Pada dasarnya kita mulai memperoleh ilmu pengetahuan melalui
pengalaman-pengalaman konkrit yang kita alami. Keunikan dari beberapa peristiwa,
ritual atau fenomena mengarahkan kita untuk meningkatkan pengamatan dan pemikiran yang kita lakukan atas apa yang sedang terjadi. mengajarkan kita, jika kita cukup termotivasi, untuk menciptakan hipotesis dalam bentuk konsep-konsep abstrak dan generalisasi. Hal ini menggerakkan kita untuk menguji hipotesis-hipotesis tadi, untuk memahami implikasi yang dihasilkan oleh konsep tersebut pada situasi-situasi baru dan sebagai proses untuk memperhalus pengetahuan yang kita peroleh. Hal di atas sebenarnya menggambarkan proses yang menjelaskan perolehan suatu ilmu akuntansi, yang berangkat dari fakta-fakta tertentu (diamati atau ditemukan) berlanjut ke hipotesis- hipotesis tertentu (penyusunan pemikiran) lalu ke teori-teori umum (penyusunan pemikiran yang lainnya) hingga ke hukum umum yang diamati atau ditemukan.
Pengetahuan terbagi menjadi tiga jenis:
Pengetahuan- dari (knowledge-of) atau pengetahuan faktual. Dihasilkan dari pengalaman sampai ke pengamatan dan pemikiran Pengetahuan- bahwa (knowledge-that) atau pengetahuan berdasarkan perkenalan atau pengetahuan berdasarkan pengalaman. Dihasilkan dari pengamatan dan pemikiran sampai ke pembuatan teori abstrak. Pengetahuan-bagaimana (knowledge-how), dihasilkan dari metodologi yang kita pergunakan untuk bergerak dari pemikiran abstrak sampai ke pengujian dan percobaan. Keragaman ilmu pengetahuan dan proses memperoleh pengetahuan mengarah ke adanya kebutuhan untuk mengklasifikasikan ilmu pada umumnya dan peneliti akuntansi pada khususnya. Terdapat berbagai kemungkinan kerangka kerja untuk mengklasifikasikan para peneliti secara umum termasuk tripologi. Tripologi yang digunakan oleh Mitroff dan Kilman untuk menghasilkan klasifikasi para peneliti: Ilmuan Abstrak (Abstract Scientist-AS), seseorang yang menggunakan indra nya dan berpikir, dimotivasi oleh penyelidikan yang menggunakan metodologi dan logika yang seksama, dengan fokus pada kepastian, keakuratan dan keandalan, serta bergantung pada sebuah paradigma konsisten yang sederhana dan terdefinisikan dengan baik. Teoritikus Konseptual (Conseptual Theorist-CT), seseorang yang berfikir dan berintuisi, mencoba untuk memberikan banyak penjelasan atau hipotesis untuk fenomena yang terjadi dengan berfous pada penemuan dan bukan pengujiannya. Humanis Konseptual (Conseptual Humanist-CH), seseorang yang menggunakan indra dan perasaannya, berkepentingan dengan keunikan dari individu manusia secara khusus. Setiap orang memiliki arti yang unik dari pada suatu akhir teoretis yang Abstrak. Humanis Khusus (Particular Humanist-PH), seseorang yang menggunakan intuisi dan perasaannya, berfokus pada kesejahteraan manusia yang mengarahkan penyelidikan konseptual pribadinya ke arah kebaikandari umat manusia secara umum.
Sedangkan menurut Tripologi C.G Jung, C.G Jung mengklasifikasi
individu dengan cara penerimaannya terhadap informasi, yaitu : Sensasi mencakup penerimaan informasi melalui penginderaan, berfokus pada hal-hal yang mendetail, menekankan pada saat dan tempat ini dan pada hal-hal yang praktis Intuisi mencakup penerimaan informasi melalui imajinasi, menekankan pada keseluruhan atau Gestalt, mempertahankan idealisme yang memungkinkan pada pembuatan hipotesis, dan mempunyai minat dengan jangka waktu yang lama. Pemikiran terkait dengan penggunaan penalaran yang tidak menunjuk pada orang tertentu dan formal untuk mengembangkan penjelasan pada batasan yang ilmiah, teknis, dan teoretis. Pada sisi lain, perasaan terkait dengan pembuatan keputusan yang berdasar pada ketetapan bernilai tinggi dan berfokus pada masalah nilai, moral dan etika manusia. Pendekatan nomotesis hanya mencoba untuk mencari hukum dan menerapkan prosedur-prosedur yang telah di sampai kan oleh ilmu pasti. Psikologi secara umum telah berusaha untuk menjadikan dirinya sebagai salah satu disiplin ilmu yang sepenuhnya nomotesis. Sedangkan ilmu-ilmu pengetahuan ideografis berusaha untuk memahami beberapa peristiwa- peristiwa tertentu yang terjadi di alam atau di masyarakat. Burrell dan Morgan memberikan suatu definisi yang mendalam mengenai baik nomotesis maupun ideografi. Pendekatan ideografis didasarkan atas pandangan bahwa seseorang hanya dapat memahami dunia sosial dengan pertama kali memperoeh pengetahuan langsung dari subyek yang sedang diselidiki. Ia kemudian memberikan tekanan yang cukup kuat untuk mendekati subjek tersebut dan menekan kan analisis dari catatan-catatan subjektif yang di hasilkan dengan “masuk ke dalam” situasi dan melibatkan diri dalam kegiatan sehari-hari, analisis yang rinci dari wawasan yang di ciptakan oleh interaksi sejenis dengan subjek dan wawasan yang di tunjukkan dalam catatan-catatan impresionistis yang di temukan dalam buku harian, biografi, dan catatan-catatan jurnalistis. Pada sisi yang lain, pendekatan nomotesis mendasarkan penelitian pada protokol dan teknik. Pendekatan ini dilambangkan oleh pendekatan metode-metode yang di pergunakan dalam ilmu-ilmu pengetahuan alam. Ia disibukkan dengan penyusunan tes-tes ilmiah dan penggunaan teknik-teknik kuantitatif dalam analisis data. Survei, kuesioner, tes-tes kepribadian dan semua jenis instrumen penelitian yang telah distandardisasi marupakan alat-alat penting paling utama, yang menyusun meodologi nomotesis. Arti dari semua hal diatas bagi praktik penelitian adalah pada akhirnya ia harus mengambil pilihan di antara ketiga pilihan berikut: Melakukan baik penelitian nomotesis maupun ideografis dan agregatnya Melakukan penelitian nomotesis dan ideografis secara bergantian, menggunakan kedua metode tersebut secara bergantian untuk mengkapitalisasi kekuatan dari keduanya di beberapa kasus tertentu dan mengatasi kelemahan yang di miliki metode lainnya dibeberapa kasus lainnya. Mengembangkan sebuah ilmu baru. Hipotesis dunia oleh Stephen Pepper, Pengetahuan merupakan hasil perbaikan kognitif secara konstan: kritik dan perbaikan pengetahuan umum, memperjelas pengetahuan yang dubitanda- dinyatakan meragukan. Perbaikan kognitif dicapai dengan: Usaha untuk memperjelas (multiplicative), yaitu konfirmasi fenomena dengan berbagai subjek dan Pembuatan struktur yang jelas (structural corroboration), yaitu menggunakan teori-teori dan hipotesis mengenai dunia dan mengkonfirmasikannya dengan data empiris. Pepper membedakan empat hipotesis yang tepat untuk hipotesis struktural. Hipotesis tersebut merupakan empat hipotesis dunia, yaitu formisme, mekanisme, kontekstualisme, dan organisme. Sejumlah besar hipotesis dikurangi hingga menjadi empat hipotesis dunia dengan menggunakan teori hipotesis awal, yang disebut "root metaphor theory". Dua perangkat asumsi yang terkait dengan struktur logis dunia sosial dapat digunakan untuk membedakan antara keempat hipotesis, yaitu: Dimensi pertama membedakan antara teori analitis dengan sintesis. Dimensi kedua membedakan antara teori dispersif (penyebaran) dengan integratif (penggabungan). Sebagai hasil penggunaan kedua dimensi tersebut, empat hipotesis dunia dapat dicirikan sebagai: Formisme, mencakup teori analitis dan dispersif. Mekanisme, mencakup teori analitis dan integratif. Kontekstualisme, mencakup teori sintesis dan dispersif, Organisme, mencakup teori sintesis dan integratif. Formisme secara filosofis terhubung dengan “kenyataan” dan “idealisme platonik” dengan eksponen-eksponen. Metafora akarnya adalah kesamaan. Hal ini mengasumsikan formisme berfokus pada fenomena-objek, peristiwa, proses – yang di ambil satu persatu dari sumber,yang mencoba untuk mengidentifikasikan kesamaan atau perbedaan hanya melalui sebuah uraian, dan menerima hasil dari penguraian tersebut. Aktifitas utama adalah pengraian dengan berdasar pada kesamaan, tampa mempertimbangkan sumber- sumber dari kesamaan itu sendiri. Uraian dalam formisme terbagi menjadi tiga katagori : (1) karakter, (2) kekhususan, dan (3) Partisipasi. Apa yang tampak dalam formisme adalah bahwa kebenaran merupakan tingkat kesamaan suatu uraian terhadap objek yang di acunya.Formisme merupakan sebuah teori kebenaran yang didasar kan atas kesesuaian. Formisme tidak meliputi pertanyaan-pertanyaan keseragaman empiris, karena mereka hanya setengah benar dimana kebenaran penuh adalah uraian yang secara akurat sesuai dengan fakta-fakta yang telah terjadi dan dengan hukum-hukum yang perlu di tegakkan. Formisme dalam akuntansi meliputi pencarian akan kesamaan dan perbedaan di antara berbagai objek studi yang berbeda-beda tanpa mempertimbangkan adanya kemungkinan hubungan di antara mereka. Dapat di kemukakan bahwa seluruh pengetahuan teknik akuntansi yang digunakan dalam pengajaran akuntansi dan termuat dalam buku-buku teks standar sampai sejauh ini adalah formistis secara mutlak. Aturan-aturan umum, model dan algoritma yang digunakan untuk menjelaskan fenomena akuntansi dan untuk membantu pelaksanaan praktik akuntansi adalah objek studi yang memiliki ciri-ciri tersendiri, yang dapat di bandingkan dari segi tingkat kesamaan dan perbedaan di antara mereka. Mekanisme secara filosofis terhubung dengan naturalisme atau materialisme. Metafora akarnya adalah sebuah mesin. Seperti formisme, ia merupakan suatu teori analitis yang berfokus pada elemen-elemen yang memiliki ciri-ciri tersendiri dan bukannya sesuatu yang kompleks atau konteks. Akan tetapi, tidak seperti formisme, ia integratif dalam suatu urutan yang tertentu dan, jika cukup banyak hal yang dapat diketahui. Mereka dapat di ramalkan, atau paling sedikit di uraikan, sesuai dengan kebutuhannya.pengetahuan yang berjenis mekanisme ini memiliki enam ciri-ciri : Seperti sebuah mesin, objek studi terdiri atas bagian-bagian yang memiliki lokasi-lokasi tertentu. Bagian tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, sesuai dengan sifat utama dari mesin tersebut. Hubungan resmi antara bagian-bagian dari objek studi dapat diuraikan sebagai rumus- rumus fungsional atau korelasi-korelasi statistik, hal ini merupakan pernyataan dari antarhubungan di antara bagian-bagian mesin. Sebagai tambahan dari sifat utama, terdapat karakteristik lain yang dapat di nyatakan secara kuantitatif, meskipun tidak relevan secara langsung dengan objek studi: Mereka adalah sifat-sifat sekunder. Sifat-sifat sekunder tersebut juga berhubungan secar prinsip dengan objek studi karena “ jika memang terdapat suatu uraian lengakap tentang mesin, kita seharusnya ingin untuk menemukannya dan menguraikan prinsip seperti apakah yang dapat mempertahankan sifat-sifat sekunder tertentu terletak pada bagian-bagian tertentu dari mesin tersebut”. Hukum-hukum sekunder menandai hubungan yang stabil di antara sifat-sifat sekunder. Mekanisme akuntansi tidak hanya meliputi pencarian kesamaan dan perbedaan di antara objek-objek studi namun juga dan terutama adalah untuk hubungan kuantitatif yang memungkinkan untuk dilakuakan penguraian dan peramalan. Mekanisme dalam akuntansi adalah juga pencarian keteraturan empiris antara fenomena yang berbeda-beda melalui berbagai bentuk korelasi statistik. Mekanisme dalam akuntansi berfokus pada pencapaian uraian yang semakin mendalam dan penyajian yang lebih sempurna agar dapat menggambarkan suatu representasi yang singkat dari logika yang menghubungkan bagian-bagian dari objek penelitian akuntansi. Masalah lain yang dihadapi oleh mekanisme dalam akuntansi adalah adanya asumsi tidak langsung bahwa: Ukuran tidak memiliki perbedaan (invariant), dan Hubungan diantara ukuran tidak memiliki perbedaan (invariant). Kontekstualisme berhubungan dengan pragmatisme. Metafora akarnya adalah peristiwa historis atau tindakan dalam konteks. Tidak seperti formisme, kontekstualisme bersifat sintetis, di mana ia berfokus pada pola, suatu keseluruhan objek studi daripada fakta-fakta yang terpisah. Seperti formisme, kontekstualisme bersifat dispersif di mana fokusnya adalah pada interpretasi dari fakta-fakta yang di ambil satu per satu dari suatu keseluruhan fakta. Kontekstualisme dalam akuntansi berfokus pada interpretasi dari fakta-fakta independen yang di peroleh dari seperangkat fakta menurut satu konteks spesifik yang akan menciptakan suatu pola atau gestalt. Fakta-fakta yang terdapat di setiap pola diasumsikan akan mengalami perubahan dan menerima hal-hal baru. Tambahan lagi, mereka akan di bedakan berdasarkan sifat dan tekstur mereka. Kontekstualisme dalam penelitian akuntansi bergantung pada analisis dari fakta-fakta yang hanya diverifikasi secara langsung. Fakta-fakta yang spesifik terhadap situasi tertentu. Sehingga hasil akhirnya akan memiliki ruang lingkup yang terbatas. Organisisme terhubung dengan absolut atau idealisme objektif. Metafora akarnya adalah integrasi secara keseluruhan atau kesatuan yang harmonis dilihat dari segi ketepatan waktu dan struktur yang bertahan. Seperti mekanisme, organisisme terintegrasi dalam artian bahwa dunia tersusun dari fakta-fakta yang tertata rapi dan terintegrasi yang dapat diuraikan sekaligus dapat diramalkan. Seperti kontekstualisme ia bersifat sintetis, dengan berfokus pada keseluruhan objek studi dan bukannya fakta-fakta yang berbeda. Teori kebenaran dari organisisme adalah koherensi yang di dasar kan pada determinasi dan keabsolutan. Dengan kata lain, organisisme mengusulkan adanya tingkat kebenaran yang tergantung pada jumlah fakta yang di ketahui,dan ketika semua fakta telah diketahui, karena memang pada prinsipnya mereka dapat diketahui, baru kebenaran absolut dapat di peroleh. Bagi mereka yang menerapkan organisisme di dalam akuntansi akan berfokus pada gestalt yang spesifik sebagai objek studinya,yang terdiri atas fakta-fakta yang tertata dengan baik dan terintegrasi serta dapat di uraikan sekaligus diramalkan. Seperti mekanisme dalam akuntansi, organisisme mencari determinasi dari keteraturan empiris di antara fenomena-fenomena yang berbeda melalui beragam bentuk analisis statistik. Namun tidak seperti mekanisme, pecarian keteraturan empiris tersebut dipersempit kepada konteks-konteks gestalt yang spesifik. Organisasi dalam akuntansi memang akan bergantung pada ketersediaan dari basis data asli, fokus pada konteks spesifik yang akan mengakui keunikan dari data dan mengharmonisasikan nya menjadi holon akuntansi yang lebih lengkap, dan sebagai hasilnya akan memberikan struktur mendasar yang lebih komprehensif. Organisisme dalam akuntansi perlu pula untuk mengidentifikasi urutan langkah- langkah yang mencapai puncaknya dalam suatu telos, suatu struktur keseluruhan yang mendetail. Penelitian akuntansi dapat memiliki banyak ragam dan pilihan. Bagi orang awam, penelitian akuntansi tampak seperti mengalami kesulitan dalam mencari topik, metodologi, dan jenis wacananya. Kenyataan nya sangat berbeda. Seperti ilmu sosial lainnya, akuntansi melakukan penelitiannya dengan didasarkan pada asumsi-asumsi yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu sosial dan hakikat dari masyarakat. Sebuah pendekatan yang telah di terapkan oleh Burrell dan morgan dalam analisis organisasional dapat digunakan untuk membedakan empat pandangan penelitian dalam akuntansi pandangan fungsional pandangan interpretatif pandangan humanis redikal pandangan strukturalis redikal Pandangan fungsional dalam akuntansi berfokus pada penjelasan keteraturan sosial, dimana akuntansi memainkan sebuah peranan. Paradigma fungsional dalam akuntansi melihat fenomena akuntansi sebagai hubungan dunia nyata yang konkret yang memiliki keberaturan dan hubungan sebab akibat yang dapat diterima dengan disertai penjelasan dan peramalan ilmiah. Pandangan interpretif terhadap akuntansi berfokus pada penjelasan susunan sosial dari sudut pandang normalisme, antipositivisme, voluntarisme, dan ideologika. Pada akuntansi, pandangan ini bertujuan untuk memahami pengalaman subjektif individual yang terlibat dalam penyiapan, pengkomunikasian, pembuktian, atau penggunaan informasi akuntansi. Penerapan hermeneutics dalam akuntansi berfokus pada bidang objektifikasi (pengungkapan secara objektif) akuntansi, seperti lembaga-lembaga akuntansi, teks akuntansi, literatur akuntansi, bahasa-bahasa akuntansi, dan ideologi akuntansi, menggunakan metode verstehen. Asumsi-asumsi yang dominan dari pandangan interpretatif dalam akuntansi hendaknya adalah Percaya pada pengetahuan Percaya pada kenyataan fisik dan sosial Hubungan antara teori dan praktik Pandangan humanis radikal dalam akuntansi berfokus pada penjelasan tatanan sosial dan memberikan penekanannya pada bentuk-bentuk dari perubahan radikal. Pandangan strukturalis radikal dalam akuntansi akan menantang tatanan sosial. Dari sudut pandang strukturalis radikal ini, organisasi merupakan sebuah instrumen dari kekuatan-kekuatan sosial yang berkepentingan untuk mempertahankan pembagian tenaga kerja dan pembagian kekayaan dan kekuatan di masyarakat Fondasi Intelektual dalam Akuntansi dibagi menjadi 3, yaitu : Akuntansi Berbasis Ekonomi Marginal Ekonomi marginal dan akuntansi konvensional yang di dasarkan pada nilai dan laba ekonomi yang berhubungan, dikaitkan dengan nilai dari kemungkinan konsumsi di masa datang yang diperoleh dari taksiran nilai sekarang dari aliran arus kas mereka. D.J. Cooper menunjukkan bahwa tingkat suku bunga pasar bergantung pada permintaan dan penawaran model moneter, yang selanjutnya akan bergantung pada tingkat suku bunga pasar. Singkatnya, ekonomi marginal ditampilkan sebagai tautologis atau tidak terdeterminasi. Akuntansi Ekonomi Politis Akuntansi Ekonomi Politis (AEP) adalah sebuah pendekatan normatif, deskriptif, dan kritis terhadap penelitian akuntansi. Ia memberikan kerangka kerja yang lebih luas dan lebih holistik dalam menganalisis dan memahami nilai dari laporan-laporan akuntansi didalam ekonomi keseluruhan. Pendekatan AEP mecoba untuk menjelaskan dan menerjemahkan peran dari laporan akuntansi dalam pendistribusian laba, kekayaan, dan kekuatan dalam masyarakat. Akuntansi Berbasis Disiplin Ilmu Bisnis Untuk meningkatkan posisi dan penghormatan terhadap akuntansi, berbagai usulan telah dibuat baik untuk akuntansi maupun berbagai disiplin ilmu bisnis. Usaha tersebut umumnya diarahkan kepada pengadaptasian akuntansi untuk mengubah lingkungan sosial dan ekonomi.