Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH EKUITAS

TUGAS MATA KULIAH “ TEORI AKUNTANSI “

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 11

1. MUHAMMAD SYAFRIZAL [ 180301293 ]


2. ANNISA AZAHRA [ 180301301 ]
3. CHINTYA SISKA FEBRINA [ 180301272 ]
4. YOLA WINANDA [ 180301314 ]

DOSEN PENGAMPU:
SITI SAMSIAH, SE., M.Ak

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU


TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu. Adapun judul tugas
ini adalah “ Ekuitas “. Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas dari dosen
pengajar mata kuliah Teori Akuntansi di Semester 7. Selain itu, penulis juga
mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan tentang
ekuitas dalam akuntansi.

Makalah yang penulis sajikan ini dihadirkan dalam bentuk yang sederhana dan
mudah dipahami. Namun demikian, penulis menyadari adanya kekurangan dari materi
didalam ini dengan bantuan berbagai pihak yang memberikan dukungan, saran, dan
kritikan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu, penulis meminta kritik dan saran dari berbagai pihak terutama dari
Ibuk Siti Samsiah, SE., M.Ak., selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah Teori
Akuntansi. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dan
pendidikan kita semua.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

2
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................. ………1


KATA PENGANTAR…………………………………..……………………………...2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………........3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………4
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….5
2.1. Pengertian Ekuitas…………………………………………………………..5
2.2. Komponen Ekuitas Pemegang Saham………………………………………6
2.3. Tujuan Penyajian Ekuitas…………………………………………………...7
2.4. Pembedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan……………………………....7
2.5. Modal Yuridis……………………………………………………………….8
2.6. Modal Setoran Lain…………………………………………………………8
2.7. Penurunan Modal Setoran…………………………………………………16
2.8. Perubahan Laba Ditahan…………………………………………………...20
2.9. Koreksi Kesalahan…………………………………………………………21
2.10. Perubahan Akuntansi……………………………………………………..23
2.11. Kuasi-Reorganisasi………………………………………………………25
2.12. Penyajian Modal Pemegang Saham……………………………………...26
2.13. Perincian Laba Ditahan…………………………………………………..28
2.14. Laba Komprehensif……………………………………………………....29
2.15. Penyajian Laba Komprehensif……………………………………………32
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………...34
3.1. Rangkuman………………………………………………………………...34
3.2. Soal Essay………………………………………………………………….35
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………35

3
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam suatu perusahaan perseorangan ekuitas disebut sebagai modal,
dikarenakan ekuitas lebih merefleksi makna yang terkandung di dalam ekuitas. Karena
ekuitas dapat mengandung unsur pemilikan (ownership), untuk organsiasi nonprofit
ekuitas disebut dengan aset bersih (net assets) untuk menghindari kesan adanya
pemilikan. Dari sudut pemegang saham, ekuitas pemegang saham merupakan ha katas
kekayaan atau nilai yang tertanam dalam perseroan, dilihat dari sudut kesatuan usaha,
ekuitas pemegang saham termasuk “ utang “ perseroan kepada para pemegang saham.
Oleh karena itu, ekuitas pemegang saham dapat dipandang sebagai gambaran
hubungan yuridis antara perseroan dengan pemegang saham. Karena, konsep kesatuan
usaha menuntut adanya artikulasi antar statemen keuangan, tidak terdapat masalah dalam
pembahasan ekuitas sepeti elemen pendapatan, biaya, dan laba. Teori ekuitas bersifat
semantic adalah teori sudut pandang atau teori entitas. Ekuitas pemegang saham terdiri
atas dua komponen penting yaitu modal setoran (paid-in atau contributed capital) dan laba
ditahan (retained earnings). Sebagai pasangan modal setoran, laba ditahan dapat sebagai
adanya modal bentukan atau ciptaan (earned capital).
Karena konsep kesatuan usaha menuntut artikulasi antar statment keuangan, tidak
terdapat masalah sematik atau definisional dalam pembahasan ekuitas seperti halnya
elemen pendapatan, biaya, dan laba. Teori ekuitas yang bersifat sematik adalah teori sudut
pandang atau teori entitas. Teori ini sangat erat kaitannya dengan laba, sehingga teori ini
pasti dibahas pada pembahasan makalah tentang laba.

Oleh karena itu, teori tentang ekuitas pemegang saham dalam makalah ini
berfokus pada bagaimana informasi ekuitas pemegang saham beserta perubahannya
disajikan dalam statment keuangan. Ekuitas pemegang saham itu sendiri terdiri atas dua
komponen penting yaitu modal setoran (paid-in atau contributed capital) dan laba ditahan
(retained earnings). Sebagai pasangan modal setoran, laba ditahan dapat disebut sebagai
modal bentukan atau ciptaan (earned capital). Berdasarkan pembahasan latar belakang
diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul makalah mengenai ekuitas.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN EKUITAS


Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002), misalnya Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) pasal 49 mendefinisikan ekuitas sebagai :
“Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua
kewajiban.”
Definisi dengan yang dikemukakakn oleh FASB dalam SFAC No. 6 sebagai
berikut: “Equity or net asset is the residual interest in the assets of an entity that
remains after deducting its liabilities.”
“Ekuitas atau aset bersih adalah hak residual atas aset suatu entitas yang tersisia
setelah dikurangi kewajibannya.”
Dalam berbagai sumber, terdapatlah definisi ekuitas bahwa ekuitas sebagai hak
residual untuk menunjukkan bahwa ekuitas bukan kewajiban berarti ekuitas bukan
pengorbanan sumber ekonomik masa datang. Karena, dikatakan atas dasar aset dan
kewajiban, maka nilai ekuitas bergantung pada aset dan kewajiban yang diukur. Menurut
Godfrey, Hodgson, dan Holmes (1997) membedakan antara ekuitas dan kewajiban
berdasarkan kriteria, yaitu:
a. Hak-hak masing-masing pihak atas penyelesaian klaim.
b. Hak penggunaan aset dalam operasi.
c. Substansi ekonomik perjanjian.
Akan tetapi, terdapat dua karakteristik yang melekat pada hak kreditur yaitu:
a. Penyelesaian klaim mereka pada tanggal tertentu melalui transfer aset
b. Prioritas diatas pemilik dalam penyelesaian klaim mereka dalam hal likuidasi.
Jadi, klaim kreditor terbatas jumlahnya dan diselesaikan pada tanggal tertentu
sedangkan klaim pemegang saham merupakan jumlah residual dan tidak harus
diselesaikan pada tanggal tertentu. Di lain pihak, pemilik mempunyai akses, hak dan
autoritas untuk menjalankan perusahaan dan menggunakan atau mengendalikan aset.
Sehinga, pemegang saham menanggung segala risiko yang berkaitan dengan operasi
perusahaan. Oleh karena itu, hak kreditur sebenarnya berbeda dengan hak pemegang
saham, kreditor berhak atas pelunasan sedangkan pemegang saham berhak atas
pembagian laba. Jadi, kreditor menanggung risiko lebih kecil dan mendapat imbalan tetap
berupa bunga dan pokok pinjaman sedangkan pemegang saham menanggung risiko lebih
besar sehingga berhak atas kembalian yang bervariaasi melalui pembagian laba.

5
2.2. KOMPONEN EKUITAS PEMEGANG SAHAM
Dari segi terjadinya dan sumbernya, ekuitas pemegang saham diklasifikasi atas
dasar dua komponen penting yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecah
menjadi modal saham (capital stock) sebagai modal yuridis (legal capital) dan modal
setoran tambahan (additional paid-in capital), dan komponen lain yang merefleksi
transaksi pemilik. Gambar komponen modal ekuitas pemegang saham dan pos-pos yang
mempengaruhinya (sumber perubahan).
Gambar Ekuitas Pemegang Saham dan Komponennya

Ekuitas Pemegang
Saham

Modal Bentukan atau


Modal Setoran Lain-Lain
Laba Ditahan

Modal Yuridis Modal Setoran Lain

a. Penerbitan Saham a. Premium modal


Baru saham. a. Laba atau rugi (dari
b. Kapitalisasi Laba b. Penjualan saham state men laba-rugi).
Ditahan treasuri. b. Dividen.
c. Dividen Saham c. Penyerapan defisit c. Rekapitulasi.
d.Konversi obligasi d. Deklarasi dividen d. Defisit.
atau saham istimewa likuidasi
terkonversi e. Koreksi.
e. Restrukturasi kapital
e. Stock Subscriptions f. Perubahan Akuntansi
f. Revaluasi aset

Komponen lain-lain terdiri atas pos-pos yang tidak dimasukkan dalam komponen
modal setoran lainnya atau laba ditahan tetapi sebagai pos ekuitas pemegang saham. Pos
ini adalah untung penahanan belum terealisasi, penyesuaian kapital belum terealisasi
lainnya, selisih revaluasi, dan hak pemegang saham minoritas.
Dalam berbagai literatur, modal sering disebut invested capital, original capital,
dan original investment. Modal yuridis disebut formal capital, restricted capital, stated
capital, atau capital stock. Modal setoran lain disebut sebagai paid-in surplus, unrestricted
capital, paid-in capital in capital in excess of capital stock, capital in excess of par, capital
surplus, atau stock premium. Istilah capital surplus digunakan dalam APB Opinion No. 6

6
Pasal 12. Sedangkan, laba ditahan disebut sebagai surplus reserve, accumulated surplus,
atau earned surplus.

2.3. TUJUAN PENYAJIAN EKUITAS


Tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan
informasi kepada yang berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan akan
informasi kepada yang berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan (stewardship)
manajemen. Tujuan lainnya adalah untuk menyediakan informasi tentang Riwayat serta
prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya. Untuk memenuhi tujuan
penyajian ekuitas pemegang saham, yaitu:
a. Sumber ekuitas pemegang saham berserta riwayatnya.
b. Peraturan yuridis yang membatasi pembagian dividen dan pengembalian
modal setoran kepada pemegang saham.
c. Prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas lainnya.

2.4. PEMBEDAAN MODAL SETORAN DAN LABA DITAHAN


Klasifikasi ekuitas pemegang saham menjadi modal setoran dan laba ditahan
dengan merefleksi pembedaan atas dasar sumber. Makin besarnya perusahaan
menjadikan ekuitas pemegang saham berubah dalam jumlahnya tetapi dalam komposisi
atau sumbernya. Dilihat dari sumber, ada beberapa komponen yang membentuk ekuitas
pemegang saham, yaitu:
a. Jumlah rupiah yang disetorkan oleh pemegang saham.
b. Laba ditahan yang merupakan sisal aba setelah pembagian dividen.
c. Jumlah rupiah yang timbul akibat apresiasi atau revaluasi aset fisis tertentu.
d. Jumlah rupiah donasi dari pihak non pemegang saham.
e. Sumber lainnya.
Laba ditahan pada dasarnya terbentuk dari akumulasi biaya yang dipindahkan dari
akun ikhtisar laba-rugi. Begitu, saldo laba ditutup ke laba ditahan, sebenarnya saldo laba
menjadi elemen modal pemegang saham yang sah. Laba ditahan menunjukkan sejumlah
ha katas seluruh jumlah rupiah aset bukan hak atas jenis aset tertentu.
Pembedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang yaitu dari segi
administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya melaba sehingga laba
ditahan harus dipisahkan dengan modal setoran meski jumlah akhirnya ditotal untuk
membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan ini penting secara yuridis karena
modal setoran merupakan dana dasr yang dipertahankan untuk menunjukkan
perlindungan bagi pihak lain.
Menurut Paton dan Littleton (1970) berargumen bahwa jumlah rupiah modal
setoran tidak menunjukkan secara khusus tujuan penggunaan jumlah rupiah tersebut.
Oleh karena itu, perubahan dalam modal setoran harus dibatasi untuk transaksi antara
perseroan dengan pemegang saham (pemilik). Perubahan aset akibat adanya transaksi
modal yang tidak berkaitan dengan perubahan aset akibat transaksi operasi (kegiatan
menciptakan laba). Maka, perubahan terbagi 2 yaitu perubahan karna transaksi operasi,

7
dan perubahan karna transaksi modal. Pembedaan menjadi dasar utama penyajian
statemen laba rugi komprehensif.
2.5. MODAL YURIDIS
Modal setoran dibedakan menjadi modal yuridis dan modal setoran lain. Modal
yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa sejumlah rupiah yang
dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap pihak lain. Modal yuridis merupakan
jumlah rupiah “minimal” yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal
yuridis. Tujuan penyajian modal yuridis adalah untuk memberi informasi kepada para
pemegang ekuitas lainnya tentang batas perlindungan investasinya. Akuntansi
menganggap pengungkapan modal yuridis tersebut tidak penting karena akuntansi lebih
menekankan pada jumlah rupiah yang benar-benar disetor pemegang saham sebagai
jumlah rupiah kontrak antara perseroan dengan pemegang saham.
➢ Besarnya Modal Yuridis
Dalam hal ini modal yuridis sama dengan modal saham. Modal saham menunjuk
jumlah rupiah perkalian antara cacah saham beredar dengan nilai nominal per saham.
Jumlah merupakan jumlah rupiah yang secara yuridis menjadi hak pemegang saham
dalam transaksi pembelian saham jumlah rupiah yang disetor melebihi modal yuridis
tersebut. Modal saham ini merupakan batas tanggungjawab pemegang saham dan batas
kerugian pribadi yang harus ditanggung pemegang saham. Artinya, hal terjadi likuidasi
pemegang saham tidak menuntut pembagian kekayaan atas dasar modal yang disetor.
2.6. MODAL SETORAN LAIN
Nominal saham merupakan alat untuk pemerataan distribusi pemilikan untuk
menunjukkan nilai saham itu sendiri. Ada dua alasan penerbitan saham tanpa nilai
nominal yaitu untuk menghindari utang bersyarat dalam hal saham terjual di bawah harga
nominal dan tidak ada hubungan antara nilai nominal dengan harga pasar saham.
Penerbitan saham tanpa nilai nominal dapat menimbulkan persoalan dalam perusahaan
likuidasri karena sulit untuk menentukan dasar pembagian kekayaan dalam suatu
perusahaan. Yang lebih tidak menguntungkan bagi kreditor dan pihak berkepentingan
lainnya adalah bahwa saham tanpa nilai nominal dijual dengan harga yang rendah untuk
tujuan mempengaruhi harga saham.
Dalam pemecahan modal setoran menjadi modal saham dan modal setoran lain,
modal saham tidak menunjukkan modal yuridis karena modal saham berbeda jumlahnya
dengan modal yuridis. Pemisahan semacam ini semata-mata merupakan tradisi dan
dipengaruhi oleh konsep yang disebut trust-fund theory yang pada prinsipnya menyatakan
bahwa harus ada batas jumlah rupiah maksimum yang dapat didistribusikan secara yuridis
kepada pemegang saham dalam kondisi perusahaan berjalan normal kecuali dalam hal
perusahaan dilikuidasi.
Modal yuridis dapat diubah tanpa harus menerbitkan saham baru. Karena, modal
yuridis berubah akibat transfer antar sumber dana sehingga untuk menentukan berapa
modal yuridis perusahaan sebagai informasi kepada pihak yang berkepentingan. Dalam
perusahaan besar, laba berkembang, modal yuridis merupakan bagian kecil dari total

8
ekuitas pemegang saham. Kreditor akan lebih mendasarkan keputusannya pada total
sumber ekonomi perusahaan, kemampuan memperoleh laba, dan keijakan keuangan
perusahaan daripada modal yuridis (Suwardjono, 2010:520).
Pendapat ini menurut Paton & Littleton menyatakan bahwa modal saham dan
modal setoran lain merupakan komponen sebagai satu kesatuan dan jumlah rupiahnya
ditotal untuk menunjukkan modal setoran total. Selanjutnyam membedakan antara modal
setoran dengan laba ditahan. Pasal 42 UU No. 1 Tahun 1995 bahwa saham tanpa nilai
nominal tidak diterbitkan. Ketentuan untuk menentukan modal yuridis. Nilai nominal
merupakan jumlah rupiah minimal yang harus disetor investor sehingga membentuk
modal yuridis (Suwardjono, 2010:520).
Paton dan Littelon (1970) menegaskan bahwa perseroan merupakan kesatuan
usaha maupun kesatuan hukum. Sifat ganda ini menjadikan akuntansi mempunyai fungsi
ganda yaitu menyajikan data ekonomik sekaligus mencerminkan aspek yuridis yang
sebenarnya. Fungsi ganda ini menimbulkan masalah pelaporan ekuitas pemegang saham
karena konsep kesatuan usaha dan konsep hukum sangat berbeda. Dari segi hukum ada
tendensi untuk memandang ekuitas pemegang saham sebagai jumlah rupiah tertentu yang
menjadi batas penarikan kembali dana yang ditanamkan oleh pemegang saham tanpa
memeperhatikan setoran yang sesungguhnya. Dari segi akuntansi yang menganut
substansi dari pada bentuk, memandang ekuitas pemegang saham adalah seluruh jumlah
yang secara ekonomik tertanam di perusahaan termasuk laba ditahan (Suwardjono,
2010:520).

Selanjutnya Paton dan Littleton berargumen bahwa penggunaan lapora perseroan


untuk kepentingan pengelolaan dan keuangan adalah lebih sering dibandingkan untuk
kepentingan yuridis dan bahwa penggunaan yang lebih sering harus lebih menentukan
bentuk penyajian dari pada penggunaan yang hanya kadang-kadang (insidental). Akan
tetapi, hal ini tidak berarti mengurangi arti penting laporan dari sudut pandang yuridis.
Dengan demikian, modal saham yuridis (legal capital) dapat saja disajikan sebagai suatu
rincian dibawah judul “modal setoran total”. Oleh karena itu, neraca akan menjadi kurang
informatif kalau komponen-komponen modal setoran dipisahkan tetapi tidak ditunjukan
totalnya (Suwardjono, 2010:520-521).

Dengan dasar pemikiran diatas, transfer dari modal setoran ke laba ditahan tanpa
alasan yang kuat adalah penyimpangan dari penalaran yang valid. Ini berarti bahwa modal
tidak dapat digunakan sebagai sumber laba ditahan. Demikian juga, tidak
sebagainpundari jumlah rupiah laba ditahan dapat dimasukan sebagai modal setoran
kecuali jumlah rupiah tersebut telah diubah menjadi modal dengan proses kapitalisasi
yuridis atau telah berubah karena transaksi modal yang dibahas dibawah ini (Suwardjono,
2010:521).

➢ Perubahan Modal Setoran


Transaksi, kejadian dapat menyebabkan perubahan dalam modal setoran, modal
setoran lain, dan laba ditahan baik secara individual maupun bersamaan. Tujuan utama
akuntansi modal setoran adalah untuk membedakan secara tegas antara perubahan akibat

9
transaksi operasi dan perubahan akibat transaksi modal. Berbagai sumber dapat
mengubah modal setoran yaitu:
Pemesanan saham (stock subscriptions)
Pada saat perseroan didirikan pada saat melakukan penawaran publik perdana,
perusahaan menetapkan apa yang disebut modal dasar. Sertifikat saham yang dicetak
dalam suatu perusahaan disebut saham dalam portepel dimana bila saham terjual dan
pembeli telah membayar, maka sertifikat saham diserahkan kepada pembeli, sehingga
saham dalam portepel berkurang. Jumlah rupiah saham pesanan diakui sebagai modal
setoran apabila kedua syarat dipenuhi, yaitu:
a. Jumlah rupiah yang disepakati dalam pemesanan merupakan klaim yuridis
bagi perusahaan terhadap pemesanan dan tidak dapat dibatalkan. Bahwa
kesepakatan pemesanan termasuk kontrak yang mengikat sehingga
menimbulkan piutang pesanan saham bagi penerbit yang tidak dipenuhi maka
dapat menuntut secara yuridis untuk dilunasi.
b. Harga pemesanan tersebut akan ditagih penerbit dalam periode yang cukup
pasti dan tidak terlalu lama. Tidak ada kepastian tentang pelaksanaan transaksi
penerbitan pemesanan tidak dapat diakui sebagai modal setoran.

Obligasi terkonversi
Perusahaan menerbitkan obligasi dengan karakteristik bahwa obligasi dapat
ditukarkan dengan saham atas kehendak pemegang obligasi dalam periode konversi
tertentu. Ada dua nilai yang digunakan dalam basis kapitalisasi, yaitu:
a. Nilai buku (book value) atau nilai bawaan (carrying value) obligasi pada saat
penukaran.
b. Harga pasar obligasi atau harga pasar saham.
Mereklasifikasi nilai buku menjadi modal saham dan diskon modal saham
tergantung kasusnya. Oleh karena itu, dengan tidak ada untung atau rugi diakui pada saat
transaksi pertukaran. Ada juga, bahwa obligasi diterbitkan, semua penerimaan kas
diperlakukan sebagai utang yang tidak dapat dipisahkan jumlah rupiah yang melekat pada
obligasi sebagai obligasi biasa dan hak tukar. Pendekatan kedua memperlakukan selisih
antara harga pasar obligasi atau saham dengan nilai buku obligasi sebagai untung atau
rugi. Nilai pasar obligasi ini ditandingkan dengan nilai buku obligasi untuk menentukan
laba atau rugi yang tepat. Secara konseptual, pengakuan laba atau rugi karena konversi
merupakan transaksi modal bukan operasi. Secara teoritis, transaksi modal tidak
menimbulkan pendapatan, laba atau rugi.
Saham istimewa terkonversi atau hak-tukar (convertible stock)
Pengukuran jumlah rupiah diakui sebagai modal setoran menggunakan pada
obligasi terkonversi. Ada beberapa pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan nilai nominal saham prioritas ditransfer ke modal pemegang
saham dan diskon modal pemegang saham biasa. Tidak ada untung atau rugi

10
yang diakui pada saat menerbitkan saham prioritas dianggap sebagai modal
setoran untuk saham biasa.
b. Pendekatan terdapat selisih antara harga pasar baik saham biasa maupun
saham prioritas, selisih harus kompensasi atau dari laba ditahan. Pendekatan
diterimanya konsep kesatuan usaha karena laba ditahan sebagai ekuitas
perusahaan terpisah atau independen.
Pendekatan dua transaksi yaitu konversi dianggap sebagai transaksi penebusan
Kembali saham prioritas dan transaksi penjualan saham biasa dengan harga pasar yang
berlaku. Setelah terkonversi berarti perusahaan bertambah dan mengurangi risiko
pemegang saham biasa. Penggunaan harga pasar dengan transaksi pertukaran untuk
potensi jasa atau aset yang tidak sejenis menggunakan harga pasar sebagai dasar
penentuan cost-nya.
Dividen saham (stock dividends)
Dividen saham merupakan distribusi dividen dalam bentuk saham sejenis dengan
saham yang diterbitkan. Distribusi dividen saham tidak disertai dengan kapitalisasi laba
ditahan, dividen saham akan menyerupai pemecahan saham. Pemecahan saham adalah
penurunan nominal per saham dengan menukar tiap satu saham yang beredar dengan dua
atau lebih saham baru yang merupakan pecahan dari nilai nominal saham semula.
Pembagian dividen saham tanpa kapitalisasi laba ditahan dengan
mempertahankan klasifikasi ekuitas atas sumber. Dari sudut pandang perusahaan adalah
saham beredar menjadi lebih banyak tanpa perubahan rupiah modal setoran dan laba
ditahan sehingga nominal per lembar saham akan turun. Pembagian dividen saham
menimbulkan masalah penilaian untuk kapitalisasi laba ditahan yang menggunakan dasar
nominal saham atau harga pasar saham bergantung pada tujuan pembagian dividen
saham.
Penilaian untuk menentukan kapitalisasi laba ditahan dapat menggunakan dasar
nominal saham atau harga pasar saham bergantung kepada karakteristik atau tujuan
pembagian dividen saham tersebut.
➢ Karakteristik Dividen Saham
Bagi pemegang saham, dividen saham bukan merupakan pendapatan atau laba.
Dari sudut pandang kesatuan usaha, dividen saham bukan merupakan pembagian laba
karena tidak ada penurunan aset perusahaan atau kenaikan utang perusahaan. Bila dividen
saham sebagai pendapatan in natura karena menaikkan nilai investasi, pendapatan belum
terealisasi belum dijual oleh penerimanya.
Dari sudut pandang kesatuan usaha, dividen saham merupakan pembagian laba
karena tidak ada penurunan aset perusahaan atau kenaikan utang perusahaan. Berbeda
dengan dividen kas merupakan pendapatan bagi penerima karena ada transfer
kemakmuran ke pemegang saham.
Dalam konsep kesatuan usaha, bahwa laba ditahan dipandang sebagai bagian dari
modal pemegang saham. Jika, perusahaan memperoleh laba maka modal pemegang
saham naik dengan jumlah yang sama. Oleh karena itu, dividen saham atau dividen kas

11
bukan termasuk pendapatan atau laba bagi pemegang saham karena pada saat pemegang
saham tidak dapat bertambah lagi. Dividen kas berfungsi sebagai konfirmasi bahwa
kemakmuran pemegang saham naik secara objektif sebelum dividen. Kalau laba ditahan
dianggap sebagai ekuitas terpisah sehingga ekuitas pemegang saham terdiri atas modal
setoran, dividen saham merupakan pendapatan bagi pemegang saham karen memperoleh
sesuatu dari sebelumnya.
Dari sudut pandang kesatuan pemilik, bahwa dividen saham bukan merupakan
laba bagi penerimanya karena laba perseroan merupakan laba pemilik. Dari sudut
pandang akuntansi adalah kesatuan usaha meurpakan pendapatan bagi pemegang saham
bukan relevan. Kapitalisasi berdasarkan menjadi 3 yaitu:
❖ Kapitalisasi Atas Dasar Nilai Nominal
Tujuan penyajian informasi modal pemegang saham adalah untuk menunjukkan
modal yuridis, kapitalisasi dividen saham sebesar nilai nominal atau nyatanya. Jumlah ini
merupakan jumlah minimal harus dikapitalisasi untuk memenuhi Kapitalisasi dividen
saham sebesar nilai nominal dengan jumlah minimal harus dikapitalisasi untuk memenuhi
ketentuan yuridis. Alasan pendukung kapitalisasi sebesar nilai yuridis bahwa dividen
saham bukan merupakan pendapatan dan mengkapitalisasi sebesar harga pasar bahwa
dividen merupakan pendapatan ke dalam suatu perusahaan.
Alasan lain yaitu bahwa harga pasar menggambarkan harga seluruh ekuitas
pemegang saham. Bila modal yuridis ditunjukkan tanpa melakukan kapitalisasi resmi
yang ditempuh disebut klasifikasi ganda. Modal saham yuridis ditunjukkan dalam catatan
kaki di neraca ditunjukkan bagian laba ditahan yang dikapitalisasi.
❖ Kapitalisasi Atas Dasar Harga Saham
Dividen saham dipandang sebagai pengganti dividen kas karena dividen saham
mempunyai nilai. Nilai tersebut diukur atas dasar harga saham. Harga pasar merupakan
dasar yang tepat untuk menentukan kapitalisasi. Dasar pikiran mendukung, yaitu:
a. Laba ditahan pada dasarnya adalah reinvestasi dari pemegang saham tanpa
tindakan pernyataan resmi. Jumlah yang ditanamkan adalah sebesar harga
pasar saham dimata pemegang saham karena pemegang saham dapat menjual
dividen saham untuk mendapatkan kas.
b. Transaksi dividen saham terdiri atas dua transaksi yaitu pembagian dividen
kas dan penerbitan saham baru dengan harga sebesar dividen kas tersebut.
c. Jumlah rupiah dividen saham adalah cost kesempatan penjualan saham baru
ke pasar modal.
d. Penggunaan harga pasar dalam mengurangi para pemegang saham tersedia
laba ditahan yang dapat didistribusi dalam bentuk dividen saham atau kas.
Harga pasar mereflesi ekuitas pemegang saham total dalam perusahaan yaitu
modal setoran laba ditahan. Jadi, mentransfer jumlah merefleksi elemen modal setoran
dan laba ditahan ke modal setoran itu sendiri. Oleh karena itu, pendekatan dua transaksi
menjadi valid karena pemegang saham memiliki opsi untuk menerima dividen kas atau

12
menerima jumlah yang sama dalam bentuk jumlah saham yang dihitung atas dasar harga
pasar saham.

Hak Beli Shaam, Opsi, dan Waran (Stock Right, Options, and Warrant)
➢ Hak Beli Saham
Hak beli saham merupakan hak yang diberikan bagi pemegang saham lama untuk
membeli sejumlah saham untuk mempertahankan pemilikan pemegang saham lama. Oleh
karena itu, hak beli saham dianggap memiliki harga pasar sehingga hak beli dikapitalisasi.
Harga pasar hak beli saham sebesar selisih harga pasar saham dengan harga yang harus
dibayar pemegang saham yang memiliki hak beli saham.
Bila dividen saham dikapitalisasi maka hak beli saham dapat dikapitalisasi karena
hak beli saham dianggap sebagai dividen saham dengan nilai sebesar harga pasar hak beli
saham. Jumlah ini dikapitalisasi ke modal setoran lain. Argument ini menyatakan bahwa
kapitalsiasi hak beli saham menjadi modal setoran yang disetorkan oleh pemegang saham
dan tidak ada saham baru yang diterbitkan.
➢ Opsi Saham
Opsi merupakan instrument sebagai sekuritas turunan saham atau derivatif saham.
Opsi saham disebut turunan karena ada sekuritas yang melandasi basis. Secara umum
opsi sebagai klaim untuk membeli atau menjual saham tertentu yang diciptakan oleh
investor untuk dijual kepada investor lain. Opsi call memberi hak kepada pemegang
saham untuk membeli sejumlah saham dengan harga tertentu setiap saat pada tanggal
tertentu. Opsi put memberi hak kepada pemegang saham untuk menjual sejumlah saham
dengan harga tertentu setiap saat sebelum hak habis pada tanggal tertentu.
Opsi saham adalah semacam kontrak yang memberi hak kepada karyawan
perusahaan untuk membeli saham perusahaan dalam jangka waktu tertentu dengan harga
tertentu. Opsi saham digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan loyalitas dan
motivasi karyawan dengan menjadikan pemilik perusahaan dan menambah penghasilan
karyawan. Dalam opsi saham karyawan bahwa harga pengambilan rendahnya disbanding
harga pasar sehingga selisihnya dipandang sebagai kompensasi atau imbalan jasa
karyawan. Adapun masalah akuntansi berkaitan dengan opsi saham karyawan yaitu:
a. Apakah manfaat yang didapat oleh karyawan dari opsi saham merupakan
tambahan.
b. Kalau merupakan kompensasi tambahan, bagaimana mengukur kompensasi
tersebut.
c. Dalam periode mana kompensasi diakui sebagai biaya.

✓ Opsi Saham Non Imbalan


Program opsi saham untuk menambah penghasilan karyawan tidak dikategorikan
sebagai kompensasi tambahan harus diakui sebagai biaya. Manfaat yang diperoleh
karyawan yang mengambil opsi atau membeli saham dengan harga opsi yang lebih rendah
dari harga pasar saham bersangkutan merupakan elemen kompensasi tersebut diakui

13
sebagai biaya dalam menghitung laba dalam periode opsi saham diberikan dalam periode
manfaat telah terealisasi atau dinikmati karyawan.
Tujuan yang terkandung dalam opsi saham untuk dijadikan dasar untuk
menentukan apakah opsi saham bersifat kompensasi atau non kompensasi ada 4
karakteristik program opsi saham dipenuhi, yaitu:
a. Hampir seluruh karyawan penuh yang memenuhi kualifikasi jabatan terbatas
boleh berpartisipasi dalam program opsi saham.
b. Karyawan mempunyai hak membeli saham dalam jumlah yang sama atau
dasar persentase tertentu dari gaji atau upah.
c. Jangka waktu opsi tidak terlalu lama.
d. Harga saham tidak terlalu rendah dibandingkan dengan harga pasar saham
atau harga yang ditawarkan kepada pihak lain.
Opsi saham non imbalan, harga saham atau harga pengambilan ditentukan dengan
harga saham pada opsi yang diberikan. Pada karyawan, dianggap tidak menerima manfaat
karena karyawan akan membayar jumlah yang sama dengan jumlah yang harus dibayar
oleh non karyawan untuk saham bersangkutan di pasar saham. Opsi saham ditawarkan
tidak ada tambahan modal setoran yang bertambah dengan harga saham. Pada saat
perusahaan menjual dan menerbitkan saham baru.

✓ Opsi Saham Imbalan


Dalam opsi saham memenuhi kriteria sebagai opsi saham non imbalan dan opsi
saham imbalan. Kalau banyaknya saham dan harga pengambilan diketahui pada opsi
ditawarkan maka kompensasi diukur atas dasar selisih harga pasar dan harga pengambilan
bergantung pada yang akan terjadi di masa yang akan datang. Tanggal pengukuran ini
akan ditentukan berdasarkan tanggal yang informasi yaitu banyaknya saham yang dapat
dibeli oleh karyawan dan harga pengambilan.
Alasan pengukuran biaya pada opsi ditawarkan atau tanggal alternatif yaitu:
a. Pada tanggal kompensasi diukur dengan pasti baik bagi perusahaan atau
karyawan.
b. Harga pada tanggal tersebut dianggaap merupakan harga kesepakatan bagi
kedua belah pihak sehingga jumlah rupiahnya objektif.
c. Selisih harga pada tanggal penawaran opsi dapat dianggap sebagai kos untuk
mencapai tujuan penerbitan opsi.
d. Keputusan untuk mengambil opsi ditangan karyawan sehingga perubahan
harga saham bukan merupakan kas perusahaan.
Dalam program opsi saham imbalan, begitu opsi diambil perusahaan menerima
kas atau aset lainnya dan potensi jasa karyawan. Potensi jasa karyawan ini bersifat seperti
gaji dibayar dimuka sehigga merupakan aset perusahaan. Secara umum jurnal untuk
mencatat transaksi opsi saham adalah sebagai berikut (Suwardjono, 2010:531):
Kas (atau aset lain)………………………….Rp XXXX
Potensi jasa karyawan ……………………...Rp XXXXX

14
Modal saham………………………………Rp XXXXXX
Agio modal saham ………………………..Rp XXXXXX
➢ Waran
Perusahaan menjual hak beli saham kepada non pemegang saham dengan menjual
kupon pembelian saham atau waran. Dalam PSAK No. 41, Ikatan Akuntansi Indonesia
(IAI) mendefinisikan waran yaitu
“ Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi
hak kepada pemegangnya untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada
harga dan jangka waktu tertentu (pasal 3) “
Pemegang waran dapat membeli sejumlah saham dengan mengembalikan waran
dan membayar sejumlah uang kas tertentu. Waran berbeda dengan hak beli saham dan
opsi saham ada beberapa aspek, yaitu:
a. Waran diterbitkan oleh perusahaan sedangkan hak beli saham (call dan put)
diterbitkan oleh investor (baik individual maupun institusional).
b. Jangka waktu opsi waran lebih lama (dapat tahunan) dari pada jangka waktu opsi
hak beli saham.
c. Waran dijual atau diterbitkan kepada umum (bukan kepada pemegang saham atau
karyawan perusahaan) dan menjadi syarat bagi pembeli.
d. Saham dijual dengan harga tertentu atau tunai (tidak gratis).
e. Harga pembelian saham total (harga waran plus tambahan kas) pada saat
pengambilan opsi biasanya melebihi harga pasar saham pada saat waran
ditawarkan.
f. Bila hak opsi tidak diambil kos waran tidak dapat ditarik kembali oleh pemengang
waran
g. Waran dapat diterbitkan menyertai penerbitan surat utang (obligasi).

Persoalan apakah jumlah uang yang diterima perusahaan dialokasi seluruh ke


obligasi atau saham prioritas bersangkutan dialokasikan ke waran sebagai setoran saham
biasa. Pendukung pemisahan beragurmen bahwa sekuritas dan waran mempunyai nilai
terpisah karena terjadinya nilai berasal dari sumber yang berbeda. Nilai pasar obligasi
atau saham prioritas terbentuk dari prespesi investor tentang kemampuan perusahaan
menghasilkan laba di masa yang akan datang.
Pendukung pemisahan bahwa sekuritas dan waran mempunyai nilai terpisah
terjadinya nilai berasal dari sumber berbeda. Nilai pasar obligasi atau saham prioritas
terbentuk dari kekuatan pasar berkaitan dengan tingkat bunga. Nilai pasar waran
terbentuk dari persepsi investor tentang kemampuan perusahaan menghasilkan laba di
masa datang. Sementara itu, penentang alokasi berdasarkan argumennya pada
objektivitas penentuan nilai karena harga pasar masing-masing sekuritas tidak tersedia
dipasar.
Pertimbangan pemisahan kos didasarkan pada karakteristik waran yaitu bersifat
lepas, lekat atau bebas. Waran lepas merupakan waran yang diterbitkan menyertai

15
sekuritas utama dan diperdagangkan secara terpisah dari sekuritas tersebut. Waran lekat
adalah waran yang melekat pada sekuritas sebagai satu kesatuan sehingga secara
independent. Waran bebas adalah waran yang diterbitkan sendiri bukan sebagai penyerta
sekuritas tertentu.
Jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas disertai waran dialokasikan ke sekuritas
dan waran atas dasar nilai wajar pada penerbitannya. Jumlah rupiah yang melekat pada
waran dilaporkan sebagai modal setoran lainnya dan jumlah rupiah yang melekat pada
sekuritas dilaporkan sebagai kewajiban sesuai dengan karakteristiknya. Penerbitan waran
beban sebagai modal setoran lain sebesar jumlah rupiah hasil penerbitan tersebut. Bila
waran bebas diterbitkan secara tidak diberlakukan penaksiran nilai waran untuk diakui
sebagai modal setoran lain.
2.7. PENURUNAN MODAL SETORAN
Pada umumnya faktor bersifat menaikkan modal setoran daripada menurunkan
modal setoran karena modal disetor dan tertanam dalam perusahaan maka modal menjadi
investasi permanen dalam perusahaan. Transaksi yang berkaitan dengan penarikan
kembali saham tidak ada kaitannya dengan untung atau rugi timbul dari transaksi
penarikan kembali saham.
Pembelian kembali saham beredar oleh perseroan sebenarnya bermakna
penarikan aset yang diinvestasikan oleh pemegang saham yang bersangkutan. Akibatnya
struktur modal berubah sesuai dengan jumlah aset yang ditarik kembali tersebut. Akan
tetapi karena perlakuan akhir terhadap saham yang ditebus kembali tersebut mungkin
tidak pasti maka perlu dibuat ketentuan tentang perlakuan sementara terhadap saham
yang ditarik kembali tersebut.
Modal setoran tidak berkurang adanya pembayaran atau pembagian dividen dapat
dikategorikan sebagai dividen likuidasi atau penarikan kembali saham beredar secara
permanen. Menurut Paton dan Littleton (1970) menegaskan bahwa perubahan karena
transaksi modal dibedakan secara tegas dengan perubahan transaksi operasi. Oleh karena
itu, semua transaksi berkaitan dengan penarikan kembali saham atau likuidasi modal tidak
ada berkaitan dengan untung atau rugi.
Harga yang dibayarkan untuk saham yang ditarik kembali lebih tinggi dari pada
nilai bukunya ini berarti bahwa penilaian pasar pada saat itu memperhitungkan adanya
apresiasi aset yang tercatat maupun aset tak berwujud lainnya yang tidak tercatat. Hal ini
bukan berarti bahwa akuntansi perseroan yang mendasarkan diri pada kos historis adalah
keliru atau tidak sesuai dengan kenyataan. Yang perlu ditekankan adalah bahwa penilaian
pasar tidak menjadi aalasan kuat untuk merevisi ekuitas modal pemegang saham tanpa
adanya transaksi modal.
Saham Treasuri (Treasury Stocks)
Transaksi yang jelas mengurangi modal setoran adalah penarikan kembali untuk
menjadi saham treasuri. Alasan perusahaan melakukan penarikan Kembali saham sebagai
saham treasuri yaitu:

16
a. Saham tersebut akan diterbitkan kembali kepada karyawan dalam program
opsi saham. Dengan penggunaan saham treasuri dalam program opsi saham.
Proporsi pemilikan saham masih beredar tidak berkurang dibandingkan saham
baru.
b. Saham tersebut digunakan untuk membeli perusahaan dalam transaksi
penggabungan usaha.
Masalah teoritis yang melekat pada transaksi saham treasuri yaitu:
a. Penentuan jumlah rupiah yang dianggap sebagai pengurangan modal setoran
dan laba ditahan.
b. Pengungkapan pengaruhnya terhadap mdoal yuridis bila saham treasuri dijual
Kembali.

✓ Konsep Satu-Transaksi
Konsep ini disebut konsep dengan metode kas karena jumlah rupiah total
dibayarkan dianggap merupakan kas pembelian saham treasuri. Artinya pembelian dan
penjualan Kembali dianggap sebagai kesatuan transaksi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dengan transaksi saham treasuri tersebut. Saham treasuri dijual kembali
dengan harga diatas kas bahwa selisihnya menambah agio saham atau mengurangi
disagio saham.
Kalau saham treasuri ini dijual kembali dengan harga diatas kos maka jelaslah
bahwa selisihnya akan menambah agio saham atau mengurangi disagio saham. Denga
kata lain selisih dibebankan ke modal setoran lain. Dengan cara ini modal saham (yuridis)
akan tetap terpelihara seperti semula.
Namun, bila saham treasuri dijual kembali dengan harga dibawah kos,
bagaimanakah kedudukan selisihnya? Sebagai contoh: seksi ekuitas modal pemengang
saham dalam neraca suatu perusahaan pada 1 januari 2005 menunjukkan modal saham
Rp. 1.000.000 dan agio saham Rp. 200.000. Dalam tahun 2005 perusahaan mempeoleh
kembali 25 % sahamnya sebagai saham treasuri dengan harga Rp. 400.000 dan kemudian
saham tersebut diterbitkan kembali dengan harga Rp.340.000 bagaimana perlakuan
terhadap selisih rugi Rp. 60.000? Apakah sebagai likuidasi modal setoran atau pembagian
deviden?
Alternatif pertama adalah memperlakukan seluruh selisih (60.000) sebagai
pengembalian modal setoran dan karenanya harus didebet ke premium atau diskon saham
sekelas. Jika dalam hal premium atau diskon saham yang sekelas sudah habis maka selisih
tersebut akan dibebankan ke laba ditahan. Dasar pemikiran yang medukung perlakuan ini
adalah bahwa substansi lebih penting daripada bentuk (konsep dasar substance over
from). Substansi transaksi saham treasuri adalah transfer antara pemegang saham yang
satu ke yang lain dengan perusahaan sebagai agen dan cacah saham yang beredar tidak
berubah. Secara teoritis distribusi modal setoran ke pemegang saham yang tidak
mengubah cacah saham yang beredar tidak selayaknya mempengaruhi laba ditahan.
Alternatif kedua dilandasi oleh tujuan mempertahankan modal saham atau modal
yuridis. Jumlah rupiah selisih dipecah secara proposional atas dasar modal saham dan

17
agio saham sebelum penarikan saham treasuri. Kemudian jumlah yang berkaitan dengan
agio saham dibebankan ke agio saham tetapi yang berkaitan dengan modal saham
dibebankan di laba ditahan. Landasan perlakuan ini adalah peraturan hukum yang
mengharuskan modal saham dipertahankan keutuhannya.
Komponen
Pemecahan selisih untuk Perlakuan
modal Jumlah rupiah
25% dibebankan ke:
setoran
Modal saham Rp. 1000.000,- 250.000/300.000*Rp. Laba ditahan
60.000 = Rp. 50.000
Agio saham RP. 200.000,- 50.000/300.000*Rp. Agio saham
60.000 = Rp. 10.000

Alternatif ketiga membebankan seluruh selisih ke laba ditahan. Alasan teoritisnya


adalah jika pembelian dan penjualan dianggap sebagai satu transaksi maka esensi selisih
adalah distribusi asset kepada beberapa pemegang saham secara selektif. Modal saham
dipertahankan keutuhannya karena laba ditahan harus dipandang sebagai penyangga
umum yang harus dicapai.

Menurut Paton dan Littleton, apabila saham terasuri tidak segera dijual maka kas
pembelian tidak dianggap sebagai asset, tetapi diklasifikasikan sebagai pengurang ekuitas
pemegang saham secara keseluruhan. Biasanya saham treasury merupakan komponen
dalam rincian seksi ekuitas pemegang saham. Keberatan terhadap penyajian seperti ini
adalah penyajian tersebut dapat memberi kesan yang salah tentang besarnya ekuitas
pemegang saham khususnya apabila saham treasuri tersebut akhirnya dianggap likuidasi
saham atau dijual dengan harga yang jauh di bawah kos.

✓ Konsep Dua-Transaksi

Pemerolehan kembali saham sebagai saham treasuri dianggap sebagai likuidasi


ekuitas pemegang saham sedangkan penjualan kembali saham treasuri dianggap sebagai
penerbitan saham baru. Konsep ini disebut pendekatan nilai nominal karena harga
penarikan atau penjualan kembali ditandingkan dengan nilai nominal. Selisihnya, baik
dalam penarikan atau penjualan dikompensasikan ke modal setoran lain seluruhnya atau
sebatas porsi modal setoran lain mula-mula dan selisihnya dikompensasikan ke laba
ditahan. Contoh jurnalnya adalah sebagai berikut :
Pada saat penarikan :
Modal saham ……………………………………… 250.000
Agio saham ……………………………………….. 150.000
Kas …………………………………………………. 400.000
Pada saat penjualan :
Kas ……………………………………………….. 340.000
Modal saham ………………………………………. 250.000
Agio saham ………………………………………… 90.000

18
Hasil akhir cara diatas akan sama dengan alternatif pertama dalam pendekatan
satu-transaksi. Dapat juga transaksi diatas dicatat sebagai berikut:

Pada saat penarikan:


Modal saham ……………………………………… 250.000
Agio saham (50.000 mula – mula + 10.000)……….. 60.000
Laba ditahan ……………………………………….. 90.000
Kas …………………………………………………. 400.000
Pada saat penjualan:
Kas.............................................................................340.000
Modal Saham.......................................................... 250.000
Agio Saham (jumlah semula) ......................................50.000
Laba Ditahan................................................................ 40.000

Hasil akhir cara diatas akan sama dengan alternatif kedua dalam pendekatan satu-
transaksi. Dapat juga transaksi diatas dicatat sebagai berikut:
Pada saat penarikan:
Modal Saham.............................................................250.000
Agio Saham (mula-mula)............................................50.000
Laba Ditahan..............................................................100.000
Kas..........................................................................400.000
Pada saat Penjualan :
Kas............................................................................340.000
Modal Saham.........................................................250.000
Agio Saham (jumlah semula)................................ 50.000
Laba Ditahan............................................................40.000

Cara diatas bertujuan untuk mempertahankan keutuhan ekuitas pemegang saham.


Laba ditahan akan berkurang sebesar Rp. 60.000 dan jumlah ini sama dengan selisih
antara cos pemerolehan (Rp. 400.000) dan harga jual saham (Rp. 340.000), dengan
demikian hasil akhir akan sama dengan alternatif ketiga dalam konsep satu transaksi.
Memang dari segi teknis dan konsep sebenarnya tidak ada perbedaan yang cukup material
antara konsep satu-transaksi dan konsep dua-transaksi.
Perbedaan sebenarnya justru terletak pada tujuan pemerolehan kembali saham
tersebut. Kalau tujuannya adalah untuk menjual kembali saham treasuri kepada karyawan
atau pihak khusus lainnya, konsep satu transaksi akan lebih relevan. Akan tetapi, bila
tujuan pemerolehan kembali adalah untuk membeli saham para pemengang saham yang
tidak setuju dengan kebijakan perusahaan atau untuk melikuidasi jenis saham tertentu
maka pendekatan dua transaksi akan lebih mengena karena hal terakhir ini cenderung
bermakna likuidasi atau memutus hubungan kepemilikan.
APB memberi keleluasaan untuk memilih cara kedua dan ketiga dalam pengaruh
bersih dari standar adalah diperbolehkannya kapitalisasi laba ditahan dalam transaksi
pembelian dan penjualan saham treasuri khususnya kalau harga pembelian lebih tinggi
daripada modal setoran mula-mula.

19
2.8. PERUBAHAN LABA DITAHAN
Kalau pemisahan antara transaksi modal dan transaksi operasi harus tetap
dipertahankan, terdapat 2 faktor utama yang mempengaruhi besarnya laba ditahan yaitu
laba atau rugi periodik dan pembagian deviden. Laba yang dipindahkan dari akun laba
rugi adalah laba yang merupakan selesih seluruh elemen transaksi operasi dalam arti luas
yang disebut laba komprehesif. Transaksi yang dapat mempengaruhi laba ditahan adalah
transaksi yang tergolong dalam transaksi modal yang diuraikan dalam pembahasan
perubahan modal setoran. Pengaruh beberapa transaksi diatas langsung dimasukkan
dalam laba ditahan dan tidak melalui statment laba rugi periode terjadinya transaksi
tersebut karena merupakan transaksi modal.

Ketentuan umum, karena pos-pos transaksi modal dan laba ditahan dalam periode
berubah karena laba atau rugi operasi pada pembagian dividen. ada beberapa transaksi
modal karena transaksi khusus, yaitu:

a. Penyesuaian periode yang lalu.


b. Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya.
c. Pengaruh perubahan akuntansi (accounting changes).
d. Kuasi reorganisasi (quasi-reorganization)

Masalah teoritis menjadi penting karena dihubungkan dengan pelaporan hal-hal


dalam statemen laba rugi yang menjadi masalah masalah perekayasaan penyajian
statemen laba rugi dan laba ditahan.

Penyesuaian Periode Yang Lalu


Penyesuaian disebut dengan penyesuaian susulan. Penyesuaian periode lalu
merupakan perlakuan terhadap suatu jumlah rupiah yang mempengaruhi operasi periode
masa lalu bukan sebagai penambah atau pengurang perhitungan laba tahun sekarang
tetapi sebagai penyesuai terhadap laba ditahan awal periode sekarang.

Contoh perusahaan yang periode lalu dituntut untuk mengganti rugi sejumlah
uang tertentu karena dituduh melanggar hak paten perusahaan lain hingga belum
diputuskan pengadilan karena belum dipastikan apakah perusahaan bersalah dan
kepastian tentang jumlah yang akhirnya dibayarkan. Beberapa pendapat yang mendukung
dan menolak perlakuan rugi sebagai penyesuaian periode lalu yaitu:

a. Laba akan menjadi lebih berarti kalau rugi yang timbul akibat kejadian masa
lalu dilaporkan sebagai elemen laba rugi periode yang bersangkutan dan
bukan sebagai elemen laba rugi periode sekarang.
b. Perlakuan yang menggambarkan penerapan pendapatan dan biaya yang tepat.

Beberapa pihak yang menolak penyesuaian periode lalu yaitu:


a. Semua pendapatan, untung, biaya dan rugi berkaitan dengan kegiatan
menghasilkan pendapatan harus dilaporkan dalam laba rugi.

20
b. Pemakai laporan kemungkinan besar tidak pernah mengetahui bahwa rugi
tertentu dialami oleh perusahaan kalau jumlah tidak dimasukkan dalam
statement pada laba rugi.

Menurut Paton dan Littleton bahwa pihak yang menolak penyesuaian periode lalu
dengan argument dalam laba rugi yang memuat pada perubahan yang bersangkutan
dengan pengelolaan asset. Yang terpenting adalah perubahan asset berkaitan dengan
kegiatan operasi perusahaan. Terdapat suatu jumlah rupiah baru dapat diperlakukan
sebagai penyesuaian periode laba yaitu:
a. Dapat diidentifikasi secara tegas sebagai akibat atau dapat dikaitkan langsung
dengan kegiatan-kegiatan bisnis dalam periode tertentu masa lalu.
b. Tidak timbul akibat peristiwa ekonomik yang terjadi setelah tanggal statment
keuangan periode yang lalu. Artinya peristiwa yang menimbulkan jumlah
rupiah telah terjadi di masa lalu, hanya tidak pasti jumlahnya, atau waktu
mengikatnya bagi perusahaan.
c. Sangat bergantung pada ketetapan pihak selain manajemen. Artinya, jumlah
dan kepastian mengikatnya tidak berada dibawah pengendalian atau
keputusan manajemen.
d. Tidak dapat ditaksir atau diantisipasi secara layak sebelum adanya ketetapan
tersebut.

Penyesuaian periode lalu berkaitan dengan masalah ketidakpastian dimasa lalu


tentang suatu kejadian dalam peristiwa yang sangat khusus. Syarat penyesuaian periode
lalu merupakan ketentuan umum menyatakan semua pos rugi atau laba diakui dalam suatu
periode dalam menerapkan pos penentuan laba periode.
Rugi yang berkaitan dengan periode lalu diakui dalam periode sekarang
dimasukkan dalam statement laba rugi sebagai penyesuaian periode lalu. Pertimbangan
mengenai jumlah rupiah sebagai penyesuaian periode lalu tentu tidak diterapkan untuk
penyesuaian sebagai konsekuensi proses akuntansi yang menganut asas akrual.

2.9. KOREKSI KESALAHAN


Sistem akuntansi dirancang sehingga kesalahan dalam pencatatan dapat dideteksi
sehingga dapat dilakukan koreksi. APB Opinion nomor 20 paragraf 13 mendefinisikan
kesalahan sebagai berikut :
“ Errors in financial statements result from mathematical mistakes, mistakes in
application of accounting principles, or oversight or misue of facts that existed at the
time the financial statements were prepared.”
“ Kesalahan dalam laporan keuangan diakibatkan oleh kesalahan matematis,
kesalahan penerapan prinsip akuntansi, atau kelalaian atau kesalahan fakta yang ada
pada saat laporan keuangan disusun. “
APB membedakan antara kesalahan dengan perubahan taksiran atau perubahan
akuntansi. Perubahan taksiran dari adanya informasi atau perkembangan baru berarti
lebih baik atau pertimbangan lebih baik. Bahwa periode ternyata depresiasi dibebankan
terlalu besar dibandingkan dengan kenyataan yang dialami. Hal ini berarti bahwa nilai
buku asset dilaporkan terlalu rendah dan perhitungan laba pada masa lalu yang menjadi
terlalu rendah ditinjau dari segi yang diperoleh.

21
Kenyataan bahwa buku besar biaya dan pendapatan pada tahun yang lalu ditutup
untuk merevisi Kembali angka laba yang telah dilaporkan sebelumnya dan untuk
melaporkan koreksi yang diperlukan dengan adanya fakta yang akan datang.

Koreksi Sebagai Penyesuai Laba Ditahan


Menurut pandangan bahwa laba yang dilaporkan harus langsung melakukan akun
laba ditahan untuk kasus kecuali untuk koreksi yang jumlahnya tidak terlalu besar
sehingga tidak menganggu pelaporan laba normal. Laba ditahan awal periode disesuaikan
dengan jumlah pengaruh kumulatif kesalahan terhadap perhitungan laba periode
sebelumnya dan statemen komparatif disajikan, pengaruh retroaktif kesalahan
ditunjukkan dalam statement keuangan periode yang terpengaruh.
Metode diterima dari sudut pandang dan menanggu kenormalan beberapa statement
laba rugi berikutnya. Pengaruh koreksi ditunjukkan dalam statement laba rugi
komprehensif sebagai penambah atau pengurang angka laba bersih atau angka akan
ditambahkan ke laba ditahan. Sehingga, statemen laba rugi tahunan tidak pengukur hasil
periode berjalan tetapi pengukur koreksi laba statement setepat-tepatnya. Melaporkan
koreksi atas dasar fakta yang ditemukan berarti tidak mempercayai atau menghargai
perhitungan sebelumnya.

Koreksi Sebagai Penyesuai Modal Setoran Lain


Menurut Paton dan Littleton (1970) menegaskan bahwa koreksi berkaitan dengan
penggunaan aset dalam periode yang lalu karena dipisahkan dengan premium modal
saham. Premium modal saham merupakan komponen modal setoran dan pemisahan
antara modal setoran dan modal operasi dipertahankan untuk menggunakan modal
setoran untuk menyerap koreksi atas laba yang dilaporkan kecuali jika:
a. Laba bersih tahun berjalan dan laba ditahan telah habis.
b. Penyesuaian mempengaruhi modal setoran mendapat persetujuan pemegang
saham.
c. Laba ditahan diakumulasi setelah penyesuaian modal diberi tanggal. Artinya,
laba ditahan dilaporkan kemudian diperoleh dari operasi setelah penyesuaian
tersebut.

Koreksi Sebagai Komponen Statement Laba Rugi


Statement laba rugi kumulatif didasarkan pada statement yang menunjukkan laba
komprehensif riwayat perusahaan hingga tanggal sekarang. Koreksi langsung dilakukan
dalam akun laba ditahan dalam statement laba rugi yang diterbitkan tidak dapat
memberikan gambaran yang menyeluruh tentang kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba.
Prinsip penyesuaian langsung ke laba ditahan membuka kemungkinan untuk
menimbulkan prosedur yang mengaburkan atau menyembunyikan pengaruh rugi atau
untung luar biasa dengan akibat timbulnya salah tafsir pada pihak pemegang saham atau
pihak lain yang berkepentingan. Statment laba rugi harus menyatakan laba seperti apa
adanya termasuk rugi atau untung akibat koreksi.

22
2.10. PERUBAHAN AKUNTANSI
Suatu perusahaan melakukan kebijakan yang memiliki pengaruh terhadap
konsistensi dalam proses akuntansi dan pelaporan keuangan disebut perubahan akuntansi.
Ada 3 perubahan akuntansi, yaitu:
a. Perubahan prinsip atau metode akuntansi (change in accounting principle or
method).
b. Perubahan taksiran akuntansi (change in accounting estimate).
c. Perubahan kesatuan pelaporan (change in the reporting entity).
Jumlah laba dan asset berkaitan dalam statemen keuangan periode yang lalu
adanya perubahan dengan jumlah rupiah yang telah dilakukan dalam periode yang lalu
dan bukan dalam periode yang sedang berjalan. Ada 3 alternatif atau metode yang
diusulkan, yaitu:

Penyesuaian Retroaktif
Metode yang mengakui kumulatif perubahan dalam laba periode yang lalu sebagai
penyesuaian periode lalu. Pendukung penyesuaian retroaktif mengajukan argument
seperti penyesuaian periode lalu.

Penyesuaian Sekarang
Metode ini mengakui bahwa pengaruh perubahan dalam laba periode yang lalu
sebagai komponen dalam menghitung laba periode sekarang. Ada 4 perlakuan, yaitu:
a. Semua pos mempengaruhi laba perusahaan dilaporkan melalui statement laba
rugi.
b. Perubahan akuntansi sering terjadi sehingga tidak praktis untuk mengadakan
revisi statement keuangan periode sebelumnya.
c. Pengungkapan yang jelas dalam pelaporan laba periode sekarang cukup
memadai untuk mengungkapkan pengaruh perubahan sehingga pembaca
laporan melewatkan informasi perubahan diatasi.
d. Penyusunan Kembali statement keuangan periode lalu dapat menurunkan
keyakinan publik terhadap statement keuangan.

Penyesuaian Sekarang dan Prospektif


Metode ini memiliki pengaruh kumulatif perubahan dalam laba periode yang lalu
ke periode sekarang dan mendatang yang sesuai. Perlakuan yang dilandasari oleh
perubahan akuntansi dalam suatu hal yang tidak dapat dihindari dalam proses akuntansi
bersifat memenuhi kebutuhan yang berkembang. Cara melakukan perubahan akuntansi
dan menerapkan metode dimulai dari periode perubahan yang mengadakan revisi
terhadap yang telah terjadi bagi pengungkapan yang memadai tentang perubahan yang
diperlukan.

Aplikasi Dalam Standar


Metode ini memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, ketentuan
umum dalam standar pada umumnya merupakan dari ketiga perlakukan bergantung sifat
dan jenis perubahan akuntansinya.

23
✓ Perubahan Prinsip atau Metode Akuntansi.
Perubahan ini yang melakukan pergantian metode depresiasi dari persentase nilai
buku ke garis lurus atau sebaliknya. Perubahan disebabkan oleh standar yang menetapkan
penggunaan metode tertentu atau menolak metode tertentu. Perubahan peraturan pajak
dapat memicu perusahaan untuk mengganti metode akuntansi.
Dalam hal ini APB Opinion No 20 menganut penyesuaian sekarang
memperlakukan perubahan metode akuntansi. APB berargumen bahwa konsistensi dalam
penggunaan metode antar periode akan meningkatkan manfaat statment keuangan.
Perusahaan dapat mengganti metode akuntansi kalau memang metode baru lebih baik dan
efektif untuk melaporkan kejadian yang masih akan tetap berlangsug di masa datang.
Secara teknis, terdapat perlakukan yang dilaksanakan yaitu:
a. Statement keuangan beberapa periode sebelum perubahan dalam pelaporan
seperti apa adanya untuk tujuan perbandingan.
b. Pengaruh kumulatif perubahan terhadap laba ditahan awal periode sekarang
dilaporkan dalam statement laba rugi periode sekarang.
c. Pengaruh penggunaan metode baru terhadap laba sebelum pos luas biasa dan
terhadap laba bersih untuk periode pergantian metode yang diungkapkan.
d. Laba sebelum pos-pos luar biasa dan laba bersih yang dihitung atas dasar
metode baru ditunjukkan dalam statement laba rugi untuk periode yang
disajikan dan diterapkan untuk periode tersebut.

✓ Perubahan Taksiran Akuntansi


Perubahan yang terjadi sebagai akibat pengalaman tambahan yang diperoleh
perusahaan bersangkutan dengan taksiran tertentu. Hal yang perlu dicatat adalah
perubahan yang bukan merupakan kesalahan statement keuangan periode sebelumnya.
Untuk dikatakan kesalahan, penyebab perubahan harus memenuhi pengertian kesalahan.
Perubahan taksiran berbeda dengan perubahan akuntansi. Perubahan taksiran merupakan
pengurangan umur ekonomik suatu fasilitas fisis sedangkan perubahan akuntansi
merupakan hasil jumlah rupiah dan pengaruh perubahan yang sama terhadap laba.
APB Opinion No. 20 Paragraf 31 menentukan bahwa perubahan estimasi
diperlakukan sebagai penyesuaian sekarang dan prospektif yaitu pengaruh perubahan
diakui (1) pada periode perubahan kalau perubahan hanya mempengaruhi periode
tersebut atau (2) pada periode perubahan dan mendatang kalau perubahan mempengaruhi
kedua periode tersebut.
Alasan perlakuan adalah perubahan estimasi yang terjadi karena sifat yang
melekat dalam akuntansi dan memungkinkan menggunakan angka tafsiran.

✓ Perubahan Kesatuan / Subjek Pelaporan


Perubahan entitas sebagai pelaporan perubahan organisasi atau lingkup kesatuan
usaha yang dilaporkan dalam statement keuangan. APB membatasi perubahan entitas
pelaporan pada hal-hal sebagai berikut :
a. Penyajian statement keuangan konsolidasian atau gabungan sebagai ganti
statement perusahaan secara individual.
b. Perubahan grup perusahaan anak yang dimasukan dalam statement keuangan
konsolidasian.

24
c. Perubahan grup perusahaan-perusahaan yang membentuk statement
keuangan.
Perubahan entitas adalah kombinasi bisnis dipertanggung dengan metode
penyatuan kepentingan. Yang merupakan penyesuaian retroaktif karena perubahan yang
terjadi sehingga manfaat penyusunan kembali statement keuangan sebelumnya dianggap
memadai dengan kerepotannya.

2.11. KUASI-REORGANISASI
Kuasi reorganisasi dilakukan dalam hal terjadinya deficit. PSAK No. 51 Pasal 9
bahwa
“ Kuasi-reorganisasi adalah reorganisasi, tanpa melalui reorganisasi secara hukum
yang dilakukan dengan menilai kembali akun-akun aktiva dan kewajiban pada nilai
wajar dan mengeliminasi saldo defisit. ”
Sehingga, kuasi-reorganisasi merupakan prosedur akuntansi yang mengatur
perusahaan untuk merestrukturisasi ekuitasnya dengan menghilangkan defisit dan
menilai kembali seluruh asset dan kewajibannya tanpa melalui reorganisasi secara
hukum. Menurut Patton dan Littleton (1970) bahwa terjadi defisit yang tidak perlu diserap
oleh model setoran. Proses kuasi-reorganisasi biasanya terdiri atas langkah-langkah
berikut :

a. Aset dan kewajiban perusahaan dinilai kembali atas dasar nilai pasar atau
nilai wajar pada saat reorganisasi.
b. Modal setoran lain atau agio saham (paid in capital in excess of par) harus
ditentukan jumlahnya sehingga cukup besar untuk menutup defisit.
c. Saldo debit laba ditahan (defisit) dieliminasi dengan cara mendebit
agio/premium modal saham.
Setelah kuasi-reorganisasi, laba ditahan tentunya akan bersaldo nol dan mungkin
masih terdapat sisa agio modal saham. Statment keuangan untuk tahun terjadinya kuasi-
reorganisasi harus mengungkapkan rincian jumlah yang membentuk struktur modal yang
baru. Laba ditahan sebelum reorganisasi tidak dapat diteruskan lagi dan laba ditahan
dalam neraca setelah reorganisasi harus diberi tanggal. Artinya, harus ditunjukkan bahwa
kalau terjadi laba ditahan maka laba ditahan tersebut terbentuk setelah tanggal
reorganisasi.
Dewan Standar Akuntansi menegaskan bahwa kuasi-reorganisasi bukan sekedar
cara untuk menyajikan kembali posisi keuangan yang lebih baik tetapi juga cara untuk
menyelamatkan perusahaan yang terbebani defisit yang material padahal perusahaan
tersebut memiliki prospek yang baik. Kalau prospek memang tidak baik, defisit
merupakan kegagalan perusahaan dan kepailitan merupakan hal yang tidak dapat
dihindari. Oleh karena itu Dewan Standar Akuntansi menetapkan syarat-syarat
perusahaan yang dapat melakukan kuasi-reorganisasi yaitu (PSAK No. 51, Pasal 11):
a. Perusahaan mengalami defisit dalam jumlah yang material.
b. Perusahaan harus memiliki status kelancaran usaha dan memiliki prospek
yang baik pada saat kuasi-reorganisasi dilakukan.
c. Perusahaan tidak sedang menghadapi permohonan kepailitan.
d. Tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku.
e. Saldo ekuitas sesudah kuasi-reorganisasi harus positif.

25
Pengaruh Defisit Terhadap Kreditur
Setiap defisit mengurangi batas perlindungan yang sebelumnya dinikmati oleh
kreditur perseroan dan tingkat pengurangan yang menjadi berpengaruh kalau defisit
semakin besar. Kalau laba ditahan jumlahnya cukup untuk menyerap rugi tertentu maka
tidak akan timbul defisit ditinjau dari segi neraca meskipun posisi kreditor menjadi
kurang terjamin dibandingkan dengan posisi sebelum terjadinya rugi.
Kalau rugi melebihi laba ditahan jaminan kreditor mula-mula yang berupa ekuitas
pemegang saham menjadi berkurang. Kalau sebagian ekuitas pemegang saham telah
disisihkan sebagai agio saham cukup untuk menyerap sisa rugi, maka jaminan penyangga
bagi kreditor akan terpengaruh juga. Kalau modal saham yuridis harus dikurangi untuk
membentuk agio yang cukup untuk menyerap defisit maka jelaslah ada pengerutan
elemen jaminan penyangga total mula-mula (original margin) yang menjadi dasar utama
kepercayaan kreditor dalam menanamkan dananya.
Kuasi-reorganisasi yang memenuhi syarat tidak dengan sendirinya merugikan
kreditor. Seperti juga pemegang saham, kreditor akan lebih dirugikan oleh adanya rugi
daripada oleh fleksibilitas penyesuaian modal. Akan tetapi, dengan cara pengungkapan
yang bagaimanapun, membiarkan laba ditahan tetap utuh sementara rugi diserap dengan
modal setoran merupakan perlakuan yang menyesatkan bagi semua pihak yang
berkepentingan.

2.12. PENYAJIAN MODAL PEMEGANG SAHAM


Penyajian kewajiban dan modal pemegang saham dalam neraca pada kondisi
perusahaan mengalami defisit dan kondisi perusahaan dilikuidasi. Jadi, berbagai hak atas
asset disajikan dasar pada rugi dalam hal terjadi defisit dan menerima distribusti asset
dalam likuidasi.

Urutan Penyerapan Rugi


Secara umum menjadi biaya yang akan diserap melalui aliran pendapatan kotor
berkaitan dengan pengakuan biaya atas dasar konsumsi manfaat dalam kondisi operasi
normal. Urutan penyerapan biaya, rugi, dan rugi luar biasa yaitu:
a. Pendapatan kotor; pos yang menyerap biaya dan rugi dan debit berasal dari
transaksi non pemilik.
b. Laba bersih; pendapatan kotor tidak cukup untuk menutup semua kas
terhabiskan berasal dari konsumsi manfaat atau hilangnya manfaat.
c. Laba ditahan; hal yang dilakukan apabila laba bersih periode berjalan tidak
cukup untuk menyerap suatu rugi tertentu atau rugi luar biasa.
d. Premium modal saham; modal yang dapat menyerap rugi kalau laba ditahan
dan laba ditahan untuk menyangga suatu rugi.
e. Modal saham; bila keutuhan modal yuridis berpengaruh substantial kebijakan
untuk melakukan kuasi-reorganisasi atau likuidasi perusahaan diperlukan.
Urutan penyerapan rugi merupakan asumsi dapat dikatakan kuat dalam bentuk
standar akuntansi. Berdasarkan bahwa dana yang ditanamkan menjadi aset perusahaan
menjadi satu kesatuan aset. Walaupun demikian, atas dasar sifat pendanaan (financing
dan operasi perusahaan serta penekanan konsep kontinuitas, cukup valid untuk

26
menganggap bahwa dalam kelompok modal pemegang saham, modal saham atau yuridis
adalah bagian terakhir (residual) dalam kaitannya dengan penyerapan rugi.
Urutan penyerapan rugi seperti diatas juga dapat diapndang sebagai urutan
menikmati untung. Dengan demikian, semua untung luar biasa (selain yang timbul akibat
transaksi saham perusahaan) harus dimasukkan sebagai unsur dalam mengukur laba
bersih sebelum dipindahkan ke laba ditahan. Kalau laba luar biasa langsung ditambahkan
ke laba ditahan dikhawatirkan bahwa pengaruhnya terhadap laba akan terlewatkan. Oleh
karena itu, tidak selayaknyalah kalau untung langsung ditambahkan ke laba ditahan atau
premium modal saham tanpa melalui statment laba-rugi.

Urutan Menerima Distribusi Aset


Urutan perlindungan menunjukkan dalam menerima distribusi aset yang
menanggung dalam kasus perusahaan dilikuidasi. Berikut urutan perlindungan yang
dikemukakan:
a. Karyawan dan Pemerintah; pihak dipandang sebagai kreditur pada
karyawan dengan hak atas gaji dan pemerintah dengan hak atas pajak
terhutang.
b. Kreditur berjaminan; pihak yang pemegang obligasi atau kreditur lain yang
haknya dijamin dengan hak sita atas aset tertentu.
c. Kreditor tak berjaminan; pihak yang terdiri atas para kreditur tidak dijamin
terefleksi dalam utang usaha atau utang wesel jangka pendek atau jangka
panjang.
d. Pemegang saham prioritas; pihak yang dilindung oleh laba ditahan sebagai
penyangga modal saham atau yuridis.
Pihak ini merupakan pemegang ha katas sisa kekayaan yang berarti pemegang
saham harus menanggung rugi atau defisit. Perlindungan diatas secara umum juga
menjadi basis penyajian kewajiban dan ekuitas dalam neraca. Jadi, cukup beralasanlah
kalau kewajiban disajikan lebih dahulu baru kemudian ekuitas pemegang saham.
Hubungan antara urutan penyerapan rugi dan urutan perlindungan yang terrefleksi dalam
penyajian di neraca dilukiskan dalam gambar di bawah ini.

Gambar 2.2
Penyajian Secara Umum Kewajiban dan Ekuitas dalam Neraca
Dan Hubungannya Dengan Urutan Perlindungan

Kewajiban

Modal saham istimewa


Agio saham istimewa
Urutan Penyerapan Rugi Urutan Perlindungan
Modal saham biasa
Agio saham biasa

Laba ditahan

27
2.13. PERINCIAN LABA DITAHAN
Bila komponen-komponen tertentu yang berasal dari transaksi operasi dilaporkan
langsung ke laba ditahan, laba ditahan dapat disajikan dan dirinci atas dasar sumber.
Terdapat pula kebiasaan bahwa laba ditahan disajikan dengan memerincinya atas dasar
tujuan (by purposes) dengan cara yang disebut apropriasi (appropriation) dan pembatasan
(restriction).

Perincian Atas Dasar Sumber


Laba ditahan dapat dirinci menjadi laba ditahan yang berasal dari operasi normal
atau rutin dan yang berasal dari laba luar biasa. Dapat saja pembedaan antara kedua
sumber laba ditahan tersebut dipertajam. Jadi, bila perubahan akibat transaksi operasi
dipisahkan secara tegas dengan transaksi modal, statment laba-rugi telah merefleksi
sumber laba ditahan sehingga perincian laba ditahan akan percuma.

Perincian Atas Dasar Tujuan Penggunaan


Perincian ini ditunjukkan dengan adanya pos cadangan jaminan sosial, laba
ditahan terbatas (restricted retained earnings), dan cadangan umum. Perincian semacam
itu sebenarnya sama saja dengan mengaitkan laba ditahan dengan aset tertentu (asset
imputation). Dalam hal tertentu mungkin ada petunjuk untuk mengatakan bahwa laba
ditahan terikat dalam aset lancar.

Perincian semacam itu sebenarnya tidak perlu dan tidak mempunyai manfaat
informasional karena statment aliran kas telah mengandung informasi tersebut. Jadi,
penyertaan statment laporan aliran kas lebih memenuhi tujuan pelaporan daripada
perincian resmi dalam laba ditahan dengan sebutan misalnya “cadangan ekspansi”.
cadangan ekspansi”.

Ada kalanya, dalam rangka kebijakan dividen, perusahaan yang mempunyai


rencana membagi dividen menyisihkan laba ditahan menjadi “cadangan pembagian
dividen” sebelum mengumumkan dividen. Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa
dividen tersebut harus dibayar dengan kas. Penyisihan tersebut sebenarnya tidak
menjamin bahwa kas tersedia untuk keperluan tersebut.

Selanjutnya dinyatakan bahwa penyisihan hanya akan bermakna bila di sisi aset
disisihkan benar-benar sejumlah rupiah untuk tujuan penyisihan tersebut. Misalnya,
disisihkannya laba ditahan untuk jaminan sosial mungkin akan bermanfaat kalau
sejumlah kas disisihkan untuk keperluan tersebut. Akan tetapi, penyisihan kas itu sendiri
sebenarnya sudah cukup untuk menunjukkan bahwa aset tidak dapat digunakan untuk
keperluan selain yang telah ditetapkan sehingga laba ditahan tidak perlu disisihkan.

Paton dan Littleton beragumen bahwa tidak diperlukannya perincian Laba ditahan
karena laba ditahan pada dasarnya tidak lebih daripada sebagai bagian hak pemegang
saham atas dana yang tertanam dalam seluruh aset sebagai kesatuan sehingga tidak
diperlukan perincian laba ditahan. Jumlah rupiah laba ditahan tidak dapat diidentifikasi
atas dasar ke jenis aset apa jumlah rupiah tersebut terikat. Seperti juga modal setoran, laba
ditahan terikat dalam aset sebagai satu kesatuan.

28
Bentuk lain penyisihan adalah untuk tujuan penyerapan kemungkinan rugi atau
ketidakpastian lainnya (contingencies). Penyisihan ini juga tidak bermakna karena pada
dasarnya total jumlah rupiah laba ditahan dapat dipandang sebagai penyangga atau
cadangan umum (general purpose buffer). Kalau memang terdapat suatu tuntutan ganti
rugi atau klaim yang suatu saat memang harus dipenuhi maka jumlah rupiahnya (bila
perlu ditaksir) harus ditunjukkan sebagai kewajiban.
Proses penyisihan laba ditahan hendaknya tidak dikacaukan dengan proses
akuntansi untuk pengukuran laba. Dengan demikian masalah cadangan laba ditahan harus
dibedakan secara tegas dengan masalah teoritis yang berkaitan dengan akun-akun
“cadangan” utang (misalnya diskun utang obligasi), “cadangan” aset (misalnya depresiasi
akumulasian), cadangan kerugian piutang, dan akun-akun cadangan lainnya sebagai
kontra-akun asset atau kewajiban

2.14. LABA KOMPREHENSIF


Perubahan akibat transaksi operasi atau transaksi nonpemilik harus dibedakan dan
dipisahkan secara tegas dengan perubahan akibat transaksi pemilik, semua perubahan
akibat transaksi operasi harus dilaporkan melalui statment laba-rugi. Masalah teoritis
dalam hal ini adalah pos-pos mana saja yang disajikan melalui statment laba-rugi dan
pos-pos mana saja yang dilaporkan melalui statment laba ditahan. Dalam hal ini, ada dua
pendekatan yang dapat dianut yaitu kinerja sekarang atau normal (current atau normal
performance approach) dan semua termasuk atau surplus bersih (all-inclusive atau clean
surplus approach).
Laba Kinerja Sekarang
Pendekatan ini termasuk ke dalam statment laba-rugi pos-pos operasi yang
berkaitan dengan tahun berjalan dan penggunaan asset (sumber ekonomik) untuk
mencapai tujuan utama. Pendukung pendekatan ini yaitu:
a. Laba harus mengukur efisiensi penggunaan sumber ekonomik untuk periode
berjalan sehingga laba harus bebas dari hal yang mengaburkan efisiensi.
b. Laba merupakan pengukur kinerja manajemen. Laba harus merupakan hasil
penggunaan sumber ekonomik dalam batas pengendalian manajemen. Faktor-
faktor yang terjadi di luar manajemen harus dikeluarkan dari perhitungan laba
dalam statemen laba rugi adalah laba berasal dari operasi normal.
c. Laba harus digunakan untuk melakukan perbandingan antara periode dan
antar perusahaan secara bermakna. Hal yang dilakukan jika angka laba berisi
pos-pos perusahaan bersifat operasi dan rutin.
d. Karena fiksasi fungsional pembaca statement laba-rugi yang melihat angka
akhir, pemasukan pos-pos luar biasa dalam statement laba rugi dapat
menyesatkan pemakai.

Laba Semua-Termasuk
Pendekatan ini menekankan pemisahan secara tegas transaksi operasi dalam arti
luas dan transaksi modal. Dikatakan sebagai laba dan disajikan melalui statment laba-rugi

29
adalah semua pos akibat transaksi nonpemilik. Pendekatan ini dilandasi oleh konsep dasar
kontinuitas usaha yang memandang statment laba-rugi merupakan penggalan aliran
operasi (pendapatan dan biaya) dalam jangka panjang.
Memang sebagian atau seluruh pengaruh tersebut sebenarnya telah terhimpun
beberapa periode sebelumnya dan baru diketahui akibatnya dalam periode berjalan
sehingga keliatan logis bahwa jumlah tersebut disesuaikan terhadap laba ditahan. Akan
tetapi, perlakuan semacam itu sama saja dengan menyembunyikan riwayat tentang
kemampuan perusahaan menghasilkan laba jangka panjang.
Alasan Mendasar
Menurut Paton dan Littleton (1970) mengajukan argumen mendasar dalam
mendukung pendekatan laba semua-termasuk yaitu konsep pemanfaatan aset (asset
utilization). Konsep ini memandang bahwa manajemen mengelola aset sebagai satu
kesatuan. Dari segi pemanfaatan, sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara aset keuangan
dan aset tetap sehingga keduanya mempunyai pengaruh yang sama terhadap laba. Lawan
dari konsep pemanfaatan aset adalah konsep aset kapital (capital asset). Konsep ini
membedakan aset kapital (yang terdiri atas aset tetap fisis) dan aset lainnya sehingga
pengaruh transaksi aset kapital (terutama yang luar biasa) terhadap laba harus berbeda
dengan transaksi aset lainnya. Berikut ini dibahas argumen Patton dan Littleton mengenai
pemanfaatan aset.
➢ Konsep Pemanfaatan Aset
Statemen laba-rugi harus menyajikan secara efektif semua akibat dari
pemanfaatan aset yang diserahkan sepenuhnya kepada manajemen. Pemisahan laba
menjadi normal dan tidak normal dalam dua statment akan cenderung mengalihkan pusat
perhatian pemakai secara tidak semestinya ke laba normal dan dengan demikian secara
tidak sadar mengurangi perhatian pembaca akan keefektifan manajemen secara
keseluruhan.
Membatasi statment laba-rugi hanya menyajikan laba normal sama saja dengan
mengeluarkan sebagian perubahan akibat pemanfaatan aset untuk tujuan produktif.
Pemisahaan tersebut mempunyai akibat pembebanan langsung ke laba ditahan perubahan
aset yang sebenarnya merupakan transaksi operasi yaitu transaksi pemanfaatan aset untuk
tujuan produktif.
Memang ada perbedaan antara biaya dan rugi (expenses and losses), dan antara
laba dan untung luar biasa (income and special gains) tetapi juga ada kesamaannya
(similarities) yang mendasar yaitu semuanya merupakan perubahan akibat pemanfaatan
aset untuk tujuan produktif. Bagi para pemakai statment keuangan, justru kesamaan
mendasarlah yang lebih penting daripada perbedaannya. Kemungkinan kesalahan
interpretasi akan lebih besar dalam pelaporan terpisah daripada dalam pelaporan
komprehensif.
Yang diperlukan sekarang adalah statment keuangan yang memungkinkan untuk
ditelaah dan dianalis oleh ahli yang mempunyai pengetahuan tentang kegiatan bisnis dan
ekonomik serta bersedia untuk belajar dengan cukup tekun (willing to study the

30
information with reasonable diligence). Dalam kenyataannya, para investor lebih
bergantung pada hasil analisis para ahli atau analis profesional daripada pada hasil
keputusannya sendiri yang didasarkan atas interpretasi yang naif terhadap statment
keuangan perseroan.

➢ Konsep Aset Kapital


Sebagai lawan konsep pemanfaatan aset, konsep ini membedakan fungsi aset
lancar dan aset tetap. Dengan demikian, perubahan aset tetap karena penjualan atau
penghentian berbeda dengan perubahan karena pemanfaatan aset untuk menciptakan laba
(melalui depresiasi) sehingga laba atau rugi pemberhentian aset harus dilaporkan terpisah
sebagai penyesuai laba ditahan.
Namun Paton dan Littleton (1970) menyangkal konsep di atas. Secara konseptual,
laba atau rugi yang berkaitan dengan pemanfaatan aset tetap tidak berbeda dengan laba
atau rugi yang berkaitan dengan pengelolaan aset lancar. Lagipula, tidak ada alasan kuat
untuk mengaitkan aset tetap fisis dengan kontribusi modal oleh investor karena jenis aset
tertentu secara umum tidak dapat ditelusuri dengan pasti asal sumber dananya. Dengan
kata lain, jumlah rupiah dana melekat dan campur jadi satu (commingled) dalam aset
secara keseluruhan. Dengan dasar pikiran ini, tidaklah dapat dibenarkan untuk
menggolongkan laba atau rugi tertentu sebagai ”rugi kapital” (capital loss) yang
sebenarnya tidak lebih daripada laba atau rugi biasa lantaran pemanfaatan aset.
Oleh karena itu, pemakai harus diyakinkan bahwa serangkaian statment laba-rugi
beberapa perioda yang lalu dapat mengungkapkan seluruh kemampuan manajemen dalam
memanfaatkan (the administration or utilization of assets) yang dipercayakan kepadanya.
Jadi, kebijakan masa yang lalu yang ternyata keliru setelah adanya fakta yang baru dan
relevan akan diakui secara jujur dan pengaruhnya akan dilaporkan dengan jelas di
statment laba-rugi dan bukannya disembunyikan sebagai penyesuai laba ditahan.
Uraian diatas melandasi pendekatan laba termasuk faktor dalam pengukuran laba
semua-termasuk yaitu bahwa faktor penentu dalam pengukuran laba periodik dalam arti
luas termasuk faktor luar biasa dan tidak harus dilaporkan dalam statemen laba rugi
sebelum hasill bersihnya dipindahkan ke kelompok modal pemegang saham di neraca.
Berikut argumen yang diajukan oleh Hendriksen dan Van Breda dan sumber lainnya yang
mendukung pendekatan laba semua-termasuk dalam menyajikan statemen laba rugi,
yaitu:
a. Secara teknis, penggunggungan laba tahunan selama umur perusahaan sama
dengan laba total perusahaan. Bukti empiris menunjukkan bahwa rugi luar biasa
yang terjadi sepanjang umur perusahaan pada umumnya melebihi untung luar
biasa. Oleh karena itu, bila pos-pos luar biasa dikeluarkan dari perhitungan laba
tahunan terjadi penyajian lebih laba tahunan sepanjang beberapa tahun.

31
b. Pengeluaran pos-pos non pemilik dari perhitungan laba memberi kesempatan
kepada manajemen untuk melakukan manajemen laba. Bukti empiris
menunjukkan berbagai alasan manajemen melakukan manajemen laba.
c. Tidak mudah untuk menentukan apakah suatu pos bersifat operasi atau non
operasi, reguler atau tidak reguler, normal atau tidak normal, dan biasa atau tidak
biasa. Dengan pendekatan semua-termasuk, penentuan laba periodik akan
menjadi lebih objektif karena tidak diperlakukan pertimbangan personal untuk
menentukan pos-pos pada statement laba rugi dan pos-pos termasuk statemen laba
ditahan.
d. Dengan memasukkan pos-pos berasal dari transaksi non pemilik dengan
pengungkapan layak, pemakai laporan memiliki keleluasaan untuk
mereklasifikasi dan menentukan laba antara yang dianggap dan bermanfaat dalam
pemanggilan keputusan.
e. Berkaitan dengan argumen tiga, pengertian operasi perusahaan diinterpretasi
dalam perspektif yang luas tidak terbatas pada kegiatan produksi dan penjualan
produk. Bila jumlah rupiah dipakai sebagai dasar untuk memisahkan antara
operasi dan non operasi terjadi suatu pos yang dilaporkan sebagai operasi untuk
periode tertentu akan menjadi non operasi untuk periode lainnya.
Atas dasar argumen-argumen di atas, FASB menganut pendekatan laba semua
termasuk secara penuh dalam penentuan dan penyajian laba hal ini terrefleksi dalam
pendefinisian laba komprehensif sebagai salah satu elemen statement keuangan. Laba
komprehensif didefinisi sebagai perubahan ekuitas selama periode yang berasal dari
sumber-sumber non pemilik.

2.15. PENYAJIAN LABA KOMPREHENSIF


Laba komprehensif merupakan salah satu elemen statment keuangan. Laba
komprehensif didefinisi sebagai perubahan ekuitas selama perioda yang berasal dari
sumber-sumber nonpemilik. Dengan dianutnya pendekatan laba semua-termasuk atau
laba komprehensif, masalahnya adalah bagaimana menyajikan komponen-komponen
pembentuk laba komprehensif dan bagaimana penyajian dalam statment laba-rugi.
Berikut ini memuat komponen-komponen pembentuk statment laba-rugi.

Gambar 2.3
Komponen-Komponen Pembentuk Statemen Laba-Rugi

1. Seksi operasi utama (major operating activities section) :


a. Penjualan atau pendapatan (sales or revenues)
b. Kos barang terjual (cost of goods sold)
c. Biaya penjualan (selling expenses)
d. Biaya administrative atau umum (administrative or general expenses)
2. Seksi operasi tambahan (secondary or auxiliary activities section) :
a. Pendapatan lainnya dan untung (other revenues and gains)
b. Biaya lainnya dan rugi (other expenses and losses)

32
3. Pajak penghasilan (income taxes)
4. Operasi hentian / taklanjutkanan (discontinued operations)
5. Pos-pos luar biasa / ekstraordiner (extraordinary items)
6. Pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi (cumulative effects of changes in
accounting principles)
7. Pengaruh kumulatif perubahan estimate / taksiran (cumulative effects of changes in
accounting estimates)
8. Perubahan ekuitas nonpemilik lainnya (other nonowner changes in equity) termasuk
pos-pos penerobos.

Komponen-komponen pembentuk statemen laba-rugi juga dikategori sebagai


komponen perubahan ekuitas nonpemilik dan keduanya disebut pengaruh kumulatif
perubahan akuntansi atau penyesuaian kumulatif akuntansi (cumulative accounting
adjustments) sehingga pos-pos selain yang masuk dalam kategori ini disebut dengan
perubahan ekuitas nonpemilik lainnya (other nonowner changes in equity).

33
BAB III
PENUTUP
A. RANGKUMAN
Ekuitas pemegang saham merupakan hubungan yuridis antara perseroan dengan
para pemegang saham. Ekuitas pemegang saham terdiri atas dua komponen penting yaitu
modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran berupa modal yuridis dan mdoal setoran
lain. Penyusunan Kembali struktur ekuitas pemegang saham menempatkan perusahaan
dalam posisi baru. Sedangkan, laba ditahan dalam neraca setelah reorganisasi diberi
tanggal mulai terbentuknya. Kuasi-reorganisasi dilakukan jika syarat-syarat terpenuhi.
Terjadi penyusunan kewajiban dan ekuitas dalam neraca ada dua konsep urutan
penting yaitu urutan penyerapan rugi dan urutan perlindungan. Urutan penyerapan rugi
menggambarkan komponen yang menyerap rugi hingga pihak yang akan terpengaruh.
Urutan perlindungan berkaitan dengan siapa yang harus menunjukkan untuk menerima
diatribusi aset pada perusahaan likuidasi.
Seluruh jumlah rupiah laba secara konseptual dipandang sebagai perlindungan
untuk berbagai tujuan dan perlindungan. Oleh karena itu, sedikit atau tidaknya
manfaatnya untuk memerinci laba ditahan berdasarkan tujuan atau dasar sumbernya.
Pemisahan yang tegas antara transaksi operasi dan transaksi pemilik secara tegas antara
modal setoran dan laba ditahan memiliki konsekuensi bahwa perubahan berkaitan dengan
operasi yang dilaporkan melalui statement laba rugi. Hal ini menjadi landasan dalam
penyajian laba dengan pendekatan termasuk sebagai lawan pendekatan kinerja sekarang.
Statemen laba rugi harus menyajikan secara efektif akibat dari pemanfaatan aset
yang diserahkan kepada manajemen. Pendekatan kinerja sekarang dilandasi oleh adanya
fiksasi fungsional. Bila pendekatan kinerja sekarang dianut oleh beberapa komponen
maka dilaporkan sebagai komponen perubahan laba ditahan berupa operasi hentian, pos-
pos luar biasa, pengaruh kumulatif perubahan akuntansi, dan koreksi mendasar.
Pendekatan yang dilandasi oleh konsep kontinuitas usaha serta upaya dan hasil
yang menegaskan bahwa statement laba rugi memuat semua perubahan ekuitas kecuali
berasal dari transaksi dengan pemilik. Laba ditahan berisi laba komprehensif yang
dipindah dari statement laba rugi dan komponen transaksi modal seperti dividen dan
saham treasuri. FASB menganut pendekatan termasuk mengenalkan disebut dengan laba
komprehensif.
Dalam beberapa pendekatan semua termasuk pos-pos penerobos dilaporkan
dalam statemen perubahan laba ditahan. Dalam laba komprehensif , pos-pos penerobos
dilaporkan melalui statemen laba rugi. Laba komprehensif disajikan dengan pendekatan
satu-statemen atau dua-statemen. IAI belum secara penuh mengadopsi konsep laba
komprehensif. Hal yang telah terefleksi terdapat pada PSAK No. 25.

34
B. SOAL MATERI
1. Apa pengertian ekuitas menurut Ikatan Akuntansi Indonesia Pasal 49 ?
2. Sebutkan komponen ekuitas pemegang saham berdasarkan terjadinya dan
sumbernya dan jelaskan !
3. Coba jelaskan menurut pendapat anda, apa itu pembedaan modal setoran dan
laba ditahan ?
4. Bila distribusi dividen saham tidak disertai dengan kapitalisasi laba ditahan,
dividen saham akan menyerupai pemecahan saham (stock split). Apakah yang
dimaksud dengan Pemecah Saham tersebut ?
5. Sebutkan Alasan pendukung kapitalisasi hanya sebesar nilai yuridis !
6. Waran berbeda dengan hak beli saham dan opsi saham dalam beberapa aspek,
Sebutkan !
7. Secara konseptual Apa perbedaan antara kewajiban dan ekuitas
8. Apa tujuan penyajian ekuitas dalam pelaporan keuangan?
9. Apa saja manfaat dari kepemilikan ekuitas saham?
10. Sebutkan komponen komponen pembentuk statemen laba rugi?
11. Apa definisi aset menurut FASB?
12. Sebutkan beberapa komponen yang membentuk ekuitas pemegang saham?

C. DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono, 2008. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE.

Suwardjono, 2010. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga.


Yogyakarta: BPFE

35

Anda mungkin juga menyukai