Proposal Penelitian
Disusun Oleh :
ANNISA AZAHRA
NIM :180301301
Upaya penghindaran pajak secara legal yang tidak melnggar peratuaran perpajak
an Nomor 28 tahun 2007 tentang ketiga atas undang - undang nomor 6 tahun 1983 peru
bahan keempat atas ketentuan umum dan tata cara perpajakan pasal 1 ayat 1 yang meny
atakan konstribusi kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bers
ifat memaksa maka yang dilakukan wajib pajak dengan cara mengurangi jumlah pajak t
erhutang. Tindakan yang dilakukan perusahaan untuk mengurangai beban pajak inilah y
Penghindaran pajak merupakan bagian dari tax planning, adalah proses pengend
alian tindakan agar terhindar dari konsekuensi pengenaan pajak yang tidak dikehendaki.
Penghindaran pajak adalah suatu tindakan yang benar-benar legal. Seperti halnya suatu
pengendalian yang tidak dapat menghukum seseorang karena perbuatannya tidak melan
ggar hukum atau tidak termasuk dalam kategori pelanggaran atau kejahatan, begitu pula
mengenai pajak yang tidak dapat dipajaki, apabila tidak ada tindakan / transaksi yang
dapat dipajaki. Dalam hal ini sama sekali tidak ada tindakan / transaksi yang dapat di
pajaki.
Pada tahun 2016, terdapat kebeocoran dokumen yang mana dokumen tersebut m
tis, dan tidak patut dari pejabat publik dunia, politisi, dan kalangan superkaya. Informasi
yang selama ini sangat rahasia tiba-tiba bocor dan menjadi konsumsi publik. Lebih dari
214.000 informasi perusahaan cangkang yang terdaftar di 21 negara suaka atau surga
pajak (tax havens countries) diungkap dalam bocoran dokumen tersebut. Laoran
diluar negri atau penempatan dana diluar negri merupakan bagian dari pengellaan
seringkai dipersepsikan negatif. Hal ini tidak terlepas dari kerahasiaan yang ditawarkan
disamping tidak ada pajak atau minimnya pajak yang dikenakan (Sudiarta, 2016).
perpajakannya. Akan tetapi, tidak semua wajib pajak mau membayar pajak sesuai
penerimaan negara dari sektor perpajakan dan menggangu keuangan negara. Menurut
membayar pajaknya, antara lian moral pajak yang rendah, kualitas balas jasa pajak yang
rendah, adanya perbedaan persepsi keadilan dan sistem pajak, tranparasi dan
pemungutan pajak yang tidak mencukupi, lemahnya kapasitas dalam mendektesi dan
menuntut praktik pajak yang tidak benar, tidak adanya kepercayaan terhadap
Pajak yang harus dibayarkan kepada negara tentu saja akan mengurangi
keuntungan usaha yang diperolehkan oleh wajib pajak, sehingga wajib pajak cendrung
mencari cara untuk mengurangkan beban pajak yang harus dibayarnya. Usaha - usaha
yang dilakukan untuk mengurangi beban pajak yang harus dibayar sebgai penghindaran
dalam koridor (Aumeerun et al., 2016). Oleh sebab itu, pada umumnya penghindaran
pajak dianggap sebagai pengeksploitasian kompleksitas, teknikalitas, dan celah dalam
Terdapat banyak kasus terkait pengindaran pajak yang umunya dilakukan oleh
Tabel 1.1
Skandal Penghindaran Pajak
Nama
No. Tuduhan Kasus Kecurangan
Perusahaan
1. Google Pada tahun 2014, Google memindahkan
pendapatan senilai $12 miliar ke sebuah
perusahaan penampung di Bermuda, afiliasi
terdaftar Irish yang dikenal dengan Google
Ireland Holdings. Google menggunakan strategi
yang dikenal dengan istilah “Double Irish With a
Dutch Sandwich”, yang membantu perusahaan
induknya, Alphabet, menikmati tarif pajak
efektif hanya 6% dari keuntungan di luar AS.
2. Apple Dituduh sebagai salah satu yang pertama
menggunakan metode yang rumit untuk
menghindari membayar pajak yang lebih.
3. Starbucks Starbucks telah diduga memotong beban pajak
hingga €30 juta sejak 2008, membayar Belanda
€2,6 juta di pajak perusahaan pada laba sebelum
pajak dari €407 juta, tarif pajak kurang dari 1%.
4. Ikea Dituduh tidak membayar pajak lebih dari €1
miliar selama enam tahun terakhir. Menurut
Greens/European Free Alliance, pada tahun
2014, Ikea tidak membayar €35 juta pajak di
Jerman, €24 juta di Perancis, dan €11,6 juta di
Inggris.
5. Amazon Ditemukan bahwa Amazon membayar $5,86 juta
dari total penjualan $6 triliun. Di Inggris,
Amazon dilaporkan bisa lolos dengan
pembayaran pajak yang rendah.
6. Gap Hampir tidak membayar pajak di Eropa sejak
tahun 2011, meskipun penjualannya sekitar $1,4
triliun.
7. Microsoft Pada tahun 2011, dilaporkan membayarkan pajak
19 juta pound, yang mana hanya 2,8% dari
pendapatan. Menghindari membayar pajak di
Inggris dengan penjualan sebesar $2,4 triliun
pada tahun 2012.
Sumber: fortune.com/2016/03/11/apple-google-taxes-eu
Dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik, akan berdampak terhadap
penghindaran pajak telah dilkakukan oleh Richardson et al. (2016), Wibawa et al.
(2016) dan Kanagaretnam et al. (2016).Begitu pula Damayanti & Susanto (2015) yang
meneliti pengaruh komite audit dan kualitas audit terhadap tax avoidance. Damayanti &
institusional, risiko perusahaan dan retun on assets terhadap penghindaran pajak. Hasil
terhadap penghindaran pajak, sedangkan komite audit, kualitas audit, dan kepemilikan
penghindaran pajak, didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Richardson et al.
(2016). Begitu pula dengan penelitian Kerr et al. (2016) yang menunjukkan bahwa
dan komite audit berpengaruh, sedangkan kualitas auditor eksternal tidak berpengaruh
antara kualitas auditor dan agresivitas pajak. Hasil penelitiannya menemukan bahwa
terdapat hubungan negatif antara kualitas auditor dengan agresivitas pajak. Kualitas
tinggi daripada auditor non the Big Four (DeFond et al., 2014). Secara umum,
diasumsikan bahwa perusahaan memilih level kualitas audit mereka sendiri melalui
pilihan auditor mereka (Beisland et al., 2012). Hal ini menunjukkan bahwa bagaimana
perusahaan memilih auditor independen, pemilihan apakah termasuk auditor KAP the
Big Four atau bukan, merupakan bagian dari mekanisme corporate governance.
terhadap ETR telah dilakukan oleh Zarai (2013), Kraft (2014), dan Delgado et al.
(2014). Berbeda dengan hasil penelitian Kraft (2014) dan Delgado et al. (2014) yang
semakin rendahnya ETR (Effective Taxe Rate), yang berarti semakin tinggi
Faktor lain yang dapat mempengaruhi penghindaran pajak ialah capital intensity yang
salah satunya dapat diukur dengan proporsi aset tetap yang dimiliki suatu perusahaan.
Beberapa penelitian terkait pengaruh capital intensity terhadap penghindaran pajak telah
dilakukan oleh Noor et al. (2010) dan Kraft (2014). Hasil penelitian Noor et al. (2010)
ditemukan bahwa semakin tinggi capital intensity, maka semakin rendah ETR. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi capital intensity menyebabkan semakin tinggi pula
karena pertama, untuk mengetahui apakah capital intensity yang merupakan proporsi
aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan dan profitabilitas yang diukur dengan ROA
berpengaruh terhadap penghindaran pajak, yang mana keduanya terkait dengan aset,
sehingga penting untuk diketahui apakah terdapat dampak atas harta atau aset yang
audit dan komite audit sebagai proksi corporate governance karena komite audit
auditor eksternal, serta komite audit dan auditor eksternal memiliki tingkat
hasil yang tidak konsisten. Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan penelitian
erty dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018-2021)
oleh Damayanti & Susanto (2015) dan Richardson et al. (2016). Perbedaan penelitian
perusahaan terhadap tax avoidance. Selain itu, komite audit, kualitas audit, dan
menggunakan ETR (Effective Tax Rate) dan BTG (Book-Tax Gap) sebagai proksi
penghindaran pajak. Sedangkan dalam penelitian ini, ROA digunakan sebagai
proksi profitabilitas dan capital intensity sebagai variabel independen. Selain itu,
penelitian ini menggunakan CETR (Cash Effective Rate) agar dapat diketahui
berapa besaran pajak yang dibayarkan perusahaan atas labanya dan dapat
perpajakan.
yang terdaftar di BEI pada periode 2014-2016. Sedangkan peneltian ini pada
perusahaan Property dan Real estate yang terdaftar di BEI Tahun 2018-2021).
k?
pajak?
1. Tujuan Penelitian
diproksikan dengan kualitas audit dan komite audit), profitabilitas, dan capital
2. Manfaat Penelitian
a. Kontribusi Teoritis
penghindaran pajak.
b. Kontribusi Praktis
gensi muncul ketika sebuah kontrak memiliki lebih dari satu pemilik (principal) yang m
empekerjakan orang lain (agent) untuk melakukan pekerjaan dan kepentingan bagi mere
yang dinilai secara nominal yang dialami oleh pemilik karena adanya perbedaan dari
kepentingan pemegang saham dan agen (Godfrey et al., 2010). Jensen & Meckling
(1976) membagi biya agensi menjadi tiga, yaitu Biaya pemantauan (Monitoring Costs),
Bonding Cost, dan Residual Loss. Monitoring cost merupakan biaya pemantauan
perilaku agen. Bonding cost merupakan biaya ikatan kepentingan agen untuk para
pemilik yang mana biaya ikatan juga ditanggung oleh agen. Residual loas (kerugian
residual) merupakan efek kekayaan bahwa dengan peluaran pemantauan dan ikatan,
tindakan yang diambil oleh agen kadang-kadang akanbebeda dari perilaku yang akan
et al., 2016). Dampak dari melakukan tindakan penghindaran pajak ialah berkurangnya
beban pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan, sehingga manejer dapat
memperoleh insetif yang lebih tinggi. Menurut Desai dan Dharmapala (2006) masalah
keagenan timbul sehubungan dengan penghindaran pajak jika pemgang saham dan
biaya audit. Peran audit adalah untuk mengurangai asimetri informasi pada nagka
manajer dalam pelaporan kauangan. Hal ini menunjukan bahwa asimetri informasi yang
berjalan secara efektif dalam memenuhi kedua kepentingan eksternal dan internal
( Mulyadi dan Anwar, 2015). Fungsional struktur tata kelola adalah untuk melindungi
al., 2015).
Dalam suatu negara, pajak merupakan salah satu sumber terbesar yang menjadi
penerimaan negara. Akan tetapi, tidak semua wajib pajak mau melakukan kewajiban
tindakan yang tidak mematuhi hukuman dan peraturan perpajakan sebuah negara
dengan tidak membayar pajak atau tidak melaporkan jumlah pendapatan yang
sesungguhnya, yang mana dapat mencangkup menghindari pajak dalam cara legak,
2016).
mengambil keuntungan dari celah, ambiguitas, anomali atau kekurangan lain dari
hukum pajak (Suandy, 2006:7). Lim (2011) mendefenisikan penghindaran pajak sebagai
penghematan pajak yang timbul dari metode pengurangan pajak umum yang mana
menghindari dan membayar pajak (Aumeerun et al., 2016). Dapat disimpulkan bahwa
pajak yang harus dibayarnya dengan memanfaatkan celah-celah yang terdapat dalam
digunakan untuk mengestimasi jumlah pajak yang akan dibayar dan hal-hal yang dapat
dilakukan untuk menghindari pajak dengan cara mengumpulkan dan meneliti peraturan
perpajakan, dengan maksud dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang
untuk menurunkan pajak yang harus dibayarnya, salah satunya dengan melibatkan jasa
konsultan (Huseynov & Klamm, 2012). Perusahaan dapat melakukan manajemen pajak
pajak harus dilakukan dengan sebaik mungkin agar tidak menjurus kepada pelanggaran
peraturan perpajakan (tax evasion). Perusahaan juga dapat melakukan tindakan agresif
perpajakan yaitu dengan memanfaatkan celah-celah sekecil mungkin yang ada dalam
peraturan perpajakan untuk menekan beban pajaknya (Putra & Merkusiwati, 2016).
Annuar et al. (2014) menyebutkan bahwa manfaat yang paling jelas dari
tindakan penghindaran pajak ialah penghematan kas dari pajak yang dihindarkan.
Penghematan kas mengarah pada peningkatan arus kas perusahaan yang mana
bertambahnya dividen. Begitu pula dengan manajer merasakan pula manfaatnya dengan
pajak. Dalu et al. (2012) menyebutkan bahwa sebuah negara yang menghadapi
menunjukkan investasi campuran yang berproduktif rendah, yang mana hal ini berarti
pertumbuhan ekonomi rendah dan perusahaan publik akan terkena dampak negatif.
Penghindaran pajak yang merupakan strategi pajak agresif yang dilakukan untuk
perusahaan seperti denda dan reputasi perusahaan yang buruk di mata publik (Rizal,
2016).
usahaan dengan tujuan, untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yan
ungjawaban kepada stakholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemili
n sebagai sistem pengendalian internal dalam perusahaan yang memiliki tujuan utamany
a untuk mengelola risiko yang signifikan untuk memenuhi tujuan bisnisnya melalui pen
gamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam jang
rnance adalah suatu peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, penge
lola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan
intren dan ekstrem lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban mereka dengan di
atur dalam suatu sistem dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan corporate govern
ance untuk menciptakan nilai tambah untuk semua pihak yang berkepentingan.
(GCG) diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Terdapat
relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku
hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kridetur, dan
kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara
masing organ dalam perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak diintervensi
pemilihan auditor eksternal yang mana pemilihan auditor eksternal berkaitan dengan
kualitas audit, serta komite audit dan auditor eksternal memiliki tingkat independensi
yang tinggi.
1. Komite Audit
Menurut Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh
Komite audit sangat penting bagi pengelola perusahaan, karena komite audit di
anggap sebagai suatu penghubung antara pemegang saham dengan dewan komisaris
lainnya.
3) Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan
internal.
Dalam melaksanakan tugasnya, komite audit juga mengadakan rapat audit yang
pengawasan terhadap perusahaan. Semakin sering komite audit melakukan rapat maka
akan semakin baik komunikasi yang terjalin antar anggota komite audit dalam
Prosedur rapat yang diadakan oleh komite audit telah diatur dalam keputusan
pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit yang isinya antara lain :
1) Komite audit mengadakan rapat secara berkala paling kurang satu kali dalam 3
(tiga) bulan.
2) Rapat komite audit hanya dapat dilaksanakan apabila dihadiri oleh lebih dari
4) Setiap rapat Komite Audit dituangkan dalam risalah rapat, termasuk apabila
seluruh anggota komite audit yang hadir dan disampaikan kepada dewan
komisaris.
2. Kualitas Audit
Tugas utama auditor eksternal adalah untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan. Selain itu, dari analisis dan pengujian lainnya yang dilakukan, auditor harus
melaporkan kepada manajemen atas setiap risiko yang teridentifikasi baik internal
(Wallace & Zinkin, 2005:223). Peran audit adalah untuk mengurangi asimetri informasi
pada angka akuntansi dan untuk meminimalkan kerugian residual yang dihasilkan dari
bermanfaat sebagai alat pengawasan, kualitas yang efektif dan dapat dirasakan sangat
diperlukan. Kualitas audit yang dirasakan oleh pengguna laporan keuangan setidaknya
sama pentingnya dengan kualitas audit yang efektif (Adeyemi & Fagbemi, 2010).
Kualitas audit berhubungan dengan pemilihan auditor (Kasim et al., 2016), yang mana
secara umum diasumsikan bahwa perusahaan memiliki evil kualitas audit mereka
sendiri melalui pilihan auditor mereka (Beisland et al., 2012), sehingga dapat dikatan
bahwa kualitas audit merupakan fungsi dari mekanisme corporate governance (Lin,
digunkan peneliti-peneliti untuk menilai kualitas audit seperti ukuran auditor, biaya
audit, dan reputasi auditor merupakan indikator yang relevan dengan auditor the big
Four karena mereka dikenal dengan reputasi terbaik dan harga tertinggi mereka selain
KAP terbesar di dunia. Auditor the big four telah membangun jaringan global kemitraan
nasional untuk memungkinkan kantor lokal mereka untuk mengakses informasi global,
2.1.4 Profitabilitas
Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan profit ialah
keuntungan, yang mana keuntungan ini dapat diperoleh dengan memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki oleh perusahaan. Pada umumnya, rasio keuangan digunakan sebagai
Kabajeh et al., (2012) menjelaskan bahwa rasio keuangan dapat didefenisikan sebagai
hubungan antara dua informasi keuangan kuantitatif individual yang terhubung satu
sama lain dalam beberapa cara yang logis dan hubungan ini dianggao sebagai indikator
keuangan yang memiliki makna yang dapat digunakan oleh pengguna informasi
Salah satu rasio yang sering digunakan dalam mengukur profitabilitas ialah
return on assets (ROA), yang mana pengukuran ini digunakan untuk mengetahui
ukuran untuk laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Ini biasanya digunakan sebagai
ukuran untuk laba yang dihasilkan oleh perusahaan selama periode waktu berdasarkan
tingkat penjualan, aset, modal yang digukan, kekayaan bersih dan laba per saham. Rasio
ini juga menujukan kemajuan dan tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan
oleh nvestor.
Tak hanya pemegang saham yang mendapatkan manfaat dari rasio profitabilitas,
kepentingan dapat mengetahui sajauh mana efesiensi pemanfaatan aset yang dimiliki
perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Kreditur sebagai salah satu pemangku
kepentingan juga tertarik dengan rasio profitabilitas, sebagaimana yang dikatakan oleh
Keuntungan yang tinggi tentu saja merupakan hal bagus bagi suatu perusahaan.
Akan tetapi, keuntungan yang tinggi berarti beban pajak yang harus dibayarkan tinggi
berupa penghematan kas, seperti yang dikatakan oleh Annuar et al. (2014) bahwa
manfaat yang paling jelas dari tindakan penghindaran pajak ialah penghematan kas dari
pajak yang dihindarkan. Penghematan kas mengarah pada peningkatan arus kas
saham dengan bertambahnya dividen. Oleh sebab itu, perusahaan yang memiliki
keuntungan yang tinggi cenderung akan melakukan penghindaran pajak, yang didukung
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kraft (2014) dan Delgado et al. (2014)
terhadap semakin rendahnya ETR, yang berarti semakin tinggi penghindaran pajak yang
dilakukan.
output satu dolar. Semakin besar modal digunakan untuk menghasilkan unit yang sama,
dapat dikatakan bahwa semakin intens modal perusahaan (Shaheen & Malik, 2012).
Pada umunya, capital intensity dikaitkan dengan jumlah modal yang dimiliki
perusahaan yang berupa aset tetap, sehingga capital intensity ratio diukur dengan
berapa proporsi aset tetap dari total aset yang dimiliki perusahaan. Zarai (2013)
menyebutkan bahwa rasio ini menggambarkan intensitas modal dari aktivitas yang
yang intensif memiliki kesempatan yang lebih besar untuk perencanaan perpajakan atau
Delgado et al. (2014) menyebutkan bahwa komposisi aset dapat memiliki efek
yang jelas pada Effective Tax Rate, khususnya aset tetap yang memungkinkan
perusahaan untuk memotong beban pajak yang berasal dari biaya penyusutan dari aset
tetap setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki aset tetap
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
dibawah ini.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Komite Audit
Corporate
Governance
Kualitas Audit Penghindaran
Pajak
Profitabilitas
Capital Intensity
Penelitian yang dilakukan oleh Kerr et al. (2016) menunjukkan bahwa reformasi
tata kelola akan menurunkan tindakan penghindaran pajak. Kualitas auditor merupakan
fungsi mekanisme corporate governance (Lin & Liu, 2009; Sunarsih & Oktaviani, 2016)
dan auditor KAP the Big Four menyediakan kualitas audit yang lebih tinggi daripada
auditor KAP non the Big Four (DeFond et al., 2014). Secara umum, diasumsikan bahwa
perusahaan memilih level kualitas audit mereka sendiri melalui pilihan auditor mereka
(Beisland et al., 2012). Hal ini menunjukkan bahwa bagaimana perusahaan memilih
auditor independen, pemilihan apakah termasuk auditor KAP the Big Four atau bukan,
Penelitian yang dilakukan oleh Annisa & Kurniasih (2012) dan Sunarsih &
pajak. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Kanagaretnam et al. (2016)
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara kualitas auditor dengan
agresivitas pajak.
auditor eksternal tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Begitupun dengan penelitian
Damayanti & Susanto (2015) yang menunjukkan bahwa kuailitas audit tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance. Berdasarkan penelitian terdahulu, hipotesis dalam penelitian ini
tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, disebutkan bahwa
komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang Komisaris Indepeden dan
sekurang- kurangnya 2 (dua) orang anggota lainnya berasal dari luar Emiten atau
audit memiliki peran penting, yaitu mengawasi proses pelaporan keuangan di bawah tugas
utamanya untuk menjamin integritas dan kredibiltas laporan keuangan (Gajevszky, 2014).
pengaruh yang signifikan dari jumlah komite audit terhadap penghindaran pajak. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sunarsih & Oktaviani (2016) menunjukkan bahwa komite
bahwa komite audit mampu memperbaiki kesalahan manajemen yang melakukan tax
evasion. Hasil penelitian Wibawa et al. (2016) juga menyatakan bahwa komite audit
audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Komite audit yang beranggotakan
sedikit, cenderung dapat bertindak lebih efisien, namun juga memiliki kelemahan, yakni
minimnya pengalaman anggota Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh
Cahyono et al. (2016) yang manyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap
Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan profit ialah
keuntungan, yang mana keuntungan ini dapat diperoleh dengan memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki oleh perusahaan. Keuntungan yang tinggi tentu saja merupakan hal
bagus bagi suatu perusahaan. Akan tetapi, keuntungan yang tinggi berarti beban pajak
yang harus dibayarkan tinggi pula. Dengan melakukan penghindaran pajak, perusahaan
dapat memperoleh manfaat berupa penghematan kas, seperti yang dikatakan olehAnnuar
et al. (2014) bahwa manfaat yang paling jelas dari tindakan penghindaran pajak ialah
penghematan kas dari pajak yang dihindarkan. Penghematan kas mengarah pada
peningkatan arus kas perusahaan yang mana perusahaan dapat melakukan investasi
yang signifikan antara penghindaran pajak dengan profitabilitas. Begitu pula dengan
penelitian Kraft (2014), Delgado et al. (2014), dan Rizal (2016) yang menunjukkan hasil
yang sama. Sedangkan penelitian Zarai (2013) menemukan bahwa semakin tinggi
profitabilitas perusahaan akan berdampak terhadap semakin tingginya effective tax rate,
yang berarti semakin rendah penghindaran pajak yang dilakukan. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Cahyono et al. (2016) yang menunjukkan bahwa
memiliki kesempatan yang lebih besar untuk perencanaan perpajakan atau strategi
memutuskan apakah akan membeli atauleasing dalam memperoleh aset. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki aset tetap yang banyak (proporsi aset
tetap yang dimiliki perusahaan tinggi), cenderung memiliki tarif efektif pajak yang
signifikan antara penghindaran pajak dengan capital intensity. Begitu pula dengan
penelitian Noor et al. (2010) ditemukan bahwa semakin tinggi capital intensity, maka
semakin rendah effective tax rate yang menunjukkan semakin tinggi penghindaran pajak
yang dilakukan. Berbeda dengan penelitian Kraft (2014) dan Chiou et al. (2012) yang
berikut.
METEDOLOGI PENELITIAN
yaitu penghindaran pajak. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Property dan
Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2018 sampai dengan
2021. Hal ini dengan pertimbangan bahwa jumlah perusahaan yang termasuk dalam
industri property dan real estate paling banyak dibandingkan dengan industri lain,
BEI. Selain itu, penelitian ini meneliti variabel Capital Intensity untuk mengetahui
pengaruh proporsi aset tetap atas total aset yang dimiliki perusahaan property dan real
estate terhadap penghindaran pajak, yang mana perusahaan property dan real estate
Periode penelitian yang digunakan adalah 4 tahun, yaitu dari tahun 2018 sampai
dengan 2021. Hal ini dikarenakan di akhir 2014, terungkap kasus penghindaran pajak
Luxembourg sebagai negara yang memberikan fasilitas pajak dengan skema pajak yang
rumit dengan dibantu oleh kantor akuntan handal internasional (Santosa, 2015). Selain
itu, penggunaan data yang up todate juga diharapkan mampu mengggambarkan kondisi
Sampel pada penelitian ini diambil dari perusahaan sektor industri manufaktur.
Peneliti menggunakan metode purposive sampling dalam memilih sampel, yaitu proses
pemilihan sampel berdasarkan kriteria atau penilaian tertentu. Kriteria pemilihan sampel
1. Perusahaan property dan real estate yang terdaftar selama 3 tahun berturut- turut di
Desember;
3. Menyajikan laporan keuangannya dalam satuan mata uang rupiah selama periode
4. Menyajikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini secara lengkap selama
periode penelitian.
1. Penelitian Pustaka
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui
buku, jurnal, internet, berita, dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data sekunder. Seluruh data
bersumber dari laporan tahunan perusahaan manufaktur tahun 2014 sampai 2016 yang
dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dapat diakses melalui situs resmi
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak. Analisis grafik dapat
dilakukan dengan melihat grafik histogram dan grafik normal P-Plot. Grafik histogram
yang memberikan pola distribusi yang tidak menceng ke kiri ataupun ke kanan dapat
dikatakan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Pada grafik normal P-
Plot, jika data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal, maka model regresi memenuhi
jika nilai Sig. (2-tailed) > α, nilai residual terstandarisasi dinyatakan menyebar secara
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk mendeteksi ada
atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi, dapat dilihat dari nilai VIF
(Variance Inflation Factor) dan nilai Tolerance. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama
dengan nilai VIF (Variance Inflation Factor) > 10 (Ghozali, 2016:103-104). Hal ini
berarti jika nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF (Variance Inflation
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Penelitian ini menggunakan analisis grafik scatterplot dan uji Park untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas pada model regresi. Jika pada grafik
scetterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak di atas maupun di bawah
angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi (Ghozali, 2016:136). Pada uji Park,
variabel independen. Jika nilai probabilitasnya lebih besar dari nilai alpha (Sig. > α),
2011:107).
Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi, jika
terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik/tidak layak dipakai
prediksi. Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi
2. Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada di antara -2 dan +2 (-2 < DW < +2).
variabel dependen.
untuk menguji pengaruh antara variabel independen dengan dependen. Pada analisis
Keterangan:
α = Konstanta
β = Koefisien Regresi
ROA = Profitabilitas
e = Eror
menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah anatara nol
dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke
secara simultan terhadap variabel dependen, maka model persamaan regresi masuk
dalam kriteria cocok atau fit (Suliyanto, 2011:55). Hipotesis alternatif yang ingin diuji
1) Apabila nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak atau Ha diterima, yang berarti
dependen.
2) Apabila nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima atau Ha ditolak, yang berarti
dependen.
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel
2) Apabila nilai signifikansi t > 0,05, berarti variabel independen secara parsial tidak
timbul dari metode pengurangan pajak umum dan perlindungan pajak yang mana
pajak adalah melakukan tindakan meminimalkan kewajiban pajak dalam koridor hukum,
sedangkan penggelapan pajak adalah melakukan tindakan ilegal untuk menghindari dari
membayar pajak (Aumeerun et al., 2016). Variabel ini dihitung mengunakan CETR
(Cash Effective Tax Rate), yaitu kas yang dikeluarkan untuk membayar beban pajak
dibagi dengan laba sebelum pajak. Semakin rendah kas yang dibayarkan perusahaan
Penelitian ini menggunakan CETR (Cash Effective Tax Rate) sebagai pengukuran
agar dapat mengetahui perbandingan kas yang perusahaan keluarkan untuk membayar
pajak dengan laba sebelum pajaknya, sehingga akan diketahui berapa pastinya tarif pajak
dengan tarif pajak badan dalam peraturan undang-undang perpajakan, yang mana
Penghindaran pajak dalam penelitian ini diukur dengan membandingkan kas yang
dikuluarkan untuk beban pajak dengan laba sebelum pajak (Huseynov & Klamm, 2012;
Damayanti & Susanto, 2015; Dewinta & Setiawan, 2016) yang dapat dirumuskan
sebahai berikut:
lebih dikenal sebagai tata kelola perusahaan. Ini adalah mekanisme yang mengontrol
sebuah perusahaan sehingga dapat berjalan secara efektif dalam memenuhi kedua
1) Kualitas Audit
biaya audit, dan reputasi auditor merupakan indikator yang relevan dengan
auditor KAP the Big Four karena mereka dikenal dengan reputasi terbaik dan
Penelitian ini menggunakan auditor KAP the Big Four atau non the Big
Four sebagai proksi untuk mengukur kualitas audit karena beberapa penelitian
menunjukkan bahwa auditor KAP the Big Four berhubungan dengan kualitas
audit yang lebih tinggi (Beisland et al., 2012; Damayanti & Susanto, 2015;
bernilai 1 jika menggunakan jasa auditor KAP the Big Four dan bernilai 0 jika
tidak menggunakan jasa auditor KAP the Big Four. KAP the Big Four antara
Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), dan Ernst & Young (E&Y).
2) Komite Audit
no. IX.1.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit,
disebutkan bahwa komite audit adalah komite yang dibentuk oleh Dewan
itu, dinyatakan juga bahwa komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu
Komite audit diproksikan dengan jumlah personil komite audit yang terdapat di
3.5.5.4 Profitabilitas
ialah return on assets (ROA), yang mana pengukuran ini digunakan untuk
yang digunakan, kekayaan bersih dan laba per saham. Rasio profitabilitas
kemajuan dan tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan oleh investor.
et al., 2012; Zarai, 2013; Damayanti & Susanto, 2015; Rizal, 2016), yang dapat
Laba Bersih
ROA=
Total Assets
menghasilkan unit yang sama, dapat dikatakan bahwa semakin intens modal
perusahaan (Shaheen & Malik, 2012). Pada umunya, capital intensity dikaitkan
dengan jumlah modal yang dimiliki perusahaan yang berupa aset tetap, sehingga
rasio intensitas aset tetap diukur dengan berapa proporsi aset tetap dari total aset
yang dimiliki perusahaan (Kraft, 2014; Richardson et al., 2016), yang dapat
Assets tetap
Rasio Intensitas Assets=
Total Assets
.