Usulan Penilitian
A. Latar Belakang
internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari sektor
penerimaan internal. Hingga saat ini Pajak masih merupakan salah satu
masyarakat. Hal ini sesuai dengan definisi pajak itu sendiri yaitu pajak
merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
1
2
Tabel 1.1
Peran Pajak Terhadap APBN tahun 2015-2020
Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa peran pajak terhadap APBN
sangat lah besar, dalam 5 tahun terakhir peran pajak terhadap APBN selalu
berada diatas 80%. maka usaha untuk meningkatkan penerimaan pajak terus
dilakukan oleh pemerintah yang dalam hal ini merupakan tugas Direktorat
agar penerimaan pajak maksimal, antara lain adalah dengan ekstensifikasi dan
intensifikasi pajak. Hal tersebut dilakukan dengan cara perluasan subjek dan
Indonesia setelah adanya tax reform (Andreas dan Savitri, 2015). Namun
kepatuhan adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh Wajib Pajak,
serta waktu yang terpakai oleh Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
untuk mengisi SPT, serta waktu yang terpakai untuk pulang pergi ke kantor
pajak.
pajak. Hal ini disebabkan karena membayar pajak adalah suatu aktivitas yang
tidak lepas dari kondisi perilaku Wajib Pajak itu sendiri. Rahayu (2010)
perpajakan akan lebih baik. Kepatuhan wajib pajak akan lebih baik jika moral
penduduk baik. Keinginan untuk meloloskan diri dari pajak baik illegal
maupun legal akan lebih termotivasi dengan kondisi moral masyarakat yang
rendah.
membayar pajak yang timbul dari kewajiban moral atau keyakinan untuk
Moralitas pajak tidak mengukur perilaku individu, namun lebih kepada sikap
dan pendirian individu. Hal ini dapat dilihat sebagai kewajiban moral untuk
membayar pajak.
Selain moralitas, Edukasi pajak juga merupakan salah satu faktor yang
94/PJ/2010). Suatu pendidikan disebut berkualitas dari segi proses yang juga
wajib pajak, maka semakin mudah bagi mereka untuk memahami segala
melaporkan SPT tepat waktu dan melaporkannya dengan baik dan benar.
wajib pajak.
memberdayakan pambayar pajak yang sudah berda didalam sistem hal ini
5
yang kondusif perlu diciptakan atmosfer (suasana batin) dan moral pajak,
prilaku lainya harus dilakukan secara aktif oleh negara. Negara tidak boleh
karena penulis ingin melihat sejauh mana budaya sadar pajak, karena dengan
budaya sadar pajak yang tinggi dapat menciptakan rasa bangga membayar
pajak, malu jika tidak membayar pajak, dan pemahaman akan pajak bagi
wajib pajak serta aparatur pajak yang melakukan pelayanan dengan baik,
jujur dan simpatik. Karena Budaya pajak dibangun karena adanya interaksi
Berdasarkan hal tersebut, hubungan antara aparatur pajak dengan wajib pajak
merupakan salah satu indikator dari budaya pajak. Aparatur pajak diharapkan
memiliki sifat jujur, simpatik, dan mudah untuk dihubungi karena aparatur
penelitian ini tidak sejalan dengan Ranita (2016), Evalin (2015), Arif (2018),
(2020), yanti, dkk (2017), Hermi dan Soko (2021), menyatakan bahwa
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan amir, dkk (2020), Khaerunnisa &
nilai yang telah ditetapkan oleh Kementerian Keuangan RI yang terdiri atas
pelayanan yang diberikan pegawai yang diperoleh dari telepon yang masuk
7
serta penyampaian langsung maupun tidak langsung dari Wajib Pajak, masih
Jenderal Pajak (DJP) ternyata masih belum memudar. Kondisi itu membuat
sempat populer sebagai koruptor yang mencoreng citra otoritas pajak. Tak
kapok, setelah Gayus, KPK juga mencokok beberapa oknum petugas pajak
yang menerima suap. Tak ayal, publik menilai tindak pidana korupsi di
stigma bahwa DJP merupakan lahan basah bagi beberapa oknum untuk
hanya DJP, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) pun turut terkena
stigma tersebut, yang sudah melekat dan sulit untuk dilupakan masyarakat.
oleh banyaknya 'godaan' dari beberapa pihak yang memang enggan untuk
mencatat, rasio pajak Indonesia cuma 11,9% dari Produk Domestik Bruto
8
OECD sekitar 34,3%. Angka tersebut semakin menukik pada tahun 2019,
rasio pajak Indonesia hanya sebesar 10,7 persen. Terlebih di masa pandemi,
pajak sulit diharapkan naik. (Investor.id, 2021). Berikut disajikan tabel yang
wajib pajak, karena para wajib pajak tidak ingin pajak yang telah dibayarkan
disalahgunakan oleh aparat pajak itu sendiri. Oleh karena itu, beberapa
menurun. Oleh karena itu, hal tersebut menarik perhatian untuk dilakukan
Tabel I.2
Perkembangan jumlah WPOP terdaftar yang melaporkan
SPT Tahunan Pada KPP Pratama Palembang Ilir Barat
Tahun 2016 – 2020
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
variabel moderasi.
moderasi.
3. Bagi Almamater
menambah ilmu pengetahuan, serta dapat menjadi acuan atau kajian bagi
A. Landasan Teory
a. Teori Atribusi
faktor yang berasal dari dalam diri sesorang, seperti kemampuan atau
diri seseorang dan faktor eksternal yang berasal dari luar seperti usaha
11
12
c. Isomorphism Theory
2. Pajak
13
a. Pengertian pajak
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
b. Pajak penghasilan
(duabelas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak
di Indonesia.
undangan.
Daerah (APBN).
negara.
4) Bentuk usaha tetap yaitu bentuk usaha yang digunakan oleh orang
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu dua belas
Umum dan Tata Cara Perpajakan, Wajib Pajak adalah orang pribadi
undang–undang.
pada ajaran atau aturan. Jadi kepatuhan wajib pajak dapat diartikan
tahun terakhir.
sanksi dari hukum pajak yang berlaku, serta Wajib Pajak yang
yaitu:
1) Kepatuhan formal
2) Kepatuhan material
yang berlaku.
1) Pengaruh Moralitas
factors.
2) Pengaruh Budaya
3) Pengaruh Agama
18
4) Pengaruh Pendidikan
rakyat.
laporan keuangan.
oleh Wajib Pajak, serta waktu yang terpakai oleh Wajib Pajak dalam
akuntan atau konsultan pajak untuk mengisi SPT, serta waktu yang
4. Edukasi Pepajakan
Menurut Dini Rosdiani (2018: 41- 44) ada tiga jenis Edukasi
1) Edukasi formal
cetak lainya.
21
3) Edukasi Informal
5. Moralitas pajak
kebanggaan, dan sistem perpajakan. Jika dalam diri wajib pajak sudah
2) Tingkat kepercayaan
4) Kebanggaan
5) Aspek demografis
6) Kondisi ekonomi
8) Sistem perpajakan.
6. Budaya pajak
pajak dibagun dari interaksi dari wajib pajak dengan aparatur pajak itu
indikator yaitu:
2) Peraturan perpajakan
3) Budaya nasional
B. Penelitian sebelumnya
wajib pajak dengan budaya pajak sebagi variabel moderasi. Penelitian ini
berikut:
Metode analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
kepatuhan wajib pajak hal ini dapat dilihat dari pengaruh langsung lebih
Objek dalam penelitian ini adalah UMKM yang terdaftar di UKM Siola
yang lebih dari satu. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis,
penelitian ini adalah seluruh wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama
Tabel II.1
Persamaan dan Perbedaan
Penelitian sekarang dan penelitian sebelumnya
C. Kerangka Pemikiran
Wajib Pajak
ajaran atau aturan. Jadi kepatuhan wajib pajak dapat diartikan sebagai
tunduk, taat dan patuhnya wajib pajak dalam melaksanakan hak dan
wajib pajak. Hal ini disebabkan karena membayar pajak adalah suatu
aktivitas yang tidak lepas dari kondisi perilaku Wajib Pajak itu sendiri.
luas.
dilakukan oleh Imam, dkk (2015), Adetya, dkk (2015), Dedi (2020)
dengan Ranita (2016), Evalin (2015), Arif (2018), Resi dkk (2018)
Asbi (2020), yanti, dkk (2017), Hermi dan Soko (2021), menyatakan
pajak. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan amir, dkk (2020),
28
penelitian ini tidak sejalan dengan Ranita (2016), Evalin (2015), Arif
ketentuan perpajakan.
moralitas dari wajib pajak. Hal ini disebabkan karena membayar pajak
adalah suatu aktivitas yang tidak lepas dari kondisi perilaku Wajib Pajak
Asbi (2020), yanti, dkk (2017), Hermi dan Soko (2021), menyatakan
pajak. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan amir, dkk (2020),
penelitian ini tidak sejalan dengan Ranita (2016), Evalin (2015), Arif
moralitas dari wajib pajak. Hal ini disebabkan karena membayar pajak
adalah suatu aktivitas yang tidak lepas dari kondisi perilaku Wajib Pajak
Asbi (2020), yanti, dkk (2017), Hermi dan Soko (2021), menyatakan
pajak. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan amir, dkk (2020),
32
Gambar II.1
Kerangka Pemikiran
H1
Kekuatan
Isomorfisma (X1) H2a
H3a
Moralitas (X2) Kepatuhan
H2b
Wajib Pajak (Y)
H3b
Budaya Pajak
D. Hipotesis
1. Secara Bersama
33
2. Secara persial
3. Secara Moderasi
A. Jenis Penelitian
Terdapat beberapa jenis penelitian dan dapat dilihat dari tingkat
1. Penelitian Deskriptif
2. Penelitian Komparatif
3. Penelitian Asosiatif
atau lebih dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori
suatu gejala.
33
34
B. Lokasi Penelitian
Lokasi yang Penulis Pilih dalam penelitian ini adalah KPP Pratama
C. Operasional Variabel
Tabel III.1
Operasional Variabel
tepat waktu.
Isomorfisma (X1) Konsep isomorfisma 1. Karyawan dalam organisasi Skala
kepentingan umum
pengaturan diri
mengumpulkannya
35
4. Kebanggaan
5. Aspek demografis
6. Kondisi ekonomi
8. Sistem perpajakan.
wajib pajak
Budaya pajak budaya pajak dibagun dari 1. Hubungan antara wajib Skala
(X4) interaksi dari wajib pajak pajak dan aparatur pajak Ordinal
pajak.
Sumber : Penulis 2021
2. Sampel
36
secara acak yaitu wajib pajak yang terdaftar pada KPP Pratam Ilir
1. Data Primer
Data primer yaitu data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
37
diambil secara langsung oleh peneliti dari objek yang diteliti yaitu KPP
Data Sekunder dalam penelitian ini merupakan data yang telah diolah
oleh pihak lain. Data ini diambil melalui website yang diperlukan serta jurnal,
(Wiratna,2019:93-95):
1. Tes
serta besarnya kemampuan objek yang kita teliti. Tes dapat digunakan
2. Wawancara
data secara lisan. Hal ini haruslah dilakukan secara mendalam agar kita
3. Observasi
4. Kuesioner
38
data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur
5. Survei
suatu hipotesis. Maka aneh apabila penelitian yang ada hipotesisnya tetapi
6. Analisis Dokumen
ini, kita diajak untuk menganalisis isi dari dokumen-dokumen yang dapat
mendukung peneliti.
kepada Wajib pajak yang terdaftar pada KPP Pratama Ilir Barat kota
Palembang.
1. Analisis Data
yaitu :(Wiratna,2019:11-12):
a. Analisis Kualitatif
39
b. Analisis Kuantitatif
(pengukuran).
lain yaitu:
1) Skala Likert
2) Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini , akan didapat jawaban yang tegas
lain-lain.
40
3) Semantic Defferensial
4) Ratting Scale
kualitatif.
akan mendapatkan data interval atau rasio. Hal ini tergantung pada bidang
yang akan diukur. Pada penelitian ini skala yang digunakan adalah skala
antara lain:
Sangat setuju = SS =5
41
Setuju =S =4
Netral =N =3
Tidak Setuju = TS =2
harus interval, maka data yang diperoleh dari kuesioner yang berbentuk
Successif Interval).
2. Teknik Analisis
variabel terikat. Teknik analisis data dalam penelitian ini dibantu oleh
seusai dengan syarat metode OLS (Ordinary Least Square) maka terlebih
dahulu harus melakukan uji validitas, uji reliabilitas, dan asumsi klasik.
a. Uji Validitas
Ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar sebuah butir dikatakan
konsultasi.
dikehendaki.
b. Uji Reliabilitas
c. Statisitk Deskriptif
karakteristik data yang berasal dari suatu sampel. Data yang dioleh
Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang
Smirnov (Romie,2017:117-122)
44
a) Metode Grafik
yaitu :
normal.
tidak.
(1) Jika nilai signifikan > 0,05 maka nilai residual tersebut
normal.
(2) Jika nilai signifikan < 0,05 maka nilai residual tersebut
tidak normal.
2. Uji Multikolinearitas
45
(VIF). Diketahui nilai tolerance > 0,1 dari nilai VIF < 10 maka
(Romie,2017: 122-123).
3. Uji Heteroskedastisitas
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tak terjadi
(Romie,2017:125-128):
a) Uji Glejser
e. Uji Hipotesis
bersama-sama mempengaruhi Y.
a) Merumuskan Hipotesis
d) Kesimpulan
a) Merumuska Hipotesis
c) Kesimpulan
atau Ha diterima.
variabel.
Keterangan :
X1 = Kekuatan Isomorfisma
X3 = Edukasi pajak
X4 = Budaya pajak
Budaya pajak
A = Nilai Konstanta
(Wiratna,2019:227).
52
Keterangan :
a = Nilai Konstanta
X1 = Kekuatan Isomorfisma
X3 = Edukasi Pajak
X4 = Budaya pajak
e = Error Term
hipotesis yaitu:
Budaya Pajak
Pajak.
Budaya Pajak.
pajak.
54
Budaya Pajak.
Budaya Pajak.
d) Kesimpulan
DiMaggio, P. J., & Powell, W. W. (1983). The iron cage revisited: Institutional
isomorphism and collective rationality in organizational fields.
American sociological review, 147-160.
Khaerunnisa, I., & Wiratno, A. (2014). Pengaruh Moralitas Pajak, Budaya Pajak,
Dan Good Governance Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Riset
Akuntansi & Perpajakan (JRAP), 1(02), 200-210.
Resmi, S. (2017). Perpajakan. Dalam Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 10 Buku
1 (hal. 1). Jakarta: Salemba Empat.
Romie, Priyastama. (2017). Spss Pengolahan Data & Analisis Data. Yogyakarta:
Start Up.
Santoso, W. (2008). Analisis Risiko Ketidak Patuhan Wajib Pajak Sebagai Dasar
Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak: Penelitian Terhadap Wajib Pajak
Badan di Indonesia. Jurnal Keuangan Publik, 5(1), 85-137.
Siti Kurnia Rahayu. (2010). Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yanti, L. S. N., Yasa, I. N. P., & Dewi, P. E. D. M. (2018). Pengaruh Sikap Wajib
Pajak, Moralitas Pajak Dan Keadilan Distributif Terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak Pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gianyar. JIMAT (Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Akuntansi) Undiksha, 8(2).[ CITATION Sit17 \l 1057 ]
[ CITATION Pro08 \l 1057 ]