Anda di halaman 1dari 38

AUDIT KECURANGAN

KELOMPOK 9
• Feti Fatikhatul Uza (7211418037)
• Robi’atul adawiyah (7211418113)
• Dhi’fan Hanif Arkaputra (7211418125)
• Faradhita Kurnia Salwa (7211418200)
• Gina Nurvila Mogaviana (7211418206)
FRAUD (KECURANGAN) DAN JENIS-JENISNYA
1. FRAUD (KECURANGAN)
 Dalam mekanisma pelaporan keuangan, suatu audit dirancang
untuk memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan tidak
dipengaruhi oleh salah saji yang material dan juga memberikan
keyakinan yang memadai atas akuntabilitas manajemen atas aktiva
perusahaan.
tindakan yang
kekeliruan (error) tidak disengaja
Salah saji

kecurangan (fraud) tindakan yang


disengaja
 Fraud (kecurangan) adalah tindakan yang disengaja dengan
melakukan penipuan, penggelapan, ataupun pelanggaran
kepercayaan dan bukan dengan menggunakan kekerasan
fisik yang digunakan untuk mendapatkan keuntungan
finansial melalui salah saji yang materil.
 Kerugian yang ditimbulkan oleh adanya kecurangan dapat
berupa kerugian finansial dan non finansial seperti
permasalahan sistem keuangan dan kebangkrutan.
JENIS JENIS KECURANGAN

Dua kategori utama kecurangan

1. Kecurangan dalam Laporan Keuangan


2. Penyalahgunaan Aset
 merupakan salah saji atau penghapusan terhadap jumlah ataupun
pengungkapan yang disengaja dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui
para penggunanya. Sebagian besar kasus melibatkan salah saji terhadap
jumlah yang dilaporkan dibandingkan terhadap pengungkapan.
 dalam sebagian besar kasus kecurangan dalam laporan keuangan
melibatkan sebuah usaha untuk melebihsajikan pendapatan-apakah
dengan cara melebihsajikan aset dan pendapatan atau pun dengan
menghapus liabilitas dan beban-beban, serta juga dengan sengaja
mengurangsajikan laba.
 Meskipun jarang ditemukan, ada juga beberapa kasus penting terkait
kecurangan dalam laporan keuangan melibatkan pengungkapan yang tidak
memadai.

Kecurangan dalam Laporan Keuangan


 Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan pencurian
atas aset milik suatu entitas. Dalam banyak kasus, namun tidak
semuanya, jumlah nominal yang terlibat tidak material terhadap laporan
keuangan. Namun demikian, pencurian aset perusahaan sering kali
menjadi perhatian penting manajemen, tanpa melihat tingkat
materialitasnya, karena pencurian- pencurian kecil dapat dengan mudah
meningkat ukurannya setiap saat.
 Istilah penyalahgunaan aset seringkali digunakan untuk mengacu pada
pencurian yang dilakukan oleh pegawai dan pihak-pihak internal lainnya di
dalam suatu organisasi.

Penyalahgunaan Aset
KONDISI-KONDISI YANG MENYEBABKAN
KECURANGAN
 Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam
laporan keuangan dan penyalahgunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam
PSA 70 (SA 316), yang dinamakan segitiga kecurangan (fraud triangle).
 Pertama, Tekanan (Pressure) yaitu insentif yang mendorong orang
melakukan kecurangan karena tuntutan gaya hidup,
ketidakberdayaan dalam soal keuangan, perilaku gambling,
mencoba-coba untuk mengalahkan sistem dan ketidakpuasan kerja.
Tekanan ini sesungguhnya mempunyai dua bentuk yaitu nyata
(direct) dan persepsi (indirect).
 Kedua, Kesempatan (Oppotunity) yaitu peluang yang
menyebabkan pelaku secara leluasa dapat menjalankan aksinya
yang disebabkan oleh kontrol yang lemah, ketidakdisplinan,
kelemahan dalam mengakses informasi, tidak ada mekanisme
audit, dan sikap apatis.
 Ketiga, Rasionalisasi (Rationalization) yaitu sikap yang
ditunjukkan oleh pelaku dengan melakukan justifikasi atas
perbuatan yang dilakukan. Hal ini merujuk pada sikap, karakter atau
sistem nilai yang dianut oleh pelakunya.
PENILAIAN RISIKO KECURANGAN
Faktor Lingkungan
Perusahaan
FAKTOR PENILAIAN
RESIKO
Faktor Internal

Pemimpin

FRAUD RISK
ASSESMENT RISIKO PENILAIAN
Tim
PRAKTIK TERBAIK

Frekuensi dan
Alignment dengan
Keuangan

DAFTAR PERIKSA
Checklist Skema
DAN DOKUMENTASI
Fraud
RISIKO
Faktor penilaian risiko
1. Faktor lingkungan perusahaan
• Untuk industri yang lebih rentan terhadap penipuan, entitas dalam industri tersebut jelas memiliki risiko yang lebih besar
dari penipuan.
• Penilaian risiko juga harus mempertimbangkan ekonomi saat ini. Di saat yang tepat, orang mencuri; Di masa buruk, orang
mencuri lebih banyak.
• Selain itu, kearifan konvensional di antara anggota komunitas audit dan keamanan menunjukkan bahwa organisasi yang
paling rentan adalah mereka yang memiliki manajemen, akuntansi, dan kontrol keamanan terlemah. Organisasi yang lebih
rentan terhadap kecurangan dan penyalahgunaan pekerjaan karyawan juga dapat dibedakan dari yang kurang rentan oleh
perbedaan lingkungan dan budaya.

2. Faktor Internal 3. Faktor penipuan


• Gagal menciptakan budaya yang jujur Untuk kecurangan laporan keuangan, jelas eksekutif
• Kegagalan untuk mengartikulasikan dan mengkomunikasikan entitas adalah calon penipu yang paling mungkin terjadi
standar minimum kinerja dan perilaku pribadi dan dengan demikian penilaian risiko harus mencakup
• Orientasi dan pelatihan yang tidak memadai individu tersebut. Untuk penyalahgunaan aset,
• Kebijakan perusahaan yang tidak memadai karyawan yang berada dalam posisi terpercaya
• Gagal menasihati dan mengambil tindakan administratif cenderung menjadi pelakunya. Untuk korupsi, itu
• Ambiguitas dalam peran pekerjaan, tugas, tanggung jawab, dan mungkin sama tapi mencakup seseorang di luar entitas
bidang pertanggungjawaban yang bekerja dengan seseorang di dalam - karakteristik
• Kurangnya audit, inspeksi, dan tindak lanjut berkala atau periodik unik dari skema korupsi.
RISIKO PENILAIAN PRAKTIK TERBAIK
(Risk Assessment Best Practices)
 Dalam rangka mengembangkan penilaian risiko yang efektif, manajemen harus
menggunakan pendekatan formal daripada pendekatan ad hoc. Menurut Singleton &
Singleton (2010), pendekatan termasuk orang dan proses, yaitu sebagai berikut.

Pemimpin Nilai seseorang yang berpengalaman dan terbukti efektif dalam menilai risiko
yang terkait dengan fungsi penilaian risiko tidak dapat dilebih-lebihkan. Tidak
ada dukungan dari komite audit dan / atau direksi perusahaan.

Tim Tim harus dipilih dengan hati-hati. Meskipun harus mulai dengan pihak internal
yang ahli atau konsultan, namun perlu disertakan pula pihak-pihak entitas
secara menyeluruh.

Frekuensi dan Penilaian risiko secara formal dalam suatu entitas harus dilakukan secara
Keselarasan rutin, mungkin setiap 12 sampai 24 bulan sekali. Frekuensi tahunan akan
dengan memungkinkan penilaian risiko fraud untuk menyelaraskan dengan
Keuangan perencanaan keuangan jangka waktu pelaporan keuangan.
DAFTAR PERIKSA DAN DOKUMENTASI
RISIKO
 Checklist dirancang untuk membantu akuntan dalam menilai dan
mengelola risiko fraud dalam organisasi mereka. Checklist ini
dimaksudkan untuk penggunaan umum saja. Sedangkan penggunaan
checklist membantu memastikan faktor yang dianggap memadai,
menggunakan checklist tidak menjamin pencegahan penipuan atau
deteksi. Checklist juga tidak dimaksudkan sebagai pengganti audit
atau prosedur yang sama. Jika pencegahan penipuan adalah
dianggap sebagai perhatian penting, penilaian yang sistematis yang
melampaui checklist harus dilakukan.
Fraud Schemes Risk Checklist
Controls Business
Fraud Schemes Inherent Risk Residual Risk Red Flags
Assessment Processes
General antifraud          
Fraudulent statements          

Financial:          
Overstate revenues          
Timing differences          
Fictitious revenues          
Concealed liabilities          

Improper disclosures          

Improper asset valuation          

Asset/revenue understated          
 Inherent Risk
 Tim harus menentukan apa risiko yang melekat dalam skema fraud ini pada entitas atau bisnis ini proses.
Penilaian bisa menjadi probabilitas (1 sampai 100 persen) atau hanya rendah, sedang, atau berisiko tinggi.
Sejumlah faktor yang dapat dipertimbangkan di sini, beberapa di antaranya adalah industri, strategi, volatilitas
pasar, dan struktur organisasi.
 Controls Assessment
 Auditor dan orang penting lainnya dalam tim harus menentukan kontrol apa untuk mengurangi skema fraud
tertentu. Penilaian tentu saja harus sesuai dengan metode untuk menilai risiko yang melekat (persentase atau
tingkat). Salah satu anggota tim harus dapat mengevaluasi kelemahan pengendalian internal dan risiko.
 Residual Risk
 Sebuah fungsi matematika sederhana mengurangi tingkat mitigasi kontrol dari inherent risk sehingga akan
meninggalkan residual risk. Residual Risk pasti akan memerlukan salah satu dari dua tanggapan: tidak ada
tindakan, karena risiko yang tersisa diterima, atau tindakan untuk mengurangi atau memulihkan melalui
pencegahan atau deteksi prosedur tambahan. Respon yang diambil harus didokumentasikan dan dilacak dari
waktu ke waktu, sebagian untuk menentukan kemampuan entitas dalam mengukur dan mengelola risiko.
 Business processes
 Kolom ini adalah kolom notasi untuk mengidentifikasi proses bisnis (yaitu, penerimaan kas, penggajian, dll) yang
terlibat dengan skema fraud. Pemilik proses bisnis harus mendokumentasikan pihak yang bertanggung jawab
dan, jika diterapkan, untuk menanggapi residual risk yang tidak dapat diterima.
 Red Flags
 Disini tim akan mengidentifikasi red flags yang bisa dikaitkan dengan skema. Dokumentasi ini adalah titik awal
untuk prosedur pencegahan fraud atau pendeteksian.
Pengawasan Tata Kelola Perusahaan Untuk Mengurangi
Resiko Kecurangan

 Manajemen bertanggungjawab untuk  Panduan tersebut mengidentifikasikan


menerapkan tata kelola perusahaan dan tiga elemen berikut untuk mencegah,
prosedur pengendalian untuk mengantisipasi dan mendeteksi
meminimalisasikan risiko kecurangan, yang kecurangan.
dapat dikurangi melalui kombinasi antara
 1.      Budaya kejujuran dan etika yang
tindakan pencegahan, antisipasi dan
pendekteksian. Untuk membantu
bernilai tinggi.
manajemen dan dewan direksi dalam  2.      Tanggung jawab manajemen untuk
menjalankan usaha-usaha anti kecurangan, mengevaluasi risiko-risiko kecurangan.
AICPA, bekerjasama dengan beberapa  3.      Pengawasan dari komite audit.
organisasi profesi terkait,
menerbitkan Program dan pengendalian
antikecurangan bagi Manajemen: Panduan
untuk Membantu Mencegah, Mengantisipasi
dan Mendeteksi Kecurangan.
1. Budaya Kejujuran dan Etika yang Bernilai Tinggi

      Riset menunjukkan bahwa cara yang paling efektif untuk mencegah kecurangan
dan mengantisipasinya adalah dengan menerapkan program-program dan
pengendalian-pengendalian anti kecurangan yang berdasarkan pada nilai-nilai utama
yang dianut oleh perusahaan.
Menciptakan suatu budaya kejujuran dan etika yang bernilai tinggi mencakup enam elemen
berikut ini:

Teladan dari Pemimpin. Manajemen dan dewan direksi bertanggung jawab untuk memberikan
teladan dalam perilaku yang beritika dalam perusahaan. Kejujuran dan intregitas dari manajemen
mendorong kejujuran yang integritas pada seluruh pegawai dalam organisasi tersebut. Teladan
dari pemimpin berdasarkan kejujuran dan integritas memberikan dasar dapat dikembangkan kode
etik yang lebih terperinci untuk memberikan panduan khusus mengenai perilaku yang
diperbolehkan dan dilarang.
Menciptakan lingkungan kerja yang positif. Penelitian yang menunjukkan bahwa perbuatan
salah lebihjarang terjadi ketika para pegawai memiliki perasaan positif mengenai pemberi kerjanya
dibandingkan ketika mereka merasa bahwa mereka teraniaya, terancam dan terabaikan. Para
pegawai juga harus bias mendapatkan nasihat secara internal sebelum mereka mengabil
keputusan-keputusan yang memiliki implikasi hukum atau etika.
Memperkerjakan dan Mempromosikan Pegawai yang Tepat. Agar berhasil mencgah
kecurangan,perusahaan yag sudah bekerja dengan baik harus menerapkan kebijakan pemilihn
yang efektifuntuk mengurangi kemungkinan empekerjakan dan mempromosika orang-orang yang
memiliki tngkat kejujuran yang rendah, khususnya untuk mereka yang memegang posisi-posisi
penting. Kebijakan tersebut dapat mencakup pengecekan terhadp latar belakang kandidat yang
akan dipekerjakan atau yan akan dipromosikan untuk posisi penting.
Pelatihan. Semua pgawai bau harus terlebih dahulu dilatih tntang ekspektasi perusahaan
terhadap perilaku etika para pegawainya. Pelatihan mengenai kewaspadaan terhadap
kcurangan harus disesuaikan dengan tanggung jawab spesifik pegawai.

Konfirmasi. Konfirmasi membantu menegakkan kebijakan kode etik dan juga membantu


mencegah para pegawai untuk melakukan kecurangan atau pelanggaran etika lainnya.
Dengan menindaklanjuti pengakuan-pengakuan dan tidak ada balasan, maka auditor
internal atau lainnya dpat mengungkpkan masalah-masalah penting.

Disiplin. Pera pegawai harus mengetahui bahwa mereka harus bertanggung jawab jika
mereka tidak mematuhi kode tik perusahaan. Pemberian hukuman atas pelanggaran kode
etik, tanpa mempertimbangkan jenjang pegawai yang dilakukan tindakan tersebut,
memberikan pesan yang jelas pada semua pegawai bahwa kepatuhan terhadap kode etik
dan standar etika lainnya sangat penting dan diharapkan.
Tanggung Jawab Manajemen Untuk Mengevaluasi Resiko-Resiko Kecurangan

Kecurangan tidak dapat terjadi tanpa adanya kesempatan yang terbuka untuk melakukan dan
menutupi tindakan tersebut. manajemen bertanggung jawab untuk mengedintfikasi dan mengukur
resiko kecurangan, dan mengawasi pengendalian internal yang dapat mencegah dan mendeteksi
kecurangan.
Mengidentifikasi dan mengukur risiko kecurangan pengawasan yang efektif akan kecurangan
dimulai dengan pengakuan manajemen bahwa kecurangan mungkin terjadi, dan hampir semua
pegawai sanggup melakukan tindakan yang tidak jujur bila situasinya memungkinkan. Mengurangi
risiko kecurangan manajemen bertanggung jawab untuk merancang dan mengimplementasikan
program serta pengendalian untuk mengurangi risiko kecurangan, dan dapat mengubah aktivitas
serta proses bisnis yang rentan terhadap kecurangan untuk mengurangi insentif dan kesempatan
untuk melakukan kecurangan. Memantau program dan pengendalian serta pencegahan
kecurangan audit internal memainkan peran yang penting dalam memantau aktivitas
untuk memastikan bahwa program dan pengendalian anti kecurangan telah berjalan.efektif.
Mereka akan membantu mendeteksi kecurangan dengan melaksanakan prosedur audit yang
dapat mengungkapkan pelaporan keuangan yang curang serta penyalahgunaan aktiva.
Pengawasan oleh Komite Audit

Komite audit mengemban tanggung jawab utama mengawasi pelaporan


keuangan serta proses pengendalian internal organisasi. Komite audit
juga membantu menciptakan “tone at the top” yang efektif tentang pentingnya
kejujuran den perilaku etis dengan mendukung toleransi nol manajemen terhadap
kecurangan. Komite audit memainkan peran yang penting dalam menetapkan
tone at the top yang tepat, serta dalam mengawasi tindakan manajemen.
MERESPON RISIKO KECURANGAN

 Apabila risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan


oleh kecurangan terindikasi, auditor pertama-tama harus
mendiskusikan temuan tersebut dengan manajemen
meminta pandangan manajemen tentang potensi
kecurangan dan adanya rancangan pengendalian untuk
mencegah dan mendeteksi kesalahan penyajian material.
Respon Auditor Terhadap Kecurangan
1. Mengubah pelaksanaan audit secara keseluruhan
2. Merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk
menangani risiko kecurangan
3. Merancang dan melaksanakan prosedur untuk
menangani pengabaian pengendalian oleh manajemen
3 prosedur untuk mengendalikan risiko pengabaian
pengendalian oleh manajemen, yaitu :
• Memeriksa ayat jurnal dan penyesuaian lainnya untuk mencari
bukti salah saji yang mungkin akibat kecurangan
• Mereview estimasi akuntansi untuk mengetahui adanya hal
bias
• Mengevaluasi dasar pemikiran bisnis untuk transaksi tidak
biasa yang signifikan
Kondisi yang harus diwaspadai auditor saat
melakukan audit
 Perbedaan dalam catatan akuntansi
 Bukti audit yang bertentangan atau hilang
 Hubungan yang serba salah atau tidak biasa antara auditor dan manajemen
 Hasil dari prosedur substantif atau prosedur analitis pada tahap review akhir
yang mengindikasikan risiko kecurangan yang sebelumnya tidak diketahui
 Jawaban yang tidak jelas atau tidak masuk akal atas pertanyaan yang
diajukan selama audit atau yang menghasilkan bukti yang tidak konsisten
dengan informasi lainnya
BIDANG-BIDANG RESIKO YANG SPESIFIK + TANGGUNG JAWAB
BILA DICURIGAI ADA KECURANGAN

 BIDANG-BIDANG RESIKO YANG SPESIFIK


Hal ini bergantung pada industri dari klien, ada beberapa akun
yang sangatlah rentan terhadap adanya suatu pencurian atau
manipulasi. Seorang auditor harus memiliki pengetahuan
mengenai tanda-tanda peringatan dan teknik pendeteksian
kecurangan agar dapat melakukan identifikasi atas salah saji
yang diakibatkan oleh adanya kecurangan
A. Risiko Kecurangan dalam Pendapatan dan Piutang
Usaha
Dua akun dalam suatu entitas yang rentan terhadap
manipulasi dan pencurian adalah akun piutang dan
pendapatan. Hal ini dibuktikan oleh studi yang dilakukan oleh
COSO yang menemukan bahwa lebih dari sebagian
kecurangan yang terjadi dalam laporan keuangan itu
melibatkan piutang usaha dan pendapatan. Demikian pula,
sebab penjulan itu sering sekali dilakukan secara tunai atau
cepat dikonversi menjadi kas, dan kas ini juga sangatlah
rentan terhadap adanya pencurian ini.
Risiko Pelaporan Keuangan yang Curang atas Pendapatan

1. Pendapatan Fiktif
Biasanya pelaku berusaha keras untuk menciptakan pendapatan fiktif,
dengan cara menciptakan kebijakanfiktif, serta melibatkan puluhan jumlah karyawan.
2. Pengakuan Pendapatan Prematur
Seringnya, sebuah perusahaan mempercepat waktu untuk melakukan pengakuan
pendapatan untuk memperoleh  target pandapatan serta penjualan. Misalnya saja
perusahaan mengakui pendapatan periode berikutnya  pada periode ini
3. Manipulasi atas Penyesuaian Pendapatan
Penyesuaian yang umumnya digunakan untuk pendapatan adalah menyangkut retur
penjualan serta alokasi dari penjualan. Biasanya perusahaan menyembunyikan retur dari
auditor.  Adapun maksud dari tindakan ini adalah agar penjualan dan
pendapatan menjadi lebih besar. Selain itu, perusahaan juga biasanya mengecilkan
beban tagihan macet, dengan cara mengecilkan alokasi dari piutang ragu-ragu. Hal ini
dilakukan sebab alokasi tersebut berkaitan dengan umurpiutang, perusahaan mengubah
umur piutang sehingga menjadi tampak lebih muda.
 Tanda-Tanda Peringatan Kecurangan Pendapatan
Terdapat banyak gejala atau tanda peringatakan yang memberikan
indikasi adanya kecurangan terhadap pendapatan. Namun demikian, ada
dua tanda yang sangat bermanfaat bagi auditor untuk mengetahui
adanya kecurangan terhadap pendapatan, antara lain:
1. Prosedur Analitis
Pada prosedur ini sering kali memberikan isyarat bahwa terdapat
kecurangan. Adapun prosedur analitis yang sering digunakan untuk
menemukan terjadinya kecurangan yakni “persentase laba kotor” serta
“perputaran piutang”. 
2. Perbedaan Dokumenter
Pada transaksi fiktif jarang sekali memiliki tingkat bukti dokumenter yang
sama seperti dalam  transaksi yang sah atau legal. Sebagai
contoh ketidak-detilan dari transaksi fiktif yang tidak bisa menyamai
transaksi legal dari segi detail bukti dokumenter.
 Penyalahgunaan Penerimaan Kas
Walaupun penyalahgunaan dari penerimaan dari kas sangatlah jarang sematerial dari pelaporan
dari pendapatan yang mengalami kecurangan. Namun, kecurangan yang semacam ini dapat
berdampak buruk terhadap suatu organisasi, sebabaktiva dapat langsung hilang.
1.         Kelalaian Mencatat Penjualan
Merupakan salah satu bentuk kecurangan yang paling susah dideteksi adalah ketika penjualan
itu tidak dicatat dan kemudian kas dari penjualan tersebut dicuri. Kecurangan ini mudah untuk
dideteksi apabila barang yang dikirim kepada customer secara kredit.
2.         Pencurian Penerimaan Kas Setelah Penjualan Dicatat
Kecurangan ini akan mudah ditemukan setelah auditor membandingkan antara kas diterima
dengan catatan penjualan. Namun, bisa saja pelaku kecurangan ini melakukan hal-hal berikut:
Mencatat retur penjualan ataupun pengurangan harga;
Melakukan penghapusan terhadap rekening  pelanggan; dan
Melakukan lapping atau  mencatat pembayaran pelanggan satu ke akun
pelanggan yang lainnya
 Tanda-Tanda Peringatan atas Penyalahgunaan Pendapatan dan Penerimaan Kas
Bentuk kecurangan seperti pencurian penjualan serta penerimaan kas  terkait yang nilainya
relatif kecil bisa dicegah dan dideteksi dengan pengendalian internal. Namun, untuk mendeteksi
adanya kecurangan yang lebih besar dapat dilakukan dengan prosedur analitis dan
perbandingan lainnya.
B. Risiko Kecurangan Persediaan
 Persediaan merupakan akun terbesar dalam neraca pada banyak perusahaan yang rentan
terhadap manipulasi manajer yang menginginkan tujuan lain dari pelaporan keuangan. Hal ini
disebabkan karena biasa persediaan dalam keadaan siap jual, sehingga rentan sekali
terhadap adanya pnyalahgunaan atau penyelewengan
 
 Risiko Pelaporan Keuangan yang Curang Untuk Persediaan
Persediaan fiktif adalah salah satu kecurangan yang dilakukan pada banyak perusahaan besar.
Mereka memiliki persediaan dengan jumlah banyak dan beragam pada lokasi-lokasi tertentu
sehingga menyebabkan perusahan dengan mudah melakukan penambahan persediaan fiktif
pada catatan akuntansi.
 
 Tanda-Tanda Peringatan Kecurangan Persediaan
Banyak gejala yang berpotensi menunjukkan adanya kecurangan dalam persediaan. Prosedur
analitis adalah cara yang efektif untuk melakukan pendeteksian terhadap adanya kecurangan
ini.
C. Risiko Kecurangan dalam Pembelian dan Utang Usaha
 Adanya kurang saji yang disengaja atas utang usaha biasanya akan menghasilkan
kurang saji dalam pembelian dan harga pokok penjualan serta lebih saji pada laba bersih.
Beberapa bentuk penyalahgunaan yang signifikan yang melibatkan pembelian misalnya
pembayaran kepada vendor fiktif, suap, seta perjanjian ilegal lainnya dengan pemasok.
 
 Risiko pelaporan Keuangan yang Curang untuk Utang Usaha
Perusahaan tidak mencatat utang usaha sampai dengan periode yang berikutnya, atau
mencatat penurunan secara fiktif dari utang usaha dengan maksud untuk merendahsajikan
utang usaha dan melebihsajikan keuntungan.

 Penyalahgunaan dalam Siklus Akuisisi dan Pembayaran


Suatu kecurangan yang pada umumnya terjadi pada siklus akuisisi adalah si pelaku
melakukan pembayaran ke vendor fiktif serta menyimpan uang tersebut juga dalam
rekening fiktif. Pencegahan terhadap kecurangan ini bisa dilakukan dengan menetapkan
bahwa pembayaran hanya akan dilakukan ke vendor yang yang telah disetujui serta
dengan meneliti segala dokumen yang mendukung akuisisi oleh personil yang berwenang.
D. Bidang-bidang Risiko Kecurangan Lainnya

Walaupun beberapa akun lebih rentan dibandingkan dengan yang lainnya, tapi sebenarnya hampir di semua akun
itu bisa saja dilakukan manipulasi. Ada beberapa akun lain yang memiliki risiko pelaporan keuangan yang curang
atau penyalahgunaan yang spesifik, antara lain:
 Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan akun dalam neraca yang besar bagi banyak perusahaan di mana seringkali dalam
melakukan penilaiannya itu didasarkan secara subjektif. Hal ini mengakibatkan aktiva tetap bisa menjadi sasaran
manipulasi, terutama untuk perusahaan yang tidak mempunyai piutang ataupun persediaan yang material.

 Beban Penggajian
Perusahaan mungkin saja melakukan pencatatan biaya tenaga kerja apabila melebihsajikan persediaan dan laba.
Namun demikian, sebenarnya kecurangan dalam penggajian yang melibatkan penyalahgunaan aktiva itu cukup
umum terjadi walaupun nilai yang terlibat di dalamnya seringkali bersifat tidak material. Ada dua kecurangan yang
umumnya  terjadi antara lain:
Penciptaan pegawai fiktif
Kecurangan ini bisa dicegah dengan melakukan pemisahan sumber daya manusia dengan fungsi penggajian.
Lebih saji jumlah jam kerja karyawan
Kecurangan ini bisa dicegah dengan menggunakan mesin time lock yang merupakan sebuah alat yang digunakan
untuk mencetak jam datang serta jam pulang dari para pegawai atau dengan persetujuan jam kerja.
TANGGUNG JAWAB BILA DICURIGAI ADA
KECURANGAN
 Merespons Salah saji yang Mungkin Ditimbulkan oleh
Kecurangan
Segala salah saji yang ditremukan oleh auditor dalam proses
pengauditan harus dievaluasi guna mengetahui setiap indikasi
dari adanya kecurangan. Jika dicuriga terdapat kecurangan,
maka auditor akan melakukan pengumpulan informasi-informasi
tambahan guna menentukan apakan kecurangan tersebut
memang benar-benar ada ataukah tidak. Auditor seringkali
melakukannya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tambahan yang ditujukan baik kepada manajemen ataupun pihak
lainnya.
Jenis-Jenis Teknik Pengajuan Pertanyaan :
Pengajuan pertanyaan merupakan teknik pengumpulan yang efektif.
Karena dalam melakukan wawancara ini memiliki beberapa tujuan
seperti:
(1) memungkinkan auditor menjernihkan masalah yang tidak
teramati
(2) mengamati respons dari responden baik lisan maupun nonlisan
(3) mengidentifikasi masalah –masalah yang tidak dicantumkan
dalam konfimasi
Ada tiga kategori dalam pengajuan pertanyaan yang dapat
digunakan antara lain:
1. Pengajuan Pertanyaan Informasional (Informational quiry)
Pengajuan pertanyaan ini dilakukan untuk mengetahui tentang detail dan fakta yang belum auditor miliki.
Biasanya pengajuan pertanyaan dalam kategori ini bersifat bersahabat. Dan auditor melakukan pengajuan
pertanyaan dalam kategori ini guna melakukan pengumpulan bukti tindak lanjut tentang program serta
pengendalian atau bukti lain menyangkut salah saji ataupun kecurangan yang terungkap selama proses
pengauditan. 

2. Pengajuan Pertanyaan Penilaian(Assessment Inquiry)


Pengajuan pertanyaan pada kategori ini digunakan untuk menguatkan atau menyangkal informasi
sebelumnya. Biasanya auditor memulainya dengan pertanyaan yang bersifat umum dan terbuka yang nantinya
memungkinkan responden untuk memberikan tanggapan yang terinci yang kemudian ditindaklanjuti dengan
pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya lebih khusus.

3. Pengajuan Pertanyaan Interogratif(Interogative Inquiry)


Pengajuan pertanyaan dalam kategori untuk menyingkap kenyataan dari orang yang diduga menyembunyikan
fakta yang berkaitan dengan kecurangan tersebut. Pengajuan pertanyaan dalam kategori ini bersifat
konfrontasional. Wawancara ini sering menggunakan pertanyaan khusus dan terarah dengan meminta jawaban
“ya” atau tidak dari responden. Dan kategori pengajuan pertanyaan ini harus dilakukan oleh anggota senior
dalam tim audit yang telah berpengalaman dan mengenal berbagai urusan dari klien.
 Mengevaluasi Respons atas Pengajuan Pertanyaan

Seringkali, jawaban pertama dari orang-orang


yang diwawancarai itu menyembunyikan berbagai informasi ya
ng berguna bagi auditor. Namun pertanyaan selanjutnya yang
baik akan mampu  membimbing auditor pada pengungkapan
faktayang berguna
Oleh karena itu, auditor harus memiliki kemampuan-kemampuan berikut:
1. Teknik Menyimak
Ketrampilan ini sangat diperlukan oleh auditor dalam proses pengajuan pertanyaan
kepada pihak-pihak yang berhubungan dalam proses audit, karena seorang auditor
harus terus memperhatikan kontak mata, menganggukkan kepala sebagai tanda
bahwa ia setuju, atau memberikan ekspresi mengenai pemahaman atas apa yang
diceritakan. Kemudian, auditor bisa memanfaatkan saat berdiam diri guna
memikirkan informasi yang telah diberikan dan  melakukan penentuaan prioritas
serta mereview segala informasi yang telah ia terima.

2. Mengamati Petunjuk Perilaku


Auditor yang telah berpengalaman dalam menggunakan teknik wawancara atau
pengajuan pertanyaan akan dapat melakukan evaluasi atas petujuk yang diberikan
oleh respoden baik lisan maupun nonlisan. Adapun kunci untuk mengamati perilaku
subjek adalah dengan melakukan identifikasi kapankah individu tersebut mulai
berubah dari perilaku normalnya
 Tanggung Jawab Lain Apabila Dicurigai Ada Kecurangan
SAS 99 mengharuskan auditor memperoleh bukti tambahan untuk
menentukan apakah kecurangan material memang sudah
terjadi (Arens et al., 2009). Adapun beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk memperoleh bukti tambahan dapat dilakukan
dengan beberapa hal seperti:
1. Analisis denganmenggunakan softwareaudit untuk
menemukan adanya kecurangan.
2. Auditor dapat menggunakan spreedsheet dasar guna
melaksanakan prosedur  analitis pada tingkat disagregat
3. Auditor dapat memperluas prosedur substantif lainnya untuk
menanggapi adanya kecurangan yang lebih tinggi.
4. Auditor bisa memnfaatkan spesialis guna membantu
mengevaluasi keakuratan serta kelayakan asumsi-asumsi kunci

Anda mungkin juga menyukai