Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN DAN

SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN


DALAM MEMBAYAR PAJAK DI WILAYAH BANTEN
Romana Salsabiila Roseid
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Raharja
E-mail: romana@raharja.info

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh Pengetahuan Perpajakan dan Sanksi Perpajakan terhadap
Kepatuhan dalam Membayar Pajak di wilayah Banten. Hasil dari penelitian membuktikan bahwa
variabel Pengetahuan Perpajakan dan variabel Sanksi Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan dalam
Membayar Pajak. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggukana metode kuantitatif dengan
teknik pengumpulan data primer yang dikumpulkan melalui teknik purposive sampling/pemilihan
sampel menurut kriteria tertentu. Proses pengumpulan data penelitian ini adalah melalui penyebaran
kuesioner secara online sebanyak 100 responden. Populasi yang ditentukan yaitu semua warga di
wilayah Banten yang sudah bekerja pada tahun 2022 sebanyak 5.940.618. Dalam proses meneliti,
analisis yang dilakukan memakai teknik berupa Analisis Uji Regresi Linear Berganda dengan
menggunakan software/perangkat lunak IBM SPSS Statistics 26.
Kata kunci: Pengetahuan Perpajakan, Sanksi Perpajakan, Kepatuhan dalam Membayar
Pajak

BAB I: PENDAHULUAN
Pajak adalah pembayaran wajib kepada pemerintah yang diwajibkan oleh aturan untuk dilakukan
oleh individu atau bisnis yang bersifat memaksa dan digunakan untuk kebutuhan pemerintah bagi
kesejahteraan rakyat. Pajak adalah salah satu sumber pendapatan pemerintah yang sangat
memungkinkan untuk mendanai pengeluaran pemerintah. Dengan penerimaan pajak negara, sangat
membantu pemerintah untuk mengurangi defisit anggaran dan ketergantungan pada bantuan dan
pinjaman negara lain.
Pembayaran pajak menjadi salah satu penerimaan yang bisa digunakan membiayai sebagian
besar pengeluaran dan perkembangan pemerintah sebagaimana hutang negara dalam Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN). Dari sini dapat disimpulkan bahwa proses pembangunan tidak
akan berjalan dengan optimal tanpa penerimaan pajak yang teratur
Kepatuhan dalam Membayar pajak dipengaruhi oleh dua jenis faktor, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari pihak/orang/wajib pajak itu sendiri dan
berkaitan dengan sifat individu yang memicu kewajiban perpajakannya, seperti: Kesadaran, tingkat
pengtahuan, tingkat Pendidikan terakhir, dan pemahaman. Begitupula dengan faktor eksternal adalah
faktor yang berasal dari luar pihak/orang/wajib pajak itu sendiri, seperti: tingkat kualitas pelayanan
dan beratnya hukuman sanksi.
Sistem pemungutan pajak di Indonesia. didasarkan pada self assessment, yang mengasumsikan
bahwa orang yang membayar pajak mampu menghitung, memahami UU atau aturan perpajakan yang
berlaku, jujur, dan memahami pentingnya dalam membayar pajak. Menurut Mutia (2014) Wajib Pajak
seharusnya mampu menghitung, mencatat dan melaporkan pembayaran pajaknya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi bagaimana wajib pajak membayar pajaknya adalah
pengetahuan mereka tentang pajak. Memahami tentang pajak akan membuat banyak wajib pajak patuh
dan membayar pajaknya secara teratur dan tepat waktu. Widayanti dan Nurlis (2010) melakukan
penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan dan pemahaman tentang undang-undang pajak
berdampak pada kepatuhan membayar pajak.
Selain faktor pengetahuan tentang pajak, ada juga faktor sanksi pajak. Menurut pengertian pajak,
pajak memiliki sifat memaksa yang didasarkan pada undang-undang, yang berarti bahwa ketidaktaatan
atau ketidakpatuhan terhadap undang-undang memiliki konsekuensi hukum. Konsekuensi hukum ini
adalah penerapan sanksi untuk membuat wajib pajak takut melanggar undang-undang perpajakan.
Sanksi perpajakan adalah jaminan bahwa peraturan perundang-undangan perpajakan, juga dikenal
sebagai norma perpajakan, akan dipatuhi atau ditaati. Dengan kata lain, sanksi perpajakan berfungsi
sebagai sarana untuk mencegah wajib pajak melanggar peraturan perpajakan (Mutia, 2014).
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, peneliti ingin melakukan penelitian tentang hal-hal
yang mempengaruhi kepatuhan dalam pembayaran pajak wajib pajak pribadi. Menurut penelitian
sebelumnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemahaman orang tentang perpajakan dan
sanksi pajak, seperti penelitian terdahulu dari Subarkah dan Dewi (2017) dan Tene dkk. (2017), yang
menggunakan variabel dalam penelitian mereka berupa pemahaman wajib pajak dan ketegasan
terhadap sanksi perpajakan, maka penelitian ini akan melihat pengaruhnya terhadap kepatuhan dalam
membayar pajak.
Maka rumusan masalah yang peneliti ajukan antara lain:
1. Apakah pengetahuan dari perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan dalam membayar
pajak di wilayah Banten?
2. Apakah sanksi pajak bisa berpengaruh terhadap kepatuhan dalam membayar pajak di wilayah
Banten?
3. Apakah pengetahuan perpajakan dan sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan dalam
membayar pajak di wilayah Banten?
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan dalam membayar
pajak di wilayah Banten.
2. Untuk menganalisis pengaruh sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan dalam
membayar pajak di wilayah Banten.
3. Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan perpajakan dan sanksi pajak terhadap kepatuhan
dalam membayar pajak di wilayah Banten.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Pajak
Pajak adalah iuran yang dibuat oleh rakyat kepada kas negara yang diatur oleh undang-undang
dan tidak mendapat manfaat timbal balik (kontraprestasi). Pajak dapat digunakan secara langsung
untuk membiayai pengeluaran negara. Wajib pajak yaitu individu/organisasi yang memiliki hak dan
tanggungan membayar pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak.
Pajak sebagai sumber pendapatan dan juga memainkan peran yang sangat penting dalam
kehidupan bernegara, terutama dalam proses pembangunan. Dengan demikian, pajak memegang peran
yang sangat penting dalam penerimaan Negara karena pengetahuan, pemahaman, dan ketegasan sanksi
tentang pajak sangat mendukung kehidupan bernegara dalam memenuhi kebutuhan dana untuk
kepentingan penyelenggaraan Negara.
2.2 Fungsi Pajak
Pajak memiliki fungsi tersendiri, yang diantaranya:
a. Fungsi budgetair
Menurut Ani (2010), fungsi budgetair adalah manfaat pokok yang ditunjukkan oleh jenis
pajak itu sendiri. Oleh karena itu, karena pajak memberikan manfaat yang besar, pemerintah
melakukan banyak upaya untuk mendorong rakyatnya untuk membayar pajak. Pajak ini juga
merupakan pajak pemasukan terbesar dibandingkan dengan sektor lain
b. Fungsi regulerend
Ani (2010) menyatakan bahwa fungsi regulerrend adalah ketika pemerintah
menggunakan pajak sebagai cara untuk mencapai tujuan tertentu. Karena fungsi ini berfungsi
sebagai pelengkap dari fungsi pajak utama, fungsi ini juga disebut sebagai fungsi mengatur
atau fungsi tambahan.
2.3 Pengetahuan Perpajakan
Pengetahuan adalah hasil dari kesadaran manusia terhadap sesuatu, atau segala tindakan
manusia, untuk memahami suatu objek tertentu. Objek yang dipahami manusia dapat berbentuk baik
atau terkait dengan masalah kejiwaan, tergantung pada jenis objek tersebut. Pajak adalah pembayaran
wajib rakyat kepada negara yang diatur oleh UU atau aturan (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
memperoleh manfaat langsung yang dapat ditampilkan dan dipergunakan untuk membayar biaya
umum (Mardiasmo, 2009). Dengan kata lain, Kemampuan seorang wajib pajak didefinisikan sebagai
pengetahuan perpajakan untuk memahami UU atau aturan perpajakan, baik itu mengenai tarif atau bea
pajak yang dimaksudkan untuk dibayar maupun guna pajak yang dimaksudkan untuk dibayar
(Mardiasmo, 2009).
2.4 Sanksi Perpajakan
Sanksi adalah tindakan hukum yang dilakukan terhadap individu yang melanggar peraturan.
Peraturan, atau undang-undang, adalah aturan yang mengatur bagaimana seseorang harus dan tidak
melakukan sesuatu. Sanksi diperlukan untuk mencegah pelanggaran undang-undang atau peraturan
(Arum, 2012). Sanksi pajak menjamin bahwa norma perpajakan akan dipatuhi atau diterapkan.
Dengan kata lain, sanksi ini mencegah wajib pajak dari melanggar norma perpajakan (Mardiasmo,
2009).
Untuk mendorong wajib pajak untuk membayar pajak, penegak hukum yang adil oleh otoritas
pajak diperlukan untuk mereka yang tidak melakukan pembayaran pajak. Maka dari itu, penegasan
sanksi pajak sangat penting untuk meningkatkan kesadaran publik akan pembayaran pajak. Semakin
berat sanksi pajak yang dikenakan kepada wajib pajak, semakin banyak wajib pajak yang dapat
meningkat. Namun, jika sanksi pajak tidak ditindak dengan tegas, kepatuhan dalam membayar pajak
juga akan menurun.
2.5 Kepatuhan dalam Membayar Pajak
Menurut KBBI, kepatuhan berarti ketaatan atau bersifat patuh. Kepatuhan didefinisikan sebagai
insentif yang mendorong seseorang, kelompok atau organisasi yang bertindak menurut aturan yang
telah ditentukan (Fajriyan, 2015). Hukum yang berlaku untuk pajak adalah undang-undang/peraturan
perpajakan. Kepatuhan pajak berarti bahwa seseorang, dalam kasus wajib pajak, mematuhi undang-
undang/peraturan perpajakan (Tiraada, 2013).
Masalah kepatuhan menjadi penting karena ketidakpatuhan mengarah pada upaya penggelapan
pajak, yang akan menyebabkan lebih sedikit dana yang dimasukkan ke kas negara. Oleh karena itu,
semakin akurat kebenaran perhitungan, pertimbangan, dan pengisian surat pemberitahuan wajib pajak,
semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak akan melaksanakan dan memenuhi kewajiban pajaknya.
2.6 Pengembangan Hipotesis
2.6.1 Pengaruh Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan dalam Membayar Pajak
Dalam pelaksanaan hak dan kewajibannya di bidang pajak, wajib pajak dapat menggunakan
pengetahuan mereka tentang pajak sebagai dasar untuk membuat keputusan dan menerapkan strategi
tertentu. Pengetahuan perpajakan memastikan bahwa wajib pajak mematuhi peraturan perpajakan yang
harus dilaksanakan oleh mereka sendiri.
Pada penelitian sebelumnya, menurut penelitian Sherla, dkk (2022) yang mengatakan bahwa
pengetahuan tentang perpajakan berdampak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Ini
ditunjukkan oleh uji t pada variabel Pengetahuan Perpajakan, yang memiliki t tabel sebesar 2,022.
Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis pertama diajukan sebagai berikut:
H1: Pengetahuan Perpajakan berpengaruh terhadap Kepatuhan dalam Membayar Pajak.
2.6.2 Pengaruh Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan dalam Membayar Pajak
Sanksi pajak adalah sanksi yang diberikan kepada wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban
membayar pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku. Wajib pajak akan
memenuhi kewajiban dalam membayar pajaknya karena mereka percaya bahwa sanksi perpajakan
akan lebih banyak merugikan dibanding membantu mereka.
Pada penelitian sebelumnya, menurut penelitian dari Pujiwidodo (2016) yang mengatakan
bahwa Sanksi Perpajakan memiliki pengaruh signifikan terhadap Kepatuhan wajib Pajak. Hal ini dapat
dilihat dari Uji t pada variabel Sanksi Perpajakan memiliki t tabel sebesar 3,854. Berdasarkan uraian
diatas maka diajukan hipotesis pertama sebagai berikut:
H2: Sanksi Perpajakan berpengaruh terhadap Kepatuhan dalam Membayar Pajak.
2.6.3 Pengaruh antara Pengetahuan Perpajakan dan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan
dalam Membayar Pajak
Sanksi pajak berfungsi sebagai penghalang untuk mencegah wajib pajak melanggar undang-
undang pajak (Rezan Abdi,2017). Sanksi ini dapat membantu wajib pajak mengatur pembayaran pajak,
sehingga mereka tidak ingin mengabaikan dalam mengisi SPT pajaknya. Semakin tegas sanksi atau
hukuman yang diberikan kepada wajib pajak yang melanggar, semakin banyak wajib pajak yang patuh
untuk memenuhi kewajiban dalam membayar pajaknya. Begitu juga dengan Pengetahuan Perpajakan,
karena bagaimana mungkin jika tidak tahu tentang undang-undang pajak. Dengan adanya pengetahuan
perpajakan akan membantu wajib pajak dalam membayar pajak, sehingga tingkat kepatuhannya pun
meningkat.
Pada penelitian sebelumnya, menurut penelitian dari Nurulita (2017) yang mengatakan bahwa
Pengetahuan Perpajakan dan Sanksi Perpajakan memiliki pengaruh signifikan terhadap Kepatuhan
wajib Pajak. Hal ini dapat dilihat dari Uji t pada variabel Pengetahuan Perpajakan memiliki t tabel
sebesar 4,630 dan pada variabel Sanksi Perpajakan memiliki t tabel sebesar 3,417. Berdasarkan uraian
diatas maka diajukan hipotesis pertama sebagai berikut:
H3: Pengetahuan Perpajakan dan Sanksi Perpajakan berpengaruh terhadap Kepatuhan
dalam Membayar Pajak.

BAB III: METODE PENELITIAN


3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.1.1 Populasi
Dalam penelitian ini, populasi yang diteliti adalah Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) dari
wilayah Banten. Wajib pajak yang terdaftar memiliki nomor pajak wajib pajak (NPWP). Menurut data
dari Badan Pusat Statistik (BPS) Banten jumlah tenaga yang bekerja di Provinsi Banten pada tahun
2022 adalah 5.940.618 orang/jiwa.
3.1.2 Sampel
Dalam penelitian ini, sampel Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) yang pernah melaporkan Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT) digunakan. Sampel yang digunakan sejumlah 100 kuesioner/responden
yang disebar oleh Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) yang berada di Wilayah Banten. Jumlah
populasi dan ciri-ciri karakteristik disebut dengan sampel. (Sugiyono, 2010). Penentuan sampel
penelitian ini dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut:
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(ⅇ)2
Jumlah orang yang terlibat/populasi dalam penelitian ini adalah 5.940.618 orang/jiwa yang
sudah bekerja, oleh karena itu, persentase kelonggaran yang digunakan adalah 10% (sepuluh persen),
dan hasilnya dapat dibulatkan untuk mencapai kesesuaian. Selanjutnya, untuk mengidentifikasi sampel
penelitian menggunakan perhitungan berikut:
5.940.618
𝑛=
1+5.940.618(0,1)2
5.940.618
𝑛=
59.407,18
𝑛 = 99,998 responden
Berdasarkan perhitungan diatas sampel yang menjadi responden dalam penelitian ini disesuaikan
menjadi 100 responden.
3.1.3 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel purposive, atau dipilih berdasarkan persyaratan tertentu, digunakan sebagai teknik
pengambilan sampel. Kriteria ini termasuk:
1. Memiliki Nomor Pajak Wajib Pajak (NPWP)
2. Berdomisili di wilayah Banten
3. Pernah melaporkan SPT melalui Website
3.1.4 Sumber Data
Pada penelitian ini pengumpulan sumber data dilakukan dengan melalui kuesioner secara online
menggunakan Google Form. Analisis regresi berganda adalah metode analisis data yang digunakan.
Data diproses menggunakan perangkat lunak IBM SPSS Statistics 26.

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Profil Responden
Penelitian dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden atau sampel survei.
Penelitian ini melibatkan 100 responden dengan klasifikasi yang berbeda meliputi umur, jenis kelamin,
pendidikan terakhir, pekerjaan dan pendapatan per bulan. Klasifikasi responden dalam penelitian ini
diuraikan di bawah ini.
Menurut Tabel 1, Dapat dilihat bahwa responden penelitian ini terdiri dari dua jenis kelamin.
Responden dengan jenis kelamin Pria sebanyak 27 orang dan Responden dengan jenis kelamin Wanita
sebanyak 73 orang. Dari sini dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden penelitian ini adalah
perempuan.
Tabel 1. Jenis Kelamin Responden
Frequency Percent
Valid Pria 27 27,0
Wanita 73 73,0
Total 100 100,0
Sumber: Olah Data Peneliti (2023)
Klasifikasi selanjutnya yaitu berdasarkan jenjang usia dari para responden Tabel 2 menunjukkan
bahwa responden yang mengisi kuesioner penelitian ini berasal dari berbagai kelompok umur. Ada 70
orang di bawah 25 tahun, 26 orang antara 25 dan 35 tahun, 3 orang antara 36 dan 45 tahun dan 1 orang
di atas 45 tahun. Dari sini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian ini berusia di
bawah 25 tahun.
Tabel 2. Usia Responden
Frequency Percent
Valid < 25 Tahun 70 70,0
25 - 35 Tahun 26 26,0
36 - 45 Tahun 3 3,0
> 45 Tahun 1 1,0
Total 100 100,0
Sumber: Olah Data Peneliti (2023)
Klasifikasi hasil penelitian selanjutnya yaitu Pendidikan terakhir dari para responden, Tabel 3
menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda.
Terdapat 1 responden berpendidikan SMP, kemudian 46 orang lulusan SMA/SMK dan 53 orang
sarjana/diploma. Berdasarkan informasi tersebut terlihat bahwa penelitian ini paling banyak di isi oleh
responden yang berlatar belakang sarjana/diploma yaitu. sedikitnya 53 orang.
Tabel 3. Pendidikan Terakhir Responden
Frequency Percent
Valid SMP 1 1,0
SMA/SMK 46 46,0
Sarjana/Diploma 53 53,0
Total 100 100,0
Sumber: Olah Data Peneliti (2023)
Berikutnya yaitu klasifikasi responden berdasarkan Pekerjaan, berdasarkan Tabel 4,
menunjukkan berbagai macam pekerjaan dari para responden yang mengisi dalam penelitian ini. Ada
berbagai macam pekerjaan diantaranya pegawai dengan/memiliki penghasilan sampingan selain gaji
sebanyak 26 orang, lalu pegawai tanpa/tidak memiliki penghasilan sampingan selain gaji sebanyak 54
orang, dan wiraswasta sebanyak 20 orang. Di antara responden terlihat bahwa responden yang
dominan adalah responden yang memiliki pekerjaan pegawai tanpa/tidak memiliki penghasilan
sampingan selain gaji sebanyak 54 orang.
Tabel 4. Pekerjaan
Frequency Percent
Valid Pegawai dengan/memiliki penghasilan sampingan selain gaji 26 26,0
Pegawai tanpa/tidak memiliki penghasilan sampingan selain gaji 54 54,0
Wiraswasta 20 20,0
Total 100 100,0
Sumber: Olah Data Peneliti (2023)
Selanjutnya yaitu klasifikasi para responden berdasarkan jumlah penghasilan per bulannya,
berdasarkan Tabel 5 menunjukkan beberapa kisaran penghasilan per bulan dari para responden
diantaranya yaitu dibawah Rp 5.000.000 sebanyak 65 orang, lalu Rp 5.000.000 sampai Rp 10.000.0000
sebanyak 26 orang, dan Rp 10.000.000 sampai Rp 20.000.000 sebanyak 9 orang. Pada kategori
pendapatan responden yang berbeda-beda terlihat bahwa responden dengan pendapatan bulanan
kurang dari Rp 5.000.000 mendominasi.
Tabel 5. Jumlah Penghasilan per Bulan Responden
Frequency Percent
Valid < Rp 5.000.000 65 65,0
Rp 5.000.000 - Rp 10.000.000 26 26,0
Rp 10.000.000 - Rp 20.000.000 9 9,0
> Rp 20.000.000 0 0,0
Total 100 100,0
Sumber: Olah Data Peneliti (2023)
4.2 Uji Validitas
Uji kebenaran penelitian ini bertujuan untuk diketahui seberapa valid atau benarnya pertanyaan
yang ada dalam kuesioner. Menurut Sugiyono (2016), penilaian dilakukan dengan cara
membandingkan nilai rhitung dengan rtabel. Jika nilai rhitung lebih besar dari rtabel, maka pertanyaan
dianggap valid. Sebaliknya, jika nilai rhitung lebih rendah dari rtabel, maka pertanyaan dianggap tidak
valid.
rtabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,1966, dimana df = 100 – 2 = 98 dan tingkat
signifikansi uji dua arah adalah 0,05. Berikut adalah hasil uji validitas penelitian ini. Tabel 6, berisi 6
pertanyaan tentang variabel Pengetahuan Perpajakan sebagai variabel X1. Dari 6 pertanyaan,
didapatkan nilai rhitung yang lebih besar dari rtabel atau 0,1966. Berdasarkan pengambilan keputusan tes
ini, semua pertanyaan yang digunakan pada variabel pengetahuan kontrol dinyatakan benar/valid/sah
(Sugiyono, 2016)
Tabel 6. Uji Validitas Pengetahuan Perpajakan
Item r hitung r tabel Ket.
1. 0,703 Valid
2. 0,651 Valid
3. 0,346 Valid
0,1966
4. 0,462 Valid
5. 0,454 Valid
6. 0,351 Valid
Sumber: Olah Data Peneliti (2023)
Hasil pembahasan selanjutnya adalah uji kebenaran/validitas variabel Sanksi Perpajakan.
Berikut adalah hasil validitas dari penelitian ini. Tabel 7 menunjukkan bahwa ada 6 pertanyaan,
umumnya item pertanyaan ini memiliki nilai rhitung yang beraneka. Dengan semua rhitung yang diperoleh,
sangat jelas bahwa nilai dari rhitung lebih besar dari rtabel atau melebihi dari 0,1966. Oleh karena itu,
dapat tersimpulkan bahwa semua jawaban pertanyaan responden yang di pakai pada variabel “sanksi
pajak” dinyatakan valid/sah untuk digunakan (Sugiyono, 2016)
Tabel 7. Uji Validitas Sanksi Perpajakan
Item r hitung r tabel Ket.
1. 0,501 Valid
2. 0,471 Valid
3. 0,450 Valid
0,1966
4. 0,550 Valid
5. 0,625 Valid
6. 0,462 Valid
Sumber: Olah Data Peneliti (2023)
Terakhir, menguji validitas variabel Y yaitu Kepatuhan Membayar Pajak. Berikut, enam item
pertanyaan digunakan untuk variabel Kepatuhan Membayar Pajak, berdasarkan tabel 8. Semua item
pertanyaan dari uji penelitian ini memiliki nilai rhitung yang beragam, namun jika dilihat nilai rhitung yang
diperoleh lebih besar dari rtabel atau 0,1966. Dengan demikian, dapat tersimpulkan jika variabel
Kepatuhan dalam Membayar Pajak ini menggunakan item pertanyaan yang valid/sah (Sugiyono,
2016).
Tabel 8. Uji Validitas Kepatuhan Membayar Pajak
Item r hitung r tabel Ket.
1. 0,680 Valid
2. 0,636 Valid
3. 0,685 Valid
0,196
4. 0,663 Valid
5. 0,466 Valid
6. 0,646 Valid
Sumber: Olah Data Peneliti (2023)
4.3 Uji Reliabilitas
Sebenarnya, reliabilitas adalah alat untuk mengukur seberapa reliabel suatu kuesioner jika
hasilnya konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk menentukan reliabilitas suatu variabel, uji
statistik dilakukan dengan melihat cronbach alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dianggap reliabel
jika memiliki nilai cronbach alpha > 0,60 (Ghozali, 2009).
Tabel 9 menunjukkan bahwa variabel Pengetahuan Perpajakan memiliki nilai Cronbach's Alpha
0,752. Nilai tersebut jauh di atas 0,6 sehingga diasumsikan jawaban pertanyaan dalam variabel
Pengetahuan Perpajakan ini dianggap terbukti/terjamin/aktual/reliabel (Sugiyono, 2016). Diketahui
dari juga, bahwa nilai Cronbach’s Alpha dari Sanksi Perpajakan yang diperoleh sebesar 0,760. Pada
nilai ini, nilai Cronbach's alpha lebih tinggi dari pada 0,6. Sehingga jawaban pertanyaan yang diperoleh
dari variabel tersebut dapat dinyatakan tekbukti/terjamin/reliabel (Sugiyono, 2016). Selain itu, uji dari
variabel Kepatuhan Membayar Pajak, dapat dilihat juga, dimana nilai cronbach alpha adalah 0,846
yang berarti lebih besar dari 0,6. Oleh karena itu, dapat dikatakan semua subjek penelitian ini sudah
reliabel/terbukti/aktual (Sugiyono, 2016)
Tabel 9. Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Variabel
Cronbach's Alpha N of Items
Pengetahuan Perpajakan 0,752 6
Sanksi Perpajakan 0,760 6
Kepatuhan Membayar Pajak 0,846 6
Sumber: Olah Data Peneliti (2023)
4.4 Uji Kualitas Data
4.4.1 Uji Normalitas
Hasil pembahasan uji selanjutnya adalah pengujian kualitas data dari Hasil uji normalitas
penelitian ini ditunjukkan di sini. Nilai Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,151 ditunjukkan dalam tabel
10, dan nilainya lebih besar daripada 0,05. Akibatnya, data yang ditemukan dalam penelitian ini dapat
dianggap sebagai distribusi normal (Ghozali, 2018).
Tabel 10. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 100
Normal Parametersa,b Mean 0,0000000

Std. Deviation 2,47494113


Most Extreme Differences Absolute 0,113

Positive 0,063
Negative -0,113
Test Statistic 0,113
Asymp. Sig. (2-tailed) .003c

Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. .151d

99% Lower Bound 0,142


Confidence
Interval
Upper Bound 0,160
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. Based on 10000 sampled tables with starting seed 2000000.
Sumber: Olah Data Peneliti (2023)
4.4.2 Uji Heteroskedastisitas
Untuk melihat hasil penelitian ini, pengujian ini digunakan grafik scatterplot. Temuan data tidak
membentuk pola tertentu, seperti yang ditunjukkan oleh Scatterplot yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Jadi, data penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada gejala heteroskedastisitas (Ghozali, 2018).

Gambar 1. Uji Heteroskedastisitas


Sumber: Olah Data Peneliti (2023)
4.4.3 Uji Multikolinieritas
Pengujian ini ni menguji skor toleransi dan VIF untuk masing-masing variabel independen.
Berdasarkan Tabel dubawah nilai toleransi sebanyak 0,699 dan juga nilai VIF sebesar 1,431. Nilai
tolerance ini lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10. Maka dari itu model regresi penelitian
ini dapat disimpulkan tidak menunjukkan multikolinearitas.
Tabel 11. Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Collinearity Statistics
Model
B Std. Error Tolerance VIF
1 (Constant) 4,227 2,390
Pengetahuan
0,328 0,099 0,699 1,431
Perpajakan
Sanksi Pajak 0,526 0,098 0,699 1,431
a. Dependent Variable: Kepatuhan Dalam Membayar Pajak
Sumber: Olah Data Peneliti (2023)
4.5 Uji Koefisien Korelasi Berganda
Hasil uji korelasi dengan IBM SPSS Statistics 26 menunjukkan bahwa hasil uji antara
Pengetahuan Perpajakan dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan dalam membayar Pajak adalah 0,698.
Ini berarti bahwa ada hubungan yang kuat (Imam Ghozali, 2006). Oleh karena itu, variabel
Pengetahuan Perpajakan (X1) dan Sanksi Pajak (X2) memiliki hubungan yang positif dengan variabel
Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
4.6 Uji Statistik t
Dalam tabel 11, hasil uji t ditunjukkan, jika signifikansi < 0.05 maka Ha diterima dan H0 ditolak,
sedangkan jika signifikansi > 0.05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Untuk mengetahui apakah
masing-masing variabel independen mempengaruhi variabel dependen, Uji-t digunakan. Sebelum
mencari t tabel secara manual, sejumlah parameter harus diketahui lebih dulu yang meliputi:
𝑑𝑓 = 𝑛 − 𝑘
- df adalah
- n adalah jumlah responden
- k adalah jumlah variabel penelitian
𝑑𝑓 = 100 − 2 = 98
4.7 Analisis Regresi Linier Berganda
Berikutnya adalah analisis regresi linear berganda. Ini menunjukkan besarnya teknik yang
digunakan untuk pengujian pengaruh pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent.
Hasil uji regresi linier berganda yang dilakukan dalam penelitian ini ditunjukkan di sini.
Tabel 12. Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients t Sig.
Model Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 4,227 2,390 1,769 0,080
Pengetahuan
0,328 0,099 0,294 3,314 0,001
Perpajakan
Sanksi Pajak 0,526 0,098 0,477 5,374 0,000
a. Dependent Variable: Kepatuhan Dalam Membayar Pajak
Sumber: Olah Data Peneliti (2023)
Berdasarkan Tabel diatas, ditemukan persamaan regresi dalam penelitian ini yaitu:
Y = 4,227 + 0.328X1 + 0.526X2 + e
Adapun definisi dari analisis regresi tersebut yaitu:
1. Nilai konstan yang diperoleh adalah 4,227, artinya jika variabel independen yaitu
Pengetahuan Perpajakan dan Sanksi Pajak tidak terpengaruh Kepatuhan dalam membayar
Pajak akan bernilai 4,227
2. Koefisien regresi dari variabel Pengetahuan Perpajakan sebesar 0,328 dan bersifat positif.
Artinya, jika dengan adanya Pengetahuan Perpajakan akan meningkatkan Kepatuhan dalam
Membayar Pajak sebesar 0,328 atau 32,8%. Dengan demikian, semakin besar Pengetahuan
Perpajakan masyarakat tentang membayar pajak maka akan meningkatkan Kepatuhan dalam
Membayar Pajak.
3. Koefisien regresi variabel Sanksi Pajak sebesar 0,526 dan bersifat positif. Artinya, jika ada
Sanksi Pajak, maka Kepatuhan Wajib Pajak masyarakat dapat meningkat sebesar 0,526 atau
52,6%. Sehingga semakin ketat Sanksi yang dijatuhkan oleh pemerintah akan semakin
meningkatkan Kepatuhan dalam Membayar Pajak.

PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pengetahuan Perpajakan dan Sanksi Perpajakan terhadap
Kepatuhan dalam Membayar Pajak, dapat disimpulkan:
a. Terdapat pengaruh dari variabel Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan dalam
Membayar pajak, bisa dilihat dari t hitung > t tabel yaitu sebesar 3,314 > 1,660, sehingga
hipotesis variabel ini diterima. Dilihat dari uji koefisien linear berganda nilainya positif
sehingga Pengetahuan Perpajakan berpengaruh terhadap Kepatuhan dalam Membayar Pajak.
b. Terdapat pengaruh dari variabel Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan dalam Membayar
Pajak, bisa dilihat dari t hitung > t tabel yaitu sebesar 5,374, sehingga hipotesis variabel ini
dapat diterima. Dilihat dari uji koefisien linear berganda nilainya itu positif sehingga Sanksi
Perpajakan berpengaruh terhadap Kepatuhan dalam Membayar Pajak.
c. Terdapat pengaruh dari variabel Pengetahuan Perpajakan dan Sanksi Perpajakan terhadap
Kepatuhan dalam Membayar Pajak, bisa dilihat dari f hitung > f tabel, artinya bisa dilihat
dari korelasi antara variabel Pengetahuan Perpajakan (X1) dan variabel Sanksi Pajak (X2)
dengan variabel Kepatuhan dalam Membayar Pajak (Y) sebesar 0,698. Sehingga kategori
korelasi Ini termasuk kuat. Jadi dapat tersimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sama-
sama positif antara variabel X1 dan X2 dengan variabel Y
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian jurnal ini maka saran yang ingin sampaikan dari penulis kepada
para wajib pajak yang berada di wilayah Banten dan untuk penelitian berikutnya, sebagai berikut:
- Pertama, tentang pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan dalam Membayar pajak.
Penelitian ini menemukan bahwa pengetahuan perpajakan mempengaruhi kepatuhan dalam
Membayar pajak, sehingga jika semakin banyak orang tahu tentang pembayaran pajak yang
dilakukan oleh masyarakat, maka akan mempengaruhi kepatuhan dalam Membayar pajak
dalam membayar pajak.
- Selanjutnya, penelitian ini membahas Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan dalam
Membayar Pajak. Penelitian ini menunjukkan bahwa Sanksi Perpajakan berpengaruh
terhadap kepatuhan dalam Membayar pajak masyarakat, sehingga jika Sanksi Perpajakan
diatur lebih ketat, maka wajib pajak akan lebih berhati-hati dan mentaati peraturan yang ada
untuk membayar pajak.
DAFTAR PUSTAKA
ANI, J. (2021). ANALISIS PERBANDINGAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT
ARWANA CITRAMULIA TBK (Studi Kasus Laporan Keuangan Tahun 2018-2020) (Doctoral
dissertation, Politeknik Negeri Sriwijaya).
Arum, H. P. (2012). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak terhadap
Kepatuhan WPOP yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di Wilayah
KPP Pratama Cilacap). Universitas Diponegoro.
Fajriyan, N. A., NP, M. G. W. E., & Prasetya, A. (2015). Pengaruh Persepsi Pelaksanaan Sensus Pajak
Nasional, Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda Dan Kesadaran Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kelurahan Miji
Kota Mojokerto). Jurnal. Universitas Brawijaya.
Ghozali, I. (2006). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Ghozali, P. H. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 26. Semarang":
Universitas Diponegoro.
Mardiasmo, M. A. (2009). Perpajakan Edisi Revisi 2009. Yogyakarta: Andi Offset.
Mutia, S. P. T. (2014). Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kesadaran Perpajakan, Pelayanan Fiskus, dan
Tingkat Pemahaman Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (studi empiris pada wajib
pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Padang). Jurnal Akuntansi, 2.
Pujiwidodo, D. (2016). Persepsi Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi. Jurnal Online Insan Akuntan, 1(1), 92-116.
Rahayu, N. (2017). Pengaruh pengetahuan perpajakan, ketegasan sanksi pajak, dan Tax amnesty
terhadap kepatuhan wajib pajak. Akuntansi Dewantara, 1(1), 15-30.
Subarkah, J., & Dewi, M. W. (2017). Pengaruh Pemahaman, Kesadaran, Kualitas Pelayanan, Dan
Ketegasan Sanksi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kpp Pratama
Sukoharjo. Jurnal Akuntansi Dan Pajak, 17(02).
Sugiyono, P. (2016). Metode Penelitian Manajemen (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi
(Mixed Methods), Penelitian Tindakan (Action Research, dan Penelitian Evaluasi). Bandung:
Alfabeta Cv.
Sugiyono, S. (2010). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R&D. Alfabeta Bandung.
Syafitri, M. I. D., & Rosharlianti, Z. (2020). Peran Whistle Blowing System Dalam Memoderasi
Penerapan E-Filling Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Nominal:
Barometer Riset Akuntansi Dan Manajemen, 9(2), 226-239.
Tene, J. H., Sondakh, J. J., & Warongan, J. D. (2017). Pengaruh pemahaman Wajib Pajak, kesadaran
pajak, sanksi perpajakan dan pelayanan fiskus terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal EMBA:
Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 5(2).
Tiraada, Tryana A.M. 2013. Kesadaran Perpajakan, Sanksi Pajak, Sikap Fiskus Terhadap Kepatuhan
WPOP Di Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal/ ISSN 2303-1174.
Widayati dan Nurlis. 2010. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak
Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas Studi Kasus Pada KPP Pratama Gambir
Tiga”. Proceeding Simposium Nasional Akuntansi XII.Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai