Anda di halaman 1dari 6

KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN

Bachtaruddin (2003) menyatakan bahwa karakteristik kualitas utama yang membuat informasi
akuntansi bermanfaat adalah relevance dan reliability. Kedua karakteristik ini disebut kualitas utama
disebabkan informasi harus memiliki dua kualitas ini untuk menjadi bermanfaat. Relevan berarti bahwa
informasi akuntansi berkemampuan untuk membuat perbedaan didalam satu keputusan. Untuk menjadi
relevan, informasi harus dapat memberi ketegasan atau memberi pengaruh perubahan atas harapan
pembuat keputusan.Dapat dipercaya (reliability) berarti bahwa seorang pengguna dapat
menggantungkan atau memiliki keyakinan pada informasi yang dilaporkan. Informasi akuntansi
dipertimbangkan dapat dipercaya jika informasi secara nyata menyatakan apa yang dimaksud, apa yang
diungkapkan dan dapat diuji kebenaranya.

Widilestariningtyas dan Utami (2007) menyatakan bahwa manajemen keuangan mempunyai


sejumlah kebijakan dalam keseluruhan kerangka prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Akibatnya manajemen memiliki kemungkinan untuk memanipulasi laba-rugi dan akun-akun yang lain
dalam laporan keuangan, tetapi harus menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Dengan
adanya Good Corporate Governance, maka diharapkan perusahaan dapat meyajikan pelaporan
keuangan yang berkualitas.

                Fanani dkk (2011) menyatakan bahwa faktor-faktor penentu kualitas pelaporan keuangan
adalah: (1) Siklus operasi, (2) Ukuran perusahaan, (3) Umur perusahaan, (4) Likuiditas, (5) Risiko
lingkungan, (6) Penentu kepemilikan manajerial, (7) Konsentrasi pasar, dan (8) Kualitas auditor.

Pratiwi (2008) menyatakan bahwa permasalahan kualitas pelaporan keuangan terdiri dari:

1. Minimnya SDM yang memiliki kemampuan membuat laporan keuangan dengan kualitas tinggi
menjadi kendala utama rendahnya kualitas laporan keuangan di instansi pemerintah.
2. Pengaruh kualitas auditor sangat penting karena dengan kualitas audit yang tinggi maka akan
dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai pengambilan keputusan.
3. Software akuntansi dengan kualitas yang terbaik untuk memanage pengeluaran
dan income usaha anda agar tidak mengalami kerugian.
4. Harga software akuntansi dengan kualitas terbaik terbilang mahal.
5. Pengaruh motivasi yang kurang pada masing-masing pekerja di perusahaan tersebut.

Tujuan Pelaporan Keuangan

Tujuan pelaporan keuangan adalah untuk keputusan investasi sehingga harus menyajikan
informasi yang berguna, komprehensif dan dapat dipahami oleh mereka yang berpengetahuan
mengenai aktivitas ekonomi. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yang dapat membantu
investor, kreditor, calon investor-kreditor potensial serta pemakai lainnya (Rosjidi, 1999:231). Tujuan
pelaporan keuangan dibuat untuk diarahkan pada kebutuhan pemakai yang dapat memahami secara
lengkap serangkaian laporan keuangan atau secara alternatif, pada kebutuhan para ahli yang diminta
pemakai yang sederhana untuk memberikan saran-saran pada mereka (Belkoui, 2000:157).

Yang menjadi sasaran pelaporan keuangan, terutama untuk tujuan umum bagi para pemakai
pihak luar perusahaan, yaitu investor, kreditor, calon investor-kreditor potensial serta pihak lain yang
berkepentingan. Ini dikarenakan (Rosjidi, 1999:230): Pihak luar, tidak mempunyai akses secara langsung
ke dalam perusahaan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, sedangkan manajemen
perusahaan jarang mengkomunikasikannya.Oleh karena itu, informasinya diarahkan untuk
menggambarkan kemampuan atau kinerja perusahaan yang dapat dipakai sebagai dasar pengambilan
keputusan investasi dan kredit.Sehingga, tujuan pelaporan keuangan tidak hanya dibatasi pada
informasi dalam laporan keuangan saja, melainkan termasuk juga informasi keuangan lainnya dan
informasi non keuangan.

Peranan Good Corporate Governance terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan dan Kepercayaan


Investor

Pelaporan keuangan yang berkualitas memiliki peranan yang besar, GCG berperan membantu
perusahaan menyajikan pelaporan keuangan yang berkualitas.Dengan melihat pelaporan keuangan,
investor dapat mengambil keputusan untuk berinvestasi atau tidak. GCG merupakan suatu proses serta
struktur yang digunakan untuk mengarahkan sekaligus mengelola bisnis dan urusan perusahaan ke arah
peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan. Adapun tujuan akhirnya adalah
menaikkan nilai saham dalam jangka panjang tetapi tetap memperhatikan berbagai kepentingan
para stakeholder lainnya. Selain itu, perhatian yang diberikan investor terhadap GCG sama besarnya
dengan perhatian terhadap kinerja keuangan perusahaan, karena dengan adanya tata kelola perusahaan
yang baik, maka perusahaan akan memiliki kinerja keuangan yang baik pula.

PERAN AUDITOR EKSTERNAL DALAM GCG

Audit eksternal adalah audit terpisah dari perusahaan yang disewa oleh perusahaan untuk
memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan yang disusun telah mengikuti prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Auditor eksternal adalah orang yang melakukan audit eksternal pada
sebuah organisasi/perusahaan. Audit eksternal pada perusahaan dilakukan dengan mengecek dokumen-
dokumen dan catatan-catatan serta peralatan elektronik dan pengendalian komputer.

De Angelo (1981) dalam Lin dan Liu (2009) menyebutkan bahwa Auditor Eksternal memegang
peranan di dalam menentukan kredibilitas suatu informasi Laporan Keuangan maka kualitas audit
merupakan hal yang sangat penting. Kualitas audit merupakan faktor yang sangat sulit untuk diukur
secara langsung, dimana salah satu proksi yang biasa digunakan untuk mengukur kualitas audit adalah
ukuran dari kantor akuntan publik. Semakin besar ukuran suatu kantor akuntan publik, maka akan lebih
baik pula kualitas audit yang disediakan oleh kantor akuntan publik tersebut. Kualitas dari audit yang
independen memiliki pengaruh terhadap tata kelola perusahaan. Hal ini menyebabkan pemilihan
auditor merupakan keputusan penting dan harus dipertimbangkan secara matang oleh perusahaan.

Ashbaugh dan Warfield (2003) menyatakan bahwa auditor ekternal memainkan sebuah peran
dalam tata kelola perusahaan sebagai alat pengawasan yang penting dalam proses pelaporan keuangan.
Sanda, et al., (2005) dalam Obe (2012) menyebutkan bahwa Tata kelola perusahaan yang baik salah
satunya diwujudkan dalam bentuk transparasi keuangan perusahaan. Tata kelola perusahaan yang baik
dapat dilihat dari mekanisme tata kelola perusahaan yang diterapkan (Good Corporate Governance).
Mekanisme tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) adalah syarat-syarat pelaksanaan
sistem dalam suatu perusahaan dimana berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan
tersebut dapat memastikan pihak manajer dan pihak internal perusahaan lainnya dapat memenuhi
kepentingan stakeholders ( Sanda, et al., 2005 dalam Obe, 2012 ).

Dennis dan McConnell (2003) dalam Ferry (2010) membedakan mekanisme Good Corporate
Governance menjadi dua bagian yaitu internal dan eksternal, dimana mekanisme internal dilakukan oleh
dewan direksi perusahaan, dewan komisaris dan komite audit yang dimiliki oleh perusahaan serta
struktur kepemilikan dalam suatu perusahaan. Sedangkan mekanisme eksternal dari Mekanisme tata
kelola perusahaan (Good Corporate Governance) menurut Dennis dan McConnell (2003) adalah lebih
kepada pengaruh dari pasar untuk pengendalian pada perusahaan tersebut dan sistem hukum yang
berlaku.

Dalam hubungan dengan Eksternal Auditor, Perusahaan menetapkan kebijakan-kebijakan sebagai


berikut:

1. RUPS berwenang menunjuk auditor eksternal dari calon yang diajukan oleh Komisaris
berdasarkan usulan dari Komite Audit (apabila ada);
2. Komite Audit (apabila ada) melalui Komisaris wajib menyampaikan kepada RUPS alasan
pencalonan tersebut dan besarnya honorarium yang diusulkan untuk auditor eksternal;
3. Auditor Eksternal harus bebas dari pengaruh Komisaris, Direksi maupun pihak yang
berkepentingan di Perusahaan;
4. Perusahaan wajib menyediakan semua catatan akuntansi dan data penunjang yang diperlukan
sehingga memungkinkan auditor eksternal memberikan pendapatnya tentang kewajaran dan
kesesuaian laporan keuangan perusahaan dengan standar laporan keuangan Indonesia.
5. Terhadap Auditor Eksternal yang melakukan audit atas laporan keuangan, perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
 Dewan Komisaris wajib menyampaikan kepada RUPS menyangkut alasan pencalonan
dan besarnya honorarium/imbal jasa yang diusulkan untuk Auditor Eksternal Perseroan.
 Direksi dapat mengusulkan calon-calon Auditor Eksternal kepada Pemegang Saham
melalui Dewan Komisaris.
 Auditor Eksternal melakukan audit terhadap laporan keuangan Perseroan untuk
memberikan pendapat atas kewajaran penyajian laporan keuangan secara independen
dan profesional.
 Auditor Eksternal menyampaikan laporan hasil audit kepada Direksi dan Dewan
Komisaris secara tepat waktu.

Sebagai contoh nyata peranan auditor eksternal dalam perusahaan dapat dilihat dari hasil studi
kasus pada PT Sarana Multi Infrastruktur Persero. Keberadaan Auditor Eksternal diperlukan oleh PT SMI
terutama dalam menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia yang disampaikan kepada Para Pemangku Kepentingan.

PT SMI mensyaratkan Auditor Eksternal yang telah memperoleh izin dari pihak yang berwenang
dan terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Penunjukan Auditor Eksternal
dilakukan oleh RUPS atas rekomendasi dari Dewan Komisaris dan wajib memperhatikan ketentuan
Anggaran Dasar serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. PT SMI dalam berhubungan dengan
Auditor Eksternal menerapkan beberapa prinsip sebagai berikut:

a) Auditor Eksternal ditetapkan oleh RUPS dari calon yang diajukan oleh Dewan Komisaris
berdasarkan usulan Komite Audit disertai dengan alasan pencalonan tersebut dan besarnya
honorarium yang diusulkan untuk eksternal Auditor tersebut.
b) Auditor Eksternal harus bebas dari pengaruh Dewan Komisaris, Direksi dan pihak yang
berkepentingan di PT SMI.
c) PT SMI menyediakan bagi Auditor Eksternal semua catatan akuntasi dan data penunjang yang
diperlukan sehingga memungkinkan Auditor Eksternal memberikan pendapatnya tentang
kewajaran, ketaatasasan, dan kesesuaian laporan keuangan Perseroan dengan standar
akuntansi keuangan Indonesia.
d) Dalam hal auditor eksternal melakukan audit atas kepatuhan, keandalan atas sistem
pengendalian internal, dan evaluasi kinerja PT SMI akan menyediakan semua data yang
diperlukan sesuai dengan standar audit yang berlaku umum.

KASUS PT TELKOM TBK

PT Telkom adalah perusahaan informasi dan telekomunikasi serta penyedia jasa dan jaringan
telekomunikasi secara lengkap di Indonesia. PT Telkom mengklaim bahwa dirinya sebagai perusahaan
telekomunikasi terbesar di Indonesia, dengan jumlah pelanggan telepon tetap sebanyak 15juta dan
pelanggan telepon seluler sebanyak 104 juta.

PT Telkom merupakan salah satu BUMN yang sahamnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia
(52,47% dan 47,53% dimiliki oleh public, Bank of New York, dan investor dalam Neegeri). Selai itu PT
Telkom juga merupakan pemegang saham mayoritas di 13 anak perusahaan termasuk PT
Telekomunikasi Seluler (Telkomsel).

Cikal bakal PT Telkom bermula dari didirikannya sebuah badan usaha swasta penyedia layanan
pos dan telegraf pada tahun 1882. Layanan komunikasi tersebut dikonsolidasikan oleh pemerintah
hindia Belada ke dalam jawatan post telgraf (PTT). Namun sebelum tahun 1882, pada tanggal 23
Oktober 1856 telah dimulai pengoperasian layanan jasa telegraf elektromagnetik pertama yang
menghubungkan Jakarta (Batavia) dengan Bogor (Buitenzorg). Momen itulah yang dijadikan sebagai hari
lahir PT Telkom tepatnya pada tahun 2008.

PT Telkom awalnya memiliki reputasi yang baik di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan New York Stock
Exchange. Namun dengan berjalannya waktu , pada tahun 2002 PT TELKOM menglami masalah yaitu
masalah mekanisme tender untuk mengaudit keuangannya. Untuk mengaudit pembukuan PT telkom
tahun 2002 perusahaan menunjuk KAP Eddy Pianto sementara untuk PT Telkomsel ditunjuk KAP Hadi
Sutanto.

KAP Hadi Sutanto dan Rekan merupakan KAP yang mendapatkan kepercayaan untuk mengaudit 
PT Telkomsel yaitu sebuah anak perusahaan dari PT Telkom. KAP HS dan Rekan dalam perjalanannya
mengundurkan diri untuk mengaudit PT Telkomsel. Hal itu dimaksudkan unuk menghindari kerugian
yang akan dialami di kemudian hari, bila akan berafiliasi dengan KAP Edi Pianto dan Rekan.
Adapun alasan Pengunduran diri KAP HS, yaitu :

1. KAP HS tidak mau berafiliasi dengan KAP EP


2. KAP HS meragukan kelayakan hak praktek KAP EP dihadapan BAPEPAM AS
3. KAP HS mengetahui SEC (Security Exchange Commision) tidak mengakui keberadaan KAP EP
berkaitan dengan keraguannya atas kompetensi dan independensi yang dimiliki oleh para
auditornya.
4. KAP HS ketika mengaudit PT Telkomsel meminta izin untuk melihat 20-F seluruhnya terlebih
dahulu. Permintaan tersebut ditolak oleh PT Telkom karena waktunya yang sangat krusial serta
tidak ada hubungannya dengan KAP HS, dan juga segera dilaporkan ke SEC.

Sedangkan KAP EP dan Rekan adalah KAP yang ditunjuk untuk melakukan audit dan konsolidasi pada
PT Telkom. KAP EP adalah KAP yang melanjutkan audit PT Telkomsel setelah ditinggal oleh KAP HS.

Kasus audit PT Telkom berawal dari kesalahan interprestasi uang dilakukan oleh KAP Haryanto
Sahari dan Rekan terhadap PT Telkom, PT Telkomsel dan United State Securities an Exchange
Commisions mengenai ketentuan standar audit Amerika. Audit PT Telkomsel harus mengikuti standar
audit Amerika dengan merujuk pada peraturan SEC Karena PT Telkomsel membuka bursa di NYSE.
Aturan SEC yang harus dijalani adalah:

a) Filing F-20 yaitu form laporan keuangan dan laporan manajemen dengan KAP yang terpercaya.
b) Kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan yang telah di audit oleh auditor independen
secara berkala setiap tahun.

Karena waktunya sangat terbatas KAP EP meminta hasil audit yang dahulu pernah dilakukan oleh
KAP HS, tetapi KAP HS menolak unuk memberitahu hasil audit yang pernah dilakukannya.

KAP Eddy Pianto pada awalnya berhak melakukan pekerjaan audit atas nama Grant Thornton
berdasarkan engagement latter yang telah ditandatangani sebelum tanggal withdrawal
agreement tersebut. Namun untuk memahami US GASS dan GAAP dalam rangka filin form 20-F, KAP
Eddy Pianto meminta bantuan dari Mark Iwan, certified Public Accountant independen yang bukan
merupakan partner dari Grant Thornton untuk memberi pelatihan dan konsultasi.

Penolakan tersebut telah menyebabkan perdagangan saham PT Telkom yang tercatat di New York
Stock Exchange dalam bentuk IDR dihentikan sementara.  Harga saham PT Telkom di Bursa Efek Jakarta
turun secara drastic dari harga penutupan sehari sebelumnya, serta memberikan pengaruh yang cukup
signifikan terhadap penurunan Indeks Harga Gabungan (IHG).

Adapun masalah yang timbul, yaitu :

1) Masalah muncul pada saat laporan audit (konsolidasi) tentang total kinerja PT Telkom yang di
audit oleh KAP Eddy Pianto ditolak oleh PwC (Pricewaterhouse Coopers). Alasannya adalah
lembaga itu tidak mau berasosiasi dengan pekerjaan KAP Eddy Pianto. Sikap itu dilakukan untuk
menghindari kerugian di kemudian hari.
2) KAP HS dan rekan mencoba untuk menyesatkan dan merugikan para pemegang saham dari
perseroan induk maupun anak perusahaan yakni TELKOM dan TELKOMSEL.
3) KAP HS dan KAP EP melanggar peraturan BAPEPAM tentang persaingan yang tidak sehat antara
sesama auditor.
4) Tindakan yang dilakukan oleh KAP HS yaitu tidak mengizinkan KAP EP untuk memakai acuannya
sehingga KAP EP harus memulainya lagi dari awal tanpa mengetahui dokumen-dokumen apa
saja yang pernah di audit.

Adapun sanksi terhadap KAP Eddy Pianto dan Rekan, yaitu BAPEPAM mewajibkan KAP Eddy Pianto,
Partner KAP Eddy Pianto untuk tidak melakukan kegiatan usaha  di pasar modal terhitung sejak tanggal
16 Juni 2003 sampai diputuskan lebih lanjut oleh BAPEPAM. Alasannya, karena laporan keuangan
konsolidasi PT Telkom tahun Buku 2002 ditolak oleh SEC.

Sedangkan sanksi terhadap KAP HS dan Rekan, yaitu KAP HS harus membayar denda sebesar Rp 20
milyar ke Kas Negara dengan Undang-Undang paksa sebesar Rp 10 juta per hari. Denda tersebut harus
dibayar maksimal 30 hari setelah pemberitahuan keputusan dari KPPU (Komisi Pengawas Persaingan
Usaha).

Sanksi ini dikenakan karena KAP HS dan Rekan terbukti bersalah dan mengakibatkan rusaknya
kualitas audit KAP Eddy Pianto atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT Telkom tahun buku 2002.

Analisis Kasus

Dalam kasus tersebut dikatakan bahwa KAP Hadi Sutanto dikenakan sanksi dengan membayar
sebesar Rp 20 milyar ke kas Negara karena terbukti bersalah dan mengakibatkan rusaknya kualitas audit
KAP Eddy Pianto atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT Telkom tahun buku 2002. Karena rusaknya
kualitas audit KAP Eddy Pianto tersebut sanksi yang diberikan oleh BAPEPAN terhadap KAP Eddy Pianto
dan rekan yaitu untuk tidak melakukan kegiatan usaha  di pasar modal terhitung sejak tanggal 16 Juni
2003 sampai diputuskan lebih lanjut oleh BAPEPAM. Sanksi tersebut diberikan karena laporan keuangan
konsolidasi PT Telkom tahun Buku 2002 ditolak oleh SEC.

Dari kasus tersebut terlihat bahwa antara KAP Hadi Sutanto beserta rekan dan KAP Edi Pianto
beserta Rekan tidak menjalin hubungan yang baik diantara kedua belah pihak tersebut. Seharusnya
sesama Kantor Akuntan Publik perlu bekerja sama dan saling mendukung dalam menjalankan tugas
sebagai seorang auditor sehingga dengan saling adanya kerjasama diantara kedua belah pihak, maka
akan dapat menciptakan kualitas laporan keuangan yang handal. Selain itu, para auditor juga hendaknya
menjaga profesionalitas agar reputasi saham di pasar tetap baik. Dimana profesionalitias seorang
auditor tersebut dalam menjalankan tugasnya merupakan asset penting yang harus dimiliki.

1.      Perusahaan dan KAP seharusnya menjalankan tugas sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

2.      Sesama Kantor Akuntan Publik perlu bekerja sama dan saling mendukung dalam menjalankan tugas
sebagai seorang Auditor.

3. Para Audtor hendaknya menjaga profesionalitas atau kinerja kerjanya supaya reputasi saham di pasar
tetap baik.

4. Professionalitas seorang auditor dalam menjalankan tugasnya merupakan asset penting yang harus
dimiliki.

Anda mungkin juga menyukai