembagian dividen secara terselubung. Dividen
terselubung yang terkait dengan pembahasan ini adalah :
a. Pengeluaran untuk kepentingan pribadi memagang saham sekutu atau anggota
b. Jumlah melebihi kewajaran kepada pemegang saham atau hubungan istimewa
Contoh: tuan archiebald adalah direktu PT.Semanis madu dan sekaligus juga pemegang
saham perusahaan tersebut. atas jabatannya sebagai direktur dia mendapat gaji Rp.100
juta perbulan. Jika kepada direktur lainnya dibayarkan gaji Rp.60 jt maka kelebihan
pembayaran sebesar Rp.40 juta dianggap sebagi dividen terselubung dan tidak dapat
dibebankan sebagai biaya fiskal.
c. Biaya untuk kepentingan pribadi atau tanggunangannya
Dengan pemahaman yang sama dengan dividen atau bagian laba, pengeluaran untuk
kepentingan pribadi wajib pajak pada dasarnya adalah penggunaan penghasilan setelah
dikenakan PPh.
2. Pembentukan dana cadangan (pasal 9 ayat 1.c)
Pembentukan cadangan seperti cadangan piutang tak tertagih cadangan kerusakan
persediaan barang dagangan Dll, pada dasarnya adalah penerapan prinsip
konservatisme yang dikenal di prinsip akuntansi. Pembentukan cadangan cadangan
tersebut sangat dipengaruhi asumsi asumsi yang mendasari estimasi cadangannya.
Untuk menghindari penyalahgunaan cadangan UU PPh yang menganut prinsip realisasi,
melarang pembebanan cadangan sebagai biaya fiskal.
Dengan alasan tertentu terdapat cadangan untuk usaha tertentu yang dapat dibebankan
sebagai biaya fiskal
Contoh 5:
Pada tahun 2006 PT maju bersama sebuah perusahaan perdagangan melakukan
penghapusan piutang sebesar Rp.250 juta (syarat fiskal terpenuhi). Untuk
mengantisipasi tambahan piutang tak tertagih dari penjualan tahun 2006, perusahaan
telah menambahkan cadangan piutang tak tertagih sehingga dalam pembukuan
perusahaan cadangan putang tak tertagih awal tahun sebesar Rp. 450 jt, pada saat
penghapusan piutang sebesar saldo cadangan tersebut dikurangi sejumlah piutang yang
Dihapuskan dan pada akhir tahun. Jumlah cadangan piutang tak tertagih yang dibentuk
oleh perusahaan menjadi Rp. 550 juta berapakah koreksi fiskal yang harus dilakukan
oleh PT maju bersama atas penghasilan hutang diatas ?
Jawab:
a. Beban piutang ragu ragu diakui dalam lap. Laba rugi komersial pada saat
pencadangan. Karena cadangan tidak dapat dibebankan sebagai biaya fiskal maka
harus dikoreksi positif.
Perhitungan penambahan cadangan di tahun 2006 sbb :
Saldo awal cadangan 450.000.000
Penambahan cadangan xxx
Penghapusan piutang -250.000.000
____________
Saldo akhir cadangan 550.000.000
Penambahan cadangan adalah : Rp.550 jt + Rp.250 juta – Rp.450 juta = Rp.350 juta
b. Penghapusan piutang dibebankan ke cadangannya sehingga tidak muncul dalam lap
laba rugi komersial. Apabila penghapusan tersebut memenuhi syarat fiskal, maka
dapat dibebankan sbg biaya sehingga harus dikoreksi negatif.
c. Dengan demikian kroeksi fiskal yang harus dilakukan adalah sbb:
Penambahan cadangan (koreksi positif) 350.000.000
Penghapusan piutang (koreksi negatif) -250.000.000
____________
Koreksi positif netto 100.000.000
3. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, beasiswa dan dwiguna (pasal 9 ayat 1.d)
a. Dibayar WP orang pribadi (pegawai)
Dengan alasan penagihan saat pemajakan maka pada saat WP orang pribadi
melakukan pembayaran premi asuransi tersebut tidak dapat dibebankan sebagai
biaya fiskal. Dengan kata lain maka PPh atas asuransi tersebut dikenakan pada saat.
Pembayarab premi dan bukan pada saat menerima pembayaran klaim asuransi.
b. Dibayar pemberi kerja
Jika premi asuransi tersebut dibayar oleyh pemberi kerja maka pemberi kerja dapat
membebankannya sebagai biaya fiskal. Dengan catatan premi asuransi tersbut
dianggap sebagai penghasilan karyawan
4. Pemberian natura atau kenikmatan (pasal 9 ayat 1.e)
Dengan alasan penagihan titik pemajakan natura dan kenikmatan tidak boleh
dibebankan sebagai fiskal bagi pemberinya. Dengan kata lain PPh atas natura dan
kenikmatan tersebut dikenakan di pihak pemberinya
5. Bantuan sumbangan dan hibah ( pasal 9 ayat 1.g)
Dengan alasan pengalihan titik pemajakan , bantuan, sumbangan dan hibah tidak boleh
dibebankan sebagai biaya fiskal bagi pemberinya.
Sumbangan sumbangan tertentu dapat dibebankan sebagai biaya fiskal sbb:
a. Sumbangan yang diatur di pasal 6 ayat 1.i s.d. m
b. Zakat dan sumbangan keagamaan
c. Sumbangan dalam rangka GN-OTA
6. Pajak penghasilan (pasal 9 ayat 1.h)
Yang dimaksud disini adlah PPh yang menjdai tanggunan wajib pajak, ketentuan ini
dapat dipahami mengingat UU PPh ini mengatur perhitungan PPh jika kemudian PPh
hasil perhitungan dapat dikurangkan sebagai biaya fiskal tertentu akan membingungkan
perhitungan (perhitungan berulang)
7. Gaji yang dibayarkan kepada anggota CV, firma, atau persekutuan (pasal 9 ayat 1.j)
Dalam ketenutan ini yang merupakan himpunan para anggotanya dikai pajak sebagai
satu kesatuan yaitu pada tingkat badan tersebut sehingga bagian laba yang diterima
oleh para anggota badan tersebut bukan merupakan objek pajak.
Apabila anggota badan tersebut merupakan anggota aktif dan mendapatkan gaji atas
pekerjaan, ketentuan perpajakan menganggap bahwa gaji tersebut pada dasarnya
adalah pembagian laba yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya fiskal.
Contoh 6 :
Pada tahun pajak 2007, persekutuan Y&M memperoleh :
Pendapaan dari usaha Rp.2.000.000.000
Biaya umum dan admin usaha Rp. 5.000.000.000
Laba sebelum pajak Rp. 1.500.000.000
Dalam biaya umum dan administrasi belum termasuk biaya gaji para sekutu sebesar Rp.
600.000.000 dari pembagian laba para sekutu sebesar Rp. 200.000.000 penghasilan kena
pajak persekutuan Y&M adalah..........
Jawab :
Dari ketentuan ketentuan diatas dapat ditentukan bahwa penghasilan kena pajak
persekutuan adalah Rp.1,5M, karena bagian laba dan gaji kepada para sekutu tidak
dapat dibebankan sebagai biaya fiskal.
8. Saksi perpajakan (pasal 9 ayat 1.k)
Untuk membina kepatuhan wajib pajak sanksi perpajakn tidak dapat dibebankan sebagai
biaya fiskal. Ketentuan ini tidak hanya berlaku untuk sanksi terkait dengan pajak negara
tetapi juga sanksi atas pajak daerah dan retribusi daerah (SE 02/PJ.42/2002).
9. Biaya atau pengeluaran yang diatur di pasal 13 PP No.94 tahun 2010
Jenis baya atau pengeluaran ini telah dibahas di bab II butir 8.2
10. Biaya dengan perlakuan khusus
1. Pemberian fasilitas mobil dan telepon seluler kepada pegawai
Dasar hukum : KLP 220/PJ/2002 : SE 09/FJ.42/2002
a. Telepon seluler
1. Atas biaya perolehan atau pembelian telepon seluler yang dimiliki dan
diperhunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau
pekerjaannya dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% dari
jumlah biaya perolehan atau pembelian melaui penyusustan aktiva tetap
kelompok 1.
2. Atas biaya berlangganan atau pengisisan ulang pulsa dan perbaikan teleon
seluler dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu
karena jabatan atau pekerjaannya dapat dibebankan sebagai biaya
perusahaan sebesar 50% dari jumlah biaya berlangganan dan perbaikan
dalam tahun pajak yang bersangkutan.
b. Mobi sedan dan sejenisnya
1. Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan
sedan atau sejenisnya yang dimiliki dan dipergunakan perushaan untuk
pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya dapat dibebankan
sebagai biaya perusahaan sebesar 50% dari jumlah biaya perolehan atau
pembelian atau perbaikan besar melalu penyusutan aktiva tetap
kelompok II.
2. Atas biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan yang dimiliki
dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan
atau pekerjaannya dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar
50% dari jumlah biaya pemeliharaan dan atau perbaikan rutin dalam
tahun pajak yang ebrsangkutan
2. Pembayaran pajak daerah dan retibrusi daerah
Dasar hukum : SE 02/PJ.42/2002
Pengeluaran untuk pajak daerah dan retribusi daerah dapat dibebankan
sebagai biaya dalam perhitungan penghasilan kena pajak sepanjang
memenuhi syarat syarat berikut :
a. Memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam UU no 18 th 1997
tentang pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana telah diubah
dengan UU no 34 tahun 2000
b. Berkaitan langusng dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak yang dikenakan
pajk penghasilan tidak bersifat final dan atau tidak berdasarkan norma
perhitungan penghasilan netto/norma perhitungan khusus.
c. Tidak termasuk pengeluaran untuk sanksi berupa bunga, denda dan atau
kenaikan.
3. Pembelian software komputer
Dasar hukum : KEP 316/PJ./2002
Di keputusan dirjenpajak ini diatur perlakuan pembebanan baiaya atas
pembelian program aplikasi umum dan khusus
a. Software umum
1. Program aplikasi umum program yang dapat dipergunana p;eh
pengguna umum untuk memproses berbagai pekerjaan dengan
komputer.
2. Atas pengeluaran biaya perolehan dan upgrade perangkat lunak
komputer berupa program aplikasi umum yagn dimiliki dan
digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memlihara
penghasilan yang merupakan obyek PPh, pembebannya dilakukan
sekaligus dalam bulan pengeluaran.
3. Dalam hal program aplikasi umum tersebut diperoleh sebagai
bagian dari harga pembelian perangkat keras komputer, maka
pembebannanya sudah termasuk dalam penyusutan perangkat
keras komputer tsb (kelompok 1)
b. Software khusus
Perlakuan pembiayaan atas pembelian program aplikasi khusus adalah
melalui jalan amortisasi
4. Pembayaran PBB dan BPHTB
Dasar hukum : SE 01/PJ.42/2002
a. BPHTB atas hak atas tanah yang dimiliki dalam perusahaan, dapat
dikurangkan sebagai biaya dalam perhitungan penghasilan kena pajak
melalui amortisasi hak atas tanah sepanjang hak atas tanah tsb dapat
diamortisasi sesuai ketentuan pasal 11 A UU pajak penghasilan
b. BPHTB atas hak atas bangunan yang dimiliki perusahaan dapat dikurangkan
sebagai baiya dalam perhitungan penghasilan kena pajak melalui
penyusutan bangunan tersebut sesuai ketentuan pasal 11 undang undang
pajak penghasilan.
c. PBB atas tanah dan bangunan yang dimilki dam dipergunakan dalam
perusahaan atau dimiliki untuk mendapatkan menagih dan memelihara
penghasilan dapat dikurangi sekaligus sebagai biaya dalam perhitungan
penghasilan kena pajak.
5. PPN Masukan yang tidak dapat dikreditkan
Psal 10 PP no.94 tahun 2010 mengatur sbb :
a. Pajak masukan tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
ayat (8) UU PPN dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
b. Pajak masukan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sehubungan
dengan pengeluaran untuk memperoleh harta tberwujud dan harta tidak
berwujud serta biaya lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 dari pasal 11 A UU PPh,
harus dikapitalisasi dengan pengeluaran atau biaya tersebut dan dibebankan
melalui penyusutan atau amortisasi
6. Biaya entertainment/ lobby/ perjamuan
Dasar hukum : SE 27/PJ.22/1986
Biaya entertainment unutk mendapatkan menagih dan memelihara penghasilan
pada dasarnya dapat dibebankan sebagai biaya fiskal, sepanjang dikeluarkan dalam
jumlah yang wajar dan dalam adat kebiasaan pedagang yang baik.
7. Biaya lain
Selain biaya biaya khusus diatas terdapat biaya biaya dengan perlakuan khusus
lainnya. Bab ini akan dibahas dibab yang terpisah.
Pengeluaran yang dapat dikurangkan / biaya fiskal
(pasal 6 ayat 1 UU PPh)
(1) Besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha
tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memlihara penghasilan, termasuk
a. Biaya yang secara langsung dan tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun sebagaimana dimaksud dalam
pasal 11 dan pasal 11 A
c. Iruan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri
keuangan
d. Kerugian karena penualan atau penagihan harta yang dimiliki dan digunakan
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan menagaih dan
memelihara penghasilan
e. Kerugian selisih kurs mata uang asing
f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di indonesia
g. Biaya beasiswa magang dan pelatihan
h. Piutang yang nyata nyata tidak dapat ditagih
i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah
j. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di
indonesia dengan ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah.
k. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan
peraturan pemerintah
l. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan peraturan
peerintah dan
m. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur
dengan peraturan pemerintah.
Pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan beban biaya fiskal
(pasal 9 UU PPh)
(1) Untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan
termasuk bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangan
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti deviden, termasuk
deviden yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembvagian sisa hasil usaha koperasi.
b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota
c. Pembentukan atau pengumpulan dana
d. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa dwiguna dan beasiswa, yang dibaya oleh
wajib pajak orang pribadi kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut
dihitung sebagai penghasilan bagi wajib pajak yang bersangkutan
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenimatan.
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada
pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan
g. Harta yang dihibahkan bantuan atau sumbangan dan warisan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b
h. Pajak penghasilan
i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib pajak atau
orang yang menjadi tanggungannya
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseorangan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham
k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan denga pelaksanaan perundang undangan di bidang perpajakan
(2) Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai
masa manfaat lebih dari satu ahu tidak boleh dibebankan sekaligus, melainkan di bebankan
melaui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 atau pasal 11 A.

Anda mungkin juga menyukai