Delitadayanti20@student.stembi.ac.id Milakarmila20@student.stembi.ac.id
Niafebriyani20@student.stembi.ac.id Silviaanggiani@student.stembi.ac.id
Abstrak
Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan
penerimaan, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari masyarakat
guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan nasional dan ekonomi
masyarakat. Peran serta wajib pajak dalam sistem pemungutan pajak sangat
menentukan tercapainya rencana penerimaan pajak. Wajib pajak adalah orang
pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut
pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Meskipun jumlah wajib pajak dari
tahun ke tahun semakin bertambah namun terdapat kendala yang dapat
menghambat upaya peningkatan tax ratio, kendala tersebut adalah kepatuhan
wajib pajak. Kenyataan menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak untuk
melaporkan pajaknya masih rendah. Analisa penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apa saja faktor faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak.
I. PENDAHULUAN
Definisi pajak menurut Djajadiningrat adalah suatu kewajiban menyerahkan
sebagian harta kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian,
perbuatan yang memberikan suatu kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai
hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan,
tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung untuk memelihra
kesejahteraan secara umum. (Resmi, 2019)
Sejarah pajak di Indonesia, sejak zaman kerajaan. Sejarah pajak di
Indonesia dimulai sejak diberlakukannya ‘huistaks’ yaitu pada tahun 1816.
Huistaks adalah pajak yang dikenakan bagi suatu warga negara yang mendiami
suatu wilayah atau tempat tertentu di atas bumi. Seperti sewa tanah,bangunan atau
yang sekarang dikenal dengan Pajak Bumi dan Bangunan. Tetapi saat itu, rakyat
Indonesia harus menyetornya ke pemerintah Belanda. (Pratiwi, 2022).
Pajak sudah menjadi iuran yang wajib dibayarkan oleh semua masyarakat
kepada pemerintah. Manfaat pajak yang paling utama adalah untuk berbagai
pengeluaran negara, seperti pembangunan hingga membayar gaji para pegawai.
Berdasarkan Undang-Undang perpajakan terbaru, pembayaran pajak sebenarnya
bukan hanya kewajiban saja, namun juga merupakan hak seluruh masyarakat untuk
berperan terhadap pembiayaan negara maupun pembangunan nasional. Meskipun
sangat penting, tapi masih banyak sekali masyarakat yang tidak membayar pajak.
Bahkan sampai sekarang ini banyak juga penyelewengan di dunia perpajakan yang
sudah pasti menimbulkan kerugian bagi negara.
Pajak adalah sumber pemasukan utama untuk keuangan negara yang
dilakukan dengan mengumpulkan uang dari setiap warga negara ke dalam kas
negara, dimana untuk pengeluaran negara seperti pembangunan. Pajak juga menjadi
sebuah alat untuk melaksanakan ataupun mengatur kebijakan negara yang terjadi
dalam lapangan ekonomi maupun sosial. Pajak memiliki fungsi untuk membuat
perekonomian menjadi stabil, contohnya seperti menangani masalah inflasi.
Pemerintah sudah menetapkan pajak yang cukup tinggi, sehingga uang yang
beredar di masyarakat akan dikurangi jumlahnya. Sementara itu, untuk menangani
deflasi maka pemerintah sudah menurunkan pajak, sehingga uang yang sudah
beredar akan ditambah agar deflasi bisa diatasi. (Klikpajak, 2022)
Peran pajak dalam penerimaan negara sangat besar, akan tetapi tidak sedikit
wajib pajak yang belum mempunyai kesadaran untuk membayar/melaporkan
pajak. Penggelapan pajak dan pengemplangan pajak adalah penggelapan secara
ilegal terhadap objek pajak yang dilakukan perorangan maupun korporasi.
Penggelapan pajak dapat berupa tidak melaporkan data yang benar kepada otoritas
perpajakan dengan tujuan mengurangi liabilitas pajaknya. Data-data tersebut dapat
berupa data penghasilan pribadi hingga data keuntungan perusahaan. Penggelapan
pajak merupakan aktivitas yang biasanya diasosiasikan dengan kondisi informal.
Di sisi lain, penghindaran pajak adalah cara legal dalam memanfaatkan celah yang
ada di hukum perpajakan, sehingga pajak yang harus dibayar dapat ditekan
seminimal mungkin. Walaupun begitu, penggelapan dan penghindaran pajak tetap
dipandang sebagai ketidakpatuhan pajak, karena sama-sama berupaya mengurangi
jumlah pajak yang harus dibayar, walaupun memang terdapat perbedaan pada
legalitasnya. (Wenzel, 2002)
IV. PEMBAHASAN
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang berasal dari
partisipasi masyarakat. Negara berwenang memungut pajak dari rakyatnya karena
pajak digunakan sebagai sarana untuk mensejahterakan rakyat. Sistem pemungutan
pajak yang dipakai saat ini adalah self assessment system yaitu sistem pemungutan
yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, melaporkan
utang pajaknya yang tertuang dalam Surat Pemberitahuan (SPT), kemudian
menyetor kewajiban perpajakannya.
V. KESIMPULAN
Dari berbagai penelitian dulu, dapat disimpulkan faktor faktor yang
mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak.
1. Faktor Ekonomi
Profitabilitas, menurut Brigham dan Houston, pendapatan bersih dari
serangkaian kebijakan dan juga keputusan, ditetapkan dengan cara menghitung
berbagai tolak ukur yang relevan. Salah satu yang digunakan yaitu rasio
keuangan, yang mana dijadikan sebagai analis dalam menganalisis kondisi
keuangan suatu perusahaan, hasil operasi, sampai pendapatan. (Brigham, 2009)
Tarif pajak, merupakan dasar pengenaan pajak atas objek pajak yang menjadi
tanggung jawab wajib pajak. (Maulida, 2018)
2. Faktor Non-Ekonomi
Karakterisik individu (Robbins 2012) merupakan keseluruhan kelakuan dan
kemampuan yang ada pada individu sebagai hasil dari pembawaan
lingkungannya. Karakteristik individu dapat diukur dengan sikap, minat, dan
kebutuhan. Individu membawa nilai yang melekat dalam diri yang terbentuk
oleh lingkungan di mana ia tinggal, nilai-nilai tersebutlah yang nantinya dibawa
dalam situasi kerja. (Stephen P. Robbins, 2011)
Norma subjektif , Ajzen dan Fishbein (1980); Ajzen (1991) menyatakan bahwa
norma subjektif terbentuk dari normative belief. Normative belief didefinisikan
sebagai keyakinan individu terhadap harapan normatif individu lain yang
dianggap penting untuk menyetujui atau menolak suatu perilaku tertentu, serta
motivasi yang diberikan oleh individu yang direferensikan untuk berperilaku
tertentu. Oleh karena itu, seseorang akan melakukan tindakan tersebut ketika
individu yang dianggap penting baginya memerintahkan untuk melakukan
perilaku tersebut. (Hidayatullah, 2016)
Kontrol perilaku, Azwar (2011:12), menyatakan bahwa kontrol perilaku yaitu
keyakinan individu terhadap seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan
perilaku yang dipertimbangkan ketika tersedia tidaknya kesempatan dan
sumber-sumber yang diperlukan. Keyakinan yang berasal dari pengalaman
individu dimasa lalu atau dapat juga dipengaruhi oleh informasi tidak langsung
dengan melihat pengalaman orang lain yang pernah melakukannya sehingga
dapat mempengaruhi minat individu terhadap perilaku tertentu. (Asrofi L. N,
2019)
Menurut Bobek dan Hatfield (2003), kontrol perilaku dalam konteks perpajakan
adalah seberapa kuat tingkat kendali yang dimiliki seseorang wajib pajak dalam
menampilkan perilaku tertentu seperti melaporkan penghasilan lebih rendah,
mengurangkan beban yang seharusnya tidak boleh dikurangkan dan perilaku
ketidakpatuhan pajak lainnya (Winarsih, 2014). Kontrol perilaku memiliki dua
pengaruh yaitu pengaruh terhadap niat berperilaku dan terhadap perilaku. Ajzen
(2002) menyatakan bahwa kontrol keperilakuan mempengaruhi niat
didasarkanatas asumsi bahwa kontrol perilaku yang dipersepsikan oleh individu
akan memberikan implikasi motivasi pada orang tersebut. Dalam arti bahwa
niat akan terbentuk apabila individu merasa mampu untuk menampilkan
perilaku (Winarsih, 2014). Dalam penelitian ini, kontrol perilaku dilihat dari
keyakinan kemampuan yang dimiliki wajib pajak daerah untuk dapat
memunculkan perilaku niat atau tidak niat atas ketidakpatuhan untuk membayar
pajak daerah. (Suilawati, 2018)
Menurut Santoso (2008), ketidakpatuhan pajak adalah sebagai resiko yang
dihadapi oleh administrasi pajak berupa pajak yang tidak dapat ditarik dari
wajib pajak karena wajib pajak tidak mematuhi ketentuan perpajakan sehingga
pajak terutang tidak dibayar (Sidanti & Hatmawan, 2017). Menurut Fischer et
al (1992) menyatakan bahwa ketidakpatuhan pajak bersifat intensional atau
diniatkan namun juga perlu diperhatikan bahwa tidak semua ketidakpatuhan
pajak disebabkan adanya niat untuk tidak patuh. Kompleksitas dari hukum
pajak juga menentukan terjadinya ketidakpatuhan pajak secara umum sehingga
ketidakpatuhan dapat terjadi karena faktor non intensional atau tidak diniatkan
(Winarsih, 2014). (Ibnun, 2019)
3. Faktor pendukung lainnya yang mempengaruhi adalah, iklim organisasi, adalah
keadaan, kondisi dan karakteristik lingkungan tempat bekerja yang menjadi ciri
khas sebuah organisasi yang terbentuk dari sikap, perilaku dan kepribadian
seluruh anggota organisasi. Iklim organisasi merupakan sebuah konsep yang
menggambarkan suasana internal lingkungan organisasi yang dirasakan
anggotanya selama mereka beraktivitas dalam rangka tercapainya tujuan
organisasi. (Riadi, 2018)
Saran
Penelitian mendatang diharapkan dapat mengembangkan ruang lingkup
penelitian mengenai faktor apa saja yang dapat mempengaruhi dalam
ketidakpatuhan pajak. Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yaitu,
jumlah jurnal yang diteliti masih sedikit, beberapa jurnal menggunakan sampel
dari sebagian kecil wilayah di Indonesia. Oleh karena itu, disarankan untuk
jurnal mendatang dapat menelaah dari penelitian dengan jumlah lebih banyak
lagi, agar hasil yang didapat lebih valid dan lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
ALN Syah. (2017). Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib
Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Empiris Pada
Kantor Uppd/Samsat Brebes). Jurnal AKSI (Akuntansi Dan Sistem
Informasi), -.
Asrofi L. N, I. A. (2019). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Niat
Ketidakpatuhan. Jurnal Aset, 331.
Brigham, E. F. (2009). Dasar Dasar Mananjemen Keuangan. Buku Satu. Edisi
Kesepuluh. jakarta : Selemba Empat. Diambil kembali dari Gramedia Blog.
Dewi, N. P. (2020, januari 22). Pentingnya Kesadaran dalam Membayar Pajak.
Diambil kembali dari pajakku:
https://www.pajakku.com/read/5dafc4184c6a88754c0880aa/Pentingnya-
Kesadaran-dalam-Membayar-Pajak
Dihni, V. A. (2022, agustus 04). Rasio Kepatuhan Pelaporan SPT Pajak Tercapai
84% pada 2021. Diambil kembali dari databoks:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/08/04/rasio-kepatuhan-
pelaporan-spt-pajak-tercapai-84-pada-
2021#:~:text=Direktorat%20Jenderal%20Pajak%20(DJP)%20mencatat,ke
patuhannya%20sebesar%2072%2C58%25.
Hidayatullah, A. (2016). Faktor Faktor Yang Mnedorong Wajib Pajak
Menggelapkan Pajak. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, 191.
Ibnun, A. (2019). Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Niat Ketidakpatuhan
Wajib Pajak Daerah Kota Tegal. Jurnal Aset (Akuntansi Riset), -.
Icek Ajzen, M. F. (1980). Understanding Attitudes and Predicting Sosial Behavior.
Englandwood Cliffs: Pentice-Hall.
Jayanto, P. Y. (2011). Faktor Faktor Ketidakpatuhan Wajib Pajak. Jurnal Dinamika
Manajemen, 57.
Jayanto, P. Y. (2011). Faktor Faktor Ketidakpatuhan Wajib Pajak. Jurnal Dinamika
Manajemen, 49.
Kaunang, P. G., & Pinatik, S. (2016). Tingkat Pemahaman dan Sanksi Perpajakn
Terhadap Perilaku Ketidakpatuhan Membayar Pajak Perusahaan di Kota
Manado. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 6.
Klikpajak, M. (2022, november 17). inilah manfat pajak bagi negara dan
masyarakat. Diambil kembali dari Mekari Klikpajak:
https://klikpajak.id/blog/manfaat-
pajak/#:~:text=Pajak%20adalah%20sumber%20pemasukan%20utama,unt
uk%20pengeluaran%20negara%20seperti%20pembangunan.
Maulida, R. (2018, oktober 15). Jenis Tarif Pajak yang Perlu Anda Ketahu. Diambil
kembali dari online-pajak: https://www.online-pajak.com/tentang-
pajakpay/tarif-pajak
Pratiwi, R. Y. (2022, november 22). sejarah pajak di inndonesia, sejak zaman
kerajaan. Diambil kembali dari pajak:
https://www.pajak.com/komunitas/opini-pajak/sejarah-pajak-di-indonesia-
sejak-zaman-
kerajaan/#:~:text=Sejarah%20pajak%20di%20Indonesia%20dimulai,deng
an%20Pajak%20Bumi%20dan%20Bangunan.
Resmi, S. (2019). perpajakan teori dan kasus, edisi 11 buku 1. jakarta: selemba
empat.
Riadi, M. (2018, januari 12). Pengertian, Dimensi, Faktor dan Pengukuran Iklim
Organisasi. Diambil kembali dari kajianpustaka.com:
https://www.kajianpustaka.com/2018/01/pengertian-dimensi-faktor-dan-
pengukuran-iklim-organisasi.html
Stephen P. Robbins, T. A. (2011). Organizational Behavior. Fourteenth Edition.
New Jersey: Pearson Education.
Suilawati, A. E. (2018). Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi dalam Melaksanakan Kewajiban Perpajakan. Kajian
Akuntansi, -.
Syafira, N. R. (2021). Pengaruh Sanksi Perpajakan Dan Kualitas Pelayanan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi, -.
Syahputri, Y. F. (2015). Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi
Ketidakpatuhan Wajib Pajak . Jurnal Fakultas Ekonomi, 1-4.
Taher, S. (2011). https://www.kajianpustaka.com/2018/01/pengertian-dimensi-
faktor-dan-pengukuran-iklim-organisasi.html. Skripsi, 89-93.
Tommy. (2022, maret 22). Realisasi Kepatuhan Pajak 2021 84% tapi Target 2022
Hanya 80%. Diambil kembali dari pajakku:
https://www.pajakku.com/read/6226e20ea9ea8709cb1895e7/Realisasi-
Kepatuhan-Pajak-2021-84-Persen-tapi-Target-2022-Hanya-80-Persen
Wenzel, M. (2002). "The Impact of Outcome Orientation and Justice Concerns on
Tax Compliance". Journal of Applied Psychology, 4-5.