Anda di halaman 1dari 93

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pajak adalah suatu keharusan yang bersifat mengikat dan memaksa tanpa

imbalan secara langsung demi kemakmuran rakyat (Wulandari at al. 2014:94).

Suyanto at al (2016:9) pajak memiliki peranan dalam perekonomian Indonesia

dimana pajak sumber utama dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Sehingga dasar penerimaan pajak Negara Indonesia yaitu kepatuhan wajib pajak.

Kepatuhan wajib pajak adalah wajib pajak memenuhi kewajiban dan melaksanakan

hak perpajakan. Adapun faktor ketidakpatuhan wajib pajak yaitu kurangnya

kesadaran, kepedulian wajib pajak, kualitas pelayanan pajak, sistem pelayanan yang

tidak memuaskan dalam memenuhi kewajiban perpajakan yang berlaku (Setiawan,

2016:81). Selanjutnya faktor kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak

adalah pengetahuan perpajakan dan faktor eksternal adalah sosialisasi tentang

peraturan perpajakan.

Pengetahuan pajak adalah suatu proses mengubah sikap dan karakter wajib

pajak untuk mendewasakan manusia melalui upaya pelatihan (Anwar, 2015:17).

Dengan mempunyai pengetahuan perpajakan dapat meningkatkan kepatuhan wajib

pajak dalam membayar pajak sesuai peraturan undang-undang perpajakan.

Pengetahuan wajib pajak sangat berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

(Tambun, 2016:36). Oleh karena itu, dengan adanya peraturan perpajakan untuk

1
2

mengetahui secara jelas mengenai perpajakan perlu adanya sosialisasi dari pihak

pelayanan perpajakan. Sehingga wajib pajak dengan sendirinya menyadari betapa

pentingnya membayar pajak, walaupun imbalannya tidak diterima secara langsung.

Kepatuhan wajib pajak yang sudah ditetapkan dalam surat Edaran Direktorat Jendral

Pajak Nomor SE-02/PJ./2008 tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak. Direktorat

Jendral Pajak menetapkan wajib pajak yang mematuhi wajib pajak memenuhi kriteria

sesuai dengan surat edaran berlaku.

Aspek moral perpajakan adalah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Peran pemerintah dalam meningkatkan penerimaan sektor perpajakan dimulai sejak

tahun 1983 dengan adanya penerapan system self assessment. Dengan menerapkan

system self assessment dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak atas kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang dan peraturan perpajakan yang

berlaku. Self assessment system menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam

penyelenggarakan perpajakan membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang tinggi, yaitu

kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban yang sesuai dengan dengan peraturan yang

tertera pada undang-undang perpajakan.

Arifin & Nasution (2017) menyebutkan kepatuhan memenuhi kewajiban

perpajakan secara sukarela (voluntary of compliance) merupakan tulang punggung

sistem self assessment system, dimana wajib pajak bertanggung jawab menetapkan

sendiri kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar

dan melaporkan pajaknya tersebut. Dalam kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh

faktor moral wajib pajak. Karena hal itu, menbayar pajak adalah sebuah tuntutan dari
3

kondisi perilaku wajib pajak tersebut. Aspek moral dalam bidang perpajakan

mencakup 2 hal yaitu kewajiban moral dan kesadaran moral dalam menjalankan

kewajiban perpajakan dan alokasi penerimaan pajak oleh pemerintah (Borwn at al,

2003). Dalam mencapai target pajak harus adanya kesadaran dan kepatuhan wajib

pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakan yang berlaku.

Kepatuhan pajak adalah sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi

semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya, sedangkan

ketidakpatuhan pajak dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak

tidak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan hak perpajakannya. Hal paling

mendasar ketidakpatuhan wajib pajak adalah sistem perpajakan yang mencakup

semua tatanan yang berhubungan dengan pelaksanaan pajak termasuk di dalamnya

undang-undang, peraturan, sistem administrasi, sanksi atau hukum yang belum

berjalan dengan baik, mental aparat pajak dan kemampuan membayar pajak oleh

wajib pajak yang berhubungan dengan kondisi perekonomian wajib pajak di

Indonesia. Ketidakpatuhan yang dilakukan oleh wajib pajak pada akhirnya

menimbulkan upaya penghindaran pajak.

Rohmawati dan Rasmini (2012), tinggi rendahnya wajib pajak agar mematuhi

kewajiban perpajakan untuk mendaftar dan membayar pajak sangat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, salah satunya adalah kesadaran pajak. Selanjutnya menurut (Al-

Mamun at al, 2014), kepatuhan wajib pajak sangat dipengaruhi oleh molaritas pajak.

menurut Widodo (2010) menyatakan bahwa selain moralitas, budaya pajak juga

memiliki pengaruh yang besar dalam mempengaruhi kepatuhan seorang wajib pajak.
4

Ketidakpatuhan wajib pajak terbentuk jika kewajiban wajib pajak memiliki

keyakinan dan evaluasi yang positif pada ketidakpatuhan wajib pajak. Sistem

perpajakan yang berlaku tidak adil menurut persepsi wajib pajak, maka kepatuhan

wajib pajak menurun dan kecenderungan wajib pajak untuk melakukan tax evasion

semakin tinggi (Permatasari dan Laksito,2013).

Tingkat ketidakpatuhan di Indonesia masih sangat rendah terlebih khusus bagi

UMKM yang masih pemula belum memiliki pemahaman dan pengetahuan mengenai

peraturan perpajakan. Desa Junrejo, Kota Batu adalah salah satu wilayah yang

dikategorikan memiliki UMKM yang paling banyak. Dalam hal ini, para pelaku

UMKM masih belum mengetahui tentang peraturan dalam pembayaran pajak baik

dari segi moralitas maupun budaya pajak sehingga niat ketidakpatuhan pajak pada

daerah tersebut mengalami penurunan. Dalam hal ini, menurut Widodo (2010),

menyatakan bahwa selain moralitas pajak, budaya pajak juga memiliki pengaruhi

yang besar dalam mempengaruhi kepatuhan seorang wajib pajak. Baik moralitas

pajak maupun budaya pajak dapat menjadi faktor yang berperan dalam pembentukan

kepatuhan seorang wajib pajak. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik dalam

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kewajiban Moral dan Budaya

Pajak Pada Niat Ketidakpatuhan Pajak Pada UMKM Desa Junrejo”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarakan latar belakang peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:


5

1. Apakah kewajiban moral berpengaruh pada niat ketidakpatuhan pajak pada

UMKM Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo Kota Batu?

2. Apakah budaya pajak berpengaruh pada niat ketidakpatuhan pajak pada UMKM

Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo Kota Batu?

1.3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah peneliti dapat menjelaskan permasalahannya sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami pengaruh kewajiban moral pada niat

ketidakpatuhan pajak pada UMKM Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo Kota Batu.

2. Untuk mengetahui dan memahami pengaruh budaya pajak pada niat

ketidakpatuhan pajak pada UMKM Desa Junrejo, Kecamatan junrejo Kota Batu.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, antara lain:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti sebagai sarana penerapan

teori-teori sekaligus menambah wawasan berpikir dalam kewajiban moral dan

budaya pajak pada niat ketidakpatuhan pajak, sesuai dengan ketentuan wajib pajak

yang berlaku.

2. Bagi Universitas
6

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan kepustakaan dan berguna

sebagai salah satu referensi bagi pembaca yang tertarik dalam topik yang sesuai

dengan bidang perpajakan.

3. Bagi instansi

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat membantu dan memahami dalam

niat ketidakpatuhan pajak sesuai dengan kebijakan kewajiban moral dan budaya

pajak dalam membayar pajak dengan ketentuan yang berlaku.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Retyowati (2016) meneliti dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Ketidakpatuhan Wajib Pajak yang Terdaftar pada KPP Pratama

Sukoharjo”. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Metode

yang digunakannya adalah metode incindental sampling dengan menggunakan dua

variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Hasil penelitiannya adalah

bahwa variabel persepsi terhadap keadilan sistem perpajakan, norma sosial, norma

moral, norma subyektif, risiko deteksi, besarnya sanksi, religiusitas dan niat untuk

berperilaku tidak patuh berpengaruh positif terhadap ketidakpatuhan pajak wajib

pajak.

Nabilla (2018) meneliti dengan judul “Pengaruh Kewajiban Moral Dan

Lingkungan Sosial Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantul”. Jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif. Variabel-variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah variabel bebas (variabel independen) dan variabel terikat

(variabel dependen). Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau

sampel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (variabel

independen) dan variabel terikat ( variabel dependen). Hasil penelitian yang diperoleh

adalah terdapat pengaruh positif dan signifikan kewajiban moral dan lingkungan

7
8

sosial terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha (WP-OP Pengusaha)

di KPP Pratama Bantul.

Ramadhan (2017) meneliti dengan judul “Pengaruh Kesadaran, Moralitas dan

Budaya Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak Studi pada UMKM Siola Kota Surabaya.

Jenis penelitian yang digunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan

yakni analisis regresi berganda karena variabel independen yang lebih dari satu, yaitu

variabel penelitian dan definisi operasional variabel. Hasil penelitiannya adalah

kesadaran pajak secara parsial berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak. Hal ini

dapat diartikan bahwa semakin tinggi kesadaran seorang wajib pajak, maka semakin

tinggi pula kepatuhan pajaknya. Sedangkan moralitas dan budaya pajak secara parsial

tidak mempengaruhi kepatuhan pajak. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi

tingkat moralitas dan budaya pajak seorang wajib pajak maka tidak selalu

mempengaruhi tinggi atau rendahnya kepatuhan pajak wajib pajak tersebut.

Berdasarkan ke tiga penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa memiliki

perbedaan dan persamaan dengan penelitian sekarang. Persamaan yang terdapat pada

penelitian terdahulu dan penelitian sekarang adalah sama-sama menggunakan jenis

penelitian kuantitatif. Sedangkan perbedaannya adalah judul penelitian, tahun

penelitian, lokasi penelitian dan objek penelitian yang akan diteliti. Perbedaan

penelitian yang dilakukan oleh penelitian terdahulu adalah sebagai berikut.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Retyowati (2016) meneliti dengan judul Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Wajib Pajak yang terdaftar


9

pada KPP Pratama Sukoharjo. Variabel yang digunakan oleh Retyowati yaitu

variabel dependen dan variabel independen.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Nabilla pada tahun 2018 meneliti dengan judul

“Pengaruh Kewajiban Moral Dan Lingkungan Sosial Terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak Orang Pribadi Pengusaha Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantul”.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

kuantitatif. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel

bebas (variabel independen) dan variabel terikat (variabel dependen).

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan tahun 2017 meneliti dengan judul

“Pengaruh Kesadaran, Moralitas dan Budaya Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak

Studi pada UMKM Siola Kota Surabaya. Jenis penelitian yang digunakan jenis

penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan yakni analisis regresi berganda

karena variabel independen yang lebih dari satu, yaitu variabel penelitian dan

definisi operasional variabel.

2.2. LANDASAN TEORI


10

2.2.1. Pajak

a. Pengertian Pajak

Menurut Undang-undang dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi pajak

kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang sifatnya dapat

dipaksakan dan dipungut berdasarkan undang-undang, serta, tidak dapat medapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-

besarnya kemakamuran rakyat (Mardiasmo, 2011:1).

Pengertian pajak menurut undang-undang nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan

keempat atas undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata

cara perpajakan pada pasal 1 ayat 1 berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada

negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Melalui laman Pajak.go.id berbagai pengertian pajak;

Pajak adalah iuran masyarakat pada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang)

dengan tidak mendapat prestasi kembali yang dapat ditunjuk dan yang digunanya

untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas-tugas negara

untuk menyelenggarakan pemerintahan. Pajak adalah prestasi kepada pemerintah

yang terhutang melalui norma-norma umum dan dapat dipaksakan tanpa adanya
11

kontraprestasi yang dapat ditunjukkn dalam invidual untuk membiayai pengeluaran

pemerintah.

b. Fungsi Pajak

Menurut Supranomo at. al (2010:6), terdapat 2 fungsi pajak yaitu budgetair

(sumber kas Negara) dan fungsi regularend (pengatur):

1. Fungsi budgetair (sumber kas Negara)

Fungsi budgetair salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai

pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan

Negara, pemerintah berupaya memasukan uang sebanyak-banyaknya untuk kas

Negara. Berbagai jenis pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan

yakni; Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak

Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan

lain- lain.

2. Fungsi regularend (pengatur)

Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk megatur

atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi,

serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.

c. Jenis-Jenis Pajak

Menurut Mardiasmo (2016: 7), pajak dapat dibagi menjadi beberapa jenis

berdasarkan golongan, sifat, dan lembaga pemungutannya adalah sebagai berikut:

1. Menurut Golongan
12

a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan

tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contohnya adalah pajak penghasilan.

b. Pajak Tidak Langsung, pajak yang dimaksudkan untuk dilimpahkan oleh yang

membayar kepada pemikul (konsumen), Jadi pajak ini dapat dilimpahkan atau

dibebankan kepada pihak lain.

Contohnya adalah pajak pertambahan nilai.

2. Menurut Sifat

Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak Daerah terdiri dari :

 Pajak Propinsi, contohnya: pajak kendaraan bermotor dan pajak bahan bakar

kendaraan bermotor.

 Pajak Kabupaten/Kota, contohnya: pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, serta

pajak bumi dan bangunan.

d. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dapat disebut sebagai metode atau cara bagaimana

mengelola utang pajak yang terutang oleh wajib pajak dapat mengalir ke kas Negara.

Hal tersebut penting diketahui oleh wajib pajak agar proses pemungutan pajak dapat

berjalan dengan baik dan proses pembangunan dapat berjalan lancar. Menurut

Mardiasmo (2011: 7) sistem pemungutan pajak terbagi menjadi 3 (tiga), antara lain :

1. Official Assessment System


13

Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak dimana jumlah pajak

yang harus dilunasi atau terutang oleh wajib pajak dihitung dan ditetapkan oleh

aparat pajak (fiskus). Dengan begitu, sistem ini mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut :

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus (aparat

pajak).

b. Wajib pajak bersifat pasif.

c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus (aparat

pajak).

2. Self Assessment System

Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang

bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak.

Dengan begitu, sistem ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak

sendiri.

b) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri

pajak terutang.

c) Fiskus (aparat pajak) tidak ikut campur dan tugasnya hanya mengawasi.

3. With Holding System

With Holding System merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang
14

bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak. Sistem

ini mempunyai ciri-ciri, yakni wewenang untuk menentukan besarnya pajak

terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus (aparat pajak) dan wajib pajak.

e. Tarif Pajak (Tax Rate Structures)

Menurut Burton dan Ilyas (2013) 6 jenis tarif pajak, yaitu:

1. Tarif progresif (meningkat)

Tarif progresif merupakan tarif pemungutan pajak yang presentasenya makin

besar bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak juga makin besar.

2. Tarif Degresif

Tarif degresif merupakan tarif pemungutan pajak yang presentasenya makin

kecil bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan makin besar.

3. Tarif Proporsional

Tarif proposional merupakan tarif pemungutan pajak yang menggunakan

presentase tetap tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan

pajak.

4. Tarif Tetap

Tarif pajak tetap adalah tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya tetap

tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak.

5. Tarif Advalorem
15

Tarif advalorem adalah suatu tarif dengan presentase tertentu yang

dikenakan/ditetapkan pada harga atau nilai suatu barang.

6. Tarif Spesifik

Tarif spesifik adalah tarif dengan suatu jumlah tertentu atas suatu jenis barang

tertentu atau suatu satuan jenis barang tertentu. Tarif pajak badan di Indonesia

adalah sebesar 25%.

2.3. Kewajiban Moral

Moralitas pajak merupakan motivasi yang muncul dari dalam diri individu

untuk membayar pajak (Widodo, 2010:9). Moralitas pajak dapat dibentuk melalui

partisipasi warga negara, kepercayaan, kebanggaan, dan sistem perpajakan. Jika

dalam diri wajib pajak sudah tertanam rasa bangga sebagai warga negara, maka

mereka akan termotivasi untuk membayar pajak dan terdorong untuk ikut

memikirkan keadaan bangsanya. Wajib pajak taat membayar pajak karena didorong

oleh adanya sikap peduli dengan kondisi keuangan negara dan partisipasi warga

negara yang tinggi diikuti dengan terbukanya pola pikir untuk memajukan negaranya

(Widodo, 2010:24-27). Kepercayaan terhadap kinerja pemerintah akan memotivasi

mereka untuk membayar pajak, karena mereka berasumsi bahwa pajak yang mereka

bayar akan membantu kelangsungan program pemerintah (Widodo, 2010:30-32).

Kecintaan warga negara terhadap negaranya salah satunya dapat diwujudkan dengan

membayar pajak dan pada dasarnya motivasi yang dapat mempengaruhi wajib pajak

membayar pajak adalah sistem perpajakan yang mengandung aspek kemudahan

(Widodo, 2010:37-40).
16

Menurut Putri at. al (2013), Kewajiban moral adalah usaha lain yang digunakan

untuk meningkatkan kepatuhan pajak yang berhubungan dengan etika atau moral

wajib pajak dimana wajib pajak akan memiliki perasaan bersalah dan akan memenuhi

kewajibannya untuk membayar PKB.

Oktavianti, at.al (2017:34) menguraikan kewajiban moral sebagai berikut.

“Tax morality is an emerging motivation in individuals to pay taxes. This motivation

may arise from a moral obligantion or a belief to contribute to the state by paying

taxes, or an individual’s willingness to pay taxes that can be expressed as tax

compliance”. Artinya moralitas pajak adalah motivasi yang muncul pada individu

untuk membayar pajak. Motivasi ini timbul dari kewajiban moral atau keyakinan

wajib pajak untuk berkontribusi pada negara atau kesediaan individu dalam

menjalankan kewajiban perpajakannya. Pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib

pajak tersebut dapat dinyatakan sebagai kepatuhan wajib pajak.

Christina dan Kepramareni (2012) kewajiban moral merupakan norma

individu yang dimiliki oleh seseorang namun tidak dimiliki oleh orang lain.

Sedangkan moral adalah perbuatan atau tindakan seseorang yang terkait dengan nilai-

nilai baik dan buruk. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan. Oleh karena

itu, kewajiban moral adalah perbuatan atau tindakan yang harus dilaksanakan oleh

seseorang sesuai dengan nilai yang berlaku di masyarakat. Kewajiban moral

merupakan salah satu sifat yang mempengaruhi kepatuhan dalam membayar pajak
17

(Mustikasari at al, 2007). Menurut Rahayu (2015: 4-5) indikator kewajiban moral,

yaitu:

a. Melanggar etika

Dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya, wajib pajak merasa melanggar

etika yang telah ada, jika tidak memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai

dengan peraturan perpajakan yang ada sehingga wajib pajak merasa bahwa

memenuhi kewajiban perpajakannya merupakan sesuatu yang wajib

dilakukan.

b. Perasaan bersalah

Dalam memenuhi kewajiban parpajakannya wajib pajak diwajibkan untuk

jujur dalam menghitung pajak terutangnya dengan benar dan melaporkan SPT

secara tepat waktu serta memenuhi semua kewajiban pajaknya, sehingga jika

wajib pajak tidak memenuhi hal tersebut akan memiliki perasaan bersalah

pada dirinya.

c. Prinsip hidup

Setiap wajib pajak memiliki prinsip hidup yang berbeda-beda, ada wajib pajak

yang memiliki prinsip hidup bahwa pajak merupakan hal yang penting bagi

dirinya, ada pula wajib pajak yang memiliki prinsip hidup bahwa pajak

merupakan hal yang tidak penting untuk dirinya.

2.4. Budaya Pajak

Indonesia dikenal sebagai Negara yang berbudaya. Kondisi geografis Indonesia

menguntungkan Negara khatulistiwa ini dengan menjadikannya kaya akan ragam


18

budaya, bahasa, pakaian tradisional, tarian, dan adat istiadat. Menurut Widodo

(2010:48) : “Budaya yang saat ini tertanam dalam kehidupan masyarakat Indonesia

turut mempengaruhi terhadap pola kehidupan dan keputusannya dalam pemungutan

pajak”

Budaya pajak dibangun karena adanya interaksi baik formal maupun informal

dalam suatu institusi yang menghubungkan sistem perpajakan nasional dengan

praktik hubungan antara aparatur pajak. Berdasarkan hal tersebut, hubungan antara

aparatur pajak dengan wajib pajak merupakan salah satu indikator dari budaya pajak.

Aparatur pajak diharapkan memiliki sifat jujur, simpatik, dan mudah untuk dihubungi

karena aparatur pajak langsung berhubungan dengan wajib pajak dalam hal pelayanan

perpajakan (Widodo, 2010:58-59).

Menurut Kiyosaki (2001:81) menyatakan bahwa, “Pajak adalah budaya modern.

Masalah timbul ketika pajak jadi merugikan dan dikelola dengan salah”. Sedangkan

menurut Pandey (2003:10) definisi budaya pajak adalah “Seperangkat interaksi baik

meliputi Wajib Pajak, pemerintah, budaya nasional, maupun perangkat aturan

perpajakannya. Wajib pajak umumnya merasa bahwa pajak adalah sebuah beban

(burden), dan insentif dari kontribusi pembayaran pajak yang dilakukan tidak dapat

langsung dinikmati, di mana tanggungjawab pemerintah untuk memberikan

pemenuhan barang dan jasa publik yang berkualitas juga masih diragukan”.

Menurut Widodo (2010:51-54) menyatakan bahwa, “Terdapat beberapa indikator

yang mempengaruhi budaya pajak yaitu peraturan perpajakan, hubungan antara


19

aparatur pajak dengan wajib pajak, dan budaya nasional. Indikator tersebut

diindikasikan dari garis batasan yang melingkupi budaya pajak, yaitu :

a. Peraturan perpajakan

Jika para pembuat kebijakan di bidang perpajakan membuat kebijakan yang

terlalu kompleks atau sering berubah-ubah, wajib pajak mungkin tidak memiliki

gambaran yang pasti atas pengaruh peraturan pajak tersebut terhadap investasi

dan usaha yang jalankan.

Peraturan pajak yang kondusif akan mendukung terciptanya budaya pajak yang

positif pula. Berkaitan dengan peraturan pajak yang kondusif, hal-hal yang

memberi karakteristik bagaimana seharusnya peraturan perpajakan dicirikan agar

memiliki pengaruh positif adalah dengan :

a. Ketentuan pajak harus dipublikasikan dan disosialisasikan

Hampir semua wajib pajak menghendaki bahwa semua peraturan-peraturan

yang mengatur sistem perpajakan dapat disusun dan dipublikasikan dengan

baik. setiap wajib pajak berhak memperoleh informasi terkini mengenai

peraturan perpajakan.

b. Ketentuan pajak menjunjung aspek kepastian hukum

Pentingnya asas kepastian hukum dalam sistem perpajakan nasional

disebabkan hubungan antara hak dan kewajiban dalam pajak. Negara berhak

mengenakan pajak dan kewajiban wajib pajak untuk membayarnya.

sebaliknya hak wajib pajak adalah memperoleh perlindungan hukum atau


20

keadilan, dan kewajiban negara untuk memberikan jaminan keadilan kepada

wajib pajak.

c. Menjunjung aspek proporsionalitas

Prinsip proporsionalitas secara luas menginginkan bahwa pemerintah perlu

menggunakan cara-cara yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan

kebijakannya.

d. Ketentuan pajak harus mudah dimengerti

Wajib pajak berkepentingan untuk dapat mengerti ketentuan pajak yang

berlaku, terutama yang memberikan konsekuensi hukum terhadap kewajiban

pajaknya, sekalipun hal tersebut melalui bantuan konsultan profesional agar

dapat menjalankan kewajibannya dengan baik.

e. Ketentuan pajak tidak boleh saling bertentangan

Jika terdapat dua atau lebih peraturan yang saling bertentangan satu sama

lainnya, maka hal itu akan berdampak bagi ketidakpastian hukum bagi wajib

pajak yang dikenai peraturan-peraturan tersebut.

b. Hubungan antara aparatur pajak dan wajib pajak

Aparatur pajak merupakan aparat pajak yang langsung berhadapan dengan wajib

pajak, untuk itu mereka diharapkan memiliki sikap yang simpatik, pelayanan

yang ramah, mudah dihubungi, dan bekerja dengan jujur. Hubungan antara wajib

pajak dengan aparatur pajak dapat berupa hubungan yang bersifat administratif
21

dalam artian berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab aparatur pajak terhadap

wajib pajaknya maupun hubungan yang bersifat informal.

c. Budaya nasional

Sebagai negara yang kaya akan ragam budaya menjadikan masyarakat Indonesia

sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai gotong-royong, tenggang rasa

serta memiliki semangat kekeluargaan. Berkaitan dengan pemungutan pajak,

aspek mendasar yang menjadi indikator dari budaya nasional yang memilki

kecenderungan terhadap budaya pajak antara lain permasalahan disiplin bangsa

yaitu kesediaan wajib pajak untuk memenuhi ketentuan pepajakan. Selain

disiplin bangsa, yang perlu mendapat perhatian bagi pengembangan budaya

pajak adalah kesadaran dan komitmen baik dari aparatur pajak maupun wajib

pajak”.

2.5. Sikap Ketidakpatuhan Pajak

Permatasari dan Laksito (2013) menjelaskan bahwa jika sistem perpajakan yang

berlaku semakin tidak adil menurut persepsi wajib pajak, maka tingkat kepatuhannya

akan semakin menurun dan hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan wajib pajak

untuk melakukan tax evasion akan semakin tinggi. Niat ketidakpatuhan adalah

keputusan wajib pajak orang pribadi untuk melakukan perilaku tidak patuh terhadap

pajak. Hidayat dan Nugroho (2010) mendefinisikan bahwa sikap ketidakpatuhan

pajak seseorang tidak selalu berpengaruh terhadap niat orang tersebut untuk tidak

patuh. Sikap seseorang dapat berkebalikan dengan niat orang tersebut untuk patuh

atau tidak.
22

Ketidakpatuhan pajak merupakan sebagai resiko yang dihadapi oleh administrasi

pajak berupa pajak yang tidak dapat ditarik dari wajib pajak karena wajib pajak

tersebut tidak mematuhi ketentuan pajak sehingga pajak terutang yang tidak dibayar

(Santoso, 2008). Tarjo (2009) ketidakpatuhan pajak merupakan perasaan yang

dirugikan oleh sistem perpajakan, biaya suap kepada petugas pajak yang lebih kecil

dari pajak yang bisa dihemat, perasaan ketidaktransparan pemanfaatan pajak, dan

keinginan dalam membayar pajak yang lebih kecil dari seharusnya.

2.6. UMKM ( Usaha Mikro Kecil Menengah)

a. Pengertian UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan suatu kegiatan usaha yang

mampu memperluas lapangan kerja, memberikan pelayan ekonomi secara luas

kepada masyarakat, berperan dalam proses pemerataan, dan peningkatan

pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam

mewujudkan stabilitas nasional (Iman dan Adi, 2009).

Usaha Mikro Kecil Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha, yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau

usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana yang dimaksud

dalam Undang – Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang

perorangan dan/ atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteriausaha mikro
23

sebagaimana yang diatur dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2008 tentang Usaha Mikro kecil dan Menengah. Kriteria Usaha Mikro

adalah sebagai berikut :

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 ( lima puluh juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000,00 ( tiga ratus

juta rupiah).

Kementerian Koperasi dan UKM mengelompokan Usaha Kecil dan Menengah

menjadi 3(tiga) kelompok berdasarkan total asset, total penjualan tahunan, dan

status usaha dengan kriteria sebagai berikut :

a. Usaha mikro dalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat

tradisional dan informal, dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan belum

berbadan hukum. Hasil penjualan bisnis tersebut paling banyak Rp

100.000.000,00.

b. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memenuhi keriteria antara

lain :

1. Usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak sebesar Rp.

200.000.000, (dua ratus juta) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha .

2. Usaha yang memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp.1.000.000.000.


24

3. Usaha yang berdiri sendiri, bukan perusahaan atau cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai atau terafiliasi baik langsung maupun tidak

langsung dengan usaha menengah atau skala besar.

4. Berbentuk usaha yang dimiliki orang perorangan, badan usaha yang

tidakberbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk

koperasi.

Di Indonesia definisi UMKM diatur berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia No.20 Tahun 2008 tersebut adalah :

1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,

atau menjadi bagain baik langsung maupun tidak langsung dari usaha

menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil

sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang.

3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan
25

usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil

penjulan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

b. Tujuan dan Pranan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Tujuan usaha mikro menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu bertujuan menumbuhkan dan

mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional

berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

Usaha mikro mempunyai peran yang penting dalam pembangunan ekonomi,

karena intensitas tenaga kerja yang relatif lebih tinggi dan investasi yang lebih kecil,

sehingga usaha mikro lebih fleksibel dalam menghadapi dan beradaptasi dengan

perubahan pasar. Hal ini menyebabkan usaha mikro tidak terlalu terpengaruh oleh

tekanan eksternal, karena dapat mengurang impor dan memiliki kandungan lokal

yang tinggi. Oleh karena itu pengembangan usaha mikro dapat memberikan

kontribusi pada diversifikasi ekonomi dan perubahan struktur sebagai prakondisi

pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang stabil dan berkesinambungan. Disamping

itu tingkat penciptaan lapangan kerja lebih tinggi pada usaha mikro dari pada yang

terjadi di perusahaan besar (Sutrisno dan Sri, 2006). Peran usaha mikro, kecil dan

menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari

(Kementerian Koperasi dan UKM, 2005 dalam Neddy 2006) :

1. Kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai

sektor penyedia lapangan kerja yang terbesar.


26

2. Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan

pemberdayaan masyarakat

3. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi

4. Sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor

Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui berbagai

pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa perans trategis UMKM

menurut Bank Indonesia antara lain: jumlahnya yang besar dan terdapat dalam setiap

sektor ekonomi; menyerap banyak tenaga kerja dan setiap investasi menciptakan

lebih banyak kesempatan kerja; memiliki kemampuan untuk memanfaatkan bahan

baku lokal dan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat luas

dengan harga terjangkau.

c. Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah

Menurut World Bank dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu :

1. Small Enterprise, dengan kriteria jumlah karyawan kurang dari 30 orang,

pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta, jumlah aset tidak melebihi $ 3

juta.

2. Micro Enterprise, dengan kriteria jumlah karyawan kurang dari 10 orang,

pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu, jumlah aset tidak melebihi

$100 ribu.

d. Karakeristik Usaha Mokro Kecil Menengah


27

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tidak saja berbeda dengan Usaha

Besar, tetapi didalam kelompok UMKM itu sendiri terdapat perbedaan karakteristik

antara Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Usaha Menengah dalam sejumlah aspek yang

mudah dilihat sehari-hari di Negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia.

Aspek-aspek tersebut termasuk orientasi pasar, profil dan pemilik usaha, sifat dari

kesempatan kerja didalam perusahaan, sistem organisasi dan manajemen yang

diterapkan didalam usaha,derajat mekanisme didalam proses produksi, sumber-

sumber dari bahan baku dan modal, lokasi tempat usaha hubungan-hubungan

eksternal dan derajat keterlibatan perempuan sebagai usaha. Selain itu menurut

laporan BPS tahun 2006 di dalam (Tambunan, 2012), terdapat perbedaan antara

Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah dalam latar belakang atau motivasi

pengusaha melakukan usaha. Perbedaan motivasi pengusaha sebenarnya harus dilihat

sebagai karakteristik paling penting untuk membedakan antara UMKM itu sendiri.

Menurut laporan tersebut sebagian pengusaha mikro di Indonesia mempunyai

latar belakang ekonomi, yakni ingin memperoleh perbaikan pengasilan. Ini

menunjukan bahwa pengusaha Mikro berinisiatif mencari pengasilan untuk

memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari. Di samping itu latar belakang

menjadi pengusaha mikro adalah karena faktor keturunan, yaitu meneruskan usaha

keluarga. Dalam hal ini banyak faktor keluarga yang masih dominan, yakni jika orang

tuanya seorang petani maka anaknya pun akan menjadi petani dan seterusnya.

Sedangkan alasan ideal pengusaha mikro adalah merasa telah dibekali keahlian
28

tertentu. Alasan lain menjadi pengusaha mikro adalah tidak ada kesempatan untuk

berkarir di bidang lain.

2.7. Kerangka Pemikiran

Kewajiban moral dan budaya pajak dalam membayar pajak sangat dibutuhkan

dalam suatu kegiatan UMKM agar para pelaku akan sadar pentingnya niat

ketidakpatuhan pajak. Terkait dengan masalah tersebut dapat dijelaskan melalui

uraian gambar kerangka pemikiran berikut ini.

Kewajiban Moral Budaya Pajak


(X1) (Xy)

Ketidakpatuhan Pajak
(Y)

Gambat 1 : Kerangka Pemikiran

1. Pengaruh Kewajiban Moral pada Niat ketidapatuhan pajak


29

Kewajiban moral pajak merupakan prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai yang

diyakini seseorang mengapa dia membayar pajak. Berdasarkan hasil penelitian

dari Sidanti dan Aglis tahun 2017, jika wajib pajak menilai bahwa tindakan

melakukan ketidakpatuhan pajak merupakan tindakan yang tidak melanggar etika

atau prinsip hidup, maka akan memunculkan niat untuk melakukan ketidakpatuhan

pajak. Begitu juga perasaan tidak bersalah dalam melakukan ketidakpatuhan pajak.

Jika wajib pajak tidak merasa bersalah dalam melakukan ketidakpatuhan pajak,

maka akan memunculkan niat wajib pajak untuk berperilaku tidak patuh. Semakin

rendah kewajiban moral wajib pajak, maka semakin tinggi wajib pajak melakukan

niat untuk tidak patuh.

2. Pengaruh budaya pajak pada niat ketidakpatuhan pajak

Budaya pajak merupakan variabel lain yang mampu mempengaruhi kepatuhan

perpajakan, sehingga dapat dikatakan bahwa pembentukan kepatuhan pajak juga

dipengaruhi oleh budaya pajak (Widodo, 2010). berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Ramadhan tahun 2017 adalah Variabel budaya pajak menunjukkan

nilai signifikansi 0,060 dari hasil uji parsial, yang berarti secara parsial budaya

pajak tidak memberikan pengaruh terhadap kepatuhan pajak UKM Siola. Dari

hasil penelitian ini, baiknya budaya pajak di UKM Siola Kota Surabaya ini tidak

selalu mempengaruhi perilaku untuk patuh terhadap perpajakan. Sehingga

meskipun budaya pajak wajib pajak tinggi, tidak akan menyebabkan tinggi atau

rendahnya kepatuhan wajib pajak tersebut.


30

2.8. Hipotesis

Berdasarkan dari kerangka pemikir di atas maka dalam penelitian ini dapat

menyimpulkan dengan hipotesis sebagai berikut:

1. H1 :Kewajiban moral dalam membayar pajak dapat berpengaruh negatif terhadap

niat ketidakpatuhan wajib pajak

2. H2 : Budaya Pajak dalam membayar pajak tidak berpengaruh pada niat

ketidakpatuhan pajak.
BAB III

METODE PENELITIAN

c.1. Jenis Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

kuantitatif pendekatan deskriptif. Penelitian kuantitatif adalah metode yang

berlandasan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau

sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data

bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan menguji hipotesis yang telah

ditetapkan (Sugiyono, 2012). Jenis penelitian kuantitatif yaitu dengan

mengumpulkan dan mengaanalisis data ketidakpatuhan pajak wajib pajak yang sudah

terdaftar di Desa Junrejo Kota Batu. Pendekatan deskriptif adalah metode yang

bertujuan untuk melukiskan atau menggambarkan keadaan di lapangan secara

sistematis dengan fakta-fakta dengan interprestasi yang tepat, serta bukan hanya

untuk mencari kebenaran mutlak tetapi pada hakekatnya mencari pemahaman

observasi.

c.2. Objek Penelitian

Objek penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah UMKM yang

terdaftar di desa Junrejo.

31
32

c.3. Populasi dan Sampel Penelitian

c.3.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2011), populasi merupakan objek atau subjek umum yang

memiliki kualitas dan karakterisitik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah

wajib pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang terdaftar di Desa

Junrejo Batu.

c.3.2. Sampel

Menurut Sugiyono (2014) mengungkapkan bahwa sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam menentukan

jumlah sampel ini maka di lakukan sebuah teknik yaitu teknik sampling dimana

teknik sampling merupakan teknik untuk pengambilan sampel. Penelitian ini akan

menggunakan teknik sampling atau mengambil data dari Usaha Mikro Kecil

Menengah yang ada di Desa Junrero Batu. Meskipun sampel hanya merupakan

bagian dari populasi, kenyataan yang di dapatkan harus dapat mendeskripsikan dalam

populasi tersebut.Teknik pengambilan sampel ini biasanya didasarkan oleh beberapa

pertimbangan seperti karena keterbatasan waktu tenaga atau dana sehingga tidak

dapat mengambil sampel dalam jumlah besar. Semakin besar sampel yang di ambil

dari suatu populasi yang ada adalah semakin baik. Menurut Roscoe dalam Sugiyono

(2015:131) jumlah batas minimal sampel yang harus diambil oleh peneliti yaitu

sebanyak 30 sampel.

c.4. Sumber Data


33

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
1) Data primer

Menurut Sugiyono (2012), data primer adalah sumber data yang langsung

diberikan kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini peneliti akan

mengumpulkan data berupa hasil wawancara dengan pihak UMKM yang yang

terdaftar di Desa Junrejo berkaitan dengan kewajiban moral dan budaya pajak

dalam membayar pajak.

2) Data sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak memberikan informasi

secara langsung kepada pengumpul data. Sumber data sekunder ini dapat berupa

hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam bentuk lain

atau dari orang lain (Sugiyono, 2012). Dalam hal ini data yang diperoleh peneliti

adalah berupa data dokumentasi dari UMKM yang terdaftar di Desa Junrejo Kota

Batu.

c.5. Metode Pengumpulan Data


a) Obsevasi
Observasi adalah sebuah pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati

langsung, melihat dan mengambil suatu data yang dibutuhkan di tempat

penelitian itu dilakukan. Observasi yang akan dilakukan di UMKM Desa

Junrejo Melalui Kantor Desa Junrejo.

b) Kuisoner
34

Kuisioner berisi pernyataan tentang indikator dari setiap variabel disertai empat

altetnatif jawaban dengan skor dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju

yaitu 1-4. Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk memperjelas lagi

hal-hal yang terdapat pada kuisioner ( Sugiyono, 2009).

Kuesioner dalam penelitian ini berisi tentang pertanyan-pertanyaan yang harus

diisi oleh responden. Skala ordinal yang dipergunakan untuk menjawab bagian

pertanyaan peneliti memiliki empat kategori sebagaimana disajikan dalam tabel

dibawah ini.

No Jenis Jawaban Bobot


1 SS. Sangat Setuju 4
2 S.Setuju 3
3 TS. Tidak Setuju 2
4 STS.Sangat Tidak Setuju 1
Tabel 1 : Tingkat Penilaian Jawaban

c.6. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada

variabel dengan cara menjelaskan, memberi arti, menspesifikasikan, ataupun

memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau

variabel tersebut. Menurut Sugiyono (2015) variabel penelitian adalah segala sesuatu

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut (Sugiyono, 2015:38). Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (variabel independen) dan

variabel terikat ( variabel dependen).

1) Variabel Bebas (Variabel Independen)


35

Merupakan variabel yang dapat mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya

atau timbulnya variabel dependen atau terikat (Sugiyono, 2015: 61). Variabel

bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Kewajiban Moral (X1)

Kewajiban Moral adalah norma individu yang dimiliki oleh seseorang dalam

melaksanakan perpajakannya. Seperti misalnya etika, prinsip hidup, perasaan

bersalah yang nantinya dikaitkan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan

dalam hal ini untuk kepatuhan wajib pajak orang pribadi pengusaha. Indikator

yang digunakan untuk mengukur variabel ini yaitu melanggar etika yang ada,

perasaan bersalah jika wajib pajak tidak memenuhi kewajibannya, dan prinsip

hidup mengenai pajak.

b. Budaya Pajak (X2)

Budaya Pajak adalah Widodo (2010:49) menyatakan bahwa bagian dari

budaya pajak adalah sistem perpajakan serta perlakuan perpajakan dan

hubungan khusus yang terbentuk antara aparatur pajak dengan wajib pajak

(Widodo, 2010). Budaya pajak dibangun karena adanya interaksi bukti formal

maupun informal dalam suatu institusi yang menghubungkan sistem

perpajakan nasional dengan praktik hubungan antara aparatur pajak. Indikator

yang akan digunakan dalam variabel ini adalah memiliki sifat jujur, simpatik

dan sifat jujur, simpatik, dan mudah untuk dihubungi karena aparatur pajak

langsung berhubungan dengan wajib pajak dalam hal pelayanan perpajakan

(Widodo, 2010).
36

2) Variabel terikat (Variabel dependen) (Y)

Menurut Sugyiono (2015) variabel terikat Merupakan variabel yang dipengaruhi

oleh variabel independen/bebas atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

bebas (Sugiyono,2105). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah niat

ketidakpatuhan pajak. Ketidakpatuhan pajak adalah sebagai resiko yang dihadapi

oleh administrasi pajak berupa pajak yang tidak dapat ditarik dari wajib pajak

karena wajib pajak tersebut tidak mematuhi ketentuan perpajakan sehingga pajak

terutang yang tidak dibayar (Santoso, 2008). Indikator dalam variabel terikat ini

adalah ketidakpatuhan dalam membayar oleh wajib pajak dan ketidakpatuhan

dalam melaporkan SPT ( Surat Pajak Tahunan).

c.7. Teknik Analisis Data

c.7.1. Analisis Statistik Deskriptif

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis statistik

deskriptif dan Menurut Sugiyono (2014), pengertian metode statistik deskriptif

adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana

adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi. Metode deskriptif digunakan peneliti untuk menggambarkan hasil

penelitian dalam menjawab perumusan masalah mengenai gambaran masing-masing

variabel yang diteliti. Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain, penyajian data

melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus,


37

median,mean (pengukuran tendensi sentral), perhitungan rata-rata dan standar

deviasi, perhitungan presentasi.

c.7.2. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu item valid atau tidak.

Jika koefisien validitas (r) hitung lebih besar dari r tabel berarti item tersebut valid

(Sugiyono, 2009).

Untuk mengetahui validitas suatu instrumen (dalam hal ini kuisioner) dilakukan

dengan cara melakukan korelasi anat skor masing - masing variabel dengan skor

totalnya. Suatu variabel (pertanyaan) dikatakan valid bila skor tersebut berkolerasi

secara signifikan dengan skor totalnya.

Teknik korelasi yang dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

Dengan keterangan :
X = Skor variabel X
Y = Skor variabel Y
XY = Skor variabel X di kalikan dengan Y
r = Koofisien korelasi
N = Jumlah sampel
Menurut Sugiyono (2011), jika r hitung > dari pada r tabel maka pertanyaan

tersebut valid, sedangkan jika r hitung < dari tabel maka pertanyaan tidak valid. Nilai

koofisien korelasi (r hitung) masing- masing item pertanyaan dibandingkan dengan

nilai tabel (r tabel) pada a = 0,05 jika r- hitung > r- tabel dan tarif signifikansi lebih

kecil dari 0,05 (5%), maka instrumen tersebut valid.


38

Dalam praktiknya untuk menguji validitas kuesioner sering menggunakan bantuan

software Microsoft Office Excel dan Statistical Product and Service Solution (SPSS).

c.7.3. Uji Reliabilitas

Setelah semua pertayaan sudah valid, analisis selanjutnya dengan uji reliabilitas

dengan cronbach’s alpha (Sugiyono, 2011). Dilakukan terhadap seluruh pertanyaan

dari variabel. Caranya adalah membandingkan r hasil adalah nilai alpha.

Ketentuannya bila r alpha > konstanta ( 0,6 ) maka pertanyaan tersebut reliabel.

Rumus Croncbach Alpha :

Dimana :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

= Jumlah varian butir

= Varians total

Pendekatan Alpha ini digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang

skornya bukan 1 dan 0, misalnya kuisioner atau soal dalam bentuk uraian. Sedangkan

ketentuan pengujian reliabiltas dengan metode Alpha ronbach adalah dengan

membandingkan koofisien alpha ( α ) dengan 0,6.

Apabila koefisien Cronbach Alpha (r11) ≥ 0,6 maka dapat dikatakan instrumen

tersebut reliabel (Johnson & Christensen, 2012). Sama halnya dengan Uji Validitas,
39

Uji Reliabilitas juga dapat dilakukan dengan bantuan software Microsoft Office Excel

dan Statistical Product and Service Solution (SPSS). Namun, memang lebih mudah

dan praktis jika menggunakan software SPSS.

c.7.4. Uji Asumsi Klasik

Dalam penelitian ini melakukan pengujian atas analisis regresif linear berganda.

Dalam melakukan analisis regresi terhadap beberap asumsi yang harus dipenuhi

sehingga persamaan regresi yang dihasilkan valid jika digunakan untuk memprediksi.

Asumsi yang harus dipenuhi adalah asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji

multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas. Pengujian asumsi klasik dalam penelitian

ini menggunakan analisis SPSS 20 for windows.

a. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah variabel pengganggu atau residual

memiliki distribusi normal (Ghozali, 2016). Uji Kolgomorov Smirnov dilakukan

dengan cara membandingkan nilai probabilitas (p-value) yang diperoleh dengan

taraf signifikan 0,05 (Ghozali, 2016). Berdasarkan sampel akan diuji hipotesis nol

bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal melawan

hipotesis tandingan bahwa distribusi tidak normal. Kriterianya adalah dilihat dari

Scater Diagram antara skor peluang normal dengan kata asli.jika membentuk garis

lurus mendekati sudut 45°, maka mendekati sebaran normal.

b. Uji multikolinieritas

Uji multikolenieritas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.


40

Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah multikolinieritas (multiko). Model

regresi yang baik seharusnya multikolinieritas dan dapat dilihat dari VIF

( Variance Inflation Fastor) :

a. Jika VIF < 10 dan nilai tolerance < 0,1 bebas dari multikolinieritas.

b. Jika VIF > 10 dan nilai tolerance < 0,1 terjadi multikolinieritas.

c. Uji heteroskodastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas (Ghozali, 2016). Menurut Ghozali

(2011) untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan

uji Scatter Plot yang menyatakan bahwa model regresi linear tidak terdapat

heteroskedastisitas jika:

1. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0

2. Titik-titik data tidak hanya mengumpul di atas dan di bawa saja.

3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar

kemudian menyempit dan melebar kembali.

c.7.5. Analisis Regresif Berganda

Teknik uji analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi, yaitu

analisis regresi linear ganda. Analisis regresi adalah untuk mengetahui pengaruh

(hubungan) variabel bebas terhadap variabel terikat. Pemilihan jenis analisis regresi

linear berganda karena dalam penelitian ini terdiri dai dua variabel bebas yaitu

Kewajiban Moral (X1) dan Budaya Pajak (X2) dengan variabel terikat niat

ketidakpatuhan pajak (Y). Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan


41

prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen

dimanipulasi. Secara umum, persamaan regresi linear berganda dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Keterangan:

Y` : Variabel dependen

a m : Konstanta atau bila harga X = 0

b1 : Koefisien regresi dari kewajiban moral

b2 : Koefisien regresi dari budaya pajak

X1 : Kewajiban moral

X2 : Budaya pajak

e : variabel pengganggu yang bersifat randon

Untuk melakukan perhitungan model analisis regresi linear berganda tersebut maka

digunakan program sofware application SPSS 20.00 For Windows.

c.7.6. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,

2016:61). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol atau satu. Nilai R 2 yang kecil

berarti kemampuan variabel – variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen amat terbatas. Dan sebaliknya jika nilai yang mendekati 1(satu)
42

berarti variabel – variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variabel – variabel dependen.

c.7.7. Uji Hipotesis (Uji t)

Uji parsial digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh dari variable

dependen terhadap variabel independen secara parsial dengan tingkat signifikansi

sebesar 0,05. Menurut Sugiyono (2011), untuk mendapatkan nilai t hitung dapat dicari

menggunakan rumus sebagai berikut :

thitung = b1

sb1

b1 = koefisien regresi

sb1 = standar eror koefisien regresi

Adapun kriteria pengujian sebagai berikut :

a. Apabila nilai tingkat signifikasi t > 0,05 atau thitung < t tabel , maka H1 ditolak dan

menerima H0, artinya variabel bebas secara persial tidak berpengaruh terhadap

variabel terikat.

b. Apabila nilai tingkat signifikasi t < 0,05 atau thitung > ttabel, maka H1 diterima dan

menolak H0, artinya variabel secara persial berpengaruh terhadap variabel terikat.
43
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah Desa Junrejo Kota Batu

Asal-usul Desa Junrejo yaitu awalnya Junrejo berawal dari kata “Dyon Retjo”

atau “Jun Watu”. Dyon dalam Bahasa jawa kuno artinya tempat air dari gentong,

sehingga Dyion Retjo atau Arca Dyion Watu bermakna sebagai tempat air dari batu.

Menurut para sesepuh yang didapatkan dari cerita turun-temurun keberadaan pohon

beringgin yang biasanaya dipergunakan oleh masyarakat setempat sebagai tempat

upacara untuk menghormati para leluhur desa atau biasa di sebut dengan “JUN” oleh

masyarakat Desa Junrejo. Keberadaannya tersebut sudah ada sejak abad ke IX atau

pada masa Kerajaan Tumapel atau Singgosari. Pada tahun 1914 di Desa Junwatu

ditemukan sebuah benda yang berupa “JUN” dan di desa Telogo Rejo ditemukan

“Telogo” menurut masyarakat setempat disebut dengan “Jeding” dalam Bahasa jawa.

Kemudian pada tahun 1922 Desa Telogorejo berubah nama menjadi Jeding dengan

pedukuhan Rejoso. Tahun 1923 Desa Junwatu, Jeding dan Rejoso digabung dan

menjadi satu dengan nama Junrejo.

44
45

4.1.2. Karakteristik Desa Junrejo

1. Kondisi Geografis

Desa Junrejo terletak pada ketinggian 700 mil berada di dataran tinggi dengan

udara yang sejuk dan pedesaan yang asri. Curah hujan rata-rata pertahunnya 30 mm,

keadaan suhu rata-rata 21ºC-30ºC. Batas Wilayah Desa Junrejo sebagai berikut:

a. Utara: Desa Mojorejo dan Desa Beji

b. Timur: Kelurahan Dadaprejo dan Desa Sumbersekar

c. Selatan: Desa Sumbersekar Kecamatan Dau Kab. Malang

d. Barat: Desa Junrejo

Masyarakat Desa Junrejo sebagian besar mempunyai mata pencaharian sebagai

petani dan sebagian lain pengrajin, pedagang, karyawan, wiraswasta, pegawai, buruh

dan sebagainya. Berbagai hasil pasca panen dihasilkan dengan baik, hal tersebut

terlihat dengan adanya home industry sedang dan kecil. Kategori home industri

sedang antara lain souvenir dan peralatan rumah tangga. Sedangkan, kategori home

industri kecil berupa anyaman tas dari plastik, makanan ringan dari ubi, keripik tempe

dan pembuatan peralatan pertanian. Dari beberapa bidang usaha tersebut banyak

membuahkan hasil yang cukup baik, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya

pengiriman hasil produksi keluar kota dan bahkan lintas pulau. Dari beberapa

keanekaragaman mata pencaharian masyarakat Desa Junrejo dapat disimpulkan

bahwa masyarakat Junrejo memiliki sifat Heterogen. Keanekaragaman tersebut yang

membuat kehidupan masyarakat Desa Junrejo menjadi rukun dan dapat


46

menumbuhkan rasa solidaritas antar warga dengan rasa saling menghargai tanpa

melihat ras, suku, agama dan golongan.

2. Sumber Daya Desa Junrejo

Sumber daya yang dimiliki oleh Desa Junrejo antara lain terdapat sumber daya

sosial budaya yang di dalamnya terdapat perkumpulan dalam bidang kesenian seperti

kesenian reog, kuda lumping, campur sari yang diikuti oleh masyarakat desa junrejo

bidang kemasyarakatan dan bidang pertanian. Kemudian sumber daya pembangunan

yang di dalamnya terdapat aset dari tempat ibadah, prasarana Pendidikan, aset

prasarana kesehatan, aset prasarana pemerintahan dan olah raga. Selanjutnya Desa

Junrejo memiliki sumber daya alam yang melimpah dari adanya lahan pekarangan,

sawah dan sebagainya. Serta sumber daya manusia.

4.2. Data Umum Responden

Adapun data umum responden pada pelaku UMKM di Desa Junrejo Kecamatan

Junrejo Kota Batu dalam penelitian ini meliputi pekerjaan, jenis usaha, jenis kelamin,

usia, pendidikan, lama menjadi wajib pajak, yang diuraikan dalam bentuk tabel dan

penjelasan sebagai berikut.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Adapun karakteristik responden pada pelaku UMKM di Desa Junrejo Kecamatan

Junrejo Kota Batu berdasarkan pekerjaan sebagai berikut.

Tabel 4.1
47

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan F %
1 IRT 1 3,3
2 Wirasawata 29 97,7
Total 30 100
Sumber: Data diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.1, menunjukan bahwa hampir seluruh responden pelaku

UMKM di Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu adalah wiraswasta, yaitu

sebanyak 29 orang (97,7%).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha

Adapun karakteristik responden pada pelaku UMKM di Desa Junrejo Kecamatan

Junrejo Kota Batu berdasarkan jenis usaha sebagai berikut.

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha

No Jenis Usaha F %
1 Camilan 2 6,7
Kerajinan kayu
2 28 93,3
dan alat dapur
Total 30 100
Sumber: Data diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.2, menunjukan bahwa hampir seluruh responden

pelaku UMKM di Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu adalah usaha

kerajinan kayu dan alat dapur, yaitu sebanyak 28 orang (93,3%).

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Adapun karakteristik responden pada pelaku UMKM di Desa Junrejo Kecamatan

Junrejo Kota Batu berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut.


48

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin F %
1 Laki-laki 24 80,0
2 Perempuan 6 20,0
Total 30 100
Sumber: Data diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.3, menunjukan bahwa hampir seluruh responden

pelaku UMKM di Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu adalah laki-laki,

yaitu sebanyak 26 orang (80,0%).

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Adapun karakteristik responden pada pelaku UMKM di Desa Junrejo Kecamatan

Junrejo Kota Batu berdasarkan umur sebagai berikut.

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No Umur F %
1 20-30 tahun 1 3,3
2 31-30 tahun 6 20,0
3 >50 tahun 23 76,7
Total 30 100
Sumber: Data diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.4, menunjukan bahwa sebagian besar responden

pelaku UMKM di Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu adalah berusia

>50 tahun, yaitu sebanyak 23 orang (76,7%).

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


49

Adapun karakteristik responden pada pelaku UMKM di Desa Junrejo Kecamatan

Junrejo Kota Batu berdasarkan pendidikan sebagai berikut.

Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Jenjang
No F %
Pendidikan
1 SD 10 33,3
2 SMP 13 43,3
3 SMA 7 23,3
4 S1 - 0
5 D3 - 0
Total 30 100
Sumber: Data diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.5, menunjukan bahwa hampir setengah responden

pelaku UMKM di Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu adalah

berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), yaitu sebanyak 13 orang

(43,3%).

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjadi Wajib Pajak

Adapun karakteristik responden pada pelaku UMKM di Desa Junrejo Kecamatan

Junrejo Kota Batu berdasarkan menjadi wajib pajak sebagai berikut.

Tabel 4.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Menjadi Wajib Pajak

N Lama menjadi F %
50

No wajib pajak
1 1-3 tahun - 0
2 4-6 tahun 4 13,3
3 >7 tahun 26 86,7
Total 30 100
Sumber: Data diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.6, menunjukan bahwa hampir seseluruh responden

pelaku UMKM di Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu sudah menjadi

wajib pajak (WP) >7 tahun, yaitu sebanyak 26 orang (86,7%).

4.3. Analisis Data


a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif variabel dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.

Tabel 4.7
Deskritif Variabel
Variabel Terendah Tertinggi Rata-Rata
Kewajiban moral (X1) 17,00 24,00 19,0667
Budaya pajak (X2) 14,00 20,00 16,2667
Niat ketidakpatuhan pajak (Y) 6,00 14,00 11,1667
Sumber: Data diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa variabel kewajiban moral (X1)

memiliki skor terendah 17, tertinggi 24,00, dan rata-rata adalah 19,07. Variabel

budaya pajak (X2) memiliki skor terendah 14,00, tertinggi 20,00, dan rata-rata

adalah 16,27. Variabel niat ketidakpatuhan pajak (Y) memiliki skor terendah 6,00,

tertinggi 14,00, dan rata-rata adalah 11,17.

b. Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas
51

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Jadi validitas ingin mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner betul-betul

dapat mengukur apa yang hendak diukur. Adapun uji vailiditas dilakukan dengan

membandingkan antara nilai rhitung dengan rtabel. Pengujian validitas disajikan pada

tabel berikut:

Tabel 4.8
Uji Validitas
No rhitung rtabel
X1 X2 Y Ket.
1 0,406 0,512 0,687 Valid
2 0,469 0,596 0,531 Valid
3 0,560 0,674 0,704 Valid
0,361
4 0,674 0,462 0,735 Valid
5 0,659 0,458 - Valid
6 0,469 - - Valid
Sumber: Data diolah, 2020

Tabel 4.8, menunjukkan bahwa semua item pernyataan dari variabel

kewajiban moral (X1), budaya pajak (X2), dan niat ketidakpatuhan pajak (Y)

memiliki nilai rhitung > rtabel dimana nilai rhitung dari 30 responden adalah sebesar

0,361 dengan taraf signifikan 5% (p value < 0,05), sehingga dapat dikatakan

bahwa semua item pernyataan dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Pengukuran reliabilitas kuesioner untuk mengetahui apakah hasil pengukuran

data yang diperoleh memenuhi syarat reliabilitas atau tidak. Kriteria reliabilitas
52

dengan menggunakan cronbach alpha adalah apabila hasil korelasi alpha lebih

besar dari 0,6 maka instrumen dikatakan reliabel dan sebaliknya. Hasil pengujian

reliabilitas disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 4.9
Uji Reliabilitas
No Cronbach Alpha
Alpha Ket.
X1 X2 Y
1 0,750 0,680 0,718 Reliabel
2 0,735 0,659 0,761 Reliabel
3 0,716 0,634 0,713 Reliabel
0,600
4 0,679 0,689 0,713 Reliabel
5 0,685 0,693 - Reliabel
6 0,736 - - Reliabel
Sumber: Data diolah, 2020

Tabel 4.9, menunjukkan bahwa semua item pernyataan dari variabel

kewajiban moral (X1), budaya pajak (X2), dan niat ketidakpatuhan pajak (Y)

memiliki nilai koefisien alpha lebih besar dari 0,600. Dengan demikian berarti

bahwa item pernyataan untuk semua variabel dinyatakan reliabel.

c. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mendeteksi apakah distribusi data variabel

bebas dan variabel terikat adalah normal. Normalitas dapat diketahui dari normal

probability plot, sedangka model regresi yang baik adalah distribusi data normal

atau mendekati normal. Adapun data dinyatakan normal jika data (titik)

mengikuti dan membentuk garis lurus mendekati sudut 45 o. Adapun untuk


53

mengetahui data terdistribusi normal atau tidak dilihat pada gambar normal P-

Plot Of Regresion Standarized Residual sebagai berikut:

Gambar 4.1 Uji Normalitas

Sumber: Data diolah, 2020

Berdasarkan gambar 4.1, membuktikan bahwa data dinyatakan memenuhi

uji normalitas (normal), karena penyebaran data (titik) pada sumber diagonal dari

grafik normal P-Plot Of Regresion Standarized Residual berada di sekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang membentuk sudut 45º.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui antara variabel

independen yang satu dengan independen yang lain dalam regresi saling

berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna. sedangkan model


54

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.

Untuk mendeteksi adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari Value

Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF > 10,0 maka terjadi multikolinearritas.

Dan sebaliknya apabila VIF < 10,0 maka tidak terjadi multikolinearitas. Dalam

penelitian ini diperoleh nilai VIF seperti pada Tabel sebagai berikut:

Tabel 4.10

Uji Multikolinearitas

Variabel Nilai VIF Keterangan


X1 1,309 Tidak terjadi multikolinieritas
X1 1,309
Sumber: Data diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.10, menunjukkan bahwa variabel independent tidak

terjadi gejala multikolineritas karena variabel kewajiban moral (X1), budaya

pajak (X2) memiliki nilai VIF < 10,0.

3. Uji Heterokedastisitas

Pengujian heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi

varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Adapun kriteria pengambilan keputusan dilakukan jika penyebaran data (titik)

terletak disekitar nilai 0 dari sumbu X dan Y. Adapun untuk mengetahui terjadi

gejala heterokedastisitas atau tidak dapat dilihat pada gambar grafik plot berikut.
55

Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Diolah, 2020

Berdasarkan gambar 4.2, menunjukkan bahwa tidak terjadi gejala

heterokedastisitas, karena posisi penyebaran terletak di antara nilai 0 dari

sumbu X dan sumbu Y dan terdapat pola yang jelas dari penyebaran data.

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi ada korelasi

antar kesalahan pengganggu. Uji autokorelasi dilakukan dengan mengukur nilai

Durbin Watson (d), jika nilai kurang dari – 4 berarti autokorelasi negatif, apa

bila nilai (d) lebih dari +4 maka terjadi autokorelasi positif, dan jika (d) barada

antara -4 dan +4 maka tidak terjadi autokorelasi. Untuk mengetahui apakah

terjadi gejala autokorelasi atau tidak maka hasil uji diketahui pada tabel berikut:

Tabel 4.11
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
56

1 1,689
Sumber: Data diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.11, menunjukkan bahwa data dinyatakan tidak terjadi

gejala autokorelasi karena nilai Durbin Watson (d) = 1,689 terletak antara –4

sampai +4 maka dapat disimpulkan data tidak terjadi autokorelasi.

d. Regresi Sederhana
Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui besarnya

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Tabel 4.12
Analisis Regresi Linier Sederhana
Unstandardized Standardized
Variabel Coefficients Coefficients thitung Sig Keterangan
(B) (Beta)
Konstanta 13,143 8,607 0,000 Signifikan
X1 -0,983 0,170 4,255 0,001 Signifikan
X2 -0,736 0,259 3,391 0,012 Signifikan
Sumber: Data diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.12, diketahui maka didapatkan model persamaan regresi

berganda sebagai berikut.

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Y = 10,810 + 0,601X1

Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:


57

a. Konstanta variabel dependent niat ketidakpatuhan pajak (Y) sebesar 13,143,

artinya jika nilai variabel kewajiban moral (X1) dan budaya pajak (X2), maka

variabel niat ketidakpatuhan pajak (Y) nilainya adalah 13,143.

b. Koefisien regresi variabel kewajiban moral (X1) sebesar -0,983 artinya jika

variabel kewajiban moral (X1) mengalami kenaikan, maka variabel niat

ketidakpatuhan pajak (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,983. Tanda

negatif pada koefisien variabel kewajiban moral (-0,983) artinya ada

pengaruh negatif kewajiban moral terhadap niat ketidakpatuhan pajak.

c. Koefisien regresi variabel budaya pajak (X2) sebesar -0,738 artinya jika

variabel budaya pajak (X2) mengalami kenaikan, maka variabel niat

ketidakpatuhan pajak (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,738. Tanda

negatif pada koefisien variabel kewajiban moral (-0,738) artinya ada

pengaruh negatif variabel budaya pajak terhadap niat ketidakpatuhan pajak.

e. Uji Koefisien Determinan

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen terhadap

dependen. Hasil uji Koefisien determinasi (R2) disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.13

Uji Koefisien Determinasi (R2)


58

Model R Square
X1 dan X1 → Y 0,534
Sumber: Data diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.13 menunjukkan bahwa nilai r square (r2) sebesar 0,534

yang artinya kontribusi pengaruh variabel kewajiban moral dan budaya pajak

terhadap niat ketidakpatuhan pajak sebesar sebesar 53,3%.

f. Pengujian Hipotesis (Uji t Parsial)

Uji t dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh secara parsial variabel

kewajiban moral dan budaya pajak pada niat ketidakpatuhan pajak. Adapun

besarnya nilai masing-masing pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel

terikat dapat diketahui pada tabel berikut.

Tabel 4.14

Hasil Uji t Parsial

Variabel thitung ttabel Sig t


Kewajiban moral (X1) 4,255 2,042 0,001
Budaya pajak (X2) 3,391 2,042 0,012
Sumber: Data diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.14, menunjukkan bahwa hasil perhitungan uji t

diketahui bahwa variabel kewajiban moral (X1) memiliki nilai thitung > ttabel (4,255

> 2,042) dengan nilai signifikan 0,001 (p value < 0,05) dan variabel dan budaya

pajak (X2) memiliki nilai thitung > ttabel (3,391 > 2,042) dengan nilai signifikan

0,012 (p value < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kewajiban

moral dan budaya pajak secara parsial berpengaruh signifikan terhadap niat

ketidakpatuhan pajak.
59

4.4. Pembahasan

a. Pengaruh Kewajiban Moral terhadap Niat Ketidakpatuhan Pajak

Berdasarkan hasil analisis yang telah disajikan dalam penelitian ini diketahui

bahwa variabel variabel kewajiban moral (X 1) memiliki nilai thitung > ttabel (4,255 >

2,042) dengan nilai signifikan 0,001 (p value < 0,05), yang menunjukkan bahwa

secara signifikan variabel kewajiban moral berpengaruh parsial terhadap niat

ketidakpatuhan pajak. Hasil analisis regresi diperoleh nilai koefsiein variabel

kewajiban moral (-0,983) menunjukkan ada pengaruh negatif kewajiban moral

terhadap niat ketidakpatuhan pajak, artinya semakin tinggi atau baik nilai kewajiban

moral yang dipegang oleh Wajib Pajak (WP) pada UMKM di Desa Junrejo

Kecamatan Junrejo Kota Batu, maka akan semakin rendah niat untuk memiliki niat

ketidakpatuhan pajak atau melakukan penghindaran pajak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Retyowati (2016) yang dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak yang terdaftar pada KPP Pratama

Sukoharjo”, membuktikan bahwa norma sosial, norma moral, dan norma subyektif

berpengaruh positif terhadap ketidakpatuhan pajak wajib pajak. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Nabilla (2018) yang berjudul “Pengaruh kewajiban moral dan

lingkungan sosial terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pengusaha pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantul”menyimpulkan bahwa kewajiban moral

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha

(WP-OP Pengusaha) di KPP Pratama Bantul.


60

Hasil penelitian ini juga didukung dengan pendapat Layata dan Setiawan (2014)

menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak

yaitu kewajiban moral, dimana wajib pajak yang memiliki kewajiban moral yang

baik akan menciptakan kemauan secara sukarela untuk menghitung, membayar dan

melaporkan pajaknya diikuti dengan mematuhi aturan pajak yang berlaku maka

secara langsung akan mempengaruhi kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban

pajaknya. Jayannto (2011) juga menjelaskan bahwa dalam bidang perpajakan aspek

moral merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kepatuhan wajib

pajak karena membayar pajak tidak lepas dari kondisi behavior wajib pajak itu

sendiri. Hal ini disebabkan membayar pajak adalah suatu aktivitas atau perbuatan

yang harus dilaksanakan oleh seseorang sesuai dengan nilai rasa yang sesuai di

masyarakat. Individu yang mengutamakan orientasinya pada nilai-nilai universal

seperti kejujuran dan keadilan tentunya akan cendrung lebih patuh daripada individu

yang kurang memperhatikan kejujuran dan keadilan.

b. Pengaruh Budaya Pajak terhadap Niat Ketidakpatuhan Pajak

Berdasarkan hasil analisis yang telah disajikan dalam penelitian ini diketahui

bahwa variabel variabel budaya pajak (X2) memiliki nilai thitung > ttabel (3,391 >

2,042) dengan nilai signifikan 0,012 (p value < 0,05), yang menunjukkan bahwa

secara signifikan variabel budaya pajak berpengaruh parsial terhadap niat

ketidakpatuhan pajak. Hasil analisis regresi diperoleh nilai variabel kewajiban moral

(-0,736) menunjukkan ada pengaruh negatif budaya pajak terhadap niat

ketidakpatuhan pajak, artinya semakin tinggi atau baik nilai budaya pajak yang
61

dianut, atau semakin terbiasa WP UMKM di Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota

Batu memiliki budaya membayar pajak, maka akan semakin rendah niat untuk

memiliki niat ketidakpatuhan pajak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Ramadhan (2017) tentang “Pengaruh kesadaran, moralitas dan budaya pajak

terhadap kepatuhan pajak studi pada UMKM Siola Kota Surabaya”, menyimpulkan

bahwa semakin tinggi kesadaran seorang wajib pajak, maka semakin tinggi pula

kepatuhan pajaknya, dengan kata lain semakin tinggi nilai kesadaran akan budaya

membayar pajak maka akan semakin rendah niat untuk tidak melakukan

penghindaran pajak.

Khaerunnisa dan Wiranto (20) menyebutkan bahwa budaya pajak merupakan

keseluruhan interaksi formal dan informal dalam suatu institusi yang

menghubungkan sistem perpajakan nasional dengan praktik hubungan antara

aparatur pajak dengan wajib pajak, dimana secara historis melekat dengan budaya

nasional, termasuk ketergantungan dan ikatan yang terbentuk akibat interaksi yang

berkelanjutan terdapat kecenderungan budaya dalam masyarakat untuk meloloskan

diri dari pembayaran pajak karena membayar pajak adalah suatu aktivitas yang tidak

lepas dari kondisi behaviour wajib pajak itu sendiri. Karenanya, untuk mengetahui

kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya maka fungsi pengawasan

sekaligus pembinaan harus diefektifkan karena ini merupakan konsekuensi dari

pemberian kepercayaan kepada wajib pajak (self-assesment), sedangkan dalam

membina wajib pajak tidak patuh maka tax-enforcement harus ditegakkan. Pilar-
62

pilar penegakkan hukum pajak harus dijaga dengan baik melalui peraturan dan

kebijakan pajak yang tepat dan tersosialisasi secara berkesinambungan. Lebih

lanjut, menurut Banamtuan (2018) bahwa untuk meningkatkan kepatuhan wajib

pajak maka diperlukan adanya sosialisasi dan pemahaman perpajakan, hal ini dapat

membantu meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam melakukan penghitungan,

dan pelaporan pajak.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Kewajiban moral berpengaruh signifikan terhadap niat ketidakpatuhan pajak pada

Wajib Pajak UMKM di Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu, artinya

semakin tinggi kewajiban moral yang dipegang oleh Wajib Pajak (WP), maka

akan semakin rendah niat untuk memiliki niat ketidakpatuhan pajak atau

melakukan penghindaran pajak.

2. Budaya pajak berpengaruh pada niat ketidakpatuhan pajak pada Wajib Pajak

UMKM di Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu, artinya semakin tinggi

atau baik nilai budaya pajak yang dianut, atau semakin terbiasa WP UMKM di

Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu memiliki budaya membayar pajak,

maka akan semakin rendah niat untuk memiliki niat ketidakpatuhan pajak.

5.2. Saran

1. Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

KPP perlu mempertahankan dan meningkatkan kegiatan sosialisasi yang

telah dilakukan selama ini, karena dengan adanya sosialisasi akan memberikan

manfaat yang besar, yaitu Wajib Pajak tetap ingat dengan kewajibannya,

mengetahui dengan baik manfaat dari kewajibannya serta akan meningkatkan

kepatuhan Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajibannya.

63
64

2. UMKM Desa Junrejo

Dengan adanya sosialisasi bagi wajib pajak perlu meningkatkan akan

kepatuhan pajak.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian selanjutnya yang melakukan penelitian dengan variabel yang

sama diharapkan menambah variabel intervening untuk melihat dampak dari

kepatuhan wajib pajak.

DAFTAR PUSTAKA
65

Al-Mamun, A., Entebang, H., Mansor, S. A., Yasser, Q. R. & Nathan, T. M.2014.

The Impact of Demographic Factors on Tax Compliance Attitude and

Behavior in Malaysia. Journal of Finance, Accounting and Management.

5 (1), 109-124.

Anwar, Rizki Akbar. 2015. “Pengaruh Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan

Perpajkaan Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di

Surakarta dengan Pengetahuan Perpajakan sebagai Variabel Pemediasi”.

Skripsi, Program Studi Akuntani Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sebela Maret Surakarta.

Arifin, S. B., dan Nasution, A. A.2017. “Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Sanksi

Perpajakan Terhadap kepatuhan Wajib Pajak Badan di KPP Pratama

Medan Belawan”. Jurnal Akuntansi & Bisnis, 1(1), 120–136.

Banamtuan, Obi. 2018. Pengaruh Sosialisasi Perpajakan dan Pemahaman dan

Pemahaman Prossedur Perpajakan terhadap Kepatuhan WP OP. Jurnal

Peta,  Vol.3, NO.2, Hlm.1-10.

http://journal.stieken.ac.id/index.php/peta/article/view/343/455. Diakses

Tanggal 3 September 2020, Pk.13:56

Brown R E., Mazur M J. 2003. “IRS’s Comprehensive Approach to Compliance

Measurement”. National Tax Journal, 56, (3).

Bruton dan Ilyas. 2013. “Hukum Pajak; Teori, Analisis, dan Perkembangannya”.

Edisi 6. Jakarta : Selemba Empat.


66

Budhiartama, P., dan Jati Ketut “Pengaruh Sikap, Kesadaran Wajib Pajak Dan

Pengetahuan Perpajakan pada Kepatuhan Membayar Pajak Bumi Dan

Bangunan”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.15.2. Mei

2016: 1510-153.

Chritina, Ni Kadek dan Putu Kepramareni. 2012. “Pengaruh Kewajiban Moral,

Kualitas Pelayanan dan Sanksi Perpajakan Pada Kepatuhan Wajib Pajak

Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor Di Kantor Bersama

Samsat Denpasar”. Jurnal Riset Akuntansi Vol. 2, No. 2.

Hidayat, Widi dan Argo Adhi Nugroho. 2010. “Studi Empiris Theory of Planned

Behavior dan Pengaruh Kewajiban Moral pada Perilaku Ketidakpatuhan

Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.

12. No. 2.

Jayanto, Prabowo Yudo. 2011. Faktor-Faktor Ketiakpatuhan Wajib Pajak. Dinamika

Manajemen. VOl.2, No.1, Hlm.48-61.

https://www.researchgate.net/publication/307831697_FAKTOR-

FAKTOR_KETIDAKPATUHAN_WAJIB_PAJAK. Diakses Tanggal 3

September 2020, Pk.13:17.

Khaerunissa, Indra., dan Wiranto, Adi. 2014. Pengaruh Moralitas Pajak, Budaya

Pajak, dan Good Governance terhadap Kepauhan Wajib Pajak. Jurnal Riset

Akuntansi dan Perpajakan, Vol.1, No.2, Hlm.211.224.


67

http://journal.univpancasila.ac.id/index.php/jrap/article/view/80/96. Diakses

Tanggal 3 September 2020, Pk.13:27.

Kiyosaki, R,T. 2001. The Cashflow Quadrant. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Layata, Sherly., dan Setiawan, Putu Ery. 2014. Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas

Pelayanan, Pemeriksaan Pajak dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib

Pajak Badan. E-Jurnal Akuntansi, Vol. 9, No. 2, hlm. 540-556.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/Akuntansi/article/view/9302. Diakses Tanggal

3 September 2020, Pk.13:15.

Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Edisi Revisi .Yogyakarta: Penerbit Andi.

2016. Perpajakan. Edisi Revisi 2011. Yogyakarta :Penerbit Andi.

Mustikasari, Elia. 2007. “Kajian Empiris tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan di

Perusahaan Industri Pengolahan di Surabaya”. Simposium Nasional

Akuntansi X. Makasar.

Nabila, D, N. 2018. Pengaruh Kewajiban Moral Dan Lingkungan Sosial Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Bantul. Skripsi. Prodi Akuntansi Jurusan Pendidikan

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

Oh, Teik Hai and Lim, Meng See. 2011. Behavioral Intention of Tax Non-

Compliance among Sole Proprietors in Malaysia. International Journal

of Business and Social Science Vol. 2 No. 6.

Oktavianti, Tri Ratnawati, Slamet R, Hotman P. 2017. Subject Norm, Moral

Obligation, and Perceived Behavioral Control, As Antecedents Variabel


68

Is Service Quality, Attitude and Intention To Compliance With Tax

Payers: Study on motor vehicle tax in Riau Island Province). Journal of

Research in Business and Management. Issue 4(2017) pp: 32-40.

Permatasari, Inggrid dan Laksito, Herry. 2013. “Minimalisasi Tax Evasion melalui

Tarif Pajak, Teknologi dan Informasi Perpajakan, Keadilan Sistem

Perpajakan, dan Ketepatan Pengalokasian Pengeluaran”. (Studi Empiris

pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Wilayah KPP Pratama Pekanbaru

Senapelan). Diponegoro Journal Of Accounting, Volume 2, Nomor 2:h:1.

Rahayu,P. 2015. “Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kewajiban Moran dan Sanksi

Perpajakan Terhadap Kepatuhaghozn Wajib Pajak Hotel dalam

Membayar Pajak Hotel”. Volume 2 No.2 2015), Universitas Riau:

Pekanbaru.

Ramadha, L, Y. 2017. “Pengaruh Kesadaran, Moralitas dan Budaya Pajak Terhadap

Kepatuhan Pajak”. Studi pada UKM Siola Kota Surabaya. Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya.

Rohmawati, A.N. dan Rasmini, N.K., 2012. “Pengaruh Kesadaran, Penyuluhan,

Pelayanan dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi”. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 1(2), pp.1–17.

Retyowati, D, R. 2016. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Wajib Pajak yang Terdaftar pada KPP Pratama Sukoharjo” Program

Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiya.
69

Setiawan, Aditya. 2016. “Peranan KPP Pratama Dalam Meningkatkan Jumlah Wajib

Pajak Di Kabupaten Kebumen”. Skripsi. Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

Sugiyono. 2012. “Metode Penelitian Bisnis”. Jakarta : Alfabeta.

Supramono dan Damayanti, Theresia Woro. 2010. Perpajakan Indonesia.

Yogyakarta: Andi Offset.

Suyanto, Pasca Putri Lopian Ayu Intansari dan Supeni Endahjati. 2016. “Tax

Amnesti“. Jurnal Akuntansi, Vol.4, No.2, Desember 2016.

Widodo, Widi, 2010. “Moralitas, Budaya, dan Kepatuhan Pajak”. Bandung: Alfabeta.

Winarsih, Endang S. 2015. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Niat Ketidakpatuhan

dalam Membayar Pajak”. Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak PBB-P2

Kabupaten Sukoharjo. Magistra No. 91 Th. XXVII Maret 2015.

Wulandari, Tika, dan Suyanto. 2014. “Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Tingkat

Pendidikan, dan Sanksi Administrasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Dalam Melakukan Pembayaran Pajak Bumi Bangunan“. Jurnal

Akuntansi, Vol.2, No.2, Desember 2014.

Lampiran 1 : Kuisisoner Penelitian

KUISIONER PENELITIAN

Kepada Yth

Bapak/Ibu wajib pajak


70

Di Tempat

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan maksud untuk menyusun skripsi yang berjudul


“Pengaruh Kewajiban Moral Dan Budaya Pajak Pada Niat Ketidakpatuhan Pajak
Pada UMKM(Studi Kasus Pada UMKM Desa Junrejo, Kec. Junrejo, Kota Batu)”
maka diperlukan data penelitian sesuai dengan judul tersebut.

Identitas peneliti :

Nama : Floryani Restituta Haryanti

Nim : 2016110064

Program studi : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi

Peneliti menyadari sepenuhnya kuisioner ini sedikit menyita waktu aktivitas


Bapak/Ibu yang sangat padat, namun demikian dengan segala kerendahan hati,
peneliti memohon kiranya Bapak /Ibu berkenaan meluangkan waktu untuk mengisi
kuisioner ini. Kerahasiaan jawaban Bapak/Ibu sepenuhnya dijamin dan jawaban
tersebut semata-mata hanya diperlukan untuk kepentingan penelitian dalam rangka
menyusun skripsi ini.

Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu peneliti ucapkan terima kasih.

Hormat Saya

Floryani R. Haryanti

I. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dengan jawaban yang telah
disediakan yang menurut bapak/ibu itu benar.
2. Bapak/Ibu cukup memberi tanda cek () pada jawaban yang sesuai dan
menurut bapak/ibu benar.
71

3. Apabila Bapk/Ibu salah menjawab, cukup silang (X) pada centang yang
salah tersebut dang anti dengan pilihan jawaban yang menurut Bapak/Ibu
benar.
II. Data Responden
1. Nama :
2. Alamat :
3. Pekerjaan :
4. Jenis Usaha :
5. Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
6. Umur
a. 20 - 30 Tahun
b. 31 – 40 Tahun
c.  50 Tahun
7. Pendidikan
a. SMP
b. SMA
c. S1
d. Dll
8. Lama menjadi wajib pajak
a. 1 – 3 tahun
b. 4 – 6 taun
c.  7 Tahun
III. Data Penelitian
Keterangan:
1. Sangat Setuju (SS)
2. Setuju (S)
3. Tidak Setuju (TS)
4. Sangat Tidak Setuju (STS)
IV. Data Pernyataan
Variabel X1 : Kewajiban Moral

No Pernyataan SS S TS STS
1 Ikut serta dalam kegiatan keagamaan dan
organisasi masyarakat.
2 Kinerja pemerintah dalam mengurus perpajakan
sudah dilakukan dengan baik
72

3 Pemungutan pajak akan dialokasikan sesuai


kebutuhan masyarakat
4 Pembayaran pajak pada saat tingkat pendapatan
tinggi.
5 Melakukan pembayaran pajak sebagai warga
Negara yang baik
6 Sistem perpajakan yang jelas memudahkan
dalam menghitung pajak terutang

Variabel X2 : Budaya Pajak


No Pernyataan SS S TS STS
1 Sebagai wajib pajak harus memiliki sikap yang
disiplin dalam melakukan pembayaran pajak
2 Peraturan yang mengatur sistem perpajakan
dapat disusun dan dipublikasikan dengan baik
3 Sebagai wajib pajak wajib memperoleh
perlindungan hukum atau keadilan untuk
memberikan jaminan keadilan
4 Melakukan konsultasi pada aparatur pajak yang
berkaitan dengan ketentuan pajak
5 Aparatur pajak memiliki sikap jujur dan mudah
untuk dihubungi secara langsung oleh wajib
pajak dalam hal pelayanan perpajakan

Variabel Y : Niat Ketidakpatuhan Pajak

No Pernyataan SS S TS STS
1 Wajib pajak memutuskan untuk melakukan
ketidakpatuhan terhadap ketentuan perpajakan
2 Sebagai wajib pajak harus ada niat untuk
melaporkan atas pendapatan yang tidak benar
3 Wajib pajak harus memiliki niat untuk
melaporkan hasil yang tidak benar berkaitan
dengan perpajakan
4 Sebagai wajib pajak harus memutuskan untuk
melakukan ketidakpatuhan terhadap ketentuan
perpajakan
73

Lampiran 2: Tabulasi Hasil Kuesioner

Tabulasi Hasil Kuesioner

Niat Ketidakpatuhan Pjk


Data Umum Kewajiban Moral (X1) Budaya Pajak (X2)
N (Y)
o ∑ ∑ ∑
1 3 4 5 6 7 8 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P1 P2 P3 P4 P5 P1 P2 P3 P4
PX.1 PX.2 PY

Kerajina
1 Siti Wiraswasta 2 2 1 3 4 3 3 2 3 3 18 4 3 4 3 4 18 3 2 3 2 10
n

2 Mursid Wiraswasta UD 1 3 5 3 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 20 2 2 2 2 8

Kerajina
3 Yuyun IRT 2 2 1 2 3 3 4 3 3 3 19 4 3 3 3 3 16 3 3 3 3 12
n

Siti Hanger
4 Wiraswasta 2 3 1 3 3 3 3 2 3 3 17 3 3 3 3 3 15 2 3 3 3 11
Kolima Tarik

Tunik Kerajina
5 Wiraswasta 2 3 2 3 4 3 3 1 3 3 17 4 3 3 3 3 16 1 3 1 1 6
Julaitah n

6 Nurjoyo Wiraswasta Souvenir 1 3 5 3 3 2 3 3 3 3 17 3 3 3 3 3 15 2 3 3 2 10

Kerajina
7 Budiono Wiraswasta 1 3 5 2 3 3 3 2 4 2 17 3 3 3 3 4 16 3 2 3 2 10
n
74

Sutrisno Kerajina
8 Wiraswasta 1 3 5 3 3 3 3 3 3 3 18 3 2 3 3 3 14 1 3 4 2 10
Widodo n

Kerajina
9 Sudan Wiraswasta 1 3 1 3 4 3 3 4 3 3 20 3 4 4 3 3 17 3 4 3 3 13
n

Kerajina
10 Fransisko Wiraswasta 1 3 1 2 5 2 3 4 3 3 20 4 3 3 2 3 15 3 3 3 2 11
n

Bambang Kerajina
11 Wiraswasta 1 3 2 3 4 3 3 3 3 4 20 3 3 4 3 4 17 3 3 4 3 13
Setyawan n

Cobek
12 Tono Wiraswasta 1 2 5 3 4 4 3 3 3 3 20 3 3 3 3 3 15 4 3 3 3 13
cor

Kerajina
13 Murnawi Wiraswasta 1 3 5 3 4 3 2 2 4 4 19 4 3 4 4 3 18 3 2 4 3 12
n

Kerajina
14 Sumanu Wiraswasta 1 3 1 3 4 3 4 4 4 3 22 3 3 4 3 4 17 3 3 3 3 12
n

Kerajina
15 Kosir Wiraswasta 1 3 1 3 4 3 3 3 3 4 20 4 4 3 3 3 17 3 3 3 3 12
n

Alat
16 Susiono Wiraswasta 1 3 5 3 3 3 3 3 3 3 18 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 12
dapur

Kripik
17 Rusnianti Wiraswasta 2 2 1 3 4 3 3 3 3 3 19 3 4 4 3 3 17 3 2 2 3 10
tempe

18 Rosik Wiraswasta Kerajina 1 3 2 3 3 2 3 4 3 3 18 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 12


75

19 Pitoyo Wiraswasta UKM 1 1 1 3 4 3 3 2 4 2 18 4 4 4 3 3 18 2 3 4 2 11

Mustaki Bubut
20 Wiraswasta 1 3 1 3 3 3 2 2 4 3 17 4 3 2 4 3 16 3 4 4 3 14
m kayu

21 Winardi Wiraswasta Camilan 1 3 2 3 3 3 4 3 3 4 20 3 3 3 4 3 16 4 4 3 2 13

Kerajina
22 Sukirno Wiraswasta 1 2 2 2 4 3 3 4 3 3 20 3 3 3 3 4 16 3 3 3 3 12
n

Hanger
23 Surianto Wiraswasta 1 3 1 3 3 4 3 3 3 4 20 4 3 4 3 4 18 2 3 3 3 11
Tarik

Sugeng Kerajina
24 Wiraswasta 1 3 2 3 4 3 2 2 3 3 17 3 3 3 3 3 15 4 3 4 3 14
Paujon n

Sugeng Kerajina
25 Wiraswasta 1 3 2 3 3 3 3 2 4 3 18 4 3 2 3 3 15 4 2 2 2 10
alfianto n

Andura Kerajina
26 Wiraswasta 1 3 5 3 3 3 4 3 4 3 20 4 4 3 4 3 18 3 4 3 2 12
Suryo n

Anik
27 Wiraswasta Industri 2 2 5 3 4 3 3 2 4 3 19 4 4 3 3 2 16 2 3 2 2 9
Yulianti

Kerajina
28 Juliani Wiraswasta 1 3 5 3 4 3 3 3 4 2 19 4 3 3 3 4 17 2 2 3 2 9
n

29 Misno Wiraswasta Kerajina 1 3 1 3 4 3 3 3 3 4 20 3 3 3 3 3 15 3 3 3 2 11


76

Kerajina
30 Kodir Wiraswasta 1 3 1 3 4 4 3 3 4 3 21 3 3 3 3 3 15 3 3 3 3 12
n
77

Lampiran 3: Deskripsi Hasil Tabulasi Kuesioner

Deskripsi Hasil Tabulasi Kuesioner

Frequencies
Frequency Table

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid IRT 1 3.3 3.3 3.3
Wiraswasta 29 96.7 96.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

Jenis.Usaha

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Alat dapur 1 3.3 3.3 3.3
Bubut kayu 1 3.3 3.3 6.7
Camilan 1 3.3 3.3 10.0
Cobek cor 1 3.3 3.3 13.3
Hanger Tarik 2 6.7 6.7 20.0
Industri 1 3.3 3.3 23.3
Kerajinan 19 63.3 63.3 86.7
Kripik tempe 1 3.3 3.3 90.0
Souvenir 1 3.3 3.3 93.3
UD 1 3.3 3.3 96.7
UKM 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

Jenis.Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 24 80.0 80.0 80.0
2 6 20.0 20.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
78

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 1 3.3 3.3 3.3
2 6 20.0 20.0 23.3
3 23 76.7 76.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 13 43.3 43.3 43.3
2 7 23.3 23.3 66.7
5 10 33.3 33.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

Lama.Menjadi.WP

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 2 4 13.3 13.3 13.3
3 26 86.7 86.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

PX.1.1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 3 12 40.0 40.0 40.0
4 17 56.7 56.7 96.7
5 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

PX.1.2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 2 3 10.0 10.0 10.0
3 23 76.7 76.7 86.7
4 4 13.3 13.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
79

PX.1.3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 2 3 10.0 10.0 10.0
3 22 73.3 73.3 83.3
4 5 16.7 16.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

PX.1.4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 1 3.3 3.3 3.3
2 9 30.0 30.0 33.3
3 14 46.7 46.7 80.0
4 6 20.0 20.0 100.0
Total 30 100.0 100.0

PX.1.5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 3 19 63.3 63.3 63.3
4 11 36.7 36.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

PX.1.6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 2 3 10.0 10.0 10.0
3 20 66.7 66.7 76.7
4 7 23.3 23.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

PX.2.1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 3 16 53.3 53.3 53.3
4 14 46.7 46.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
80

PX.2.2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 2 1 3.3 3.3 3.3
3 22 73.3 73.3 76.7
4 7 23.3 23.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

PX.2.3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 2 2 6.7 6.7 6.7
3 19 63.3 63.3 70.0
4 9 30.0 30.0 100.0
Total 30 100.0 100.0

PX.2.4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 2 1 3.3 3.3 3.3
3 24 80.0 80.0 83.3
4 5 16.7 16.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

PX.2.5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 2 1 3.3 3.3 3.3
3 21 70.0 70.0 73.3
4 8 26.7 26.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

PY.1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 2 6.7 6.7 6.7
2 7 23.3 23.3 30.0
3 17 56.7 56.7 86.7
4 4 13.3 13.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
81

PY.2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 2 7 23.3 23.3 23.3
3 19 63.3 63.3 86.7
4 4 13.3 13.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

PY.3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 1 3.3 3.3 3.3
2 4 13.3 13.3 16.7
3 19 63.3 63.3 80.0
4 6 20.0 20.0 100.0
Total 30 100.0 100.0

PY.4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 1 3.3 3.3 3.3
2 13 43.3 43.3 46.7
3 16 53.3 53.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

Lampiran 4: Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif
82

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Total.X.1 30 17.00 24.00 19.0667 1.63861
Total.X.2 30 14.00 20.00 16.2667 1.36289
Total.Y 30 6.00 14.00 11.1667 1.76329
Valid N (listwise) 30

Lampiran 5: Uji Validitas Kuesioner

Uji Validitas Kuesioner


83

Correlations

PX.1.1 PX.1.2 PX.1.3 PX.1.4 PX.1.5 PX.1.6 Total.X.1


PX.1.1 Pearson Correlation 1 .046 -.151 .170 .004 .051 .406*
Sig. (2-tailed) .808 .426 .370 .982 .790 .026
N 30 30 30 30 30 30 30
PX.1.2 Pearson Correlation .046 1 .126 -.074 .234 .230 .469**
Sig. (2-tailed) .808 .507 .697 .212 .222 .009
N 30 30 30 30 30 30 30
*
PX.1.3 Pearson Correlation -.151 .126 1 .446 .036 .085 .560**
Sig. (2-tailed) .426 .507 .013 .850 .655 .001
N 30 30 30 30 30 30 30
PX.1.4 Pearson Correlation .170 -.074 .446* 1 -.193 .203 .674**
Sig. (2-tailed) .370 .697 .013 .308 .281 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
PX.1.5 Pearson Correlation .004 .234 .036 -.193 1 -.304 .659**
Sig. (2-tailed) .982 .212 .850 .308 .103 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
PX.1.6 Pearson Correlation .051 .230 .085 .203 -.304 1 .469**
Sig. (2-tailed) .790 .222 .655 .281 .103 .009
N 30 30 30 30 30 30 30
Total.X.1 Pearson Correlation .406* .469** .560** .674** .183 .469** 1
Sig. (2-tailed) .026 .009 .001 .000 .333 .009
N 30 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations
Correlations

PX.2.1 PX.2.2 PX.2.3 PX.2.4 PX.2.5 Total.X.2


PX.2.1 Pearson Correlation 1 .309 -.032 .177 -.036 .512**
Sig. (2-tailed) .097 .867 .348 .850 .004
N 30 30 30 30 30 30
84

PX.2.2 Pearson Correlation .309 1 .326 .197 -.198 .596**


Sig. (2-tailed) .097 .079 .297 .295 .001
N 30 30 30 30 30 30
PX.2.3 Pearson Correlation -.032 .326 1 .009 .405* .674**
Sig. (2-tailed) .867 .079 .961 .026 .000
N 30 30 30 30 30 30
PX.2.4 Pearson Correlation .177 .197 .009 1 .011 .462*
Sig. (2-tailed) .348 .297 .961 .956 .010
N 30 30 30 30 30 30
PX.2.5 Pearson Correlation -.036 -.198 .405* .011 1 .458*
Sig. (2-tailed) .850 .295 .026 .956 .011
N 30 30 30 30 30 30
Total.X.2 Pearson Correlation .512** .596** .674** .462* .458* 1
Sig. (2-tailed) .004 .001 .000 .010 .011
N 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations
Correlations

PY.1 PY.2 PY.3 PY.4 Total.Y


*
PY.1 Pearson Correlation 1 .095 .192 .428 .687**
Sig. (2-tailed) .616 .308 .018 .000
N 30 30 30 30 30
PY.2 Pearson Correlation .095 1 .245 .149 .531**
85

Sig. (2-tailed) .616 .192 .433 .003


N 30 30 30 30 30
*
PY.3 Pearson Correlation .192 .245 1 .434 .704**
Sig. (2-tailed) .308 .192 .017 .000
N 30 30 30 30 30
PY.4 Pearson Correlation .428* .149 .434* 1 .735**
Sig. (2-tailed) .018 .433 .017 .000
N 30 30 30 30 30
** ** ** **
Total.Y Pearson Correlation .687 .531 .704 .735 1
Sig. (2-tailed) .000 .003 .000 .000
N 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 6: Uji Reliabilitas Kuesioner

Uji Reliabilitas Kuesioner

Reliability

Scale: ALL VARIABLES
86

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.756 7

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if
Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted
PX.1.1 34.5000 9.569 .251 .750
PX.1.2 35.1000 9.472 .341 .735
PX.1.3 35.0667 9.099 .436 .716
PX.1.4 35.3000 7.872 .505 .679
PX.1.5 34.7667 10.392 .034 .685
PX.1.6 35.0000 9.310 .316 .736
Total.X.1 19.0667 2.685 1.000 .700

Reliability

Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
87

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.697 6

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if
Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted
PX.2.1 29.0667 6.271 .355 .680
PX.2.2 29.3333 6.092 .462 .659
PX.2.3 29.3000 5.666 .533 .634
PX.2.4 29.4000 6.524 .323 .689
PX.2.5 29.3000 6.424 .294 .693
Total.X.2 16.2667 1.857 1.000 .704

Reliability
Scale: ALL VARIABLES
88

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.759 5

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if
Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted
PY.1 19.5667 9.289 .540 .718
PY.2 19.4333 10.530 .390 .761
PY.3 19.3333 9.471 .581 .713
PY.4 19.8333 9.799 .645 .713
Total.Y 11.1667 3.109 1.000 .671

Lampiran 7: Analisis Regresi Linier Berganda (Sudah Termasuk Asumsi Klasik)


89

Analisis Regresi Linier Sederhana (Sudah Termasuk Asumsi Klasik)

Regression

Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered Variables Removed Method
a
1 Total.X.2, Total.X.1 . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Total.Y

Model Summaryb
Durbin-
Change Statistics Watson
Sig.
Adjusted R Std. Error of R Square F
Model R R Square Square the Estimate Change F Change df1 df2 Change
a
1 .731 .534 .286 1.77801 .534 6.297 2 27 000a 1.689
a. Predictors: (Constant), Total.X.2, Total.X.1
b. Dependent Variable: Total.Y

ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 39.811 2 19.906 6.297 .000a
Residual 85.356 27 3.161
Total 90.167 29
a. Predictors: (Constant), Total.X.2, Total.X.1
b. Dependent Variable: Total.Y

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 13.143 1.527 8.607 .000
Total.X.1 -.983 .231 .170 4.255 .001 .764 1.309
Total.X.2 -.736 .217 .259 3.391 .012 .764 1.309
a. Dependent Variable: Total.Y
90
91

Lampiran 8 : Dokumentasi Penelitian


92
93

Anda mungkin juga menyukai