PENDAHULUAN
Pajak adalah suatu keharusan yang bersifat mengikat dan memaksa tanpa
dimana pajak sumber utama dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Sehingga dasar penerimaan pajak Negara Indonesia yaitu kepatuhan wajib pajak.
Kepatuhan wajib pajak adalah wajib pajak memenuhi kewajiban dan melaksanakan
kesadaran, kepedulian wajib pajak, kualitas pelayanan pajak, sistem pelayanan yang
2016:81). Selanjutnya faktor kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
peraturan perpajakan.
Pengetahuan pajak adalah suatu proses mengubah sikap dan karakter wajib
(Tambun, 2016:36). Oleh karena itu, dengan adanya peraturan perpajakan untuk
1
2
mengetahui secara jelas mengenai perpajakan perlu adanya sosialisasi dari pihak
Kepatuhan wajib pajak yang sudah ditetapkan dalam surat Edaran Direktorat Jendral
Pajak Nomor SE-02/PJ./2008 tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak. Direktorat
Jendral Pajak menetapkan wajib pajak yang mematuhi wajib pajak memenuhi kriteria
tahun 1983 dengan adanya penerapan system self assessment. Dengan menerapkan
system self assessment dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak atas kewajiban
berlaku. Self assessment system menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam
kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban yang sesuai dengan dengan peraturan yang
sistem self assessment system, dimana wajib pajak bertanggung jawab menetapkan
sendiri kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar
dan melaporkan pajaknya tersebut. Dalam kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh
faktor moral wajib pajak. Karena hal itu, menbayar pajak adalah sebuah tuntutan dari
3
kondisi perilaku wajib pajak tersebut. Aspek moral dalam bidang perpajakan
mencakup 2 hal yaitu kewajiban moral dan kesadaran moral dalam menjalankan
kewajiban perpajakan dan alokasi penerimaan pajak oleh pemerintah (Borwn at al,
2003). Dalam mencapai target pajak harus adanya kesadaran dan kepatuhan wajib
Kepatuhan pajak adalah sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi
ketidakpatuhan pajak dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak
tidak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan hak perpajakannya. Hal paling
berjalan dengan baik, mental aparat pajak dan kemampuan membayar pajak oleh
Rohmawati dan Rasmini (2012), tinggi rendahnya wajib pajak agar mematuhi
kewajiban perpajakan untuk mendaftar dan membayar pajak sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah kesadaran pajak. Selanjutnya menurut (Al-
Mamun at al, 2014), kepatuhan wajib pajak sangat dipengaruhi oleh molaritas pajak.
menurut Widodo (2010) menyatakan bahwa selain moralitas, budaya pajak juga
memiliki pengaruh yang besar dalam mempengaruhi kepatuhan seorang wajib pajak.
4
keyakinan dan evaluasi yang positif pada ketidakpatuhan wajib pajak. Sistem
perpajakan yang berlaku tidak adil menurut persepsi wajib pajak, maka kepatuhan
wajib pajak menurun dan kecenderungan wajib pajak untuk melakukan tax evasion
UMKM yang masih pemula belum memiliki pemahaman dan pengetahuan mengenai
peraturan perpajakan. Desa Junrejo, Kota Batu adalah salah satu wilayah yang
dikategorikan memiliki UMKM yang paling banyak. Dalam hal ini, para pelaku
UMKM masih belum mengetahui tentang peraturan dalam pembayaran pajak baik
dari segi moralitas maupun budaya pajak sehingga niat ketidakpatuhan pajak pada
daerah tersebut mengalami penurunan. Dalam hal ini, menurut Widodo (2010),
menyatakan bahwa selain moralitas pajak, budaya pajak juga memiliki pengaruhi
yang besar dalam mempengaruhi kepatuhan seorang wajib pajak. Baik moralitas
pajak maupun budaya pajak dapat menjadi faktor yang berperan dalam pembentukan
kepatuhan seorang wajib pajak. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik dalam
2. Apakah budaya pajak berpengaruh pada niat ketidakpatuhan pajak pada UMKM
1.3. Tujuan
berikut:
ketidakpatuhan pajak pada UMKM Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo Kota Batu.
ketidakpatuhan pajak pada UMKM Desa Junrejo, Kecamatan junrejo Kota Batu.
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti sebagai sarana penerapan
budaya pajak pada niat ketidakpatuhan pajak, sesuai dengan ketentuan wajib pajak
yang berlaku.
2. Bagi Universitas
6
sebagai salah satu referensi bagi pembaca yang tertarik dalam topik yang sesuai
3. Bagi instansi
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat membantu dan memahami dalam
niat ketidakpatuhan pajak sesuai dengan kebijakan kewajiban moral dan budaya
TINJAUAN PUSTAKA
variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Hasil penelitiannya adalah
bahwa variabel persepsi terhadap keadilan sistem perpajakan, norma sosial, norma
moral, norma subyektif, risiko deteksi, besarnya sanksi, religiusitas dan niat untuk
pajak.
Lingkungan Sosial Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantul”. Jenis penelitian yang digunakan dalam
dalam penelitian ini adalah variabel bebas (variabel independen) dan variabel terikat
(variabel dependen). Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau
sampel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (variabel
independen) dan variabel terikat ( variabel dependen). Hasil penelitian yang diperoleh
adalah terdapat pengaruh positif dan signifikan kewajiban moral dan lingkungan
7
8
sosial terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha (WP-OP Pengusaha)
Budaya Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak Studi pada UMKM Siola Kota Surabaya.
Jenis penelitian yang digunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan
yakni analisis regresi berganda karena variabel independen yang lebih dari satu, yaitu
kesadaran pajak secara parsial berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak. Hal ini
dapat diartikan bahwa semakin tinggi kesadaran seorang wajib pajak, maka semakin
tinggi pula kepatuhan pajaknya. Sedangkan moralitas dan budaya pajak secara parsial
tidak mempengaruhi kepatuhan pajak. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi
tingkat moralitas dan budaya pajak seorang wajib pajak maka tidak selalu
perbedaan dan persamaan dengan penelitian sekarang. Persamaan yang terdapat pada
penelitian, lokasi penelitian dan objek penelitian yang akan diteliti. Perbedaan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Retyowati (2016) meneliti dengan judul Analisis
pada KPP Pratama Sukoharjo. Variabel yang digunakan oleh Retyowati yaitu
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nabilla pada tahun 2018 meneliti dengan judul
Pajak Orang Pribadi Pengusaha Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantul”.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan tahun 2017 meneliti dengan judul
Studi pada UMKM Siola Kota Surabaya. Jenis penelitian yang digunakan jenis
karena variabel independen yang lebih dari satu, yaitu variabel penelitian dan
2.2.1. Pajak
a. Pengertian Pajak
Menurut Undang-undang dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi pajak
kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang sifatnya dapat
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-
keempat atas undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata
cara perpajakan pada pasal 1 ayat 1 berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
Pajak adalah iuran masyarakat pada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
dengan tidak mendapat prestasi kembali yang dapat ditunjuk dan yang digunanya
yang terhutang melalui norma-norma umum dan dapat dipaksakan tanpa adanya
11
pemerintah.
b. Fungsi Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan
lain- lain.
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk megatur
c. Jenis-Jenis Pajak
Menurut Mardiasmo (2016: 7), pajak dapat dibagi menjadi beberapa jenis
1. Menurut Golongan
12
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan
membayar kepada pemikul (konsumen), Jadi pajak ini dapat dilimpahkan atau
2. Menurut Sifat
Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan
Pajak Propinsi, contohnya: pajak kendaraan bermotor dan pajak bahan bakar
kendaraan bermotor.
Pajak Kabupaten/Kota, contohnya: pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, serta
Sistem pemungutan pajak dapat disebut sebagai metode atau cara bagaimana
mengelola utang pajak yang terutang oleh wajib pajak dapat mengalir ke kas Negara.
Hal tersebut penting diketahui oleh wajib pajak agar proses pemungutan pajak dapat
berjalan dengan baik dan proses pembangunan dapat berjalan lancar. Menurut
Mardiasmo (2011: 7) sistem pemungutan pajak terbagi menjadi 3 (tiga), antara lain :
Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak dimana jumlah pajak
yang harus dilunasi atau terutang oleh wajib pajak dihitung dan ditetapkan oleh
aparat pajak (fiskus). Dengan begitu, sistem ini mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus (aparat
pajak).
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus (aparat
pajak).
Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak
sendiri.
b) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri
pajak terutang.
c) Fiskus (aparat pajak) tidak ikut campur dan tugasnya hanya mengawasi.
With Holding System merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang
14
bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak. Sistem
terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus (aparat pajak) dan wajib pajak.
besar bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak juga makin besar.
2. Tarif Degresif
3. Tarif Proporsional
pajak.
4. Tarif Tetap
Tarif pajak tetap adalah tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya tetap
5. Tarif Advalorem
15
6. Tarif Spesifik
Tarif spesifik adalah tarif dengan suatu jumlah tertentu atas suatu jenis barang
tertentu atau suatu satuan jenis barang tertentu. Tarif pajak badan di Indonesia
Moralitas pajak merupakan motivasi yang muncul dari dalam diri individu
untuk membayar pajak (Widodo, 2010:9). Moralitas pajak dapat dibentuk melalui
dalam diri wajib pajak sudah tertanam rasa bangga sebagai warga negara, maka
mereka akan termotivasi untuk membayar pajak dan terdorong untuk ikut
memikirkan keadaan bangsanya. Wajib pajak taat membayar pajak karena didorong
oleh adanya sikap peduli dengan kondisi keuangan negara dan partisipasi warga
negara yang tinggi diikuti dengan terbukanya pola pikir untuk memajukan negaranya
mereka untuk membayar pajak, karena mereka berasumsi bahwa pajak yang mereka
Kecintaan warga negara terhadap negaranya salah satunya dapat diwujudkan dengan
membayar pajak dan pada dasarnya motivasi yang dapat mempengaruhi wajib pajak
(Widodo, 2010:37-40).
16
Menurut Putri at. al (2013), Kewajiban moral adalah usaha lain yang digunakan
untuk meningkatkan kepatuhan pajak yang berhubungan dengan etika atau moral
wajib pajak dimana wajib pajak akan memiliki perasaan bersalah dan akan memenuhi
may arise from a moral obligantion or a belief to contribute to the state by paying
compliance”. Artinya moralitas pajak adalah motivasi yang muncul pada individu
untuk membayar pajak. Motivasi ini timbul dari kewajiban moral atau keyakinan
wajib pajak untuk berkontribusi pada negara atau kesediaan individu dalam
individu yang dimiliki oleh seseorang namun tidak dimiliki oleh orang lain.
Sedangkan moral adalah perbuatan atau tindakan seseorang yang terkait dengan nilai-
nilai baik dan buruk. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan. Oleh karena
itu, kewajiban moral adalah perbuatan atau tindakan yang harus dilaksanakan oleh
merupakan salah satu sifat yang mempengaruhi kepatuhan dalam membayar pajak
17
(Mustikasari at al, 2007). Menurut Rahayu (2015: 4-5) indikator kewajiban moral,
yaitu:
a. Melanggar etika
etika yang telah ada, jika tidak memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai
dengan peraturan perpajakan yang ada sehingga wajib pajak merasa bahwa
dilakukan.
b. Perasaan bersalah
jujur dalam menghitung pajak terutangnya dengan benar dan melaporkan SPT
secara tepat waktu serta memenuhi semua kewajiban pajaknya, sehingga jika
wajib pajak tidak memenuhi hal tersebut akan memiliki perasaan bersalah
pada dirinya.
c. Prinsip hidup
Setiap wajib pajak memiliki prinsip hidup yang berbeda-beda, ada wajib pajak
yang memiliki prinsip hidup bahwa pajak merupakan hal yang penting bagi
dirinya, ada pula wajib pajak yang memiliki prinsip hidup bahwa pajak
budaya, bahasa, pakaian tradisional, tarian, dan adat istiadat. Menurut Widodo
(2010:48) : “Budaya yang saat ini tertanam dalam kehidupan masyarakat Indonesia
pajak”
Budaya pajak dibangun karena adanya interaksi baik formal maupun informal
praktik hubungan antara aparatur pajak. Berdasarkan hal tersebut, hubungan antara
aparatur pajak dengan wajib pajak merupakan salah satu indikator dari budaya pajak.
Aparatur pajak diharapkan memiliki sifat jujur, simpatik, dan mudah untuk dihubungi
karena aparatur pajak langsung berhubungan dengan wajib pajak dalam hal pelayanan
Masalah timbul ketika pajak jadi merugikan dan dikelola dengan salah”. Sedangkan
menurut Pandey (2003:10) definisi budaya pajak adalah “Seperangkat interaksi baik
perpajakannya. Wajib pajak umumnya merasa bahwa pajak adalah sebuah beban
(burden), dan insentif dari kontribusi pembayaran pajak yang dilakukan tidak dapat
pemenuhan barang dan jasa publik yang berkualitas juga masih diragukan”.
aparatur pajak dengan wajib pajak, dan budaya nasional. Indikator tersebut
a. Peraturan perpajakan
terlalu kompleks atau sering berubah-ubah, wajib pajak mungkin tidak memiliki
gambaran yang pasti atas pengaruh peraturan pajak tersebut terhadap investasi
Peraturan pajak yang kondusif akan mendukung terciptanya budaya pajak yang
positif pula. Berkaitan dengan peraturan pajak yang kondusif, hal-hal yang
peraturan perpajakan.
disebabkan hubungan antara hak dan kewajiban dalam pajak. Negara berhak
wajib pajak.
kebijakannya.
Jika terdapat dua atau lebih peraturan yang saling bertentangan satu sama
lainnya, maka hal itu akan berdampak bagi ketidakpastian hukum bagi wajib
Aparatur pajak merupakan aparat pajak yang langsung berhadapan dengan wajib
pajak, untuk itu mereka diharapkan memiliki sikap yang simpatik, pelayanan
yang ramah, mudah dihubungi, dan bekerja dengan jujur. Hubungan antara wajib
pajak dengan aparatur pajak dapat berupa hubungan yang bersifat administratif
21
dalam artian berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab aparatur pajak terhadap
c. Budaya nasional
Sebagai negara yang kaya akan ragam budaya menjadikan masyarakat Indonesia
aspek mendasar yang menjadi indikator dari budaya nasional yang memilki
pajak adalah kesadaran dan komitmen baik dari aparatur pajak maupun wajib
pajak”.
Permatasari dan Laksito (2013) menjelaskan bahwa jika sistem perpajakan yang
berlaku semakin tidak adil menurut persepsi wajib pajak, maka tingkat kepatuhannya
akan semakin menurun dan hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan wajib pajak
untuk melakukan tax evasion akan semakin tinggi. Niat ketidakpatuhan adalah
keputusan wajib pajak orang pribadi untuk melakukan perilaku tidak patuh terhadap
pajak seseorang tidak selalu berpengaruh terhadap niat orang tersebut untuk tidak
patuh. Sikap seseorang dapat berkebalikan dengan niat orang tersebut untuk patuh
atau tidak.
22
pajak berupa pajak yang tidak dapat ditarik dari wajib pajak karena wajib pajak
tersebut tidak mematuhi ketentuan pajak sehingga pajak terutang yang tidak dibayar
dirugikan oleh sistem perpajakan, biaya suap kepada petugas pajak yang lebih kecil
dari pajak yang bisa dihemat, perasaan ketidaktransparan pemanfaatan pajak, dan
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan suatu kegiatan usaha yang
Usaha Mikro Kecil Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha, yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau
usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana yang dimaksud
Mikro, Kecil dan Menengah. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang
perorangan dan/ atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteriausaha mikro
23
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro kecil dan Menengah. Kriteria Usaha Mikro
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 ( lima puluh juta
juta rupiah).
menjadi 3(tiga) kelompok berdasarkan total asset, total penjualan tahunan, dan
a. Usaha mikro dalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat
tradisional dan informal, dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan belum
100.000.000,00.
b. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memenuhi keriteria antara
lain :
200.000.000, (dua ratus juta) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha .
koperasi.
2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
atau menjadi bagain baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan
25
usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
karena intensitas tenaga kerja yang relatif lebih tinggi dan investasi yang lebih kecil,
sehingga usaha mikro lebih fleksibel dalam menghadapi dan beradaptasi dengan
perubahan pasar. Hal ini menyebabkan usaha mikro tidak terlalu terpengaruh oleh
tekanan eksternal, karena dapat mengurang impor dan memiliki kandungan lokal
yang tinggi. Oleh karena itu pengembangan usaha mikro dapat memberikan
itu tingkat penciptaan lapangan kerja lebih tinggi pada usaha mikro dari pada yang
terjadi di perusahaan besar (Sutrisno dan Sri, 2006). Peran usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari
pemberdayaan masyarakat
Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui berbagai
pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa perans trategis UMKM
menurut Bank Indonesia antara lain: jumlahnya yang besar dan terdapat dalam setiap
sektor ekonomi; menyerap banyak tenaga kerja dan setiap investasi menciptakan
baku lokal dan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat luas
juta.
pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu, jumlah aset tidak melebihi
$100 ribu.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tidak saja berbeda dengan Usaha
Besar, tetapi didalam kelompok UMKM itu sendiri terdapat perbedaan karakteristik
antara Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Usaha Menengah dalam sejumlah aspek yang
Aspek-aspek tersebut termasuk orientasi pasar, profil dan pemilik usaha, sifat dari
sumber dari bahan baku dan modal, lokasi tempat usaha hubungan-hubungan
eksternal dan derajat keterlibatan perempuan sebagai usaha. Selain itu menurut
laporan BPS tahun 2006 di dalam (Tambunan, 2012), terdapat perbedaan antara
Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah dalam latar belakang atau motivasi
sebagai karakteristik paling penting untuk membedakan antara UMKM itu sendiri.
menjadi pengusaha mikro adalah karena faktor keturunan, yaitu meneruskan usaha
keluarga. Dalam hal ini banyak faktor keluarga yang masih dominan, yakni jika orang
tuanya seorang petani maka anaknya pun akan menjadi petani dan seterusnya.
Sedangkan alasan ideal pengusaha mikro adalah merasa telah dibekali keahlian
28
tertentu. Alasan lain menjadi pengusaha mikro adalah tidak ada kesempatan untuk
Kewajiban moral dan budaya pajak dalam membayar pajak sangat dibutuhkan
dalam suatu kegiatan UMKM agar para pelaku akan sadar pentingnya niat
Ketidakpatuhan Pajak
(Y)
dari Sidanti dan Aglis tahun 2017, jika wajib pajak menilai bahwa tindakan
atau prinsip hidup, maka akan memunculkan niat untuk melakukan ketidakpatuhan
pajak. Begitu juga perasaan tidak bersalah dalam melakukan ketidakpatuhan pajak.
Jika wajib pajak tidak merasa bersalah dalam melakukan ketidakpatuhan pajak,
maka akan memunculkan niat wajib pajak untuk berperilaku tidak patuh. Semakin
rendah kewajiban moral wajib pajak, maka semakin tinggi wajib pajak melakukan
dilakukan oleh Ramadhan tahun 2017 adalah Variabel budaya pajak menunjukkan
nilai signifikansi 0,060 dari hasil uji parsial, yang berarti secara parsial budaya
pajak tidak memberikan pengaruh terhadap kepatuhan pajak UKM Siola. Dari
hasil penelitian ini, baiknya budaya pajak di UKM Siola Kota Surabaya ini tidak
meskipun budaya pajak wajib pajak tinggi, tidak akan menyebabkan tinggi atau
2.8. Hipotesis
Berdasarkan dari kerangka pemikir di atas maka dalam penelitian ini dapat
ketidakpatuhan pajak.
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
berlandasan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau
bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan menguji hipotesis yang telah
mengumpulkan dan mengaanalisis data ketidakpatuhan pajak wajib pajak yang sudah
terdaftar di Desa Junrejo Kota Batu. Pendekatan deskriptif adalah metode yang
sistematis dengan fakta-fakta dengan interprestasi yang tepat, serta bukan hanya
observasi.
Objek penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah UMKM yang
31
32
c.3.1. Populasi
Menurut Sugiyono (2011), populasi merupakan objek atau subjek umum yang
memiliki kualitas dan karakterisitik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah
wajib pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang terdaftar di Desa
Junrejo Batu.
c.3.2. Sampel
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam menentukan
jumlah sampel ini maka di lakukan sebuah teknik yaitu teknik sampling dimana
teknik sampling merupakan teknik untuk pengambilan sampel. Penelitian ini akan
menggunakan teknik sampling atau mengambil data dari Usaha Mikro Kecil
Menengah yang ada di Desa Junrero Batu. Meskipun sampel hanya merupakan
bagian dari populasi, kenyataan yang di dapatkan harus dapat mendeskripsikan dalam
pertimbangan seperti karena keterbatasan waktu tenaga atau dana sehingga tidak
dapat mengambil sampel dalam jumlah besar. Semakin besar sampel yang di ambil
dari suatu populasi yang ada adalah semakin baik. Menurut Roscoe dalam Sugiyono
(2015:131) jumlah batas minimal sampel yang harus diambil oleh peneliti yaitu
sebanyak 30 sampel.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
1) Data primer
Menurut Sugiyono (2012), data primer adalah sumber data yang langsung
mengumpulkan data berupa hasil wawancara dengan pihak UMKM yang yang
terdaftar di Desa Junrejo berkaitan dengan kewajiban moral dan budaya pajak
2) Data sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak memberikan informasi
secara langsung kepada pengumpul data. Sumber data sekunder ini dapat berupa
hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam bentuk lain
atau dari orang lain (Sugiyono, 2012). Dalam hal ini data yang diperoleh peneliti
adalah berupa data dokumentasi dari UMKM yang terdaftar di Desa Junrejo Kota
Batu.
b) Kuisoner
34
Kuisioner berisi pernyataan tentang indikator dari setiap variabel disertai empat
altetnatif jawaban dengan skor dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju
yaitu 1-4. Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk memperjelas lagi
diisi oleh responden. Skala ordinal yang dipergunakan untuk menjawab bagian
dibawah ini.
variabel tersebut. Menurut Sugiyono (2015) variabel penelitian adalah segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (variabel independen) dan
atau timbulnya variabel dependen atau terikat (Sugiyono, 2015: 61). Variabel
Kewajiban Moral adalah norma individu yang dimiliki oleh seseorang dalam
dalam hal ini untuk kepatuhan wajib pajak orang pribadi pengusaha. Indikator
yang digunakan untuk mengukur variabel ini yaitu melanggar etika yang ada,
perasaan bersalah jika wajib pajak tidak memenuhi kewajibannya, dan prinsip
hubungan khusus yang terbentuk antara aparatur pajak dengan wajib pajak
(Widodo, 2010). Budaya pajak dibangun karena adanya interaksi bukti formal
yang akan digunakan dalam variabel ini adalah memiliki sifat jujur, simpatik
dan sifat jujur, simpatik, dan mudah untuk dihubungi karena aparatur pajak
(Widodo, 2010).
36
oleh variabel independen/bebas atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
oleh administrasi pajak berupa pajak yang tidak dapat ditarik dari wajib pajak
karena wajib pajak tersebut tidak mematuhi ketentuan perpajakan sehingga pajak
terutang yang tidak dibayar (Santoso, 2008). Indikator dalam variabel terikat ini
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis statistik
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
variabel yang diteliti. Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain, penyajian data
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu item valid atau tidak.
Jika koefisien validitas (r) hitung lebih besar dari r tabel berarti item tersebut valid
(Sugiyono, 2009).
Untuk mengetahui validitas suatu instrumen (dalam hal ini kuisioner) dilakukan
dengan cara melakukan korelasi anat skor masing - masing variabel dengan skor
totalnya. Suatu variabel (pertanyaan) dikatakan valid bila skor tersebut berkolerasi
Dengan keterangan :
X = Skor variabel X
Y = Skor variabel Y
XY = Skor variabel X di kalikan dengan Y
r = Koofisien korelasi
N = Jumlah sampel
Menurut Sugiyono (2011), jika r hitung > dari pada r tabel maka pertanyaan
tersebut valid, sedangkan jika r hitung < dari tabel maka pertanyaan tidak valid. Nilai
nilai tabel (r tabel) pada a = 0,05 jika r- hitung > r- tabel dan tarif signifikansi lebih
software Microsoft Office Excel dan Statistical Product and Service Solution (SPSS).
Setelah semua pertayaan sudah valid, analisis selanjutnya dengan uji reliabilitas
Ketentuannya bila r alpha > konstanta ( 0,6 ) maka pertanyaan tersebut reliabel.
Dimana :
= Varians total
skornya bukan 1 dan 0, misalnya kuisioner atau soal dalam bentuk uraian. Sedangkan
tersebut reliabel (Johnson & Christensen, 2012). Sama halnya dengan Uji Validitas,
39
dan Statistical Product and Service Solution (SPSS). Namun, memang lebih mudah
Dalam penelitian ini melakukan pengujian atas analisis regresif linear berganda.
Dalam melakukan analisis regresi terhadap beberap asumsi yang harus dipenuhi
sehingga persamaan regresi yang dihasilkan valid jika digunakan untuk memprediksi.
Asumsi yang harus dipenuhi adalah asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji
a. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah variabel pengganggu atau residual
taraf signifikan 0,05 (Ghozali, 2016). Berdasarkan sampel akan diuji hipotesis nol
hipotesis tandingan bahwa distribusi tidak normal. Kriterianya adalah dilihat dari
Scater Diagram antara skor peluang normal dengan kata asli.jika membentuk garis
b. Uji multikolinieritas
Uji multikolenieritas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah model regresi
regresi yang baik seharusnya multikolinieritas dan dapat dilihat dari VIF
a. Jika VIF < 10 dan nilai tolerance < 0,1 bebas dari multikolinieritas.
b. Jika VIF > 10 dan nilai tolerance < 0,1 terjadi multikolinieritas.
c. Uji heteroskodastisitas
uji Scatter Plot yang menyatakan bahwa model regresi linear tidak terdapat
heteroskedastisitas jika:
Teknik uji analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi, yaitu
analisis regresi linear ganda. Analisis regresi adalah untuk mengetahui pengaruh
(hubungan) variabel bebas terhadap variabel terikat. Pemilihan jenis analisis regresi
linear berganda karena dalam penelitian ini terdiri dai dua variabel bebas yaitu
Kewajiban Moral (X1) dan Budaya Pajak (X2) dengan variabel terikat niat
prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen
sebagai berikut:
Keterangan:
Y` : Variabel dependen
X1 : Kewajiban moral
X2 : Budaya pajak
Untuk melakukan perhitungan model analisis regresi linear berganda tersebut maka
2016:61). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol atau satu. Nilai R 2 yang kecil
variabel dependen amat terbatas. Dan sebaliknya jika nilai yang mendekati 1(satu)
42
Uji parsial digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh dari variable
sebesar 0,05. Menurut Sugiyono (2011), untuk mendapatkan nilai t hitung dapat dicari
thitung = b1
sb1
b1 = koefisien regresi
a. Apabila nilai tingkat signifikasi t > 0,05 atau thitung < t tabel , maka H1 ditolak dan
menerima H0, artinya variabel bebas secara persial tidak berpengaruh terhadap
variabel terikat.
b. Apabila nilai tingkat signifikasi t < 0,05 atau thitung > ttabel, maka H1 diterima dan
menolak H0, artinya variabel secara persial berpengaruh terhadap variabel terikat.
43
BAB IV
Asal-usul Desa Junrejo yaitu awalnya Junrejo berawal dari kata “Dyon Retjo”
atau “Jun Watu”. Dyon dalam Bahasa jawa kuno artinya tempat air dari gentong,
sehingga Dyion Retjo atau Arca Dyion Watu bermakna sebagai tempat air dari batu.
Menurut para sesepuh yang didapatkan dari cerita turun-temurun keberadaan pohon
upacara untuk menghormati para leluhur desa atau biasa di sebut dengan “JUN” oleh
masyarakat Desa Junrejo. Keberadaannya tersebut sudah ada sejak abad ke IX atau
pada masa Kerajaan Tumapel atau Singgosari. Pada tahun 1914 di Desa Junwatu
ditemukan sebuah benda yang berupa “JUN” dan di desa Telogo Rejo ditemukan
“Telogo” menurut masyarakat setempat disebut dengan “Jeding” dalam Bahasa jawa.
Kemudian pada tahun 1922 Desa Telogorejo berubah nama menjadi Jeding dengan
pedukuhan Rejoso. Tahun 1923 Desa Junwatu, Jeding dan Rejoso digabung dan
44
45
1. Kondisi Geografis
Desa Junrejo terletak pada ketinggian 700 mil berada di dataran tinggi dengan
udara yang sejuk dan pedesaan yang asri. Curah hujan rata-rata pertahunnya 30 mm,
keadaan suhu rata-rata 21ºC-30ºC. Batas Wilayah Desa Junrejo sebagai berikut:
petani dan sebagian lain pengrajin, pedagang, karyawan, wiraswasta, pegawai, buruh
dan sebagainya. Berbagai hasil pasca panen dihasilkan dengan baik, hal tersebut
terlihat dengan adanya home industry sedang dan kecil. Kategori home industri
sedang antara lain souvenir dan peralatan rumah tangga. Sedangkan, kategori home
industri kecil berupa anyaman tas dari plastik, makanan ringan dari ubi, keripik tempe
dan pembuatan peralatan pertanian. Dari beberapa bidang usaha tersebut banyak
membuahkan hasil yang cukup baik, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya
pengiriman hasil produksi keluar kota dan bahkan lintas pulau. Dari beberapa
menumbuhkan rasa solidaritas antar warga dengan rasa saling menghargai tanpa
Sumber daya yang dimiliki oleh Desa Junrejo antara lain terdapat sumber daya
sosial budaya yang di dalamnya terdapat perkumpulan dalam bidang kesenian seperti
kesenian reog, kuda lumping, campur sari yang diikuti oleh masyarakat desa junrejo
yang di dalamnya terdapat aset dari tempat ibadah, prasarana Pendidikan, aset
prasarana kesehatan, aset prasarana pemerintahan dan olah raga. Selanjutnya Desa
Junrejo memiliki sumber daya alam yang melimpah dari adanya lahan pekarangan,
Adapun data umum responden pada pelaku UMKM di Desa Junrejo Kecamatan
Junrejo Kota Batu dalam penelitian ini meliputi pekerjaan, jenis usaha, jenis kelamin,
usia, pendidikan, lama menjadi wajib pajak, yang diuraikan dalam bentuk tabel dan
Tabel 4.1
47
No Pekerjaan F %
1 IRT 1 3,3
2 Wirasawata 29 97,7
Total 30 100
Sumber: Data diolah, 2020
UMKM di Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu adalah wiraswasta, yaitu
Tabel 4.2
No Jenis Usaha F %
1 Camilan 2 6,7
Kerajinan kayu
2 28 93,3
dan alat dapur
Total 30 100
Sumber: Data diolah, 2020
pelaku UMKM di Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu adalah usaha
Tabel 4.3
No Jenis Kelamin F %
1 Laki-laki 24 80,0
2 Perempuan 6 20,0
Total 30 100
Sumber: Data diolah, 2020
pelaku UMKM di Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu adalah laki-laki,
Tabel 4.4
No Umur F %
1 20-30 tahun 1 3,3
2 31-30 tahun 6 20,0
3 >50 tahun 23 76,7
Total 30 100
Sumber: Data diolah, 2020
pelaku UMKM di Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu adalah berusia
Tabel 4.5
Jenjang
No F %
Pendidikan
1 SD 10 33,3
2 SMP 13 43,3
3 SMA 7 23,3
4 S1 - 0
5 D3 - 0
Total 30 100
Sumber: Data diolah, 2020
(43,3%).
Tabel 4.6
N Lama menjadi F %
50
No wajib pajak
1 1-3 tahun - 0
2 4-6 tahun 4 13,3
3 >7 tahun 26 86,7
Total 30 100
Sumber: Data diolah, 2020
pelaku UMKM di Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu sudah menjadi
Tabel 4.7
Deskritif Variabel
Variabel Terendah Tertinggi Rata-Rata
Kewajiban moral (X1) 17,00 24,00 19,0667
Budaya pajak (X2) 14,00 20,00 16,2667
Niat ketidakpatuhan pajak (Y) 6,00 14,00 11,1667
Sumber: Data diolah, 2020
memiliki skor terendah 17, tertinggi 24,00, dan rata-rata adalah 19,07. Variabel
budaya pajak (X2) memiliki skor terendah 14,00, tertinggi 20,00, dan rata-rata
adalah 16,27. Variabel niat ketidakpatuhan pajak (Y) memiliki skor terendah 6,00,
b. Pengujian Instrumen
1. Uji Validitas
51
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
dapat mengukur apa yang hendak diukur. Adapun uji vailiditas dilakukan dengan
membandingkan antara nilai rhitung dengan rtabel. Pengujian validitas disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 4.8
Uji Validitas
No rhitung rtabel
X1 X2 Y Ket.
1 0,406 0,512 0,687 Valid
2 0,469 0,596 0,531 Valid
3 0,560 0,674 0,704 Valid
0,361
4 0,674 0,462 0,735 Valid
5 0,659 0,458 - Valid
6 0,469 - - Valid
Sumber: Data diolah, 2020
kewajiban moral (X1), budaya pajak (X2), dan niat ketidakpatuhan pajak (Y)
memiliki nilai rhitung > rtabel dimana nilai rhitung dari 30 responden adalah sebesar
0,361 dengan taraf signifikan 5% (p value < 0,05), sehingga dapat dikatakan
2. Uji Reliabilitas
data yang diperoleh memenuhi syarat reliabilitas atau tidak. Kriteria reliabilitas
52
dengan menggunakan cronbach alpha adalah apabila hasil korelasi alpha lebih
besar dari 0,6 maka instrumen dikatakan reliabel dan sebaliknya. Hasil pengujian
Tabel 4.9
Uji Reliabilitas
No Cronbach Alpha
Alpha Ket.
X1 X2 Y
1 0,750 0,680 0,718 Reliabel
2 0,735 0,659 0,761 Reliabel
3 0,716 0,634 0,713 Reliabel
0,600
4 0,679 0,689 0,713 Reliabel
5 0,685 0,693 - Reliabel
6 0,736 - - Reliabel
Sumber: Data diolah, 2020
kewajiban moral (X1), budaya pajak (X2), dan niat ketidakpatuhan pajak (Y)
memiliki nilai koefisien alpha lebih besar dari 0,600. Dengan demikian berarti
1. Uji Normalitas
bebas dan variabel terikat adalah normal. Normalitas dapat diketahui dari normal
probability plot, sedangka model regresi yang baik adalah distribusi data normal
atau mendekati normal. Adapun data dinyatakan normal jika data (titik)
mengetahui data terdistribusi normal atau tidak dilihat pada gambar normal P-
uji normalitas (normal), karena penyebaran data (titik) pada sumber diagonal dari
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang membentuk sudut 45º.
2. Uji Multikolinearitas
independen yang satu dengan independen yang lain dalam regresi saling
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF > 10,0 maka terjadi multikolinearritas.
Dan sebaliknya apabila VIF < 10,0 maka tidak terjadi multikolinearitas. Dalam
penelitian ini diperoleh nilai VIF seperti pada Tabel sebagai berikut:
Tabel 4.10
Uji Multikolinearitas
3. Uji Heterokedastisitas
varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
terletak disekitar nilai 0 dari sumbu X dan Y. Adapun untuk mengetahui terjadi
gejala heterokedastisitas atau tidak dapat dilihat pada gambar grafik plot berikut.
55
sumbu X dan sumbu Y dan terdapat pola yang jelas dari penyebaran data.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi ada korelasi
Durbin Watson (d), jika nilai kurang dari – 4 berarti autokorelasi negatif, apa
bila nilai (d) lebih dari +4 maka terjadi autokorelasi positif, dan jika (d) barada
terjadi gejala autokorelasi atau tidak maka hasil uji diketahui pada tabel berikut:
Tabel 4.11
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
56
1 1,689
Sumber: Data diolah, 2020
gejala autokorelasi karena nilai Durbin Watson (d) = 1,689 terletak antara –4
d. Regresi Sederhana
Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui besarnya
Tabel 4.12
Analisis Regresi Linier Sederhana
Unstandardized Standardized
Variabel Coefficients Coefficients thitung Sig Keterangan
(B) (Beta)
Konstanta 13,143 8,607 0,000 Signifikan
X1 -0,983 0,170 4,255 0,001 Signifikan
X2 -0,736 0,259 3,391 0,012 Signifikan
Sumber: Data diolah, 2020
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Y = 10,810 + 0,601X1
artinya jika nilai variabel kewajiban moral (X1) dan budaya pajak (X2), maka
b. Koefisien regresi variabel kewajiban moral (X1) sebesar -0,983 artinya jika
c. Koefisien regresi variabel budaya pajak (X2) sebesar -0,738 artinya jika
dependen. Hasil uji Koefisien determinasi (R2) disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.13
Model R Square
X1 dan X1 → Y 0,534
Sumber: Data diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.13 menunjukkan bahwa nilai r square (r2) sebesar 0,534
yang artinya kontribusi pengaruh variabel kewajiban moral dan budaya pajak
kewajiban moral dan budaya pajak pada niat ketidakpatuhan pajak. Adapun
Tabel 4.14
diketahui bahwa variabel kewajiban moral (X1) memiliki nilai thitung > ttabel (4,255
> 2,042) dengan nilai signifikan 0,001 (p value < 0,05) dan variabel dan budaya
pajak (X2) memiliki nilai thitung > ttabel (3,391 > 2,042) dengan nilai signifikan
0,012 (p value < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kewajiban
moral dan budaya pajak secara parsial berpengaruh signifikan terhadap niat
ketidakpatuhan pajak.
59
4.4. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis yang telah disajikan dalam penelitian ini diketahui
bahwa variabel variabel kewajiban moral (X 1) memiliki nilai thitung > ttabel (4,255 >
2,042) dengan nilai signifikan 0,001 (p value < 0,05), yang menunjukkan bahwa
terhadap niat ketidakpatuhan pajak, artinya semakin tinggi atau baik nilai kewajiban
moral yang dipegang oleh Wajib Pajak (WP) pada UMKM di Desa Junrejo
Kecamatan Junrejo Kota Batu, maka akan semakin rendah niat untuk memiliki niat
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak yang terdaftar pada KPP Pratama
Sukoharjo”, membuktikan bahwa norma sosial, norma moral, dan norma subyektif
berpengaruh positif terhadap ketidakpatuhan pajak wajib pajak. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Nabilla (2018) yang berjudul “Pengaruh kewajiban moral dan
lingkungan sosial terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pengusaha pada
Hasil penelitian ini juga didukung dengan pendapat Layata dan Setiawan (2014)
menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
yaitu kewajiban moral, dimana wajib pajak yang memiliki kewajiban moral yang
baik akan menciptakan kemauan secara sukarela untuk menghitung, membayar dan
melaporkan pajaknya diikuti dengan mematuhi aturan pajak yang berlaku maka
pajaknya. Jayannto (2011) juga menjelaskan bahwa dalam bidang perpajakan aspek
moral merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kepatuhan wajib
pajak karena membayar pajak tidak lepas dari kondisi behavior wajib pajak itu
sendiri. Hal ini disebabkan membayar pajak adalah suatu aktivitas atau perbuatan
yang harus dilaksanakan oleh seseorang sesuai dengan nilai rasa yang sesuai di
seperti kejujuran dan keadilan tentunya akan cendrung lebih patuh daripada individu
Berdasarkan hasil analisis yang telah disajikan dalam penelitian ini diketahui
bahwa variabel variabel budaya pajak (X2) memiliki nilai thitung > ttabel (3,391 >
2,042) dengan nilai signifikan 0,012 (p value < 0,05), yang menunjukkan bahwa
ketidakpatuhan pajak. Hasil analisis regresi diperoleh nilai variabel kewajiban moral
ketidakpatuhan pajak, artinya semakin tinggi atau baik nilai budaya pajak yang
61
dianut, atau semakin terbiasa WP UMKM di Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota
Batu memiliki budaya membayar pajak, maka akan semakin rendah niat untuk
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
terhadap kepatuhan pajak studi pada UMKM Siola Kota Surabaya”, menyimpulkan
bahwa semakin tinggi kesadaran seorang wajib pajak, maka semakin tinggi pula
kepatuhan pajaknya, dengan kata lain semakin tinggi nilai kesadaran akan budaya
membayar pajak maka akan semakin rendah niat untuk tidak melakukan
penghindaran pajak.
aparatur pajak dengan wajib pajak, dimana secara historis melekat dengan budaya
nasional, termasuk ketergantungan dan ikatan yang terbentuk akibat interaksi yang
diri dari pembayaran pajak karena membayar pajak adalah suatu aktivitas yang tidak
lepas dari kondisi behaviour wajib pajak itu sendiri. Karenanya, untuk mengetahui
membina wajib pajak tidak patuh maka tax-enforcement harus ditegakkan. Pilar-
62
pilar penegakkan hukum pajak harus dijaga dengan baik melalui peraturan dan
pajak maka diperlukan adanya sosialisasi dan pemahaman perpajakan, hal ini dapat
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat
disimpulkan bahwa:
Wajib Pajak UMKM di Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu, artinya
semakin tinggi kewajiban moral yang dipegang oleh Wajib Pajak (WP), maka
akan semakin rendah niat untuk memiliki niat ketidakpatuhan pajak atau
2. Budaya pajak berpengaruh pada niat ketidakpatuhan pajak pada Wajib Pajak
UMKM di Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu, artinya semakin tinggi
atau baik nilai budaya pajak yang dianut, atau semakin terbiasa WP UMKM di
Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu memiliki budaya membayar pajak,
maka akan semakin rendah niat untuk memiliki niat ketidakpatuhan pajak.
5.2. Saran
telah dilakukan selama ini, karena dengan adanya sosialisasi akan memberikan
manfaat yang besar, yaitu Wajib Pajak tetap ingat dengan kewajibannya,
63
64
kepatuhan pajak.
DAFTAR PUSTAKA
65
Al-Mamun, A., Entebang, H., Mansor, S. A., Yasser, Q. R. & Nathan, T. M.2014.
5 (1), 109-124.
Arifin, S. B., dan Nasution, A. A.2017. “Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Sanksi
Peta, Vol.3, NO.2, Hlm.1-10.
http://journal.stieken.ac.id/index.php/peta/article/view/343/455. Diakses
Bruton dan Ilyas. 2013. “Hukum Pajak; Teori, Analisis, dan Perkembangannya”.
Budhiartama, P., dan Jati Ketut “Pengaruh Sikap, Kesadaran Wajib Pajak Dan
2016: 1510-153.
Hidayat, Widi dan Argo Adhi Nugroho. 2010. “Studi Empiris Theory of Planned
Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.
12. No. 2.
https://www.researchgate.net/publication/307831697_FAKTOR-
Khaerunissa, Indra., dan Wiranto, Adi. 2014. Pengaruh Moralitas Pajak, Budaya
Pajak, dan Good Governance terhadap Kepauhan Wajib Pajak. Jurnal Riset
http://journal.univpancasila.ac.id/index.php/jrap/article/view/80/96. Diakses
Kiyosaki, R,T. 2001. The Cashflow Quadrant. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Layata, Sherly., dan Setiawan, Putu Ery. 2014. Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas
Mustikasari, Elia. 2007. “Kajian Empiris tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan di
Akuntansi X. Makasar.
Oh, Teik Hai and Lim, Meng See. 2011. Behavioral Intention of Tax Non-
Permatasari, Inggrid dan Laksito, Herry. 2013. “Minimalisasi Tax Evasion melalui
Pekanbaru.
Kepatuhan Pajak”. Studi pada UKM Siola Kota Surabaya. Program Studi
Muhammadiya.
69
Setiawan, Aditya. 2016. “Peranan KPP Pratama Dalam Meningkatkan Jumlah Wajib
Muhammadiyah Yogyakarta.
Suyanto, Pasca Putri Lopian Ayu Intansari dan Supeni Endahjati. 2016. “Tax
Widodo, Widi, 2010. “Moralitas, Budaya, dan Kepatuhan Pajak”. Bandung: Alfabeta.
KUISIONER PENELITIAN
Kepada Yth
Di Tempat
Dengan Hormat,
Identitas peneliti :
Nim : 2016110064
Fakultas : Ekonomi
Hormat Saya
Floryani R. Haryanti
I. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dengan jawaban yang telah
disediakan yang menurut bapak/ibu itu benar.
2. Bapak/Ibu cukup memberi tanda cek () pada jawaban yang sesuai dan
menurut bapak/ibu benar.
71
3. Apabila Bapk/Ibu salah menjawab, cukup silang (X) pada centang yang
salah tersebut dang anti dengan pilihan jawaban yang menurut Bapak/Ibu
benar.
II. Data Responden
1. Nama :
2. Alamat :
3. Pekerjaan :
4. Jenis Usaha :
5. Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
6. Umur
a. 20 - 30 Tahun
b. 31 – 40 Tahun
c. 50 Tahun
7. Pendidikan
a. SMP
b. SMA
c. S1
d. Dll
8. Lama menjadi wajib pajak
a. 1 – 3 tahun
b. 4 – 6 taun
c. 7 Tahun
III. Data Penelitian
Keterangan:
1. Sangat Setuju (SS)
2. Setuju (S)
3. Tidak Setuju (TS)
4. Sangat Tidak Setuju (STS)
IV. Data Pernyataan
Variabel X1 : Kewajiban Moral
No Pernyataan SS S TS STS
1 Ikut serta dalam kegiatan keagamaan dan
organisasi masyarakat.
2 Kinerja pemerintah dalam mengurus perpajakan
sudah dilakukan dengan baik
72
No Pernyataan SS S TS STS
1 Wajib pajak memutuskan untuk melakukan
ketidakpatuhan terhadap ketentuan perpajakan
2 Sebagai wajib pajak harus ada niat untuk
melaporkan atas pendapatan yang tidak benar
3 Wajib pajak harus memiliki niat untuk
melaporkan hasil yang tidak benar berkaitan
dengan perpajakan
4 Sebagai wajib pajak harus memutuskan untuk
melakukan ketidakpatuhan terhadap ketentuan
perpajakan
73
Kerajina
1 Siti Wiraswasta 2 2 1 3 4 3 3 2 3 3 18 4 3 4 3 4 18 3 2 3 2 10
n
2 Mursid Wiraswasta UD 1 3 5 3 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 20 2 2 2 2 8
Kerajina
3 Yuyun IRT 2 2 1 2 3 3 4 3 3 3 19 4 3 3 3 3 16 3 3 3 3 12
n
Siti Hanger
4 Wiraswasta 2 3 1 3 3 3 3 2 3 3 17 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 11
Kolima Tarik
Tunik Kerajina
5 Wiraswasta 2 3 2 3 4 3 3 1 3 3 17 4 3 3 3 3 16 1 3 1 1 6
Julaitah n
Kerajina
7 Budiono Wiraswasta 1 3 5 2 3 3 3 2 4 2 17 3 3 3 3 4 16 3 2 3 2 10
n
74
Sutrisno Kerajina
8 Wiraswasta 1 3 5 3 3 3 3 3 3 3 18 3 2 3 3 3 14 1 3 4 2 10
Widodo n
Kerajina
9 Sudan Wiraswasta 1 3 1 3 4 3 3 4 3 3 20 3 4 4 3 3 17 3 4 3 3 13
n
Kerajina
10 Fransisko Wiraswasta 1 3 1 2 5 2 3 4 3 3 20 4 3 3 2 3 15 3 3 3 2 11
n
Bambang Kerajina
11 Wiraswasta 1 3 2 3 4 3 3 3 3 4 20 3 3 4 3 4 17 3 3 4 3 13
Setyawan n
Cobek
12 Tono Wiraswasta 1 2 5 3 4 4 3 3 3 3 20 3 3 3 3 3 15 4 3 3 3 13
cor
Kerajina
13 Murnawi Wiraswasta 1 3 5 3 4 3 2 2 4 4 19 4 3 4 4 3 18 3 2 4 3 12
n
Kerajina
14 Sumanu Wiraswasta 1 3 1 3 4 3 4 4 4 3 22 3 3 4 3 4 17 3 3 3 3 12
n
Kerajina
15 Kosir Wiraswasta 1 3 1 3 4 3 3 3 3 4 20 4 4 3 3 3 17 3 3 3 3 12
n
Alat
16 Susiono Wiraswasta 1 3 5 3 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 12
dapur
Kripik
17 Rusnianti Wiraswasta 2 2 1 3 4 3 3 3 3 3 19 3 4 4 3 3 17 3 2 2 3 10
tempe
Mustaki Bubut
20 Wiraswasta 1 3 1 3 3 3 2 2 4 3 17 4 3 2 4 3 16 3 4 4 3 14
m kayu
Kerajina
22 Sukirno Wiraswasta 1 2 2 2 4 3 3 4 3 3 20 3 3 3 3 4 16 3 3 3 3 12
n
Hanger
23 Surianto Wiraswasta 1 3 1 3 3 4 3 3 3 4 20 4 3 4 3 4 18 2 3 3 3 11
Tarik
Sugeng Kerajina
24 Wiraswasta 1 3 2 3 4 3 2 2 3 3 17 3 3 3 3 3 15 4 3 4 3 14
Paujon n
Sugeng Kerajina
25 Wiraswasta 1 3 2 3 3 3 3 2 4 3 18 4 3 2 3 3 15 4 2 2 2 10
alfianto n
Andura Kerajina
26 Wiraswasta 1 3 5 3 3 3 4 3 4 3 20 4 4 3 4 3 18 3 4 3 2 12
Suryo n
Anik
27 Wiraswasta Industri 2 2 5 3 4 3 3 2 4 3 19 4 4 3 3 2 16 2 3 2 2 9
Yulianti
Kerajina
28 Juliani Wiraswasta 1 3 5 3 4 3 3 3 4 2 19 4 3 3 3 4 17 2 2 3 2 9
n
Kerajina
30 Kodir Wiraswasta 1 3 1 3 4 4 3 3 4 3 21 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 12
n
77
Frequencies
Frequency Table
Pekerjaan
Jenis.Usaha
Jenis.Kelamin
Umur
Pendidikan
Lama.Menjadi.WP
PX.1.1
PX.1.2
PX.1.3
PX.1.4
PX.1.5
PX.1.6
PX.2.1
PX.2.2
PX.2.3
PX.2.4
PX.2.5
PY.1
PY.2
PY.3
PY.4
Analisis Deskriptif
82
Descriptives
Descriptive Statistics
Correlations
Correlations
Correlations
Correlations
Correlations
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
86
N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.756 7
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if
Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted
PX.1.1 34.5000 9.569 .251 .750
PX.1.2 35.1000 9.472 .341 .735
PX.1.3 35.0667 9.099 .436 .716
PX.1.4 35.3000 7.872 .505 .679
PX.1.5 34.7667 10.392 .034 .685
PX.1.6 35.0000 9.310 .316 .736
Total.X.1 19.0667 2.685 1.000 .700
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
87
N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
Reliability Statistics
.697 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if
Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted
PX.2.1 29.0667 6.271 .355 .680
PX.2.2 29.3333 6.092 .462 .659
PX.2.3 29.3000 5.666 .533 .634
PX.2.4 29.4000 6.524 .323 .689
PX.2.5 29.3000 6.424 .294 .693
Total.X.2 16.2667 1.857 1.000 .704
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
88
N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
.759 5
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if
Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted
PY.1 19.5667 9.289 .540 .718
PY.2 19.4333 10.530 .390 .761
PY.3 19.3333 9.471 .581 .713
PY.4 19.8333 9.799 .645 .713
Total.Y 11.1667 3.109 1.000 .671
Regression
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered Variables Removed Method
a
1 Total.X.2, Total.X.1 . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Total.Y
Model Summaryb
Durbin-
Change Statistics Watson
Sig.
Adjusted R Std. Error of R Square F
Model R R Square Square the Estimate Change F Change df1 df2 Change
a
1 .731 .534 .286 1.77801 .534 6.297 2 27 000a 1.689
a. Predictors: (Constant), Total.X.2, Total.X.1
b. Dependent Variable: Total.Y
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 39.811 2 19.906 6.297 .000a
Residual 85.356 27 3.161
Total 90.167 29
a. Predictors: (Constant), Total.X.2, Total.X.1
b. Dependent Variable: Total.Y
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 13.143 1.527 8.607 .000
Total.X.1 -.983 .231 .170 4.255 .001 .764 1.309
Total.X.2 -.736 .217 .259 3.391 .012 .764 1.309
a. Dependent Variable: Total.Y
90
91