AUDIT PERPAJAKAN
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemeriksaan Manajemen Yang
Diampu Oleh Bapak Dosen Mochamad Nur Hidayah SE. Ak.
Oleh :
ENGGA RIYA KRISNAWATI NIM : 2170100015
MARTINA MESI NIM : 2170100004
RENI RAFIKA SARI NIM : 2170100005
ROSARINDA HARIDA M. NIM : 2170200008
STIE
JAYA NEGARA TAMANSISWA
Jl. Tumenggung Suryo 17 C, Malang
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami diberikan kesempatan dan kesehatan untuk menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini yang berjudul “Audit Perpajakan”.
Makalah ini disusun dengan tujuan utama menyelesaikan tugas mata kuliah
Pemeriksaan manajemen. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Terima kasih juga kami
ucapkan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pengalaman dan ilmu yang dimiliki masih
terbatas dan terdapat banyak kekurangan sehingga penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Namun penulis tetap bersyukur karena dengan bimbingan dan bantuan semua
pihak, makalah ini dapat diselesaikan. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun guna mencapai hasil yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi yang pembaca.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Menjaga negara agar tidak mengalami kergian dengan nominal yang besar adalah
tujuan dari pemeriksaan pajak terhadap wajib pajak. Tentunya setelah pemeriksaan
selesai dilakukan akan adanya surat ketetapan pajak yang berisikan keterangan atas pejak
yang sudah dibayarkan oleh wajib pajak.
1
5. Apa itu Surat Ketetapan Pajak ? dan apa saja yang ada didalammnya ?
1.3. Tujuan
1. Untuk memberikan pengetahuan mengenai mengapa dilakukannya
pemeriksaan pajak
2. Memberikan informasi mengenai kriteria dari pemeriksaan pajak guna
menghindari tindak kejahatan yang mengatas namakan pemeriksaan pajak
3. Memberikan pengetahuan apa saja hak dan kewajiban dari wajib pajak dan
pemeriksaan pajak
4. Memberikan beberapa cara menghadapi pemeriksaan pajak dan sanksi apabila
melanggar peraturan perpajakan
5. Memberikan informasi dari Surat Ketetapan Pajak beserta semua yang ada
didalam nya.
1.4. Manfaat
1. Dapat mengetahui apa itu pemeriksaan pajak dan tujuannya
2. Dapat mengetahui kriteria dari pemeriksaan pajak serta istilah yang ada
didalam nya
3. Untuk memberikan pengetahuan tetntang surat ketetapan pajak dan apa
saja yang ada didalamnya
4. Dapat mengetahui hak dan kewajiban wajib pajak pada saat pemeriksaan dilakukan
5. Dapat mengetahui Surat Ketetapan Pajak serta semua yang ada didalamnya
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tugas pemeriksaan atas laporan keuangan ini pada umumnya meliputi peninjauan
kembali prosedur kegiatan, prosedur akuntansi, evaluasi hasil usaha dan lainnya.
Rekomendasi diberikan kepada manajemen bedasarkan hasil pemeriksaan diberikan
kepada manajemen atau pimpinan demi memberikan perbaikan. Untuk pemeriksaan
eksternal, akuntan publik menghasilkan sebuah laporan yang disampaikan ke perusahaan
berisi pendapat atas laporan keuangan yang diperiksanya. Terdapat empat jenis
opini akuntan publik, yaitu :
3
Harus dilakukan dalam hal wajib pajak mengajukan permohonan restitusi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 17B Undang-Undang KUP
Dapat dilakukan dalam hal wajib pajak :
a. menyampaikan SPT LB, termasuk yang telah diberikan pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak;
b. menyampaikan SPT rugi;
c. tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi melampau jangka
waktu yang telah ditetapkan dalam Surat teguran;
d. melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran
usaha;
e. WP OP yang akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya; atau
f. menyampaikan Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi
berdasarkan hasil analisis risiko (risk based selection) mengindikasikan adanya
kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang tidak dipenuhi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Tujuan lain, yaitu:
a. Pemberian NPWP secara jabatan
b. Penghapusan NPWP
c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak
d. Wajib pajak mengajukan keberatan
e. Pengumpulan bahan guna menyusun Norma Perhitungan Penghasilan Netto
f. Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN
g. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak
h. Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda
4
kegiatan yang dilakukan untuk menilai tingkat ketidakpatuhan wajib pajak yang dapat
menimbulkan kerugian pada penerimaan pajak.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik tidak diatur secara khusus. Lama
pemeriksaan secara teoritis bergantung pada kondisi pengendalian intern
perusahaan (internal control) semakin baik sistem pengendalian intern, maka semakin
sempit pemeriksaan yang dilakukan, sehinga ini mempengaruhi waktu yang dibutuhkan
dalam pemeriksaan oleh akuntan publik.
5
Jangka waktu pemeriksaan pajak lebih terikat dibanding pemeriksaan yang dilakukan
oleh akuntan publik. Pemeriksaan pajak ditetapkan jangka waktunya, Mengingat adanya
kriteria pemeriksaan dan jenis pemeriksaan. Masa pemeriksaan dibatasi oleh Undang-
Undang dengan menghubungkan batas waktu penyelesaian permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak dan penyelesaian keberatan.
1. Pemeriksaan kantor dilakukan dalm jangka waktu paling lama tiga bulan dan dan
dapat diperpanjang menjadi paling lama enam bulan.
2. Pemeriksaan lapangan dilakukan jangka waktu paling lama empat bulan dan dapat
diperpanjang jadi paling lama delapan bulan.
1. Telah mendapat Pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki
keterampilan secara cermat dan saksama.
2. Jujur dan bersih dari tindakan tercea serta senantiasa mengutamakan kepentingan
negara.
3. Taat terhadap berbagai ketentuan pertauran perundang-undangan termasuk taat
terhadap Batasan waktu yang ditetapkan.
Kertas kerja pemeriksaan (audit working papers) meliputi semua berkas yang
dikumpulkan selama pemeriksaan sebagai bukti telah dilaksanakan prosedur. Kegiatan
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dicatat
dalam bentuk kertas kerja dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Kertas kerja pemeriksaan wajib disusun oleh pemeriksaan pajak dan berfungsi
sebagai:
a. Bukti bahwa pemeriksaan telah dilakukan berdasarkan standar.
b. Bahan dalam melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan wajib
pajak mengenai temuan pemeriksaanaan.
6
c. Sumber data bagi penyelesaian keberatan atau banding yang diajukan oleh
wajib pajak dan referensi untuk pemeriksaan berikutnya.
Pendekatan:
7
f. Penelusuran bukti
g. Pengujian keterkaitan
h. Ekualisasi atau rekonsiiasi
i. Permintaan keterangan atau bukti
j. Konfirmasi
k. Inspeksi
l. Pengujian kebenaran fisik
m. Pengujian kebenaran pengitungan matematis
n. Wawancara
o. Uji petik (sampling)
p. Teknik audit berbantuan computer (TABK)
q. Teknik-teknik lainnya.
8
e. Data/informasi yang tersedia;
f. Lampiran yang diwajibkan;
g. Buku, catatan, dan dokumen serta data, informasi, dan keterangan lain yang
dipinjam;
h. Materi yang diperiksa;
i. Uraian hasil pemeriksaan;
j. Ikhtisar hasil pemeriksaan;
k. Penghitungan pajak terutang; dan
l. Simpulan dan usul Pemeriksa Pajak.
2.6 Surat Ketetapan Pajak
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, maka
akan diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang dapat mengakibatkan pajak terutang
menjadi kurang bayar, lebih bayar, atau nihil. Berdasarkan pemeriksaan, jenis-jenis
ketetapan yag dikeluarkan adalah: Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT), dan Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN). Disamping itu dapat
diterbitkan pula Surat Tagihan Pajak (STP) dalam hal dikenakannya sanksi administrasi
dapat berupa denda, bunga, dan kenaikan. Surat ketetapan pajak sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(KUP) adalah surat ketetapan yang meliputi surat ketetapan pajak kurang bayar, surat
ketetapan pajak kurang bayar tambahan, surat ketetapan pajak nihil, atau surat ketetapan
pajak lebih bayar.
Surat ketetapan pajak sesuai diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan dengan digunakan sistem self
assessment. Perlu diingat bahwa self assessment memberikan kewenangan, kepercayaan
dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan,
menyetor, dan melapor sendiri pajak yang terutang.
Prosedur Surat ketetapan Pajak (SKP), merupakan hal yang merepotkan bagi sebagian
besar wajib pajak. Akan tetapi bagaimanapun juga sebagai wajib pajak (WP), Anda perlu
sekali untuk memahami prosedur perpajakan.
Surat Ketetapan Pajak (SKP) diterbitkan oleh Kantor Pajak jika: Wajib pajak salah
dalam mengisi SPT; atau Ada data fiskal yang tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak,
9
sehingga menyebabkan kesalahan pada laporan. SKP bisa timbul melalui pemeriksaan
pajak secara khusus, maupun melalui penelitian dokumen secara regular oleh petugas
kantor pajak.
1. Pelajari pengisian SPT dari Badan tsb. Apakah sudah diisi dengan lengkap dan
berkas induknya lengkap.
a. Peredaran Usaha
c. Laba Kotor
d. Biaya-biaya
f. Laba bersih
j. PPh terutang
l. Kredit Pajak:
10
2. PPh pasal 22 (Badan/OP)
4. PPHTB (Pajak Pengalihan Hak atas Tanah dan Bangunan) untuk WP Badan
uang usaha pokoknya tidak menjual tanah dan bangunan
3. Bandingkan dengan peredaran usaha, harga pokok, biaya, PPh dan kredit pajak yang
disajikan dalam laporan laba rugi atau neraca
4. Pastikan untuk laporan laba rugi telah dilakukan koreksi fiskal oleh WP
5. Hitung kembali penghitungan meneurut pemerikasa dari data SPT WP, beserta tarif
PPh yang benar.
6. Untuk PPh yang dibayar, pastikan jumlah kredit pajak telah disajikan dalam neraca
sisi aktiva dan PPh Badan/ PPh OP yang menggunakan pembukuan, PPh terutang
akhir tahun telah disajikan dalam neraca sisi pasiva
7. Lakukan konfirmasi atas pembayaran PPh pasal 25,STP Pokok Pasal 25 dll, yang
telah dibayarkan oleh WP
1. Pelajari pengisian SPT PPh21 telah diisi dengan lengkap dan berkas induknya
lengkap.
11
2. Hitung kembali perhitungan menurut SPT/ WP perihal:
a. Penghasilan Bruto;
b. PPh terutang;
3. Dapatkan daftar bukti potong dan rekapitulasi kembali dengan perincian sebagai
berikut:
e. Tanggal pemotongan
4. Lakukan ekualisasi dengan laporan L/R,dalam biaya gaji dan biaya lainnya terkait
dengan penghasilan karyawan, apakah telah dilakukan dalam penghitungan
pemotongan PPh pasal 21.
a. Gaji
b. Tunjangan Pajak
c. Imbalan lainnya
f. Natura yang diberikan oleh pemberi kerja yang penghasilannya dikenakan PPh
bersifat final, atau bukan subjek pajak atau menggunakan norma perhitungan
yang bersifat final.
12
5. Lakukan penghitungan PPh21 atas pegawai tetap yang perlu disetahunkan atau tidak
diakhir tahun.
13
e. menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan;
f. mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan Tim Quality
Assurance Pemeriksaan, sehubungan dengan masih terdapat hasil Pemeriksaan
yang belum disepakati antara Pemeriksa Pajak dengan Wajib Pajak dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; dan
g. memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa
Pajak melalui pengisian Kuesioner Pemeriksaan.
14
hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa melalui kepala unit pelaksana
Pemeriksaan
1. Bila terdapat kelebihan pajak, agar diajukan klaim atau testitusi pajak jangan merasa
alergi atau takut dengan pemeriksaan pajak, selama kita tidak berbuat curang dan
asalkan administrasi pembukuan kita dipelihara dengan rapi.
2. Pemeriksaan pajak tidak hanya didasarkan pada SPT lebih bayar. Walaupun laporan
audit memberikan opini wajar tanpa pengecualian, karena setelah memasukan SPT
dapat saja dilakukan pemeriksaan sederhana kantor selama 2 bulan.
3. Perisapkan pembukuan yang rapi. Lakukan pembukuan dengan baik, benar, dan
jujur.
4. Gunakan konsuktan pajak sebagai mitra diskusi seputar perpajakan pada saat
diperiksa, karena konsultan pajak yang terdaftar dan bersertifikat dapat memberikan
masukan dalam menghadapi pemeriksaan pajak.
5. Melakukan penelitian kembali atas pemenuan kewajiban perpajakan yang selama ini
telah dilaksanakan (tax review).
6. Menghindari penggelapan atau penghindaran pajak dengan cara
menghindari penggelapan atau penghindaran pajak dengan cara illegal (tax
evasion). Tindakan ini merupakan tindakan kriminal karena menyalahi aturan.
Contoh:
a. Melaporkan omzet atau penjualan lebih kecil dari yang seharusnya.
b. Transaksi ekspor fiktif.
c. Pemalsuan dokumen keuangan perusahaan.
d. Menggelapkan biaya perusahaan dengan membebankan biaya fiktif.
7. Menyimpan semua dokumen perusahaan, minimal hingga masa kadaluarsa pajak.
8. Menguasai peraturan pajak dengan baik dengan cara meng-update aturan pajak dan
aturan pemeriksaan pajak, terutama untuk digunakan dalam beragumentasi dan
berkomunikasi dengan aparat pajak dalam rangka melaksanakan Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan.
9. Merespon sikap dan perilaku aparat pajak secara bijak agar tidak salah ucap atau
salah sangka.
10. Jangan memberi informasi secara sukarela (bila tidak diminta) kepada aparat pajak.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil yang saya tulis mengenai Pemeriksaan Pajak dan Surat Ketetapan Pajak
memiliki beberapa kesimpulan diantaranya :
1. Pemeriksaan pajak dilakukan karena sudah diwajibkan dalam UU KUP secara rutin
dan ada pula pemeriksaan dilakukan hanya apabila terjadi resiko (risk based selection)
terhadap ketidak patuhan wajib pajak.
2. Bukan hanya wajib pajak saja yang memiliki hak dan kewajiban, ternyata
pemeriksaan pajak memiliki hak dan kewajiban sama seperti wajib pajak.
3. Surat ketetapan pajak terbit setelah terjadi pemeriksaan terhadap wajib pajak.
4. Surat ketetapan pajak dibagi menjadi 4 dimana masih-masing surat ketetapan pajak
tersebut memiliki peran tersendiri.
16
LAMPIRAN
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Pohan, Anwar Chairil, 2013, Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis.
Jakarta: Kompas Gramedia
19