International
* Aspek Perpajakan BUT dan
Branch Profit Tax
Dosen : Dr.
Waluyo
Pendahuluan
Globalisasi merupakan suatu proses kegiatan diberbagai sektor, dimana
negara-negara diseluruh dunia menjadi suatu kekuatan pasar yang semakin
terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara.
Memasuki era globalisasi menimbulkan berbagai dampak di segala
bidang. Mulai dari bidang sosial, budaya, teknologi, politik maupun dalam
bidang ekonomi baik dampak positif maupun negatif.
Dalam bidang ekonomi, perdagangan internasional juga menunjukan
perkembangan yang pesat. Pertukaran barang dan jasa pun seperti tidak
memiliki batasan antar Negara, kemajuan teknologi membuat perdagangan
internasional menjadi sangat mudah..
Dalam kaitannya dengan globalisasi, perdagangan internasional pun ikut
terkena dampak, baik yang positif maupun yang negatif. Disini, dunia
dianggap sebagai suatu kesatuan yang semua daerah dapat terjangkau
dengan cepat dan mudah. Sisi perdagangan dan investaris membuat semua
orang bebas untuk berusaha dimana saja dan kapan saja.
Peningkatan perdagangan internasional bisa memfasilitasi perluasan
pergerakan barang dan jasa serta meningkatkan efisien penggunaan
sumber-sumber ekonomi. Beberapa karakteristik era ekonomi global :
Bisnis internasional
Hilangnya batasan-batasan antarnegara
Ketergantungan pada perdagangan internasional
14
14
Pertumbuhan ekonomi,
Inflasi,
Sistem politik,
Pendidikan,
Profesi akuntan,
Peraturan perpajakan,
Pasar uang, dan
Modal.
14
Aspek pajak internasional juga akan terjadi bila seorang WNI atau badan
Indonesia menerima atau memperoleh penghasilan dari luar negeri. Hal ini
disebabkan karena Pajak Penghasilan Indonesia menerapkan prinsip
worldwide income sehingga penghasilan dari luar negeri di atas juga
merupakan objek Pajak Penghasilan Indonesia.
14
14
14
PPh Pasal 26 atas Laba Setelah Pajak yang diperoleh BUT yaitu
tambahan PPh yang dikenakan atas laba setelah pajak (net income after
tax) yang diperoleh BUT sebesar 20% atau sesuai tarif yang berlaku
dalam Tax Treaty.
2. Tambahan PPh tersebut wajib dilunasi oleh BUT dalam waktu yang
bersamaan dengan pelunasan PPh Pasal 29 (setoran akhir PPh tahunan),
yaitu paling lambat tanggal 25 bulan ketiga setelah berakhirnya tahun
buku.
3. Tambahan PPh atas laba setelah pajak yang diperoleh BUT tersebut
tidak dikenakan apabila laba setelah pajak BUT tersebut ditanamkan
kembali di Indonesia, dengan syarat :
a. Penanaman kembali dilakukan atas seluruh penghasilan kena pajak
setelah dikurangi PPh dalam bentuk penyertaan modal pada
perusahaan yang baru didirikan dan berkedudukan di Indonesia
sebagai pendiri atau peserta pendiri.
b. Penanaman kembali dilakukan dalam tahun pajak berjalan atau
selambat-lambatnya tahun pajak berikutnya dari tahun pajak diterima
atau diperolehnya penghasilan tersebut.
c. Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut paling
sedikit dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sesudah perusahaan
tempat penanaman modal dilakukan berproduksi secara komersial.
4.
Dalam hal penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh BUT
dikenakan PPh yang bersifat final, maka dasar pengenaan PPh Pasal 26
ayat (4) adalah Penghasilan Kena Pajak yang dihitung berdasarkan
pembukuan yang sudah dikoreksi fiskal dikurangi dengan PPh yang
bersifat final. (KMK Nomor 113/KMK.03/2002 tanggal 1 Mei 2002 sebagai
pengganti KMK Nomor 602/KMK.04/1994)
5.
6.
14
sebenarnya
dengan
memperhatikan
pemberitahuan secara tertulis.
perkiraan
berdasarkan
14
14
20.500.000.000,00
5.125.000.000,00 (-)
15.375.000.000,00
3.075.000.000,00
14
14
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
14
14
Kegiatan
adalah :
yang
tidak
dianggap
Bentuk
Usaha
Tetap
Kesimpulan :
Perkembangan bisnis dan pasar keuangan global menimbulkan beberapa
perbedaan dalam akuntansi internasional dan hak pemajakan yang dilakukan
oleh negara-negara yang terlibat dalam transaksi internasional.
Diperlukan adanya batasan agar tidak terjadi hak pemajakan yang
merugikan masing-masing negara yang melakukan transaksi. Sehingga
diperlukan Perjanjian P3B (Penghindaran Pengenaan Pajak Berganda).
Tujuannya untuk menghilangkan pengenaan pajak berganda internasional
14
14