Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu faktor untuk meningkatkan kesadaran dan motivasi masyarakat akan pajak

adalah pengetahuan tentang pajak. Pengetahuan perpajakan adalah informasi mengenai pajak

yang dapat digunakan oleh wajib pajak sebagai dasar untuk bertindak, mengambil keputusan,

dan untuk menempuh arah atau strategi tertentu sehubungan dengan pelaksanaan hak dan

kewajiban perpajakan (Mulya, 2012:15). Pengetahuan tentang pajak cukup penting karena

Apabila wajib pajak tidak paham atau tidak memiliki pengetahuan yang cukup terkait

perpajakan tentu hal itu akan menjadi penghambat bagi wajib pajak dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya. Sehingga pemasukan yang diterima Negara akan berkurang.

Padahal Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan Negara yang paling besar dan

juga merupakan sumber dana yang penting bagi pembiayaan nasional. Dalam postur APBN

2019 penerimaan perpajakan tercatat menyumbang 82,5 persen dari total pendapatan Negara

(www.pajak.go.id). Hal tersebut menunjukkan bahwa peran pajak dalam membiayai APBN

cukup besar. Pajak tersebut digunakan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran negara

yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin terdiri dari belanja

pegawai, belanja barang, bunga, cicilan utang, dan subsidi daerah otonom, sedangkan

pengeluaran pembangunan digunakan untuk pembiayaan rupiah dan bantuan proyek.

Dari sisi Wajib Pajak, motivasi dari wajib pajak saat ini masih rendah. Hal ini dapat

dilihat dari penerimaan pajak yang hanyak terkumpul Rp 1.332,1 triliun atau hanya 84,4%

dari target di APBN 2019 sebesar Rp 1.577,6 triliun. Direktorat Jenderal Pajak telah banyak
melakukan usaha usaha untuk memaksimalkan penerimaan pajak dengan cara melalui

pelaksanaan program intensifikasi dan ekstentifikasi dalam bidang perpajakan. Hal tersebut

dilakukan dengan cara perluasan subjek dan objek pajak, dengan menjaring wajib pajak baru.

Keberhasilan upaya ini akan ditunjukan oleh dua hal yaitu kesadaran wajib pajak membayar

pajak dan system perpajakan yang kondusif serta sikap dan kemampuan aparat pajak dalam

melaksanakan tugasnya di lapangan. Oleh karena itu, sector perpajakan harus dikelola

dengan manajemen yang baik. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat

kepatuhan akan pajak adalah pengetahuan masyarakat itu sendiri mengenai perpajakan

Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi wajib pajak adalah pengetahuan

masyarakat itu sendiri mengenai perpajakan. Namun Pengetahuan tentang pajak bukan hanya

satu satunya faktor yang mempengaruhi motivasi wajib pajak untuk membayar pajak. Herry

Susanto (www.pajak.go.id) mengatakan ada beberapa hal yang harus diubah dalam

pemikiran masyarakat salah satunya prasangka buruk masyarakat terhadap petugas pajak

harus diubah menjadi prasangka baik. Untuk mengubah prasangka tersebut dibutuhkan

pelayanan yang memuaskan dari petugas pajak. Tidak hanya pelayanan petugas pajak saja

yang perlu ditingkatkan namun jenis pelayanan yang mempermudah wajib pajak pun harus

terus ditingkatkan.

Peningkatan kualitas pelayanan dapat dilakukan dengan cara meningkatan kualitas dan

kemampuan teknis pegawai dalam bidang perpajakan, perbaikan infrastruktur seperti

perluasan tempat pelayanan terpadu (TPT), penggunaan sistem informasi dan teknologi

untuk dapat memberikan kemudahan kepada wajib pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya (Supadmi, 2009:3). Tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya menurut Anshari yang dikutip dalam jurnal Andyastuti (2013)
dapat dilihat dari kebenaran dan ketepatan waktu Surat Pemberitahuan (SPT) dilaporkan atau

disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak.

Selain pelayanan yang dilakukan oleh petugas pajak, diperlukannya juga sanksi agar

wajib pajak patuh terhadap peraturan pajak. Hal ini diperlukan karena kesadaran dari

masyarakat yang masih rendah. Semua peraturan perpajakan telah di susun dalam Undang

Undang perpajakan termasuk msalah sanksi pajak. Setiap pelanggaran pajak mulai dari

tingkat yang paling rendah sampai yang paling tinggi sudah tersedia ancaman sanksi nya

Penelitian dibidang Motivasi wajib pajak membayar pajak telah banyak dilakukan di

Indonesia. Akan tetapi, beberapa penelitian yang telah dilakukan menggunakan variabel

independen yang berbeda maupun sektor penelitian yang berbeda sehingga menghasilkan

kesimpulan yang berbeda pula. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Feri Istanto (2010)

menyatakan bahwa pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan pajak, ketegasan sanksi

perpajakan berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak membayar pajak. Menurut penelitian

yang dilakukan oleh Dwisistami Deagustining (2016) menyatakan bahwa pengetahuan pajak

berpengaruh terhadap motivasi membayar pajak, namun kualitas Pelayanan pajak dan sanksi

pajak tidak berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak membayar pajak. Penelitian yang

dilakukan oleh Chan Siu Shien (2016) menyatakan bahwa pengetahuan pajak tidak

berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak membayar pajak, namun kualitas pelayanan pajak

memiliki pengaruh terhadap motivasi wajib pajak membayar pajak.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang memiliki kesimpulan yang beragam dan

berdasarkan uraian uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian
dengan judul “Pengaruh Pengetahuan Pajak, Kualitas Pelayanan Pajak, dan Ketegasan

Sanksi Pajak Terhadap Motivasi Wajib Pajak Membayar Pajak”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu :

1. Apakah pengetahuan tentang pajak berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak

membayar pajak ?

2. Apakah kualitas pelayanan pajak berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak membayar

pajak ?

3. Apakah ketegasan sanksi pajak berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak membayar

pajak ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui apakah pengetahuan tentang pajak berpengaruh terhadap motivasi

wajib pajak membayar pajak

2. Untuk mengetahui apakah kualitas pelayanan pajak berpengaruh terhadap motivasi wajib

pajak membayar pajak

3. Untuk mengetahui apakah ketegasan sanksi pajak berpengaruh terhadap motivasi wajib

pajak membayar pajak

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan

terhadap permasalahan ini. Adapun kegunaan dari penelitian ini


adalah sebagai berikut:

A. Bagi KPP yang diteliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan

bahan evaluasi dalam pelaksanaan peraturan perpajakan

B. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi

dan dapat menambah pengetahuan mengenai perpajakan

C. Bagi penulis, penelitian ini merupakan sarana untuk melakukan analisis dan

menambah wawasan serta pengetahuan penulis sendiri mengenai perpajakan

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran umum bagian-bagian yang akan dibahas dalam penelitian

ini, maka penulis menguraikan secara singkat isi masing-masing bab dengan sistematika

berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tentang telaah pustaka, kerangka pemikiran, model

penelitian dan hipotesis penelitian.

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini penulis menjelaskan metode-metode dan variabel yang akan

digunakan dalam penelitian. Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai

objek dan subjek penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber
data,operasionalisasi variable dan pengukuran variable, teknik

pengumpulan data, dan metode analisis.

DAFTAR PUSTAKA

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Pengetahuan Tentang Pajak

1) Pengertian Pengetahuan Tentang Pajak

Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008), pengetahuan berarti segala sesuatu

yang diketahui; kepandaian; atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal

(mata pelajaran).”Pengetahuan dikaitkan dengan segala sesuatu yang diketahui

berkaitan dengan proses belajar.

Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 1, Pajak

merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung.
Pajak digunakan sepenuhnya untuk keperluan negara bagi kemakmuran dan

kesejahteraan rakyat.

Carolina (2009) dalam Khasanah (2014)”menyatakan bahwa pengetahuan pajak

adalah informasi pajak yang dapat digunakan wajib pajak sebagai dasar untuk

bertindak, mengambil keputusan dan untuk menempuh arah atau strategi tertentu

sehubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajibannya di bidang perpajakan.

Menurut Ihsan (2013), pengetahuan perpajakkan merupakan pemahaman wajib pajak

mengenai hukum, undang-undang, tata cara perpajakan yang benar yang berupa

pengetahuan tentang fungsi pajak, prosedur pembayaran, pengetahuan sanksi pajak

dan lokasi pembayaran pajak.

Dari beberapa pengertian diatas dapat kita tarik kesimpulan pengetahuan tentang

pajak adalah informasi yang dipahami wajib pajak mengenai menenai prosedur pajak,

fungsi pajak, dan sanksi pajak yang digunakan sebagai dasar bertindak untuk

melaksanakan kewajiban perpajakan.

2) Faktor – Faktor Pengetahuan Pajak

Menurut Notoatmojo (2017) dalam Asridayati (2013), faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang sebagai berikut:

1. Faktor Internal

 Pendidikan adalah usaha dasar yang dimiliki oleh seseorang berupa ilmu

pengetahuan.

 Pekerjaan adalah sesuatu hal yang dimiliki seseorang berdasarkan oleh

ketrampilan seseorang.
 Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan benda atau

makhluk baik hidup maupun mati .

2. Faktor Eksternal

 Faktor lingkungan adalah semua keadaan yang berada di sekitar termasuk

tempat dan orang.

 Sosial budaya adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia

berdasarkan budi nuraninya dan pemikiran dalam kehidupan

bermasyarakat.

Menurut Rahayu (2010) dalam Arifin, R, dkk. (2016), faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan sebagai berikut:

1. Pendidikan merupakan sebuah proses pengubahan sikap Dan tata laku

seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan,maka jelas dapat kita

kerucutkan bahwa sebuah visi pendidikan yaitu untuk mencerdaskan

manusia.

2. Pekerjaan adalah lingkungan pekerjaan dapat menjadikan Seseorang

mendapatkan pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung

maupun tidak langsung.

3. Pengalaman adalah sebuah kejadian atau peristiwa yang pernah

dialami oleh seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

4. Usia adalah umur seseorang yang bertambah dapat membuat

perubahan pada aspek fisik psikologis dan kejiwaan.


5. Kebudayaan adalah tempat dimanaMkita dilahirkan dan

dibesarkanSmempunyaiMpengaruh yang cukup besar terhadap

terbentuknya cara berfikir dan perilaku kita.

6. Minat adalah suatu bentuk keinginan dan ketertarikan terhadap

sesuatu.

7. Paparan informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,

menyiapkan dan menyimpan, manipulasi, mengumumkan,

menganalisa dan menyebarkan informasi dengan maksud dan tujuan

tertentu yang bisa didapatkan melalui media elektonik maupun cetak.

8. Media adalah alat yang didesain khusu untuk menyampaikan

informasikepada masyarakat luas.

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan faktor – faktor yang dapat

mempengaruhi pengetahuan tentang pajak yaitu pendidikan, Pekerjaan,

pengalaman, usia, kebudayaan, minat, paparan informasi, dan media.

2.1.2 Kualitas Pelayanan Pajak

1) pengertian Kualitas Pelayanan Pajak

Menurut Kotler (2005:153) definisi kualitas pelayanan adalah model yang

menggambarkan kondisi pelanggan dalam membentuk harapan akan layanan

dari pengalaman masa lalu, promosi dari mulut ke mulut dan iklan dengan

membandingkan pelayanan yang mereka harapkan dengan apa yang mereka

rasakan.
Pelayanan sendiri pada sektor perpajakan dapat diartikan sebagai

pelayanan yang diberikan kepada Wajib Pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak

untuk membantu Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakannya. Pelayanan

pajak termasuk dalam pelayanan publik karena, dijalankan oleh instansi

pemerintah lalu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun

dalam rangka pelaksanaan undang-undang dan tidak berfokus kepada profit

atau laba.

2) Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan

Menurut Caro dkk. (2007) dalam Ilmi (2017) menyatakan faktor-faktor

yang mempengaruhi kualitas pelayanan sebagai berikut.

1. Kualitas interaksi adalah bagaimana cara dalam Mengkomunikasikan

pelayanan pajak kepada wajib pajak sehingga wajib pajak puas

terhadap pelayanannya.

2. Kualitas lingkungan fisik adalah semua keadaan terbentuk Fisik yang

terdapat di sekitar kantor pajak, peranan kualitas lingkungan fisik

dapat mempengaruhi dalam melayani wajib pajak.

3. Hasil kualitas pelayanan pajak adalah apabila pelayanan Pajak dapat

memberikan kepuasan terhadap wajib pajak maka persepsi wajib

pajak akan baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Menurut T.Mansur (2008), faktor- faktor yang Mempengaruhi kualitas

pelayanan sebagai berikut:


1. Organisasi adalah mengorganisir fungsi pelayanan baik dalam

bentuk struktur maupun mekanisme yang akan berperan dalam

kualitas dan kelancaran pelayanan.

2. Kepemimpinan adalah membangkitkan motivasi atau Semangat

orang lain dengan jalan memberikan inspirasi atau mengilhami.

3. Kemampuan dan ketrampilan adalah hal yang paling Menonjol dan

paling cepat dirasakan oleh orang-orang yang berkaitan dengan

tugas atau pekerjaan yang dilakukan dengan baik, cepat dan

memenuhi keinginan semua pihak, baik manajemen itu sendiri

maupun masyarakat.

4. Penghargaan dan pengakuan adalah aspek yang penting dalam

implementasi strategi kualitas.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi kualitas pelayanan pajak adalah kualitas lingkungan,

kualitas fisik, kualitas pelayanan, kuatlitas organisasi, kualitas

kepemimpinan dan kualitas kemampuan dan ketrampilan.

3) Indikator – Indikator kualitas Pelayanan Pajak

Menurut Aryobimo (2012:19) “persepsi wajib pajak tentang kualitas

pelayanan fiskus dapat diukur dengan indikator sebagai berikut:

1. Kualitas interaksi

bagaimana cara fiskus dalam mengkomunikasikan pelayanan pajak

kepada wajib pajak sehingga wajib pajak puas terhadap pelayanannya.


2. Kualitas lingkungan

bagaimana peranan kualitas lingkungan dari kantor pajak sendiri

dalam melayani wajib pajak.

3. Hasil kualitas pelayanan

Pelayanan dari fiskus dapat memberikan kepuasan terhadap wajib

pajak maka persepsi wajib pajak terhadap fiskus akan baik sehingga

dapat meningkatkan motivasi wajib pajak.

Dari uraian diatas dapat dikatakan apabila kantor pelayanan pajak

memberikan kualitas interaksi, kualitas lingkungan dan hasil kualitas

pelayanan yang baik maka hal tersebut dapat memberikan perspektif

positif kepada masyarakat. Sehingga akan meningkatkan motivasi

masyarakat dalam melakasankan kweajiban perpajakan.

2.1.3 Ketegasan Sanksi Pajak

Sanksi Perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak

tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo,2009). Menurut Resmi

(2008), sanksi perpajakan terjadi karena terdapat pelanggaran terhadap

peraturan perundang-undangan perpajakan. Sehingga apabila terjadi

pelanggaran maka wajib pajak dihukum dengan indikasi kebijakan perpajakan

dan undang-undang perpajakan. Sebagaiamana dimaklumi suatu kebijakan

berupa pengenaan sanksi dapat dipergunakan untuk 2 (dua) maksud, yang

pertama adalah untuk mendidik dan yang kedua adalah untuk menghukum.

Mendidik dimaksudkan agar mereka yang dikenakan sanksi akan menjadi


lebih baik dan lebih mengetahui hak dan kewajibannya sehingga tidak lagi

melakukan kesalahan yang sama. Maksud yang kedua adalah untuk

menghukum sehingga pihak yang terhukum akan menjadi jera dan tidak lagi

melakukan kesalahan yang sama (Zahidah,2010:15)

Dalam Undang – undang perpajakan dikenal dua sanksi, yaitu sanksi

administratif dan sanksi pidana. Sanksi administratif dan sanksi pidana

memiliki perbedaan yaitu sanksi administratif merupakan pembayaran

kerugian pada Negara, sedangkan sanksi pidana merupakan alat terakhir yang

digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi biasanya merupakan

hukuman kurungan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sanksi merupakan

cara fiskus agar wajib pajak tidak melakukan kecurangan dalam

melaksanakan kewajibannya dalam perpajakan. Dengan diberikannya sanksi

diharapkan akan memberikan efek jera dan memiliki motivasi untuk

melakasanakan kewajibannya sebagai wajib pajak.

2.1.4 Motivasi Membayar Pajak

Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berart dorongan atau

menggerakkan. Menurut Samsudin (2010: 281) motivasi adalah proses

mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja

agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut

Richard M. Stears dalam Sedarmayanti (2009: 233), mengatakan motivasi adalah

kekuatan kecenderungan seorang individu melibatkan diri dalam kegiatan yang


berarahkan sasaran dalam pekerjaan. Dari utaian diatas dapat kita simpulkan Motivasi

adalah kondisi dimana suatu individu merasa terdorong atau tergerak melakukan

sesuatu untuk mencapai tujuan yang ingin dia capai.

Menurut Maulida dalam Caroko (2015:3), motivasi dalam melaksanakan

kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak merupakan sesuatu yang timbul dari benak

Wajib Pajak untuk selalu memenuhi kewajiban perpajakan secara teratur dan tanpa

terbesit sedikitpun dalam benak mereka untuk melakukan kecurangan dalam aktivitas

perpajakannya. Masyarakat akan sadar dengan kewajiban pajaknya jika masyakarakat

memiliki pandangan positif terhadap perpajakan. Pandangan positif terhadap

perpajakan dapat diciptakan dari pegetahuan perpajakan dan kualtas pelayanan yang

baik. Jika suatu individu memiliki pengetahuan perpajakan dengan baik maka ia akan

sadar bahwa membayar pajak ituu akan membantu Negara. Kualitas Pelayanan yang

baik akan membantu wajib pajak untuk melaksanakan kewajibannya dan diharapkan

memberi pandangan positif kepada masyarakat yang lebih luas.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan motivasi wajib membayar pajak adalah

dorongan wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya seperti

membayar pajak terutang kepada Negara baik dari faktor dalam dirinya maupun

dorongan dari luar.

2.2 Penelitian Terdahulu

1. penelitian yang dilakukan oleh Septiyani Nur Khasanah (2013)

Penelitian yang dilakukan oleh Septiyani Nur Khasanah dengan judul “Pengaruh

Pengetahuan Perpajakan, modernisasi sistem Administrasi Perpajakan, dan Kesadaran


Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Wilayah Direktorat

Jendral Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013”. Hasilnya menunjukan

pengetahuan pajak, moderenisasi sistem administrasi perpajakan, kesadaran wajib

pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak yang ada di

wilayah direktorar Jendral Pajak daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Penelitian yang dilakukan oleh I Putu Indra Pradnya Paramartha (2016)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh I Putu Indra Pradnya Paramartha yang

berjudul “pengaruh Kualitas Pelayanan, Pengetahuan, dan Sanksi perpajakan Pada

Kepatuhan Wajib Pajak Badan”. Hasilnya menunjukan bahwa kualitas pelayanan,

pengetahuan perpajakan, dan sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak badan di KPP Pratama Gianyar

3. Penelitian yang dilakukan oleh Maria Cristine Andiko (2018)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Maria Cristine Andiko yang berjudul

“Pengaruh Pengetahuan Perpajakan,Ketegasan Sanksi Pajak,Tax Amnesty,

Lingkungan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”. Hasilnya menunjukan

bahwa pengetahuan perpajakan, ketegasan sanksi pajak, dan tax amnesty memiliki

pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Namun lingkungan wajib pajak

tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

4. Penelitian yang dilakukan Uyunur Imamil Khoiri (2018)

Penelitian yang dilakukan oleh Uyunur Imamil Khoiri yang berjudul “Pengaruh

Pengetahuan Perpajakan dan Pelayanan Perpajakan Terhadap Motivasi Membayar


Pajak”. Hasilnya menunjukan bahwa pengetahuan perpajakan dan pelayanan

perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi wajib pajak.

5. Penelitian yang dilakukan Arabella Oentari Fuadi dan Yenni Mangoting (2013)

Penelitian yang dilakukan oleh Arabella Oentari Fuadi dan Yenni

Mangoting dengan judul “Pengaruh Kualitas Pelayanan Petugas Pajak, Sanksi

Perpajakan, dan Biaya Kepatuhan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”

hasilnya menunjukan kualitas pelayanan petugas pajak, sanksi perpajakan dan

biaya kepatuhan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.

2.3 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Pengetahuan Tentang Pajak Terdahap Motivasi Membayar Pajak

Carolina (2009) menyatakan bahwa pengetahuan pajak adalah informasi pajak

yang dapat digunakan wajib pajak sebagai dasar untuk bertindak, mengambil

keputusan dan untuk menempuh arah atau strategi tertentu sehubungan dengan

pelaksanaan hak dan kewajibannya di bidang perpajakan. Dalam penelitian yang

dilakukan oleh Septiyani Nur Khasanah (2013) yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan

Perpajakan, modernisasi sistem Administrasi Perpajakan, dan Kesadaran Wajib Pajak

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak

Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013”, menunjukan variable pengetahuan pajak

berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak yang ada di wilayah direktorar

Jendral Pajak daerah Istimewa Yogyakarta. Dari uraian di atas dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut :


H1 : Pengetahuan Tentang Pajak Berpengaruh Terhadap Motivasi Wajib Pajak

Membayar Pajak

2.3.2 Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Motivasi Wajib Pajak Membayar

Pajak

Dalam penelitian yang dilakukan oleh oleh I Putu Indra Pradnya Paramartha

(2016) dengan judul “Pengaruh Kualitas Pelayanan, Pengetahuan, dan Sanksi

perpajakan Pada Kepatuhan Wajib Pajak Badan” menunjukan pengaruh Kualitas

pelayanan Pajak berpengaruh positif terhadap Kepatuhan wajib pajak

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Arabella Oentari Fuadi dan Yenni

Mangoting (2013) dengan judul “Pengaruh Kualitas Pelayanan Petugas Pajak, Sanksi

Perpajakan, dan Biaya Kepatuhan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”

menunjukan variabel pelayanan petugas pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan

wajib pajak. Jadi dapat diduga bahwa kualitas pelayanan pajak memiliki pengaruh

positif terhadap motivasi wajib pajak membayar pajak, sehingga dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut :

H2 : Kualitas Pelayanan Pajak Berpengaruh Terhadap Motivasi Wajib Pajak

Membayar Pajak

2.3.3 Pengaruh Ketegasan Sanksi Pajak Terhadap Motivasi Wajib Pajak Membayar

Pajak

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Maria Cristine Andiko (2018) yang

berjudul “Pengaruh Pengetahuan Perpajakan,Ketegasan Sanksi Pajak,Tax Amnesty,

Lingkungan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”. Dari penelitian tersebut
variabel ketegasan sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H3 : Ketegasan Sanksi Pajak Berpengaruh Terhadap Motivasi Wajib Pajak

Membayar Pajak

Metodologi Penelitian

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian tersebut akan dilakukan.

Peneliti memilih lokasi penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pangkalan Kerinci.

3.2 Populasi Penelitian dan Sample Penelitian

Populasi bukan hanya sekadar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang

dipelajari, tetapi meliputi karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek

tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama

Pangkalan Kerinci. Wajib pajak terdaftar ditandai dengan kepemilikan Nomor Pajak

Wajib Pajak (NPWP).

Sample merupakan bagian dari karakteristik dan jumlah dari sebuah populasi

yang ada. Karena keterbatasan waktu, dana, dan tenaga imenyebabkan peneliti tidak

mungkin mempelajari semua yang ada dalam populasi, maka karena itu peneliti

mengambil sampel yang diambil dari populasi tesebut yaitu wajib pajak orang pribadi.

Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability

sampling dengan teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling dimana


penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja dalam hal ini Wajib Pajak yang

secara tidak sengaja atau kebetulan bertemu dengan peneliti dan dipandang cocok sebagai

sumber data, maka dapat digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2017:85).

3.3 Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer. Data primer

adalah data yang berasal langsung dari sumber data yang dikumpulkan secara khusus dan

berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti. Sumber data primer pada

penelitian ini diperoleh langsung (menggunakan kuesioner) dari para responden yaitu

Wajib Pajak Orang Ptibadi di KPP Pratama Pangkalan Kerinci

3.4 Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran Variabel

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja,

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017:38). variable yang digunakan

dalam penelitian ini adalah variable bebas dan variable terikat. Variabel bebas adalah

variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya variabel terikat

sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas”.

Penelitian ini melibatkan beberapa variabel bebas dan satu variabel terikat. Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah :

1. Pengetahuan tentang pajak


Pengetahuan tentang pajak adalah informasi yang dipahami wajib pajak

mengenai menenai prosedur pajak, fungsi pajak, dan sanksi pajak yang

digunakan sebagai dasar bertindak untuk melaksanakan kewajiban perpajakan.

faktor – faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan tentang pajak yaitu

pendidikan, Pekerjaan, pengalaman, usia, kebudayaan, minat, paparan

informasi, dan media.

2. Kualitas Pelayanan Pajak

Pelayanan yang diberikan kepada Wajib Pajak oleh Direktorat Jenderal

Pajak untuk membantu Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakannya.

apabila kantor pelayanan pajak memberikan kualitas interaksi, kualitas

lingkungan dan hasil kualitas pelayanan yang baik maka hal tersebut dapat

memberikan perspektif positif kepada masyarakat. Sehingga akan

meningkatkan motivasi masyarakat dalam melakasankan kewajiban

perpajakan.

3. Ketegasan Sanksi Pajak

Terjadi karena terdapat pelanggaran terhadap peraturan perundang-

undangan perpajakan. Sehingga apabila terjadi pelanggaran maka wajib pajak

dihukum dengan indikasi kebijakan perpajakan dan undang-undang

perpajakan.

Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini yaitu Motivasi Wajib Pajak

Membayar Pajak. motivasi wajib membayar pajak adalah dorongan wajib pajak untuk
melaksanakan kewajiban perpajakannya seperti membayar pajak terutang kepada Negara

baik dari faktor dalam dirinya maupun dorongan dari luar.

Langkah penting berikutnya adalah menentukan skala pengukuran. Skala

pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan

panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila

digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif (Sugiyono, 2017:92).

Dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert. Jawaban setiap item instrumen yang

menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.

Jawaban setiap item instrumen dapat diberi skor untuk keperluan analisis kuantitatif,

yaitu (Sugiyono, 2017:96):

1. Kategori Sangat Setuju (SS) diberi skor 5

2. Kategori Setuju (S) diberi skor 4

3. Kategori Sangat Ragu-Ragu (R) diberi skor 3

4. Kategori Tidak Setuju (TS) diberi skor 2

5. Kategori Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk mengumpulkan

data yang dibutuhkan dalam penyusunan penelitian. Teknik pengumpulan data hal yang
sangat penting dalam penelitian karena tujuan dari penelitian adalah untuk memperoleh

data. Peneliti berencana melakukan teknik pengumpulan melalui kuesioner.

Kuesioner ialah pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono,

2017:142).

3.6 Metode Analisis Data

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif

Menurut Sugiyono (2017:147), statistik deskriptif adalah statistik yang

digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Analisis deskriptif ini

merupakan analisis yang mengemukakan tentang data diri responden yang

diperoleh dari jawaban responden melalui kuisioner. Kemudian data yang

diperoleh dari jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan, selanjutnya

dihitung persentasenya (Nugroho,2011:22). Statistik deskriptif antara lain

menyajikan data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, perhitungan modus,

median, mean, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata, dan

lain sebagainya.

3.6.2 Uji Kualitas Data

Evaluasi kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrument

penelitian dapat dilakukan dengan melalui uji validitas dan reliabilitas (Hair, et
al., 2010).Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa data yang digunakan valid

dan reliable.

3.6.2.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk melihat kelayakan butir-butir

pertanyaan dalam kuesioner sehinggan dapat mendefinisikan suatu

variabel. Uji validitas dilakukan setiap butir soal kemudian hasilnya

dibandingkan dengan r tabel | df = n-k dengan tingkat kesalahan 5%. Jika

rtabel < hitung maka butir soal dikatakan valid (Ghozali, 2016:53).

3.6.2.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah kestabilan suatu alat pengukuran dalam

mengukur suatu gejala atau kejadian. Hasil uji reabilitas dengan bantuan

SPSS akan menghasilkan Cronbach Alpha. Suatu Variabel dinyatakan

reliable jika Cronbach Alpha > 0.60.Menurut Triton (2006:248), tingkat

reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach’s diukur berdasarkan skala

Alpha 0 sampai 1, apabila skala tersebut dikelompokkan ke dalam lima

kelas dengan range yang sama, maka urutan kemantapan Alpha dapat

diinterpretasikan sebagai berikut.

Tabel 3.1

Alpha Tingkat Reliabilitas

0.00 – 0.20 Kurang Reliabel

>0.20 – 0.40 Agak Reliabel

>0.40 – 0.60 Cukup Reliabel


>0.60 – 0.80 Reliabel

>0.80 – 1.00 Sangat Reliabel

3.6.3 Uji Asumsi Klasik

3.6.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel

dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati

normal atau tidak. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran

data atau titik pada sumbu diagonal dari grafik atau histogram residualnya

(Ghozali, 2016:156). Pada penelitian ini digunakan uji statistik non-

parametrik One-Sample Kolomogrof-Smirnov yaitu pengujian dua sisi

yang dilakukan dengan membandingkan signifikansi hasil uji (p value)

dengan taraf signifikansi.

3.6.3.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas menurut Ghozali (2016:103-104) dilakukan

untuk mengukur apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi

antar variabel bebas. Pengujian korelasi antarvariabel bebas dilakukan

dengan analisis nilai toleransi dan variance inflation factor. Jika nilai

toleransi > 0,1 atau jika VIF < 10 maka dapat dikatakan tidak terjadi

masalah multikolinearitas.
3.6.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam

sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu

pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual pengamatan ke

pengamatan lain tetap disebut homoskedastisitas. Jika varians dari residual

pengamatan ke pengamatan lain berbeda maka terjadi heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,

2016:134)

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan

melihat hasil dari uji heteroskedastisitas menggunakan metode Spearman

Rho dengan melihat hasil signifikannya, apabila hasil signifikan lebih dari

0,05 maka diatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.6.4 Regresi Linear Berganda

Regresi linier berganda adalah suatu analisis asosiasi yang digunakan

secara bersamaan untuk meneliti dua atau lebih variabel bebas terhadap satu

variabel tergantung dengan skala interval, (Umi Narimawati, 2008:5). Penelitian

ini menggunakan tiga variabel bebas yang terdiri dari pengetahuan tentang pajak

(X1), kualitas pelayanan pajak (X2) dan ketegasan sanksi pajak (X3) terhadap

motivasi wajib pajak membayar pajak (Y), sehingga rumus yang digunakan dalam

penelitian regresi linier berganda adalah sebagai berikut:


Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+e Keterangan:
Y = motivasi wajib pajak membayar pajak
a = konstanta
b1 b2 b3= koefisien regresi
X1 = pengetahuan tentang pajak
X2 = kualitas pelayanan pajak
X3 = ketegasan sanksi pajak
e = standar error
3.6.5 Uji Hipotesis
3.6.5.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
persentase sumbangan pengaruh variabel independen tehadap variabel
dependen. Pengujian hipotesis koefisien determinasi dilihat dari besarnya
(R2) untuk mengetahui seberapa jauh variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen. Besarnya nilai (R2) mempunyai interval
antara 0 sampai 1. Apabila variabel bebas hampir mendekati angka 1 maka
variabel dapat dikatakan hampir menguasai variabel terikat. Sebaliknya
apabila variabel bebas semakin mendekati angka 0 maka variabel bebas
semakin terbatas dalam menguasai variabel terikat (Ghozali, 2016:95).
3.6.5.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat secara simultan (Ghozali, 2016:96). Pada
dasarnya Uji statistic F menunjukan apakah semua variabel bebas
(independen) yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama- sama terhadap variabel dependen
3.6.5.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T)
Uji statistik t dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh
variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat (Ghozali, 2016:97).
Uji statistik t akan menunjukkan seberapa signifikan pengaruh masing-
masing variabel X terhadap variabel Y.

Anda mungkin juga menyukai