Kelompok 9:
1. Fadhlan M Zakki 1810536003
2. Adith Gemipanjni Yusti 1810536005
3. Aziz Hakim 1810536022
4. Yusuf Abdiko 1810536030
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Pengaruh dari hal yang tidak dapat diramalkan dan kejadian yang tidak
dapat dikendalikan telah terjadi dimana-mana mengikuti krisis ekonomi dan
keuangan yang menghantam di tahun 2008-2009 ketika lingkungan ekonomi
penuh dengan ketidakstabilan keuangan dan kesulitan ekonomi. Sebagai contoh,
peristiwa penutupan sebagian besar bandar udara di Benua Eropa untuk beberapa
hari pada pertengahan April 2010 terjadi karena abu dari gunung berapi
Eyjafjallajökull di Islandia dikhawatirkan akan merusak mesin pesawat udara. Hal
ini membuat pesawat terbang tidak bisa beroperasi sehingga sangat menganggu
bisnis, tidak hanya industri penerbangan, tetapi juga mendatangkan kerugian di
bidang pariwisata, jasa pengiriman, penyuplaian barang, dan sebagainya. Selang
beberapa hari kemudian, Macondo Oil meledak di Tekuk Meksiko, yang dikenal
sebagai BP atau Deepwater Horizon oil spill (peristiwa tumpahan minyak British
Petroleum). Selain itu juga terjadi moratorium sementara pengeboran lepas pantai
yang tentu saja tidak hanya memengaruhi BP, melainkan juga seluruh indutri
minyak dan sektor yang berhubungan dengannya yang tampaknya memiliki efek
berantai (knock-on effect). Daftar ini akan terus berjalan. Kegiatan bisnis adalah
sesuatu yang penuh dengan kondisi yang tidak dapat dikendalikan.
Berlawanan dengan latar belakang yang telah disebutkan tadi, perhatikan
contoh situasi berikut. Manajer sebuah cabang perusahaan berteknologi tinggi dari
suatu perusahan publik yang berukuran sedang diminta untuk meningkatkan
penjualan tahunan dan laba 20% selama tahun keuangan berikutnya. Namun,
setelah anggaran disiapkan, perusahaan klien yang besar yang diperkirakan akan
membeli lebih dari 15% total hasil cabang perusahaan dihadapkan pada kesulitan
keuangan, sehingga kemudian mengalami kebangkrutan pada tahun tersebut.
Sebagai konsekuensinya, kinerja kantor cabang menjadi datar, dan mereka
kehilangan target anggarannya dari margin yang besar. Hampir setiap orang yang
mengenal dengan baik situasi ini sepakat bahwa kebangkrutan adalah hal yang
biasa terjadi dalam industri berteknologi tinggi yang berkembang pesat, dan
hampir tidak mungkin untuk memperkirakan di waktu aggaran yang mana
konsumen mengalami kebangkrutan dengan sangat cepat. Terkait dengan hal
tersebut, haruskah kita berharap manajer cabang telah memiliki rencana darurat
untuk kejadian tersebut? Apakah manajer cabang bertanggung jawab ketika tidak
dapat memenuhi target anggaran? Apakah manajer cabang dimaafkan jika
memiliki kinerja yang buruk? Apakah pemberian maaf itu termasuk juga
membiarkan manajer cabang tetap bekerja pada posisi mereka, mendapatkan
kenaikan gaji yang menarik, dan menerima bonus?
Jika mematuhi prinsip pengendalian dengan ketat, hal yang bisa diberikan
pada manajer cabang pada situasi seperti ini adalah imbalan yang dijanjikan. Hasil
yang kurang bukanlah kesalahannya. Prinsip pengendalian, menyatakan bahwa
karyawan seharusnya hanya bertanggung jawab terhadap apa yang mereka
kendalikan. Pengukuran bisa dikendalikan sepenuhnya oleh seorang karyawan
jika hanya dipengaruhi oleh tindakan atau keputusannya. Logika mengenai prinsip
pengendalian sudah jelas bahwa: karyawan seharusnya tidak dihukum karena
kegagalan yang mereka alami. Seharusnya mereka diberikan imbalan untuk
keuntungan yang diperoleh.
Untuk melaksanakan prinsip pengendalian, pengevaluasi kinerja dapat
mengurangi, bahkan terkadang menghilangkan beberapa pengaruh yang
menganggu dari faktor yang tidak dapat dikendalikan pada pengukuran kinerja.
Bab ini mendiskusikan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal
tersebut. Namun, penggunaan prosedur pengurangan gangguan seperti itu jarang
menimbulkan masalah. Beberapa hasil penting pengukuran, khususnya pada level
manajerial dalam sebuah perusahaan, merupakan hal yang tidak dapat
dikendalikan secara parsial. Meskipun pengukuran dipengaruhi oleh hal yang
terjadi di luar kendali manajer, seperti keterbatasan persediaan, perubahan faktor
biaya, tindakan pesaing, atau kerugian dalam bisnis, manajer dapat mengambil
tindakan untuk bereaksi terhadap faktor-faktor ini, sehingga dapat mengurangi
pengaruhnya terhadap pengukuran hasil. Jika manajer terlindung dari hal-hal yang
tidak dapat dikendalikan, mereka mungkin tidak termotivasi untuk menggunakan
pengaruh yang mereka miliki. Selain itu, ketika jelas terdapat faktor yang tidak
dapat dikendalikan, tingkat gangguan pada pengukuran hasil dikarenakan faktor
yang tidak dapat dikendalikan tersebut sering kali sulit diperkirakan. Jika
kemudian digabungkan, organisasi harus dapat menentukan dengan baik apakah-
dan seberapa besar-mereka harus menyesuaikan pengukuran hasil untuk pengaruh
dari faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan.
Berhadapan dengan pengaruh faktor yang tidak dapat dikendalikan juga
rentan terhadap kesalahan penilaian. Perusahaan terkadang gagal melindungi
manajer dari pengaruh faktor yang tidak dapat dikendalikan ketika mereka
seharusnya dilindungi; dan terkadang perusahaan melindungi ketika manajer
seharusnya tidak dilindungi. Perlindungan yang mereka berikan terkadang
disalahartikan. Jika penilaian mengenai cara-cara menghadapi faktor-faktor yang
tidak dapat dikendalikan tidak dibuat dengan benar, keuntungan dari pengendalian
hasil akan hilang, dan potensi masalah moral yang serius dapat muncul dari
buruknya evaluasi kinerja berbasis hasil.
Bab ini membahas masalah evaluasi kinerja ketika pengukuran
dipengaruhi oleh faktor yang tidak dapat dikendalikan. Bab ini juga menunjukkan
dasar rasionalitas untuk prinsip pengendalian dan menjelaskan faktor-faktor yang
tidak dapat dikendalikan yang dapat dihadapi. Kemudian, akan dibahas pula
berbagai metode yang dapat digunakan organisasi untuk menerapkan prinsip
pengendalian dan penerapan serta keunggulan dan kelemahan dari masing-masing
metode yang ada.
PRINSIP PENGENDALIAN
Beberapa argumen yang berkaitan menjelaskan mengapa para karyawan
seharusnya tidak menanggung risiko bisnis yang tidak dapat dikendalikan.
Organisasi yang menahan karyawan yang bertanggung jawab terhadap faktor yang
tidak dapat dikendalikan menanggung biaya karena sebagian besar karyawan akan
menjalankan prinsip risk aversion (menolak risiko); karyawan lebih menyukai
bahwa imbalan berdasarkan kinerja mereka secara langsung berasal dari usaha
mereka dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan.
Untuk mengilustrasikan risk aversion, diasumsikan bahwa ada dua kontrak
kompensasi. Kontrak pertama menyediakan gaji pokok 100.000 pound sterling
per tahun. Sementara itu, kontrak kedua memberi kesempatan memperoleh
200.000 pound sterling jika target kinerja dapat terpenuhi, dan semua pihak yang
terlibat setuju bahwa kemungkinan untuk mencapai target adalah sebesar 50%.
Jika target tidak berhasil dicapai, kompensasi tidak akan diberikan. Nilai yang
diharapkan untuk kedua kontrak adalah sama-sama 100.000 pound sterling, tetapi
sebagian besar akan memilih gaji tetap yang menjamin 100.000 pound sterling.
Tentu saja mereka tidak ingin menanggung risiko jika tidak mendapatkan apa-apa.
Tingkat risk aversion sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh diri sendiri
secara personal dan karakteristik lainnya. Meskipun sulit untuk menyamaratakan,
staf bagian penjualan dan pemasaran mungkin-atau dikatakan-secara relatif lebih
toleran terhadap risiko dibandingkan dengan staf bagian akuntansi dan keuangan
yang dianggap lebih hati-hati, yang sering kali dipilih untuk pekerjaan terkait
akuntansi, audit, dan pengendalian dikarenakan pembawaan yang dimilikinya. Di
sisi lain, bagi tenaga penjualan yang bekerja berdasarkan komisi dan bukan
berdasarkan gaji, hal tersebut mungkin menjadi indikator toleransi mereka
terhadap risiko. Orang-orang yang sudah hampir memasuki masa pensiun sering
kali dipercaya menghindari risiko dibandingkan dengan orang yang masih berada
pada tahap pertengahan karier yang tampaknya memiliki perhatian besar terkait
perkembangan karier mereka. Karyawan yang berada pada awal karirnya, tetap
dapat memulihkan diri dari kesalahan kerja apabila itu terjadi, dan karyawan yang
tidak memiliki tanggungan untuk menyediakan dan membayar hipotek atau
tanggungan keuangan lainnya, akan lebih mungkin untuk bertoleransi terhadap
risiko atau bahkan mencari risiko itu, tergantung pada kepribadian dan ambisi
mereka, sejauh mereka mampu “mengusahakannya”. Pada akhirnya, orang-orang
yang berada pada titik akhir kariernya mungkin benar-benar tergantung penuh
pada tahun-tahun kerja keras dan kekuatan pendapatan, meskipun reputasi
tampaknya memengaruhi sikap mereka untuk mendekati risiko.
Tingkatan risk aversion seseorang dapat dinilai dengan berbagai parameter
seperti yang ada pada contoh di atas. Sebagai contoh, jika jumlah gaji lebih rendah
dari 90.000 pound sterling, beberapa orang yang secara relatif memiliki toleransi
terhadap risiko (lebih sedikit risk aversion) akan cukup tergoda dengan tingginya
nilai kompensasi kinerja alternatif yang ditawarkan (100.000 pound sterling),
sehingga mereka akan mengambil 50% risiko untuk tidak memperoleh apa pun.
Jika gaji dipastikan lebih rendah dari 80.000 pound sterling, kelompok lain akan
mengambil risiko. Akan tetapi, poin utamanya adalah bahwa karyawan rata-rata
tidak dapat diasumsikan netral terhadap risiko.
Risk Aversion adalah dasar untuk argumen penting yang mendukung
prinsip pengendalian. Perusahaan yang mempertahankan karyawan yang memiliki
prinsip risk averse yang bertanggung jawab untuk pengaruh-pengaruh dari faktor
yang tidak sepenuhnya dapat mereka kendalikan akan menanggung sejumlah
biaya untuk melakukannya. Pertama, untuk mengimbangi risiko, perusahaan akan
memberikan nilai kompensasi yang lebih tinggi dari yang diharapkan kepada
karyawan yang menanggung risiko. Jika mereka gagal, perusahaan akan memikul
beberapa biaya dalam berbagai bentuk lain, seperti ketidakmampuan untuk
merekrut karyawan yang berbakat, kehilangan motivasi dari karyawan mereka,
dan mungkin pada akhirnya akan terjadi turnover.
Kedua, perusahaan yang tetap mempertahankan karyawan yang
bertanggung jawab terhadap hal yang tidak dapat dikendalikan akan menanggung
biaya dari perilaku beberapa karyawan untuk menurunkan exposure terhadap
faktor yang tidak dapat dikendalikan, yang mungkin mengorbankan nilai-nilai
perusahaan. Karyawan mungkin gagal untuk mengembangkan atau menerapkan
ide investasi yang sesuai dengan kepentingan terbaik perusahaan dan dapat
menimbulkan beberapa risiko. Mereka juga terikat pada perilaku gameplaying,
seperti pengelolaan pendapatan atau penciptaan pelonggaran anggaran, untuk
melindungi diri dari pengaruh faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan.
Ketiga, perusahaan mungkin menanggung biaya karena kehilangan waktu,
karena karyawan yang kinerjanya dievaluasi dalam hal pengukuran yang
terganggu oleh pengaruh yang tidak dapat dikendalikan cenderung membuat-buat
alasan. Mereka akan menghabiskan waktu untuk berargumen mengenai sejumlah
gangguan, yang menunjukkan bahwa mereka mengetahuinya karena mereka
melakukan pekerjaan mereka. Perencanaan, diskusi, dan “bermain politik”, tidak
hanya menjadi sesuatu yang tidak diterima dengan baik, tetapi hal tersebut juga
bisa memicu stres dan tekanan kerja.
Secara esensial, risiko bisnis seharusnya ditanggung oleh pemilik bisnis.
Pemilik dapat lebih baik menanggung risiko sebagai investor atau karena mereka
telah memilih melakukannya karena posisinya sebagai seorang wiraswasta. Tidak
seperti karyawan, investor yang juga sebagai pemilik dapat memvariasikan risiko
pada portofolio investasi mereka. Imbalan bagi wiraswasta sebagai pemilik
mengalir secara langsung dari fungsi penanggungan risiko yang mereka lakukan,
dan yang mereka pilih untuk lakukan, karena keberuntungan mereka naik dan
turun seiring dengan keberhasilan atau kegagalan bisnis mereka.
Akan tetapi, apakah ada item di bawah garis laba benar-benar tidak dapat
dikendalikan? Mungkin tidak sepenuhnya tidak bisa dikendalikan, sehingga akan
muncul isu: Kapan seharusnya manajer diharap memperhatikan pada sesuatu yang
mereka miliki lebih sedikit dari pada pengendalian seutuhnya? Dengan kata lain,
apakah terdapat alasan untuk menghukum entitas manajer dengan pengaruh pada
keputusan keuangan perusahaan atau penelitian dan pengembangan perusahaan?
Menetapkan biaya sebagai item pada anggaran entitas mereka atau laporan laba
rugi akan membuat mereka bertanggung jawab terhadap item tersebut. Jika
manajer tidak terlibat dalam keputusan perusahaan mengenai keuangan serta
penelitian dan pengembangan, dan apabila mereka tidak perlu mengetahui
seberapa banyak perusahaan membelanjakan biaya pada bidang penelitian dan
pengembangan, mereka tidak perlu ditugaskan untuk menanggung biayanya.
Sebagai contoh alternatif, apakah manajer seharusnya ditugaskan untuk
menanggung biaya administrasi perusahaan (overhead), seperti yang dibebankan
kepada staf perusahaan dan departemen sistem informasi? Jawabannya adalah ya.
Membebankan biaya ini mungkin memberikan wewenang kepada manajer entitas
untuk mengubah ukuran biaya atau kuantitas atau kualitas layanan yang diberikan
sebagai ganti dari biaya tersebut. Dengan kata lain, mengalokasikan biaya
overhead untuk entitas akan mendorong manajer entitas untuk menekan
perusahaan untuk mengendalikan biaya jasa dan memberikan layanan yang
“bersaing” dan penting. Namun, biaya ini melanggar ketatnya prinsip
pengendalian, tetapi konsisten dengan aturan yang telah dijelaskan sebelumnya,
yaitu untuk mempertahankan manajer yang bertanggung jawab pada area
kinerjanya yang harus mereka perhatikan. Anda menginginkan mereka
memberikan pengaruh meskipun mereka hanya memiliki sedikit pengendalian
secara langsung terhadap area tersebut.
Ketika karyawan memegang tanggung jawab untuk beberapa area kinerja
yang bisa sedikit mereka pengaruhi, organisasi akan menanggung kenaikan biaya
karena membuat karyawan menanggung risiko. Pada beberapa hal, biaya lebih
penting dari manfaat. Pendekatan ini dibatasi oleh keinginan untuk
mempertahankan karyawan yang bertanggung jawab untuk terlalu banyak hal
padahal mereka hanya memiliki sedikit pengaruh.
Pengendalian untuk faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan setelah
periode pengukuran
Menghilangkan efek yang mendistorsi dari faktor-faktor yang tidak dapat
dikendalikan dari ukuran hasil juga dapat dilakukan setelah periode pengukuran
(tetapi sebelum imbalan diberikan). Hal ini terkadang dilakukan secara objektif
(melalui perhitungan numerik) menggunakan analisis varians, standar kinerja
yang fleksibel, atau evaluasi kinerja yang relatif. Kemungkinan lainnya, hal
tersebut dapat dilakukan secara subjektif melalui pelatihan penilaian bagi
pengevaluasi. Ada manfaat dan biaya pada masing-masing pendekatan.
Analisis Varians
Variance Analysis (analisis varians) adalah sebuah analisis sistematik yang
didesain untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa dua angka berbeda. Pada
aplikasi MCS, analisis varians digunakan untuk menjelaskan mengapa hasil aktual
berbeda dari standar, anggaran atau ekspektasi yang telah ditentukan. Analisis ini
dapat membantu memisahkan varian yang dapat dikendalikan dan yang tidak
dapat dikendalikan, baik positif (diinginkan) maupun negatif (tidak diinginkan).
Teknik analisis varians seperti yang diterapkan pada operasi produksi
dijelaskan lebih detail pada setiap buku teks akuntansi biaya. Untuk menjelaskan
mengapa biaya operasi secara aktual berbeda dengan standarnya, analisis varians
membedakan bahan baku, tenaga kerja, serta varian biaya overhead, dan
kemudian memisahkan masing-masing ke dalam harga, kombinasi, pendapatan,
volume dan komponen varian lain yang potensial. (Sebagian besar teks akuntansi
biaya menjelaskan varian dan formula untuk menghitungnya secara lebih detail).
Teknik analisis varians akan bermanfaat jika diterapkan pada berbagai pengaturan
lain selain produksi, karena pada dasarnya melibatkan berbagai faktor kinerja
pada waktu yang sama dari tingkat aktual yang diharapkan dalam model
komputasi untuk malihat apa yang menyebabkan kinerja aktual berbeda dari
kinerja yang diharapkan.
Sebagai ilustrasi, Tabel 12.2 menunjukkan bagaimana analisis varians
dapat diaplikasikan pada daerah penjualan di luar negeri. Diasumsikan bahwa
manajer telah menetapkan bahwa penjualan tergantung pada empat fokus (volume
industri, pangsa pasar, harga dalam nilai tukar lokal, dan nilai tukar mata uang
asing), sehingga mereka mempersiapkan rencana penjualan (sebuah model) yang
didasarkan pada perkiraan masing-masing faktor. Pada akhir periode pengukuran,
hampir dipastikan penjualan aktual akan berbeda dari rencana yang telah
disiapkan. Sebuah analisis seperti yang ditunjukkan pada Tabel 12.2 dapat
dikembangkan untuk memahami dasar dari perbedaan penjualan.
Tabel 12.2 Aplikasi Varians untuk Pengaturan Penjualan dan Pemasaran
Rencana Penjualan Analisis #1 Analisis #2 Analisis #3 Penjualan
Aktual
Volume industri yang diharapkan IVA IVA IVA IVA
(IVp)
Pangsa pasar yang direncanakan MSp MSA MSA MSA
(MSp)
Harga yang direncanakan (PLCp) PLCp PLCp PLCA PLCA
Nilai tukar mata uang asing yang FXp FXp FXp FXA
direncanakan (FXp)
p = Planned (direncanakan)
A = Actual (sebenarnya)
Rencana awal penjualan ditunjukkan pada kolom sebelah kiri pada Tabel
12.2 yang menunjukkan nilai yang direncanakan untuk masing-masing faktor
penting. Analisis pertama melibatkan perubahan salah satu faktor yang
direncanakan pada nilai aktual. Pertama-tama, Tabel 12.2 memisahkan pengaruh
dari volume industri. Perbedaan antara rencana penjualan dan jumlah yang
ditunjukkan pada analisis #1 adalah varian volume industri. Analisis kedua
mengubah faktor kedua, yaitu pangsa pasar, dari nilai yang direncanakan menjadi
nilai aktual, ketika mempertahankan perubahan nilai sebelumnya (volume
industri) tetap aktual. Hal ini mengidentifikasi varian pangsa pasar. Proses ini
terus berlanjut untuk masing-masing dua faktor, yang secara berturut-turut
mengidentifikasikan varian harga penjualan dan varian nilai tukar mata uang.
Jumlah dari empat varian akan sama dengan total varian penjualan (jumlah ketika
penjualan aktual berbeda dengan rencana penjualan). Hal ini diilustrasikan dengan
angka-angka pada Gambar 12.1.
Gambar 12.1 Ilustrasi Contoh Tabel 12.2 dengan Angka-Angka
Asumsi:
IVp = 1 juta
IVA = 1,4 juta
MSp = 10%
MSA = 5%
PLCp = 1,00
PLCA = 1,10
FXp = 1 mata uang lokal: 1 mata uang asing
FXA = 2 mata uang lokal: 1 mata uang asing
Penjualan (dalam mata uang lokal)
Direncanakan = 100.000
Aktual = 154.000
Total varian penjualan = 54.000 menguntungkan
Varian (dalam mata uang lokal)
Varian volume industry = 40.000 menguntungkan
Varian pangsa pasar = 70.000 tidak menguntungkan
Varian harga = 7.000 menguntungkan
Varian nilai tukar mata uang asing = 77.000 menguntungkan