Chapter 10 Assessing and Responding to Fraud Risks
10.1 Types of Fraud
Kecurangan menggambarkan setiap upaya penipuan yang disengaja, yang dimaksudkan untuk mengambil harta atau hak orang atau pihak lain. Dalam konteks audit atas laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji laporan keuangan yang disengaja. Berikut penjelasan tentang perbedaan antara pelaporan keuangan yang curang dan penyalahgunaan asset: 1. Pelaporan Keuangan yang Curang Pelaporan keuangan yang curang adalah salah saji atau pengabaian jumlah atau pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan itu. Praktik yang digunakan biasa disebut earnings management (pengaturan laba) dan income smoothing (perataan laba). - Pengaturan laba menyangkut tindakan manajemen yang disengaja untuk memenuhi tujuan laba. - Perataan laba merupakan salah satu bentuk pengaturan laba di mana pendapatan dan beban ditukar-tukar di antara periode-periode untuk mengurangi fluktuasi laba. o Teknik yang digunakan dengan mengurangi nilai persediaan dan asset lain perusahaan yang diperoleh pada saat akuisisi, yang menghasilkan laba yang lebih tinggi ketika asset tersebut nanti dijual. o Perusahaan juga bisa melebihsajikan cadangan keusangan persediaan dan penyisihan piutang tak tertagih untuk mengimbangi laba yang lebih tinggi. 2. Penyalahgunaan Aset Penyalahgunaan (misappropriation) asset adalah kecurangan yang melibatkan pencurian asset entitas. Istilah penyalahgunaan atau misapropriasi asset biasanya digunakan untuk mengacu pada pencurian yang melibatkan pegawai dan orang lain dalam organisasi. Penyalahgunaan asset biasanya dilakukan pada tingkat hierarki organisasi yang lebih rendah. Tetapi tidak menutup kemungkinan manajer juga melakukan penyalahgunaan asset, karena manajemen puncak memiliki kewenangan dan kendali yang lebih besar atas aktiva organisasi, penyelewengan yang melibatkan manajemen puncak dapat menyangkut jumlah yang signifikan. 10.2 Conditions for Fraud Tiga kondisi kecurangan yang berasal dari pelaporan keuangan yang curang dan penyalahgunaan asset diuraikan dalam SAS 99 (AU 316) yang disebut segitiga kecurangan (fraud triangle). 1. Insentif/Tekanan. Manajemen atau pegawai lain merasakan insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan. 2. Kesempatan. Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan kecurangan. 3. Sikap/Rasionalisasi. Ada sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan yang tidak jujur.
Faktor Risiko untuk Pelaporan Keuangan yang Curang
Pertimbangan yang dilakukan auditor dalam mengungkap kecurangan adalah mengidentifikasi faktor yang meningkatkan risiko kecurangan (fraud risk factors). Dalam segitiga kecurangan, pelaporan keuangan yang curang dan penyalahgunaan asset berbagi tiga kondisi yang sama, tetapi faktor-faktor risikonya berbeda. 1. Insentif/Tekanan - Insentif yang umum bagi perusahaan untuk memanipulasi laporan keuangan adalah menurunnya prospek keuangan perusahaan. 2. Kesempatan - Laporan keuangan semua perusahaan mungkin saja menjadi sasaran manipulasi, namun risiko bagi perusahaan yang berkecimpung dalam industry yang melibatkan pertimbangan dan estimasi yang signifikan jauh lebih besar. - Perputaran personil akuntansi atau kelemahan lain dalam proses akuntansi dan informasi dapat menciptakan kesempatan terjadinya salah saji. 3. Sikap/Rasionalisasi - Sikap manajemen puncak terhadap pelaporan keuangan merupakan faktor risiko yang sangat penting dalam menilai kemungkinan laporan keuangan yang curang. - Jika CEO sangat tidak peduli pada proses pelaporan keuangan, seperti terus mengeluarkan prakiraan yang terlalu optimistic, atau terlalu cemas mengenai pencapaian prakiraan laba yang dibuat analis, pelaporan keuangan yang curang lebih mungkin terjadi. Faktor Risiko untuk Penyalahgunaan Aset Dalam menilai faktor risiko, penekanan yang lebih besar diberikan pada insentif dan kesempatan bagi individu untuk melakukan pencurian. 1. Insentif/Tekanan - Tekanan keuangan adalah dorongan atau insentif yang umum bagi pegawai yang menyalahgunkan asset. 2. Kesempatan - Kesempatan mencuri lebih besar di perusahaan yang memiliki kas yang bisa diakses, atau persediaan atau asset bernilai lainnya, terutama jika asset itu kecil atau mudah dibawa. - Dikarenakan pengendalian internal yang lemah serta pemisahan tugas yang tidak memadai. - Kecurangan lebih umum terjadi dalam perusahaan kecil dan organisasi nirlaba karena lebih sulit bagi entitas tersebut untuk mempertahankan pemisahan tugas yang memadai. 3. Sikap/Rasionalisasi - Sikap manajemen terhadap pengendalian dan perilaku etis dapat membuat pegawai serta manajer merasionalisasi pencurian asset. 10.3 Assessiing the Risk of Fraud Standar auditing memberikan pedoman bagi auditor dalam menilai risiko kecurangan. Auditor harus mempertahankan tingkat skeptisisme professional ketika mempertimbangkan serangkaian informasi yang luas, termasuk faktor-faktor risiko kecurangan, untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan. 1. Skeptisisme Profesional Standar auditing menyatakan bahwa, dalam melaksanakan skeptisisme professional, auditor “tidak mengasumsikan bahwa manajemen tidak jujur tetapi juga tidak mengasumsikan kejujuran absolut.”
- Pikiran yang Selalu Mempertanyakan
Standar auditing menekankan agar mempertimbangkan kerentanan klien terhadap kecurangan, tanpa mempedulikan bagaimana keyakinan auditor tentang kemungkinan kecurangan serta kejujuran dan integritas manajemen. - Evaluasi Kritis atas Bukti Audit o Auditor harus menyelidiki permasalahannya secara mendalam, memperoleh bukti tambahan sebagaimana yang diperlukan, dan berkonsultasi dengan anggota tim lainnya. o Auditor juga harus berhati-hati jangan sampai merasionalisasikan atau mengasumsikan salah saji itu adalah kejadian yang berdiri sendiri. 2. Sumber Informasi untuk Menilai Risiko Kecurangan Lima sumber informasi untuk menilai risiko kecurangan: 1. Komunikasi di antara Tim Audit Standar auditing mewajibkan tim audit mengadakan diskusi untuk berbagi wawasan di antara anggota tim audit yang lebih berpengalaman serta untuk “curah pendapat”. 2. Pengajuan Pertanyaan kepada Manajemen Pengajuan pertanyaan kepada manajemen dan pihak-pihak lainnya dalam perusahaan akan membuka kesempatan bagi pegawai untuk menyampaikan kepada auditor informasi yang dalam kondisi lain mungkin tidak akan disampaikan. Pengajuan pertanyaan kepada eksekutif dan pegawai lainnya membuka kesempatan bagi auditor untuk mempelajari berbagai risiko kecurangan. Jika jawabannya tidak konsisten, auditor harus memperoleh bukti audit tambahan untuk menjelaskan ketidak konsistenan itu dan untuk mendukung atau menyangkal penilaian risiko awal. 3. Faktor-faktor Risiko Auditor harus mengevaluasi apakah faktor risiko kecurangan mengindikasikan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan, kesempatan untuk berbuat curang, atau sikap/rasionaliasi yang digunakan untuk membenarkan tindakan yang curang. 4. Prosedur Analitis Auditor harus melaksanakan prosedur analitis selama tahap perencanaan dan penyelesaian audit untuk membantu mengidentifikasi transaksi atau peristiwa tidak biasa yang mungkin mengindikasikan adanya salah saji yang material dalam laporan keuangan. 5. Informasi Lain Auditor harus mempertimbangkan semua informasi yang sudah diperoleh dalam setiap tahap atau bagian audit ketika menilai risiko kecurangan. 3. Mendokumentasikan Penilaian Kecurangan Auditor harus mendokumentasikan hal-hal berikut ini yang berhubungan dengan pertimbangan auditor mengenai salah saji yang material akibat kecurangan: - Diskusi antara personil tim penugasan selama tahap perencanaan audit tentang kerentanan laporan keuangan entitas terhadap kecurangan yang material. - Prosedur yang ditempuh untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kecurangan yang material. - Risiko khusus tentang kecurangan yang material yang sudah teridentifikasi, serta uraian tentang respons auditor terhadap risiko tersebut. - Alasan yang mendukung kesimpulan bahwa tidak ada risiko yang signifikan atas pengakuan pendapatan yang tidak tepat secara material. - Hasil dari prosedur yang ditempuh untuk menghadapi risiko pengabaian pengendalian oleh manajemen. - Kondisi dan hubungan analitis lainnya yang menunjukkan bahwa diperlukan prosedur auditing tambahan atau respons lainnya, serta tindakan yang diambil oleh auditor. - Sifat komunikasi tentang kecurangan yang disampaikan kepada manajemen, komite audit, atau pihak lainnya. Setelah risiko kecurangan diidentifikasi dan didokumentasikan, auditor harus mengevaluasi faktor yang mengurangi risiko kecurangan sebelum mengembangkan respons yang tepat terhadap risiko kecurangan itu. 10.4 Corporate Governance Oversight to Reduce Fraud Risk Pedoman yang dikembangkan oleh AICPA mengidentifikasi tiga unsur untuk mencegah, menghalangi, dan mendeteksi kecurangan: 1. Budaya Jujur dan Etika yang Tinggi Penciptaan budaya jujur dan etika yang tinggi meliputi enam unsur: a. Menetapkan Tone at the Top Kejujuran dan integritas manajemen akan memperkuat kejujuran serta integritas karyawan di seluruh organisasi. b. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Positif Tempat kerja yang positif dapat mendongkrak semangat karyawan, yang dapat mengurangi kemungkinan karyawan melakukan kecurangan terhadap perusahaan. c. Mempekerjakan dan Mempromosikan Pegawai yang Tepat Agar berhasil mencegah kecurangan, perusahaan yang dikelola dengan baik mengimplementasikan kebijakan penyaringan yang efektif untuk mengurangi kemungkinan mempekerjakan dan mempromosikan orang-orang yang tingkat kejujurannya rendah, terutama yang akan menduduki jabatan penting. d. Pelatihan Semua pegawai baru harus dilatih tentang ekspektasi perusahaan menyangkut perilaku etis pegawai. e. Konfirmasi Perusahaan mengharuskan pegawainya untuk secara periodic mengonfirmasikan tanggung jawabnya mematuhi kode perilaku. f. Disiplin Pegawai harus mengetahui bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban jika tida mengikuti kode perilaku perusahaan. 2. Tanggung Jawab Manajemen untuk Mengevaluasi Risiko Kecurangan - Mengidentifikasi dan Mengukur Risiko Kecurangan Pengawasan yang efektif atas kecurangan dimulai dengan pengakuan manajemen bahwa kecurangan mungkin terjadi, dan hampir semua pegawai sanggup melakukan perbuatan tidak jujur bila situasinya memungkinkan. - Mengurangi Risiko Kecurangan Manajemen bertanggung jawab merancang dan mengimplementasikan program serta pengendalian untuk mengurangi risiko kecurangan, dan dapat mengubah aktivitas serta proses bisnis yang rentan terhadap kecurangan demi mengurangi insentif dan kesempatan untuk melakukan kecurangan. - Memantau Program dan Pengendalian Pencegahan Kecurangan Untuk bidang yang risiko kecurangannya tinggi, manajemen harus mengevaluasi secara periodic apakah program dan pengendalian anti kecurangan yang tepat telah diimplementasikan serta berjalan efektif. Audit internal memainkan peran yang penting dalam memantau aktivitas untuk memastikan bahwa program dan pengendalian anti kecurangan telah berjalan efektif. 3. Pengawasan oleh Komite Audit Komite audit mengemban tanggung jawab utama mengawasi pelaporan keuangan serta proses pengendalian internal organisasi. 10.5 Responding to the Risk of Fraud Respon auditor terhadap risiko kecurangan meliputi: 1. Mengubah pelaksanaan audit secara keseluruhan Auditor dapat memilih di antara beberapa respons secara keseluruhan bila risiko kecurangan meningkat. Jika risiko salah saji akibat kecurangan meningkat, personil yang lebih berpengalaman dapat ditugaskan dalam audit itu. 2. Merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk menangani risiko kecurangan Prosedur audit yang tepat yang digunakan untuk menangani risiko kecurangan tertentu tergantung pada akun yang diaudit dan jenis risiko kecurangan yang diidentifikasi. 3. Merancang dan melaksanakan prosedur untuk menangani pengabaian pengendalian oleh manajemen Ada tiga prosedur untuk menangani risiko pengabaian oleh manajemen yang harus dilaksanakan dalam setiap audit: 1. Memeriksa ayat jurnal dan penyesuaian lainnya untuk mencari bukti salah saji yang mungkin akibat kecurangan Kecurangan sering timbul dari penyesuaian jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan, meskipun pengendalian internal yang ada berjalan efektif selama proses pencatatan selebihnya. 2. Mereview estimasi akuntansi untuk mengetahui adanya bias Auditor harus memperhitungkan potensi bias manajemen ketika mereview estimasi tahun berjalan. Auditor juga harus “menengok ke belakang”, dan melihat estimasi tahun sebelumnya yang signifikan guna mengidentifikasi setiap perubahan proses perusahaan atau pertimbangan dan asumsi manajemen yang mungkin mengindikasikan potensi bias. Standar akuntansi semakin mengharuskan agar asset dicatat pada nilai wajarnya. Meskipun nilai pasar dapat dtentukan untuk beberapa asset, penentuan nilai wajar sering kali tergantung pada estimasi dan pertimbangan, yang menciptakan peluang manipulasi. 3. Mengevaluasi dasar pemikiran bisnis untuk transaksi tidak biasa yang signifikan Standar auditing lebih berfokus pada pemahaman yang melandasi dasar pemikiran bisnis untuk transaksi tidak biasa yang signifikan, yang mungkin berasa di luar lini bisnis normal perusahaan ketimbang yang disyaratkan pada tahun sebelumnya. 4. Memutakhirkan Proses Penilaian Risiko Auditor harus mewaspadai kondisi-kondisi berikut ketika melakukan audit: - Perbedaan dalam catatan akuntansi - Bukti audit yang bertetangan atau hilang - Hubungan yang serba salah atau tidak biasa antara auditor dan manajemen - Hasil dari prosedur substantive atau prosedur analitis pada tahap review akhir yang mengindikasikan risiko kecurangan yang sebelumnya tidak diketahui. - Jawaban yang tidak jelas atau tidak masuk akal atas pertanyaan yang diajukan selama audit atau yang menghasilkan bukti yang tidak konsisten dengan informasi lainnya.