Anda di halaman 1dari 3

AKTIVA TETAP DIJUAL TIDAK PADA NILAI WAJARNYA Penjualan aktiva tetap antar-perusahaan yang menimbulkan kerugian memerlukan

evaluasi khusus untuk meyakinkan bahwa kerugian tersebut bukanlah sesuatu yang harus diakui oleh afilisasi penjual pada buku terpisahnya sebelum penjualan antar-perusahaan (atau dalam situasi tidak ada penjualan antar-perusahaan). Contohnya, jika perusahaan induk menjual sebuah mesin yang mempunyai nilai buku Rp 30.000.000 kepada perusahaan anak, yang 90 persen kepemilikannya dimiliki induk, dengan harga Rp 20.000.000 pada tanggal 1 januari 20X4, seharusnya muncul pertanyaan mengenai nilai wajar aktiva pada saat penjualan. Jika pada kenyataannya nilai wajar memang sebesar Rp 20.000.000, maka perusahaan induk harus mencatat penurunan aktiva menjadi nilai wajar sebesar RP 20.000.000 sebelum penjualan dan mengakui kerugian aktual pada buku terpisah perusahaan. Jika pada kenyataannya nilai wajar sebesar Rp 30.000.000, maka tindakan perusahaan induk patut dicurigai karena pemegang saham manoritas diuntungkan pada pertukaran tersebut. Para karyawan dan direktur perusahaan induk mungkin dianggap tidak mampu mengurus pekerjaan dengan semestinya. Kecurigaan yang serupa timbul jika perusahaan anak menjual aktiva kepada perusahaan induk dengan harga lebih rendah dari pada nilai wajar, karena transaksi tersebut harus disetujui oleh karyawan perusahaan induk yang juga bertindak sebagai direktur dari perusahaan anak tersebut. Penjualan antar-perusahaan pada harga di atas nilai wajar juga menimbulkan ketidakadilan.

Konsolidasi dengan Kerugian pada Antar-perusahaan Pada dasarnya, prosedur konsolidasi untuk mengakui kerugian antar-perusahaan dengan prosedur konsolidasi untuk mengeliminasi keuntungan yang belum direalisasi. Diasumsikan bahwa mesin pada contoh diatas mempunyai sisa umur manfaat 5 tahun ketika dijual kepada perusahaan anak yang 90 persen sahamnya dimiliki perusahaan induk, dengan harga Rp 20.000.000. perusahaan induk tersebut mempunyai kerugian yang belum direalisasi sebesar Rp 10.000.000 yang diakui secara bagian selama 5 tahun. Jika laba bersih perusahaan anak pada tahun 20X4 adalah Rp 200.000.000 dan tidak ada transaksi antar-perusahaan lainnya, maka perusahaan induk mencatat pendapatan dari perusahaan anaknya sebagai berikut :
Investasi pada perusahaan anak Rp 188.000.000 Pendapatan dari perusahaan anak Rp 188.000.000 Untuk mencatat pendapatan tahun 20X4 yang ditentukan sebagai berikut : Ekuitas pada pendapatan perusahaan anak (Rp 200.000.000 x 90 % ) Rp 180.000.000 Tambah : Kerugian yang belum direaliasasi atas mesin Rp. 10.000.000 Kurang : Pengakuan bagian per bagian atas kerugian ( Rp 10.000.000 + 5 tahun ) (2.000.000) Rp 188.000.000

Ayat-ayat jurnal kertas konsolidasi sehubungan dengan kerugian antar-perusahaan tahun 20X4 adalah sebagai berikutn :
Mesin Rp 10.000.000 Kerugian atas penjualan mesin Rp 10.000.000 Untuk mengeliminasi kerugian antar-perusahaan yang belum direalisasi atas penjualan arus kebawah Beban penyusutan Rp 2.000.000 Akumulasi penyusutan Rp 2.000.000 Untuk meningkatkan beban penyusutan untuk mereflesikan penyusutan atas dasar harga perolehan

Metode Ekuitas Pemeriksaan kertas kerja konsolidasi pada Tampilan 6-4 menunjukkan bahwa PT Pelangimenggunakan metode ekuitas. Hal ini ditunjukkan oleh kenyataan bahwa laba bersih PT Pelangi sebesar Rp 300.000.000 sama dengan laba bersih konsolidasi, begitu pula dengan kesamaan saldo laba PT pelangi dan saldo laba konsolidasi. Rekonsiliasi akun investasi PT Pelangi pada PT Sinar pada tanggal 31 Desember 20X6 dan 31desember 20X7 adalah sebagai berikut :
Ekuitas tercatat pada PT Sinar tanggal 31 Desember 200X6 (RP 600.000.000 ekuitasi pada PT Sinar x 90 %) Kurang : Laba yang belum direalisasi atas tanah Kurang : 90 % dan laba yang belum direalisasi atas peralatan (Rp 16.000.000 x 90 %) Investasi pada PT Sinar tanggal 31 Desember 20X6 Tambah : Pendapatan dari PT Sinar tahun 20X7 ( 90 % dari Rp 80.000.000 laba bersih PT Sinar + RP 5.000.000 Keuntungan atas tanah + Rp 3.600.000 pengakuan bagian Per bagian keuntungan atas peralatan RP 28.000.000 laba Yang belum direalisasikan atas bangunan) Kurang : Dividen yang diterima pada tahun 20X7 Investasi pada PT Sinar 31 Desember 20X7

Rp 540.000.000 5.000.000 (14.000.000) Rp 520.000.000

52.600.000 (27.000.000) Rp 546.200.000

Metode Ekuitas Tidak Lengkap Jika PT Pelangi menggunakan metode ekuitas tidak lengkap dan gagal untuk mempertimbangkan transaksi- transaksi antar-perusahaan dalam mempertanggung jawabkan investasinya pada PT Sinar, maka laporan keuangan terpisah PT Pelangi akan menunjukkan jumlah yang terlalu besar untuk saldo awal dan akhir saldo laba, pendapatan investasi, laba bersih, dan investasi pada PT Sinar.

Pendekatan Konversi Menjadi Metode Ekuitas perhitungan-perhitungan untuk mendukung ayat jurnal kertas kerja untuk mengkonversi akun-akun terpisah PT Pelangi Menjadi metode ekuitas ditunjukkan dalam daftar konversi ekuitas tidak lengkap menjadi ekuitas berikut ini :
Pengaruh tahun sebelumnya Penjualan tanah kepada PT Sinar Tahun 20X5 Pembelian peralatan dan PT Sinar pada tanggal 1 januari 20X6 (keuntungan Rp 20.000x (90%) Pengakuan bertahap Penyusutan peralatan tahun 20X6 (keuntungan Rp 20.000/5 tahun) x90% Pengaruh tahun sekarang Penjualan tanah milik PT Sinar kepada entitas luar Penjualan bangunan kepada PT Sinar pada Januari 20X7 Pengakuan terhadap keuntungan Atas peralatan 20X7 Pengakuan terhadap keuntungan Atas bangunan melalui penyusutan (keuntungan Rp 32.000/8 tahun) Penyesuaian kertas kerja untuk mengkonversi Menjadi metode ekuitas Rp -19.400 Rp -380800 Rp -19.400 +4.000 +4.000 +3.600 +3.600 -32.000 -32.000 +5.000 Rp +5.000 +3.600 +3.600 -18.000 -18.000 Rp -5.000 Rp -5.000

Ayat jurnal kertas kerja yang disiapkan dari daftar tersebut adalah :
Saldo laba-PT Pelangi 1 Januari Pendapatan dari PT Sinar Investasi pada PT Sinar Rp 19.400.000 19.400.000 Rp 38.800.000

Anda mungkin juga menyukai