Anda di halaman 1dari 14

Cakupan Materi

1.
2. PERTIMBANGAN 3. STRUKTUR
PENDAHULUA
MENYELURUH DAN ISI
N

Identifikasi Laporan
Penyajian Secara Keuangan
Tujuan Wajar
Laporan
Keuangan Kebijakan Periode Laporan
Akuntansi

Kelangsungan
Usaha 4.  NERACA
Komponen
Laporan Dasar Akrual
Keuangan
Aset Lancar
Konsistensi Penyajian

Kewajiban
Materialitas dan Jangka
Agregasi Pendek

Saling Hapus Informasi


(Offsetting )
yang
Informasi Komparatif Disajikan
dalam Neraca
1. PENDAHULUAN
a. Tujuan Laporan Keuangan
tujuan umum adalah memberikan
informasi tentang posisi keuangan, laporan keuangan menyajikan
kinerja dan arus kas entitas syariah  informasi mengenai entitas
yang bermanfaat  bagi sebagian syariah yang meliputi:
besar  kalangan pengguna laporan
a. Aset;
dalam rangka membuat keputusan – b. Kewajiban;
keputusan  ekonomi serta c. Dana syirkah temporer;
menunjukkan pertanggungjawaban d. Ekuitas;
(stewardship) manajemen atas e. Pendapatan dan beban
penggunaan sumber- sumber daya termasuk keuntungan dan
yang dipercayakan kepada mereka kerugian;
f. Arus kas;
g. Dana zakat; dan
h. Dana kebajikan.(paragraf
8, PSAK no. 101, 2007)
b. Komponen Laporan Keuangan

Neraca;

Laporan Laba Rugi;

Laporan Arus Kas;

Laporan Perubahan Ekuitas;

Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat;

Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan;

Catatan atas Laporan Keuangan.(paragraph 11, PSAK


NO. 101, 2007)
2. PERTIMBANGAN MENYELURUH
a. Penyajian Secara Wajar

Laporan keuangan harus menyajikan


secara wajar posisi keuangan, kinerja
b. Kebijakan Akuntansi
keuangan, dan arus kas entitas
syariah dengan menerapkan Dalam penyusunan dan
Pernyataan Standar Akuntansi penyajian laporan keuangan
Keuangan secara benar disertai
syariah, diperlukan kebijakan
pengungkapan yang diharuskan
akuntansi  tertentu yang terkait
Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan dalam Catatan atas Laporan dengan traksaksi dan pos-pos di
Keuanga. laporan keuangan agar
menghasilkan informasi yang
dapat diandalkan dan relevan
untuk pengambilan keputusan
ekonomi para pemakai laporan
keuangan tersebut. 
c. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan harus disusun berdasarkan
asumsi kelangsungan usaha, kecuali manajemen
bermaksud  untuk melikuidasi atau menjual, atau
tidak mempunyai alternatif  selain melakukan hal
tersebut.
D. DASAR AKRUAL

Dasar akrual pengakuan pendapatan


• Penjualan kredit, akan dicatat :

tgl keterangan reff debit kredit

Piutang usaha Rp xxx

Penjualan Rp xxx

Harga Pokok Penjualan Rp xxx

Persediaan Barang Dagang Rp xxx


• Penerimaan pelunasan piutang usaha, akan dicatat:

tgl keterangan reff debit kredit

kas Rp xxx

Piutang usaha Rp xxx


• pada dasar kas pengakuan pendapatan, yang memenuhi Al
Baqarah:282 dan Surat Luqman:34, transaksi tersebut dapat dicatat:

tgl keterangan reff debit kredit

Piutang usaha Rp xxx

Persediaan Barang Dagang Rp xxx

Laba tangguhan Rp xxx


• Penerimaan pelunasan piutang usaha, akan dicatat:

tgl keterangan reff debit kredit

kas Rp xxx

piutang usaha Rp xxx

Harga Pokok Penjualan Rp xxx

Laba tangguhan Rp xxx

Penjualan Rp xxx
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan
keuangan antar periode harus konsisten , kecuali:

1.Terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat


operasi entitas syariah atau perubahan penyajian
akan menghasilkan penyajian yang lebih tepat
E. KONSISTENSI
atas suatu transaksi atau peristiwa; atau
PENYAJIAN

2.Perubahan tersebut diperkenankan oleh


Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan  atau
Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan. (paragraph 26, PSAK no. 101, 2007).
 F. MATERIALITAS DAN AGREGASI

informasi dianggap material jika dengan


tidak diungkapkannya informasi tersebut
dapat mempengaruhi pengguna laporan
keuangan dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
Sebagai contoh :

Dalam perhitungan Kas harian oleh kasir, yaitu mencocokkan


antara uang kas yang diterima secara fisik dan catatan dalam cash
register, terdapatlah angka,
misalnya, kas tunai fisik yang diterima = Rp 5.750.500,- sedangkan
menurut cash register tercatat Rp 5.750.000,-.
Berdasarkan perbandingan ini terdapat selisih kas sebesar Rp 500.
—yang melebihi catatan.
Apakah Rp 500,-- sebagai selisih ini dapat dikatakan material?
Saya kira, jumlah Rp 500,- bila dibandingkan dengan catatan kas
sebesar Rp  5.750.000,- adalah tidak material, karena dilihat dari %
selisih tersebut tidak ada 1%, bahkan 1 per mil pun tidak ada.
Jadi, materialitas memerlukan standar selisih yang
disepakati bersama
3. STRUKTUR DAN ISI

Nama entitas syariah pelapor atau


edentitas lain;
a. Identifikasi Laporan

Cakupan laporan keuangan, apakah


mencakup hanya satu entitas atau
beberapa entitas;
Keuangan

Tanggal atau periode yang dicakup oleh


laporan keuangan, mana yang lebih tepat
bagi setiap komponen laporan keuangan;

Matauang pelaporan;

Suatu angka yang digunakan dalam


penyajian laporan keuangan

Anda mungkin juga menyukai