Anda di halaman 1dari 6

LIVIA DELLA RAMANDHANTY

041611333275
PENGAUDITAN – O1

Chapter 10
Assessing and Responding to Fraud Risks

10.1 Types of Fraud


Kecurangan menggambarkan setiap upaya penipuan yang disengaja, yang
dimaksudkan untuk mengambil harta atau hak orang atau pihak lain. Dalam konteks
audit atas laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji laporan
keuangan yang disengaja. Berikut penjelasan tentang perbedaan antara pelaporan
keuangan yang curang dan penyalahgunaan asset:
1. Pelaporan Keuangan yang Curang
Pelaporan keuangan yang curang adalah salah saji atau pengabaian jumlah
atau pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan
itu.
Praktik yang digunakan biasa disebut earnings management (pengaturan
laba) dan income smoothing (perataan laba).
- Pengaturan laba menyangkut tindakan manajemen yang disengaja untuk
memenuhi tujuan laba.
- Perataan laba merupakan salah satu bentuk pengaturan laba di mana
pendapatan dan beban ditukar-tukar di antara periode-periode untuk
mengurangi fluktuasi laba.
o Teknik yang digunakan dengan mengurangi nilai persediaan dan asset lain
perusahaan yang diperoleh pada saat akuisisi, yang menghasilkan laba yang
lebih tinggi ketika asset tersebut nanti dijual.
o Perusahaan juga bisa melebihsajikan cadangan keusangan persediaan dan
penyisihan piutang tak tertagih untuk mengimbangi laba yang lebih tinggi.
2. Penyalahgunaan Aset
Penyalahgunaan (misappropriation) asset adalah kecurangan yang
melibatkan pencurian asset entitas.
Istilah penyalahgunaan atau misapropriasi asset biasanya digunakan untuk
mengacu pada pencurian yang melibatkan pegawai dan orang lain dalam organisasi.
Penyalahgunaan asset biasanya dilakukan pada tingkat hierarki organisasi
yang lebih rendah. Tetapi tidak menutup kemungkinan manajer juga melakukan
penyalahgunaan asset, karena manajemen puncak memiliki kewenangan dan
kendali yang lebih besar atas aktiva organisasi, penyelewengan yang melibatkan
manajemen puncak dapat menyangkut jumlah yang signifikan.
10.2 Conditions for Fraud
Tiga kondisi kecurangan yang berasal dari pelaporan keuangan yang curang dan
penyalahgunaan asset diuraikan dalam SAS 99 (AU 316) yang disebut segitiga
kecurangan (fraud triangle).
1. Insentif/Tekanan. Manajemen atau pegawai lain merasakan insentif atau tekanan
untuk melakukan kecurangan.
2. Kesempatan. Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai
untuk melakukan kecurangan.
3. Sikap/Rasionalisasi. Ada sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang
membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak
jujur, atau mereka berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat
mereka merasionalisasi tindakan yang tidak jujur.

Faktor Risiko untuk Pelaporan Keuangan yang Curang


Pertimbangan yang dilakukan auditor dalam mengungkap kecurangan adalah
mengidentifikasi faktor yang meningkatkan risiko kecurangan (fraud risk factors).
Dalam segitiga kecurangan, pelaporan keuangan yang curang dan penyalahgunaan
asset berbagi tiga kondisi yang sama, tetapi faktor-faktor risikonya berbeda.
1. Insentif/Tekanan
- Insentif yang umum bagi perusahaan untuk memanipulasi laporan keuangan
adalah menurunnya prospek keuangan perusahaan.
2. Kesempatan
- Laporan keuangan semua perusahaan mungkin saja menjadi sasaran
manipulasi, namun risiko bagi perusahaan yang berkecimpung dalam industry
yang melibatkan pertimbangan dan estimasi yang signifikan jauh lebih besar.
- Perputaran personil akuntansi atau kelemahan lain dalam proses akuntansi dan
informasi dapat menciptakan kesempatan terjadinya salah saji.
3. Sikap/Rasionalisasi
- Sikap manajemen puncak terhadap pelaporan keuangan merupakan faktor risiko
yang sangat penting dalam menilai kemungkinan laporan keuangan yang
curang.
- Jika CEO sangat tidak peduli pada proses pelaporan keuangan, seperti terus
mengeluarkan prakiraan yang terlalu optimistic, atau terlalu cemas mengenai
pencapaian prakiraan laba yang dibuat analis, pelaporan keuangan yang curang
lebih mungkin terjadi.
Faktor Risiko untuk Penyalahgunaan Aset
Dalam menilai faktor risiko, penekanan yang lebih besar diberikan pada insentif
dan kesempatan bagi individu untuk melakukan pencurian.
1. Insentif/Tekanan
- Tekanan keuangan adalah dorongan atau insentif yang umum bagi pegawai
yang menyalahgunkan asset.
2. Kesempatan
- Kesempatan mencuri lebih besar di perusahaan yang memiliki kas yang bisa
diakses, atau persediaan atau asset bernilai lainnya, terutama jika asset itu kecil
atau mudah dibawa.
- Dikarenakan pengendalian internal yang lemah serta pemisahan tugas yang
tidak memadai.
- Kecurangan lebih umum terjadi dalam perusahaan kecil dan organisasi nirlaba
karena lebih sulit bagi entitas tersebut untuk mempertahankan pemisahan tugas
yang memadai.
3. Sikap/Rasionalisasi
- Sikap manajemen terhadap pengendalian dan perilaku etis dapat membuat
pegawai serta manajer merasionalisasi pencurian asset.
10.3 Assessiing the Risk of Fraud
Standar auditing memberikan pedoman bagi auditor dalam menilai risiko
kecurangan. Auditor harus mempertahankan tingkat skeptisisme professional ketika
mempertimbangkan serangkaian informasi yang luas, termasuk faktor-faktor risiko
kecurangan, untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan.
1. Skeptisisme Profesional
Standar auditing menyatakan bahwa, dalam melaksanakan skeptisisme
professional, auditor “tidak mengasumsikan bahwa manajemen tidak jujur tetapi
juga tidak mengasumsikan kejujuran absolut.”

- Pikiran yang Selalu Mempertanyakan


Standar auditing menekankan agar mempertimbangkan kerentanan klien
terhadap kecurangan, tanpa mempedulikan bagaimana keyakinan auditor
tentang kemungkinan kecurangan serta kejujuran dan integritas manajemen.
- Evaluasi Kritis atas Bukti Audit
o Auditor harus menyelidiki permasalahannya secara mendalam, memperoleh
bukti tambahan sebagaimana yang diperlukan, dan berkonsultasi dengan
anggota tim lainnya.
o Auditor juga harus berhati-hati jangan sampai merasionalisasikan atau
mengasumsikan salah saji itu adalah kejadian yang berdiri sendiri.
2. Sumber Informasi untuk Menilai Risiko Kecurangan
Lima sumber informasi untuk menilai risiko kecurangan:
1. Komunikasi di antara Tim Audit
Standar auditing mewajibkan tim audit mengadakan diskusi untuk berbagi
wawasan di antara anggota tim audit yang lebih berpengalaman serta untuk
“curah pendapat”.
2. Pengajuan Pertanyaan kepada Manajemen
Pengajuan pertanyaan kepada manajemen dan pihak-pihak lainnya dalam
perusahaan akan membuka kesempatan bagi pegawai untuk menyampaikan
kepada auditor informasi yang dalam kondisi lain mungkin tidak akan
disampaikan. Pengajuan pertanyaan kepada eksekutif dan pegawai lainnya
membuka kesempatan bagi auditor untuk mempelajari berbagai risiko
kecurangan. Jika jawabannya tidak konsisten, auditor harus memperoleh bukti
audit tambahan untuk menjelaskan ketidak konsistenan itu dan untuk
mendukung atau menyangkal penilaian risiko awal.
3. Faktor-faktor Risiko
Auditor harus mengevaluasi apakah faktor risiko kecurangan mengindikasikan
adanya insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan, kesempatan untuk
berbuat curang, atau sikap/rasionaliasi yang digunakan untuk membenarkan
tindakan yang curang.
4. Prosedur Analitis
Auditor harus melaksanakan prosedur analitis selama tahap perencanaan dan
penyelesaian audit untuk membantu mengidentifikasi transaksi atau peristiwa
tidak biasa yang mungkin mengindikasikan adanya salah saji yang material
dalam laporan keuangan.
5. Informasi Lain
Auditor harus mempertimbangkan semua informasi yang sudah diperoleh
dalam setiap tahap atau bagian audit ketika menilai risiko kecurangan.
3. Mendokumentasikan Penilaian Kecurangan
Auditor harus mendokumentasikan hal-hal berikut ini yang berhubungan dengan
pertimbangan auditor mengenai salah saji yang material akibat kecurangan:
- Diskusi antara personil tim penugasan selama tahap perencanaan audit tentang
kerentanan laporan keuangan entitas terhadap kecurangan yang material.
- Prosedur yang ditempuh untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko kecurangan yang material.
- Risiko khusus tentang kecurangan yang material yang sudah teridentifikasi,
serta uraian tentang respons auditor terhadap risiko tersebut.
- Alasan yang mendukung kesimpulan bahwa tidak ada risiko yang signifikan
atas pengakuan pendapatan yang tidak tepat secara material.
- Hasil dari prosedur yang ditempuh untuk menghadapi risiko pengabaian
pengendalian oleh manajemen.
- Kondisi dan hubungan analitis lainnya yang menunjukkan bahwa diperlukan
prosedur auditing tambahan atau respons lainnya, serta tindakan yang diambil
oleh auditor.
- Sifat komunikasi tentang kecurangan yang disampaikan kepada manajemen,
komite audit, atau pihak lainnya.
Setelah risiko kecurangan diidentifikasi dan didokumentasikan, auditor harus
mengevaluasi faktor yang mengurangi risiko kecurangan sebelum mengembangkan
respons yang tepat terhadap risiko kecurangan itu.
10.4 Corporate Governance Oversight to Reduce Fraud Risk
Pedoman yang dikembangkan oleh AICPA mengidentifikasi tiga unsur untuk
mencegah, menghalangi, dan mendeteksi kecurangan:
1. Budaya Jujur dan Etika yang Tinggi
Penciptaan budaya jujur dan etika yang tinggi meliputi enam unsur:
a. Menetapkan Tone at the Top
Kejujuran dan integritas manajemen akan memperkuat kejujuran serta integritas
karyawan di seluruh organisasi.
b. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Positif
Tempat kerja yang positif dapat mendongkrak semangat karyawan, yang dapat
mengurangi kemungkinan karyawan melakukan kecurangan terhadap
perusahaan.
c. Mempekerjakan dan Mempromosikan Pegawai yang Tepat
Agar berhasil mencegah kecurangan, perusahaan yang dikelola dengan baik
mengimplementasikan kebijakan penyaringan yang efektif untuk mengurangi
kemungkinan mempekerjakan dan mempromosikan orang-orang yang tingkat
kejujurannya rendah, terutama yang akan menduduki jabatan penting.
d. Pelatihan
Semua pegawai baru harus dilatih tentang ekspektasi perusahaan menyangkut
perilaku etis pegawai.
e. Konfirmasi
Perusahaan mengharuskan pegawainya untuk secara periodic
mengonfirmasikan tanggung jawabnya mematuhi kode perilaku.
f. Disiplin
Pegawai harus mengetahui bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban
jika tida mengikuti kode perilaku perusahaan.
2. Tanggung Jawab Manajemen untuk Mengevaluasi Risiko Kecurangan
- Mengidentifikasi dan Mengukur Risiko Kecurangan
Pengawasan yang efektif atas kecurangan dimulai dengan pengakuan
manajemen bahwa kecurangan mungkin terjadi, dan hampir semua pegawai
sanggup melakukan perbuatan tidak jujur bila situasinya memungkinkan.
- Mengurangi Risiko Kecurangan
Manajemen bertanggung jawab merancang dan mengimplementasikan
program serta pengendalian untuk mengurangi risiko kecurangan, dan dapat
mengubah aktivitas serta proses bisnis yang rentan terhadap kecurangan demi
mengurangi insentif dan kesempatan untuk melakukan kecurangan.
- Memantau Program dan Pengendalian Pencegahan Kecurangan
Untuk bidang yang risiko kecurangannya tinggi, manajemen harus
mengevaluasi secara periodic apakah program dan pengendalian anti
kecurangan yang tepat telah diimplementasikan serta berjalan efektif.
Audit internal memainkan peran yang penting dalam memantau
aktivitas untuk memastikan bahwa program dan pengendalian anti kecurangan
telah berjalan efektif.
3. Pengawasan oleh Komite Audit
Komite audit mengemban tanggung jawab utama mengawasi pelaporan keuangan
serta proses pengendalian internal organisasi.
10.5 Responding to the Risk of Fraud
Respon auditor terhadap risiko kecurangan meliputi:
1. Mengubah pelaksanaan audit secara keseluruhan
Auditor dapat memilih di antara beberapa respons secara keseluruhan bila risiko
kecurangan meningkat. Jika risiko salah saji akibat kecurangan meningkat, personil
yang lebih berpengalaman dapat ditugaskan dalam audit itu.
2. Merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk menangani risiko kecurangan
Prosedur audit yang tepat yang digunakan untuk menangani risiko
kecurangan tertentu tergantung pada akun yang diaudit dan jenis risiko kecurangan
yang diidentifikasi.
3. Merancang dan melaksanakan prosedur untuk menangani pengabaian
pengendalian oleh manajemen
Ada tiga prosedur untuk menangani risiko pengabaian oleh manajemen yang harus
dilaksanakan dalam setiap audit:
1. Memeriksa ayat jurnal dan penyesuaian lainnya untuk mencari bukti salah saji
yang mungkin akibat kecurangan
Kecurangan sering timbul dari penyesuaian jumlah yang dilaporkan
dalam laporan keuangan, meskipun pengendalian internal yang ada berjalan
efektif selama proses pencatatan selebihnya.
2. Mereview estimasi akuntansi untuk mengetahui adanya bias
Auditor harus memperhitungkan potensi bias manajemen ketika
mereview estimasi tahun berjalan. Auditor juga harus “menengok ke belakang”,
dan melihat estimasi tahun sebelumnya yang signifikan guna mengidentifikasi
setiap perubahan proses perusahaan atau pertimbangan dan asumsi manajemen
yang mungkin mengindikasikan potensi bias.
Standar akuntansi semakin mengharuskan agar asset dicatat pada nilai
wajarnya. Meskipun nilai pasar dapat dtentukan untuk beberapa asset,
penentuan nilai wajar sering kali tergantung pada estimasi dan pertimbangan,
yang menciptakan peluang manipulasi.
3. Mengevaluasi dasar pemikiran bisnis untuk transaksi tidak biasa yang
signifikan
Standar auditing lebih berfokus pada pemahaman yang melandasi dasar
pemikiran bisnis untuk transaksi tidak biasa yang signifikan, yang mungkin
berasa di luar lini bisnis normal perusahaan ketimbang yang disyaratkan pada
tahun sebelumnya.
4. Memutakhirkan Proses Penilaian Risiko
Auditor harus mewaspadai kondisi-kondisi berikut ketika melakukan audit:
- Perbedaan dalam catatan akuntansi
- Bukti audit yang bertetangan atau hilang
- Hubungan yang serba salah atau tidak biasa antara auditor dan manajemen
- Hasil dari prosedur substantive atau prosedur analitis pada tahap review akhir
yang mengindikasikan risiko kecurangan yang sebelumnya tidak diketahui.
- Jawaban yang tidak jelas atau tidak masuk akal atas pertanyaan yang diajukan
selama audit atau yang menghasilkan bukti yang tidak konsisten dengan
informasi lainnya.

Anda mungkin juga menyukai