Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir komprehensif dengan judul “Audit Pajak dan

Akuntansi Perpajakan”.Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

meraih gelar Sarjana Strata-1 di Universitas Pamulang.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, tidak sedikit hambatan yang penulis

hadapi.Dengan menyadari kemampuan dan keterbatasan penulis, penyelesaian

tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak. Oleh karena

itu, dengan kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik secara materiil maupun imateriil

kepada penulis, diantaranya:

1. Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan, kelancaran dan

kesabarandalam penyusunan tugas akhir ini.

2. Keluarga penulis, yang senantiasa selalu mendoakan dan mendukung

penulisdalam penyelesaian tugas akhir ini.

3. Bapak Drs. (HC). Darsono, selaku Ketua Yayasan Sasmita Jaya.

4. Bapak Dr. H. Dayat Hidayat, M.M., selaku Rektor Universitas Pamulang.

5. Bapak Dr. Nurzaman, M.M M.Pd selaku Wakil Rektor I Universitas

Pamulang

6. Bapak H. Endang Ruhiyat, S.E., M.M., CRSA., CMA, selaku Dekan

Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang.

i
7. Ibu Effriyanti. S.E., Akt., M.Si,. C.A. selaku Ketua Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang.

8. Ibu Erika Astriani Aprilia, S.E., M.Ak. selaku pembimbing.

9. Rekan-rekan Universitas Pamulang, yang tidak dapat penulis sebutkan satu

per satu namanya atas saran dan bantuan lainnya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini terdapat

banyak kekurangan.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun

sangat diharapkan.Namun demikian adanya, semoga tugas akhir ini dapat

bermanfaat bagi kita semua terutama bagi ilmu ekonomi.

Pamulang, 16 Januari 2021

Penulis,

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAAN................................................................................iv
KATA PENGANTAR...........................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
BAB I AUDIT PAJAK
1.5.1 Pengertian Audit Pajak.......................................................................2
1.5.2 Tujuan Audit Pajak.............................................................................3
1.5.3 Ruang Lingkup Audit Pajak...............................................................4
1.5.4 Hak dan Kewajiban Pajak Dalam Audit Pajak...................................4

viii
1.5.5 Metode dan Teknik Dalam Audit Pajak.............................................6
1.5.6 Tahapan Pemeriksaan Pajak...............................................................7
PEMBAHASAN....................................................................................................10
KESIMPULAN.....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB II AKUNTANSI PERPAJAKAN
2.5.1 Pengertian Akuntansi..........................................................................17
2.5.2 Pengertian dan Fungsi Pajak...............................................................17
2.5.3 Pengertian Akuntunsi Perpajakan.......................................................18
2.5.4 Sejarah Perkembangan Akuntansi Pajak............................................19
2.5.5 Prinsip Dasar Akuntansi Perpajakan .................................................20
2.5.6 Proses Akuntansi Perpajakan..............................................................22
PEMBAHASAN....................................................................................................24
KESIMPULAN.....................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28

ix
BAB I
AUDIT PAJAK
1.1 Latar Belakang
Penegakan hukum dalam self assesment system merupakan hal yang
penting. Seperti diketahui bahwa dalam sistem perpajakan ini dipentingkan
adanya voluntary compliance dari wajib pajak. Karena tuntutan peran aktif dari
Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya, maka kepatuhan Wajib
Pajak menjadi sangatlah penting. Kepatuhan Wajib Pajak perlu ditegakkan salah
satu caranya adalah dengan tax law enforcement.
Penegakan hukum dibidang perpajakan adalah tindakan yang dilakukan oleh
DJP untuk menjamin supaya Wajib Pajak dan Calon Wajib Pajak memenuhi
ketentuan Undang-Undang Perpajakan seperti menyampaikan SPT, pembukuan
dan informasi lain yang relavan serta membayar pajak pada waktunya, sarana
melakukan penegakan hukum dapat meliputi sanksi atas keterlambatan
pembayaran dan dakwaan pidana dalam hal ini terjadi penyelundupan pajak.
Salah satu cara upaya pencegahan tax evasion adalah dengan
mengngunakan cara pemeriksaan pajak (tax audit). Tax audit yang dilakukan
secara profesional oleh aparat pajak dalam rangka self assessmet system
merupakan bentuk penegakan hukum perpajakan.
Pemeriksaan pajak merupakan suatu mekanisme pengawasan dalam
penerapan sistem self assesment perpajakan di Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Disamping itu pemeriksaan pajak juga
merupakan sarana untuk meningkatkan penerimaan negara dan menciptakan
keadilan bagi wajib pajak.
Untuk melaksanakan upaya pengekan hukum tersebut salah satunya
denganperiksanaa pajak. Pelaksanaan pemeriksaan diatur dalam serangkaiaan
peraturan mengenai kebijakan pemeriksaan yang bertujuan untuk menjaga
kualitas pemeriksaan dan memberikan kepastian hukum dan rasa keadilan bagi
wajib pajak. Salah satu prosedur pemeriksaan tersebut adalah perlunya disiapkan
audit pajak. Pada dasarnya setiap pemeriksaan pajak selalu melakukan persiapan
audit pemeriksaan. Namun demikian tingkat perencanaan audit tergantung pada
1
masing-masing pemeriksa pajak. Ada pemeriksa pajak yang menganggap
perencanaan audit merupakan suatu hal yang sangat perlu, namun ada juga
pemeriksa pajak yang menganggap perencanaan tersebut cukup dilakukan
seperlunya saja.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari audit pajak?
2. Apa tujuan pemeriksaan pajak?
3. Apa saja ruang lingkup dari audit pajak?
4. Apa saja hak dan kewajiban wajib pajak dalam audit pajak?
5. Apa saja metode dan teknik dalam audit pajak?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui pengertian audit pajak
2. Untuk mengetahui fungsi dari audit pajak
3. Untuk mengetahui ruang lingkup audit pajak
4. Untuk mengetahui hak dan kewajiban wajib pajak dalam audit pajak
5. Untuk mengetahui metode dan teknik dalam audit pajak.
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Manfaat penelitian ini bagi penulis yakni sebagai syarat untuk mendapat
gelar Sarjana Strata 1 (S1) di Universitas Pamulang.
2. Bagi Pembaca
Penelitian ini memberikan informasi mengenai pengertian audit pajak,
fungsi, ruang lingkup audit pajak serta metode dan teknik dalam audit
pajak.

1.5 Landasan Teori


1.5.1 Pengertian Audit Pajak
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 545/KMK.04/2000
tanggal 22 Desember 2000, yang telah diubah dengan Peraturan Menkau
No. 123/PMK.03/2006, pemeriksaan pajak merupakan serangkaian kegiatan
2
untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan/atau keterangan lainnya
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Berdasarkan pengertian di atas, menurut Waluyo dan Ilyas (2000: 33)
mengungkapkan bahwa suatu pemeriksaan dalam bidang perpajakan
dilaksanakan karena adanya :
1. Penafsiran undang-undang perpajakan yang salah
2. Kesalahan hitung
3. Pelaporan penghasilan yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya
4. Pemotongan/pemungutan dan pembebanan biaya yang dilakukan
wajib pajak tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
perpajakan.

1.5.2 Tujuan Audit Pajak


Tujuan dari audit pajak menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor
544/KMK.4/2000 tanggal 22 Desember 2000 antara lain :
1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka
memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada wajib
pajak, yang dapat dilakukan dalam hal :
a. Surat pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajak,
termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak
b. Surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan menunjukkan rugi
c. Surat pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan pada
waktu yang telah ditetapkan
d. Surat pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang
ditentukan oleh Dirjen Pajak
e. Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban tersebut pada
huruf c tidak dipenuhi

3
2. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, meliputi yang dilakukan dalam
rangka :
a. Pemberian NPWP secara jabatan
b. Penghapusan NPWP Wajib Pajak
c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan PKP
d. Wajib Pajak mengajukan keberatan
e. Pengumpulan bahan guna penyusunan norma penghitungan
penghasilan netto
f. Pencocokan data dan/atau alat keterangan
g. Penetuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN
i. Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
untuk tujuan lain selain huruf a sampai dengan huruf h

1.5.3 Ruang Lingkup Audit Pajak


Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
123/PMK.03/2006, ruang lingkup pemeriksaan pajak terdiri dari :
a. Pemeriksaan lapangan yang meliputi suatu jenis pajak, beberapa jenis
pajak atau seluruh jenis pajak untuk tahun berjala dan/atau tahun-
tahun sebelumnya dan/atau untuk tujuan lain yang dilakukan di tempat
wajib pajak dan di kantor Dirjen Pajak
b. Pemeriksaan kantor yang meliputi suatu jenis pajak tertenju baik
tahun berjalan dan/atau tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan di
kantor Dirjen Pajak.

1.5.4 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Dalam Audit Pajak


Menurur Waluyo (2012:375) Dalam hal pemeriksaan pajak, tidak
hanya fiskus yang memiliki hak dan kewajiban dalam prosesnya. Wajib
pajak juga memiliki kewajiban-kewajiban yang harus diperhatikan dan

4
dilakukan saat pemeriksaan pajak. Nah, berikut ini kewajiban wajib pajak
dalam pemeriksaan pajak. 
1. Memenuhi panggilan dengan datang menghadiri pemeriksaan pajak
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Biasanya, jadwal dibuat
untuk jenis ruang lingkup pemeriksaan kantor. 
2. Mampu memperlihatkan atau meminjamkan buku, catatan, dan
dokumen yang akan menjadi dasar pemeriksaan, serta dokumen-
dokumen lain termasuk data yang Anda kelola secara elektronik yang
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang pajak. 
3. Untuk pemeriksaan lapangan, wajib pajak memiliki kewajiban
memberi kesempatan untuk mengakses data dengan mengunduh data-
data yang dikelola secara elektronik. 
4. Memberikan kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki ruang
yang dirasa perlu untuk diperiksa dan memberi bantuan-bantuan lain
guna kelancaran pemeriksaan pajak. 
5. Memberikan tanggapan secara tertulis atas SPHP. 
6. Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh akuntan
publik khususnya untuk jenis ruang lingkup pemeriksaan pajak
kantor. 
7. Berkenan memberikan keterangan lainnya baik secara lisan maupun
tulisan yang diperlukan. 
Selain kewajiban yang perlu diperhatikan wajib pajak saat
pemeriksaan pajak akan dilakukan atau bahkan berlangsung, wajib pajak
juga memiliki hak-hak saat pemeriksaan pajak. Mari simak hak-hak apa saja
yang wajib pajak miliki ketika pemeriksaan pajak. 
1. Wajib pajak berhak meminta surat perintah pemeriksaan pajak. 
2. Wajib pajak berhak melihat tanda pengenal dari para pemeriksa yang
ditugaskan. 
3. Mendapatkan penjelasan secara rinci tentang maksud dan tujuan dari
pemeriksaan pajak. 
5
4. Jika ada perbedaan dalam hasil pemeriksaan dan SPT, wajib pajak
berhak meminta rincian perbedaan tersebut. 
5. Wajib pajak berhak hadir dalam pembahasan akhir hasil dari
pemeriksaan pajak dalam batas waktu yang sudah ditentukan.

1.5.5 Metode dan Teknik Dalam Audit Pajak


Metode Pemeriksaan adalah serangkaian teknik dan prosedur
pemeriksaan yang dilakukan tehadap buku-buku, catatan-catatan dan
dokumen-dokumen. (Kurnia Siti Rahayu, 2017:477)
Berbagai media yang lazim digunakan dalam melakukan pemeriksaan pajak
pada umumnya, sebagai berikut:
1. Metode Langsung
Melakukan pengujian atas kebenaran jumlah penghasilan yang
dilaporkan dalam surat pemberitahuan dengan laporan keungan beserta
buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen pendukungnya. Contoh
dalam melakukan pengujian silang terhadap:
a. Dokumen dasar, dengan melakukan pengujian silang terhadap pengantar
barang, faktur penjualan, bukti kas register dan sebagainya:
b. Kaitan jumlah fisik, yaitu arus barang, arus uang, dan arus piutang
dengan formula yang lazim digunakan untuk itu.
2. Metode Tidak Langsung
Metode tidak langsung dapat dipergunakan untuk melengkapi metode
langsung, atau dalam keadaan dimana pemakaian metode langsung tidak
dapat sepenuhnya dipergunakan, misalkan :
a. Pembukuan dan catatan wajib pajak tidak lengkap, sehingga untuk
proses pemeriksaan tidak dapat sepenuhnya dilaksanakan.
b. Catatan atau berkas maupun dokumen pendukung hilang atau tidak ada.
c. Diketemukan ketidakberesan dalam buku-buku dan catatan-catatan
Wajib Pajak.
d. Adanya ketidakserasian antara penghasilan dengan pengeluaran Wajib
Pajak.
6
e. Wajib Pajak menggunakan Norma Penghitungan.
Untuk itu masih diperlukan pembuktian yang memadai. Metode tidak
langsung dapat dipakai pada persiapan maupun pelaksanaan pemeriksaan.
a. Metode Transaksi Tunai
Dalam metode ini semua pengeluaran termasuk pengeluaran yang
tidak boleh dikurangkan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dicatat di sisi kredit, sedangkan semua penghasilan termasuk
penghasilan yang bukan merupakan objek pajak dicatat di sisi debit.
b. Metode Transaksi Bank
Seorang wajib pajak yang menerima penghasilan dapat melakukan
satu atau dua hal, yaitu menyetorkan ke rekening banknya atau
menggunakannya dalam bentuk uang tunai tanpa dimasukkan terlebih
dahulu ke dalam rekening banknya.
Teknik pemeriksaan adalah proses pembukuan dan menggunakan rumus
atau formula tertentu yang dikembangkan oleh Pemeriksa.
Teknik yang digunakan dalam metode pemeriksaan langsung.

1.5.6 Tahapan Pemeriksaan Pajak


Dalam pemeriksaan pajak terdapat tahapan yang perlu dipersiapakan
oleh pemeriksa yaitu:
1. Tahap Persiapan Pemeriksaan
Menurut Kurnia Siti Rahayu (2017:451) Persiapan pemeriksaan
adalah seragkaiaan kegiatan yang dilakukan oleh pemeriksa sebelum
melaksanakan tindakan pemeriksaan. Dalam tahapan pemeriksaan terdapat
serangkaian kegiatan meliputi sebagai berikut:
1. Mempelajari berkas Wajib Pajak/berkas data
2. Mengalanalisis SPT dan laporan keuangan Wajib Pajak
3. Mengidentifikasi masalah
4. Melakukan pengenalan lokasi Wajib Pajak
5. Menentukan ruangan lingkup pemeriksaan
6. Menyususn program pemeriksaan
7
7. Menentukan buku-buku dan dokumen yang akan di pinjam
8. Meyediakan sarana pemeriksaan
Tujuan persiapan pemeriksaan adalah agar pemeriksa dapat
memeperoleh gambaran umu mengenai Wajib Pajak yang akan diperiksa,
sehingga program pemeriksa yang disusun sesuai dengan sasaran yang ingin
dicapai.
2. Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan
Pelaksanaan Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
pemeriksa dan meliputi sebagai berikut:
1. Memeriksa ditempat Wajib Pajak yang mana dapat didefinisikan sebagai
serangkaiaan kegiatan yang dilakukan Pemeriksa ditempat/lokasi Wajib
pajak untuk mencari, mengumpulkan, mengola data atau keterangan lain
guna mengetahui dan mendapatkan fakta-faktanyang berkaitan dengan
kegiatanusaha Wajib Pajak.
2. Melakukan penilaiaan atas Sistem Pengendalian Intern (SPI). Sistem
terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang dirancang
untuk memberikan manajemen keyakinan memadai bahwa tujuan dan
sasaran satuan usaha dapat tercapai.
3. Menyesuaikan cakupan dan program pemeriksaan. Agar pemeriksaan
lebih terarah kepada permsalahan yang faktual sehingga dapat mencapai
hasil yang optimal. Program pemeriksa yang telah dibuat sebelumnya
akan dimutakhirkan seirama dengan hasil penilaiaan dan pengujian SPI.
4. Melakukan pemeriksaan buku, catatan dan dokumen. Tujuan dari
pemeriksaan buku, catatan dakumen wajib Pajak yaitu agar meyakinkan
kebenaran angka-angka yang dicantumkan dalam SPT dengan
menggunakan teknikdan metode yang ada serta menentukan apakah
angka-angka yang dilaporkan dalam SPT telah sesuai dengan ketentuan
perpajakan
5. Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga. Hal ini dilakukan untuk
menegaskan kebenaran dan kelengkapan data atau infomasi darivWajib
Pajak dengan bukti-bukti yang diperoleh dari pihak ketiga.
8
6. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak. Pemeriksa
harus memberitahukan hasil dari pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang
diperiksanya, tujuannya adalah untuk menjelaskan mengenai temuan dan
koreksi fiskal dari hasil pemeriksaan yng telah dilakukan.
7. Melakukan pembahasan hasil akhir pemeriksaan. Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan (Closing Conference) adalah pembahasan yang
dilakukan antara Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak atas temuan selama
pemeriksaan, dan hasil bahasan temuan tersebut baik yang disetuji
maupun yang tidak disetujui dituangkan dalam Berita Acara Hasil Pajak
dan Wajib Pajak. Tujuan dari pembahasan hasil pemeriksaan adalah
sabagai umpaya memperoleh pendapat yang sama dengan Wajib Pajak
atas temuan pemeriksaan dan koreksi fiskal terhadap seluruh jenis pajak
yang diperiksa.
3. Tahap Pelaporan Pemeriksaan
Didalam tahapan pelaporan pemeriksaan pajak terdapat dua hal yang
perlu dipersipakan oleh pemeriksa yaitu:
1. Kertas Kerja Pemeriksaan
Dokumentasi atas aktivitas pemeriksaan yang dilakukan dan data,
bukti atau keterangan lain yang diperoleh selama perencanaan dan
pelaksanaan pemeriksaan disebut sebagai kertas kerja pemeriksaan (KKP).
Jadi kertas kerja pemeriksaan pajak adalah catatan secara rinci dan jelas
yang diselenggarakan oleh pemeriksa pajak mengenai :
a. Prosedur-prosedur pemeriksaan yang dilakukan
b. Pengujian-pengujian yang telah dilaksanakan
c. Sumber-sumber informasi yang telah diperoleh
d. Kesimpulan yang diambil oleh pemeriksa
Kertas Kerja Pemeriksaan merupakan catatan yang dibuat dan atau bukti
yang dan atau bukti yang dikumpulkan oleh pemeriksa pada tahap persiapan
dan pelaksanaan pemeriksaan yang disusun secara sistematis.
Tujuan utama dari pembuatan KKP adalah sebagai bukti bahwa
pemeriksa telah melaksanakan tugas pemeriksaan sebagaimana mestinya
9
berdasarkan kompetensi, profesionalisme, dan pengalaman yang
dimilikinya. KKP memiliki fungsi yang sangat penting maka harus disusun
dengan baik. KKP yang baik adalah KKP yang memenuhi fungsi yang
melekat pada KKP tersebut. Untuk bisa memenuhi fungsinya KKP harus
lengkap, Akurat, Sistematis, Informatif, Terintegrasi dan Divalidasi.
2. Laporan Hasil Pemeriksaan
Laporan hasil pemeriksaan pajak adalah laporan yang disusun oleh
pemeriksa pada akhir tahap pelaksanaan pemeriksaan laporan hasil
pemeriksaan merupakan ikhtisar dan penuangan semua hasil pelaksanaan
tugas pemeriksaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Laporan hasil pemeriksaan pajak disusun dengan sistematis sebagai berikut :
a. Umum. Memuat keterangan-keterangan mengenai identitas Wajib Pajak,
pemenuhan kewajiban perpajakan, gambaran kegiatan usaha Wajib
Pajak, penugasan dan alasan pemeriksaan, data atau informasi yang
tersedia.
b. Pelaksanaan pemeriksaan. Memuat penjelasan secara lengkap mengenai
pos-pos yang diperiksa, penilaian pemeriksa atas pos-pos yang diperiksa
dan temuan-temuan pemeriksa.
c. Hasil pemeriksaan. Merupakan ikhtisar yang menggambarkan
perbandingan antara laporan wajib pajak (SPT) dengan hasil pemeriksaan
dan penghitungan mengenai besar pajak-pajak yang terhutang.
d. Kesimpulan dan usul pemeriksaan. Memuat hasil pemeriksaan dalam
bentuk perbadingan antara pajak-pajak yang terhutang berdasarkan
laporan Wajib Pajak dengan hasil pemeriksaan, data atau informasi yang
diproduksi dan usul-usul pemeriksa.

1.6 Pembahasan
Adanya suatu kasus yang menyangkut sengketa pajak terjadi pada
tahun 2007, dimana PT. MONAGRO KIMIA merupakan perusahaan asing
atau swasta, yang begerak dalam bidang pupuk dan pangan ternak, dalam
kegiatan usahanya tersebut setelah mengkaji atau menghitung kembali
10
pajaknya, merasa PT. MONAGRO KIMIA pembayaran pajak yang
dilakukan tahun 2006 menunjukan posisi lebih bayar sebesar Rp
8,738,888,746. terbilang (Delapan Miliar Tujuh Ratus Tiga Puluh Delapan
Juta Delapan Ratus Delapan Puluh Delapan Ribu Tujuh Ratus Empat Puluh
Enam Rupiah). Dengan alasan terebut maka pihak PT. MONAGRO KIMIA
mengajukan SPT Tahunan PPh Badan tersebut kepada Kantor Pelayanan
Pajak Penanaman Modal Asing Satu (KPP PMA I) pada tanggal 13 Juli
2007 dan diterima oleh kantor KKP PMA I.
Sebelumnya KPP PMA I menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan
Pajak (SP3) No. PRINT-PSL- 330/WPJ.07/KP.02052007 tertanggal 30 Mei
2007 dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan Tahun Pajak 2006 yang meliputi semua jenis pajak. Pada tanggal
11 Agustus 2008 hasil yang dilakukan oleh fiskus/pegawai pajak yang
datang untuk memeriksa sebagaimana kepatuhan wajib pajak, menyatakan
dengan surat Nomor: 00042/201/06/052/08 tanggal 11 Juli 2008.
Bahwasanya PT. MONAGRO KIMIA memiliki perbedaan atau selisih
dalam penghitungan PPh 21nya pada tahun pajak 2006.
Hasil Keterangan Pajak Kurang Bayar PPh Pasal 21 PT MONAGRO
KIMIA Nomor: 00042/201/06/052/08 tanggal 11 Juli 2008. Berikut
perincian atas pajak kurang bayar yang di layangkan KKP PMA I:
No Uraian Jumlah Menurut Koreksi

1 Dasar pengenaan pajak 8.906.274.371 11.066.054.192 2.159.779.821

Pajak penghasilan PPh 21 yang


2 2.029.468.950 2.521.617.059 492.148.109
terhitang

3 Kredit pajak 2.029.468.950 1.515.307.393 (514.161.557)

Pajak penghasilan PPh 21 yang


4 Nihil 1.006.309.666 1.006.309.666
kurang bayar

5 Sanksi administrasi Nihil 362.271.480 362.271.480

6 Jumlah yang masih harus Nihil 1.368.581.146 1.368.581.146

11
dibayar/lebih bayar./Nihil

Dengan kekurangan pembayaran pajak sebagaimana tercantum di


SKPKB (Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar) PPh Pasal 21 dengan tabel
tesebut, Pemohon Banding telah melunasinya melalui Surat Setoran Pajak
(“SSP”) ke Kas Negara degan cara mengangsur pada tanggal pada tanggal
11 Agustus 2008 sejumlah Rp. 684,290,573 dan pada tanggal 15 Oktober
2008 Rp.684,290,573, terbilang (Enam Ratus Delapan Puluh Empat Juta
Dua Ratus Sembilan Puluh Ribu Lima Ratus Tujuh Puluh Tiga Rupiah).
Atas hasil tersebut PT. MONAGRO KIMIA tidak sependapat dengan
hasil fiskus mengajukan upaya hukum pertama dalam sengketa pajak yaitu
keberatan kepada KPP PMA I pada tanggal 3 September 2008 melalui surat
permohongan Nomor : MK/Sep-08/57 tertanggal 3 September 2008.

1.7 Kesimpulan
Fungsi dan tujuan pemeriksaan pajak secara keseluruhan adalah
supaya Wajib Pajak melaporkan kegiatan usahanya dengan benar. Benar
karena Wajib Pajak melaporkan kegiatan usahanya sesuai keadaan
sebenarnya. Tidak ada yang ditutupi, tidak ada yang disembunyikan dan
terbuka. Benar karena Wajib Pajak telah menghitung pajak terutang sesuai
dengan peraturan perundang- undangan perpajakan yang berlaku.
Ada banyak ketentuan dalam melakukan pemeriksaan pajak, secara
garis besar diantaranya yaitu :
1. Ruang Lingkup pemeriksaan
2. Kriteria Pemeriksaan
3. Jenis Pemeriksaan
4. Jangka Waktu Pemeriksaan
5. Jangka Waktu RestitusiPajak
6. Penyelesaian Pemeriksaan
7. Pertemuan dengan Wajib Pajak
8. Peminjaman Dokumen dan Penyegelan
12
9. Permintaan Keterangan
10. SPHP dan Closing Conference
Setiap dilakukan pemeriksaan pajak oleh kantor pajak, Wajib pajak
mempunyai kewajiban dan haknya yang telah ditentukan oleh perundang-
undangan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Waluyo, Wirawan B Ilyas, “ Perpajakan Indonesia”, Salemba Empat,


Yogyakarta, 2004.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544/KMK.4/2000 tanggal 22 Desember


2000 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak

Waluyo, “Akuntansi Pajak”, Salemba Empat, Jakarta,2012.

Siti Kurnia Rahayu, “ Perpajakan (Konsep danAspek Formal)”, Rekayasa Sains,


Bandung

Rahman, Afrida L., et al. "Analisis Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak dalam


Pencapaian Target Penerimaan Pajak (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Blitar)." Jurnal Mahasiswa Perpajakan, vol. 9, no. 1, 2016.

14
BAB II
AKUNTANSI PERPAJAKAN

2.1 Latar Belakang


Akuntansi menyajikan informasi tentang keadaan yang terjadi selama periode
tertentu bagi manajemen atau pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan tujuan
untuk menilai kondisi dan kinerja perusahaan. Sedangkan dalam perpajakan
menggunakan istilah pembukuan/pencatatan,bukan mengguanakan istilah akuntansi.
Pembukuan atau pencatatan memiliki lingkup yang lebih sempit dibandingkan
akuntansi.
Menurut UU KUP Nomor 16 Tahun 2009 angka 29, pembukuan adalah suatu
proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan
informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya
serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang/jasa, yang ditutup dengan
menyususn laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode
tahun pajak tersbut. Menurut Supriyanto (2011:37) Akuntansi PPh Pasal 21 adalah
proses pencatatan transaksi kaitannya dengan PPh Pasal 21 misalnya pembayaran gaji,
upah dan lain sebagainya.
Akuntansi pajak merupakan bagian dalam akuntansi yang timbul dari unsur
spesialisasi yang menutur keahlian dalam bidang tertentu. Akuntansi pajak tercipta
karena adanya suatu prinsip dasar yaitu diatur dalan UU perpajakan dan
pembentukannya terpengaruh oleh fungsi perpajakan dalam mengimplementasikan
sebagai kebijakan pemerintah. Manurut Sukrisno (2018:10) Tujuan dari akuntansi
pajak adalah menetapkan besarnya pajak terutang berdasarkan laporan keuangan yang
disusun oleh perusahaan.
Akuntansi pajak tidak memiliki standar seperti akuntansi keuangan yang diatur
oleh Ikatan Akuntais Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Akuntansi pajak hanya digunakan untuk mencatat transaksi yang berhubungan dengan
perpajakan. Akuntansi komersial disusun dan disajikan berdasarkan SAK, namun
untuk kepentingan perpajakan, akuntansi komersial harus sesuai dengan aturan
perpajakan yang berlaku di Indonesia. Olek karena itu jika terdapat perbedaan antara

15
ketentuan akuntansi dengan ketentuan perpajakan untuk keperluan pelaporan dan
pembayaran pajak, makan undang-undang perpajakan memiliki prioritas untuk
dipatuhi agar tidak menimbulkan karugian material bagi WP yang bersangkutan.
UU Perpajakan di Indonesia yang menganut self assesment, dimana dalam
sistem ini WP diberikan keleluasan dan kepercayaan untuk menghitung, membayar
dan malaporkan pajaknya sendiri atas transaksi yang dilakukannya. Apabila WP
sedang dilakukan pemeriksaan pajak maka WP harus dapat membuktikan kepada
aparat pajak bahwa WP telah menghitung dan membayar pajaknya sesuai dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku.
2.2 Rumusan Masalah
2.2.1 Apa pengertian Akuntansi ?
2.2.2 Apa pengertian dan fungsi pajak?
2.2.3 Apa pengertian Akuntansi Perpajakan?
2.2.4 Apa Prinsip Dasar Akuntansi Perpajakan?
2.2.5 Bagaimana Proses Akuntansi Perpajakan
2.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini antara lain :
2.3.1 Untuk mengetahui perngertian akuntansi
2.3.2 Untuk mengetahui pengertian dan fungsi pajak
2.3.3 Untuk mengetahui pengertian Akuntansi Perpajakan
2.3.4 Untuk Prinsip Dasar Akuntansi Perpajakan
2.3.5 Untuk mengetahui Proses Akuntansi Perpajakan
2.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Manfaat penelitian ini bagi penulis yaitu sebagai syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Strata 1 (S1) di Universitas Pamulang.
2. Bagi Pembaca
Penelitian ini dapat memberikan informasi dan wawasan tentang akuntansi
perpajakan dan konsepnya yang berjalan di Indonesia.
2.5 Landasan Teori
2.5.1 Pengertian Akuntansi

16
Menurut Martani dkk (2017: 4) akuntansi merupakan bahasa bisnis karena
akuntansi menghasilkan informasi yang menjelaskan kinerja keuangan entitas
dalam suatu periode tertentu. Informasi tersebut sangat berguna bagi pihak yang
berkepentingan untuk memprediksi kinerja entitas di masa mendatang, sehingga
dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan entitas.
Menurut Wild & kwok (2011;4-7) akuntansi adalah sistem infomasi yang
menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai
aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. Akuntansi mengarah pada 3 (tiga)
aktivitas dasar yaitu mengidentifikasi,merekam dan mengomonikasikan kejadian
ekonomi yang terjadi pada organisasi untk kepentingan pihak pengguna.
Adapula salah satu pengertian yang dirumuskan oleh Accounting
Principles Board (APB) dan American Institute of Certified Public Accountants
(AICPA) pada tahun 1970 yang menjelaskan akuntansi sebagai suatu aktivitas
atau kegiatan pelayanan, yang fungsinya terutama untuk memberikan informasi
kuantitatif terutama bersifat keuangan, dari suatu entitas ekonomi dengan
maksud berguna untuk pengambilan keputusan ekonomi, dalam memilih secara
bijak diantara alternatif tindakan (Kartikahadi dkk, 2016: 3).

2.5.2 Pengertian dan Fungsi Pajak


2.5.2.1 Pengertian Pajak
Menurut Undang-undang No. 27 Tahun 2007 pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., pajak adalah iuran kepada kas
negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan, dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Sudirman dan
Amiruddin, 2016: 2)

17
Menurut S.I Djajadiningrat, pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan
sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian,
dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai
hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk
memelihara kesejahteraan secara umum. (Sudirman dan Amiruddin, 2016: 2)
Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pajak
merupakan suatu kewajiban bagi pribadi atau perusahaan untuk memberikan
kontribusi atas kekayaan atau penghasilan kepada negara yang digunakan untuk
kesejahteraan umum.
2.5.2.2 Fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak menurut Mardiasmo (2018:4) fungsi pajak antara
lain:
1. Fungsi Anggaran (budgetair) yaitu pajak sebagai sumber dana bagi
pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi mengatur (regulerend) yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

2.5.3 Pengertian Akuntansi Perpajakan


Akuntansi Pajak menurut Waluyo (2011:190) tercipta karena adanya suatu
prinsip dasar yang diatur dalam undang-undang perpajakan dan
pembentukannya terpengaruh oleh fungsi perpajakan dalam
mengimplementasikan sebagai kebijakan pemerintah. Sisi akuntansi komersial
sebagai prinsip-prinsip dasar yang digunakannya bersifat netral (tidak memihak)
terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh akuntansi.Oleh karena itu, prinsip-
prinsip dasar akuntansi dapat digunakan atau berlaku bagi akuntansi pajak,
hanya memang terdapat karakteristik dan tujuan pelaporan keuangan fiskal yang
berbeda.
Sedangkan Supriyanto (2011:2) mendefinisikan akuntansi pajak adalah
suatu proses pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran suatu transaksi keuangan
yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan dan diakhiri dengan pembuatan

18
laporan keuangan fiskal sesuai dengan ketentuan dan peraturan perpajakan yang
terkait sebagai dasar pembuatan SPT. Akuntansi pajak berfungsi sebagai
Pengolah data secara kuantitatif yang dipergunakan untuk menyajikan sebuah
laporan keuangan dengan memuat jumlah perhitungan perpajakan. Prinsip-
prinsip yang diakui dalam akuntansi perpajakan meliputi kesatuan akuntansi,
kesinambungan, harga pertukaran yang objektif, konsistensi, konservatif.

2.5.4 Sejarah Perkembangan Akuntansi Pajak


Sejarah perpajakan di Indonesia dapat dibagi ke dalam beberapa kurun
waktu, yaitu masa penjajahan Belanda, setelah merdeka sampai tahun 1979,
1979 sampai tahun 1983, dan 1983 sampai sekarang. Peranan akuntansi atau
pembukuan dalam perpajakan sejalan dengan sejarah perpajakan di Indonesia.
Pada masa penjajahan Belanda, sistem perpajakan menekankan fungsinya
pada segi pemasukan keuangan untuk keperluan penjajah. Jumlah pajak terutang
sepenuhnya ditentukan oleh aparat pajak yang memiliki wewenang sangat besar.
Dengan demikian, peranan akuntansi atau pembukuan dalam perpajakan sangat
lemah.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1967, diperkenalkan sistem
pemungutan pajak yang dikenal sistem Menghitung Pajak Sendiri (MPS) dan
Menghitung Pajak Orang Lain (MPO) dengan UU Nomor 867 jo. Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 1967. Sistem pemungutan pajak dalam cara yang
baru ini termasuk sistem self assessment. Melalui Inpres Nomor 6 Tahun 1967
yang dikenal dengan Paket 27 Maret 1967 dan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 108/KMK/077/79, WP diberikan keringanan dalam penetapan pajak
apabila yang bersangkutan menggunakan laporan pemeriksaan akuntanpublik.
Laporan keuangan yang dibuat oleh akuntan publik tidak dibenarkan untuk
dikoreksi, kecuali apabila laporan tersebut ternyata tidak benar. Peraturan baru
ini sekaligus membatasi kewenangan aparat perpajakan dalam menetapkan
jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh WP. Dengan demikian, sejak tahun
1979 peranan akuntansi atau pembukuan semakin meningkat dalam perpajakan.

19
Sejak tahun 1983, berlaku UU Nomor 6 Tahun 1983, UU Nomor 7 Tahun
1983, dan UU Nomor 8 Tahun 1983. Dalam undang-undang perpajakan yang
baru berlaku asas perpajakan Indonesia, yaitu:

1. Asas kegotongroyongan nasional terhadap kewajiban kenegaraan, termasuk


membayar pajak.
2. Asas keadilan, dalam pemungutan pajak kewenangan yang dominan tidak
lagi diberikan kepada aparat pajak untuk menentukan jumlah pajak yang
harus dibayar.
3. Asas kepastian hukum, WP diberikan ketentuan yang sederhana dan mudah
dimengerti serta pelaksanaan administrasi pemungutan pajaknya tidak
birokratis,
4. Asas kepercayaan penuh, masyarakat diberikan kepercayaan penuh untuk
melaksanakan kewajiban perpajakannya, termasuk keaktifan pelaksanaan
administrasi perpajakan.

Dengan berlakunya undang-undang tersebut, sistem perpajakan Indonesia


secara mutlak menganut sistem self assessment, dan kewenangan aparat pajak
tidak lagi seluas sebelumnya. Dengan pemberian kepercayaan penuh kepada
WP, peranan pembukuan dan akuntansi dalam perpajakan menjadi sangat besar.

2.5.5 Prinsip Dasar Akuntansi Perpajakan


Prinsip dasar akuntansi yang disampaikan oleh APB Statement No. 4
adalah sebagai berikut :
1. Prinsip biaya atau biaya historis (Cost Participle) yiatu dasar pencatatan
perolehan barang, jasa harga pokok, biaya maupun ekuitas sehingga paling
pokok adalah penilaian yang didasarkan harga pertukaran pada saat
perolehan.
2. Prinsip pendapatan (Revenue Principle) lebih menjelaskan tentang sifat dan
komponen, pengukuran, dan pengakuan bahwa pendapatan sebagai
komponen penyusunan laba rugi.

20
3. Prinsip pemadanan (Matching Principle) menjelaskan mengenai masalah
pembebanan biaya pada periode yang sama dengan periode pengakuan hasil
sehingga pengakuan hasil diakui pada saat periode pengakuan hasil
sedangkan pembebanan biaya diakui pada periode tersebut.
4. Masalah objektivitas (Objectivity Principle) memiliki penafsiran berbeda.
Objektivitas dapat dianggap sebagai hasil konsesus kelompok yang mengukur
atau objektivitas diukur dengan batasan tertentu.
5. Consistency Principle, Prosedur dan prinsip akuntansi yang sama dilaporkan
pada periode yang bersangkutan sehingga peristiwa yang sama dicatat dan
dilaporkan secara komsisten.
6. Disclosure Principle, Prinsip pengungkapan penuh (full disclosure)
mengharusakn laporan akuntansi dibentuk dan disajikan berdasarkan
peristiwa yang mempengaruhi perusahaan dalam periode tersebut. Laporan
keuangan diharapkan jujur (fair), lengkap (full), dan memadai (adequate)
agar piahk internal maupun ekternal dapat mengambil manfaat dari informasi
yang disajikan oleh laporan keuangan .
7. Conservatism Principle,Prinsip konservatisme atau pengecualian umumnya
digunakan untuk hal yang tidak menentu atau dalam kondisi ketidakpastian.
Prinsip konservatisme kurang penekanannya karena semakin banyak pihak
yang mengutamakan jujur (fair) dan dapat diandalkan.(reliable) pada setiap
laporan keuangan yang disajikan.
8. Materiality Principle, Menurut APB Statement No 4 , prinsip materialitas
mengandung arti bahwa laporan keuangan hanyan menyangkut informasi
yang dianggap penting (material) dalam mempengaruhi penilaian.
9. Uniformity and Comparability Principle, Prinsip ini menekankan pada
keseragaman dan dapat dibandingkan, yang merupakan salah satu tujuan
yang akan dicapai dalam penyusunan prinsip akuntansi.

2.5.6 Proses Akuntansi Perpajakan


Proses akuntansi perpajakan tidak jauh beda dengan proses akuntansi
seperti biasanya. Akuntansi selalu dimulai dengan transaksi yang akan dicatat.

21
Transaksi ini kaitannya dengan informasi keuangan yang dapat dinilai dengan
uang, bukan informasi non-keuangan. Lalu transaksi ini akan dicatat pada suatu
Jurnal, kemudian di posting, lalu dimasukan ke dalam neraca lajur dan diakhiri
dengan pembuatan laporan keuangan. Laporan keuagan ini dapat dibuat secara
bulanan atau tahunan. Proses akuntansi secara detail dan juga ilustrasinya dapat
dilihat pada gambar 1 mengenai siklus akuntansi dibawah ini.

Gambar 1 Siklus Akuntansi Perpajakan

Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagi berikut:


1. Jurnal adalah suatu transaksi yang terjadi akan dicatat setiap bulannya ke
dalam jurnal baik jurnal untuk mencatat transaksi sehari-hari maupun jurnal
penyesuaian akun-akun nominal seperti biaya dan pendapatan. Jurnal dibagi
menjadi dua bagian yaitu:
a. Jurnal umum ini digunakan untuk mencatat semua transaksi baik yang kredit
maupun yang tunai. Jadi semua transaksi dapat dicatat pada satu jurnal ini.
b. Jurnal Khusus merupakan jurnal yang dikelompokan secara khusus sesuai
dengan jenis transaksinya. Jurnal khusus dibedakan menjadi 4 jenis yaitu :
Jurnal Penjualan: Digunakan untuk mencatat transaksi kaitannya dengan
penjualan secara kredit. Jurnal Pembelian: Digunakan untuk mencatat
transaksi kaitannya dengan pembelian secara kredit. Jurnal Penerimaan Kas:
Digunakan untuk mencatat transaksi kaitannya dengan kas/uang yang masuk

22
ke kas perusahaan. Jurnal Pengeluaran Kas: Digunakan untuk mencatat
transaksi kaitannya dengan penjualan secara kredit.
2. Buku Besar Pembantu. Buku Pembantu ini terdiri dari Buku Pembantu
Piutang Dagang, Buku Pembantu Hutang Dagang, & Buku Pembantu
Persediaan. Buku ini digunakan untuk membantu bagian akuntansi dalam
memonitoring besarnya mutasi hutang/piutang/persediaan untuk masing-
masing suplier/pelanggan/barang.
3. Neraca Lajur adalah kertas berisi kolom-kolom untuk mencatat keuangan
secara manual. Neraca lajur dibuat untuk mempermudah kita membuat
laporan keuangan. Pada posisi ini kita harus memasukan semua akun yang
ada beserta saldo akhirnya. Pada neraca lajur ini juga kita bisa memasukan
jurnal penyesuaian yang telah kita buat.
4. Laporan keuangan komersial yaitu laporan keuangan yang dibuat
berdasarkan standar yang sudah ditetapkan pada prinsip-pinsip akuntansi
yang bersifat tidak memihak atau disebut juga netral.
5. Laporan fiskal merupakan laporan keuangan yang tercantum informasi
akuntansi yang dirancang untuk kepentingan perpajakan, pengutaraannya
sesuai dengan ketentuan peraturan perUU perpajakan yang berlaku.
6. Rekonsiliasi fiskal dapat didefinisikan sebagai salah satu cara untuk
mencocokkan perbedaan yang terdapat dalam laporan keuangan komersial
yang disusun berdasarkan sistem keuangan akuntansi dengan laporan
keuangan yang disusun berdasarkan sistem fiskal.
2.5.7 Akun – akun akuntasi perpajakan
Nama-nama akun pada laporan keuangan yang bekaitan dengan akuntasi
perpajakan adalah sebagai berikut :

1. Neraca
a. Sisi asset, terdapat nama nama akun sebagai berikut :
Pajak di bayar di muka (Prepaid Tax). Pajak di bayar di muka disajikan sebagai
biaya di bayar di muka (Prepaid Expense) dalam asset lancar. Pajak di bayar di

23
muka terdiri dari PPh 22, PPh 23, PPh 24 PPh 25 dan PPh 28A (bila ada), PPh
atas pengalihan ha katas tanah dan bangunan, Pajak masukan.
b. Sisi kewajiban terdapat nama-nama akun sebagai berikut.
Utang pajak (Tax Payable). Utang pajak terdiri atas PPh 21, PPh 23, PPh 26,
PPh 29 dan Pajak Keluaran
2. Laporan Laba Rugi
a. Beban Pajak Penghasilan (income tax expense)
b. PBB, Pajak masukan yang tidak dapat di kreditkan, dan Bea Materai di catat
sebagai beban operasional (operational expense)

2.6 Pembahasan
Contoh Kasus
Andi bekerja pada perusahaan PT ABC dengan memperoleh Gaji sebulan
Rp. 9.000.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp. 175.000,00 perbulan.
Andi menikah tetapi belum mempunyai anak. Penghitungan PPh Pasal 21-nya
adalah sebagai berikut:
Gaji sebulan Rp.9.000.000

Pengurang

1. Biaya Jabatan

5% x Rp. 9.000.000 Rp. 450.000

2. Iuran Pensiun Rp. 175.000

Total Pengurang Rp. 625.000

Penghasilan Netto sebulan Rp. 8.375.000

Penghasilan Netto disetahunkan

12 X Rp.8.325.000 Rp.100.500.000

PTKP Setahun

24
- untuk WP sendiri Rp. 54.000.000

- tanbahan WP kawin Rp. 4.500.000

Total PKP WP Rp. 58.500.000

PKP setahun Rp. 42.000000

PPh pasal 21 terutang

5% x Rp. 42.000.000 Rp. 2.100.000

PPh pasal 21 sebulan

Rp. 2.100.000 : 12 bulan Rp.175.000

Kasus di atas diasumsikan Andi telah bekerja di PT. ABC telah melebihi tahun
takwim atau tahun pajak, sehingga jika gaji yang dihitung diatas adalah gaji untuk
bulan Januari 2018 maka besarnya gaji netto yang diterima si Andi pada tanggal 31
Januari 2018 adalah Rp 9,000,000 – Rp.175.000 = Rp.8.825.000,-. Maka untuk kasus
diatas maka perusahaan telah memungut PPh Pasal 21 dari penghasilan si Andi pada
bulan Januari 2018 sebesar Rp. 175.000,-. Jika PPh Pasal 21 tersebut dibayar pada
tanggal 8 Februari 2018, untuk itu perusahaan ataupun si Andi (Jika si Andi dalam
pelaporan pajaknya menggunakan Istilah Pembukuan) perlu mencatat transaksi di
atas adalah sebagai berikut:

Bagi PT. ABC sebagai pemotong PPh 21

31/1/2018 Biaya Gaji Rp. 9.000.000


Kas Rp. 8.825.000
Piutang PPH 21 Rp. 175.000
8/2/2018 Hutang PPh 21 Rp. 175.000
Kas Rp. 175.000

Bagi Andi sebagai karyawan yang dipotong PPh 21

25
Kas Rp. 8.825.000
31/1/2018 PPh pasal 21 dibayar Rp. 175.000
dimuka
Pendapatan Gaji Rp. 9.000.000

Bagi Andi PPh Pasal 21 ini dapat menjadi kredit pajak ketika akan melaporkan
SPT Tahunan Orang Pribadi. Andi sendiri dan penghasilan ini dapat digabung dengan
penghasilan lain yang diterima Andi pada tahun pajak yang sama. Namun Bagi PT.
ABC PPh Pasal 21 ini tidak dapat menjadi kredit pajak atau biaya pengurang
penghasilan, kecuali jika PPh Pasal 21 dibayar oleh perusahaan atau dianggap
sebagai tunjangan pajak.

2.7 Kesimpulan
Akuntasi perpajakan sangat di butuhkan setiap perusahaan hal ini bertujuan
untuk memberikan laporan besaran jumlah pajak yang harus disetor kepada
pemerintah sehingga tidak ada kesalahan dalam perhitungan jumlah pajak pada saaat
di lakukan pemeriksaan pajak perusahaan oleh pihak pajak/fiskus. Perusahaan perlu
melakukan perhitungan secara telit dan juga hurus update tentang peraturan
perpajakan terbaru, maka dari itu ketika ada transaksi kaitannya dengan pemotongan/
pemungutan PPh Pasal 21, pembayaran PPh Pasal 21 dan juga pembayaran gaji/upah
karyawan maka perlu ada pencatatan akunatnsi yang sesuai dengan peraturan
perpajakan yang berlaku.

26
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Martani, dkk, “ Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK”, Salemba


Empat, Jakarta, 2014.

Mardiasmo, “ Perpajakan Edisi Revisi Tahun 2018”, Penerbit Andi,Yogyakarta, 2018.

Waluyo, “ Akuntansi Pajak”, Salemba Empat, Jakarta, 2011.

Hans Kartikahadi.,dkk, “ Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS Buku


I”, Salemba Empat, Jakarta, 2016.

Eddy Supriyanto, “ Akuntansi Perpajakan”, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2011.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007, “ Perubahan Ketiga Atas


Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan,”

27

Anda mungkin juga menyukai