Anda di halaman 1dari 70

Direktorat Peraturan Perpajakan II Subdit PKPI

OUTLINE
1. Interaksi UU PPh dan P3B

2. Perlakuan perpajakan menurut UU PPh


3. Perlakuan perpajakan menurut P3B 4. Beneficial Ownership

INTERAKSI UU PPH DAN P3B


Start
Identifikasi Transaksi Internasional, seperti: Subjek & Objek Pajak P3B diterapkan ? Tidak Ya P3B Konflik dng UU PPh? Tidak Ya

Tentukan Perlakuan Pajak menurut UU PPh


Ya

Perlakuan Pajak menurut UU PPh JALAN TERUS!!!

Ketentuan P3B berlaku untuk hal yang berkonflik

Ada PPh terutang ?


Tidak

Hal lain yang tidak berkonflik dengan P3B: UU PPh JALAN TERUS!!!

Stop
3

INTERAKSI UU PPH DAN P3B


P3B dapat diterapkan apabila:
Ya

P3B diterapkan ?
Tidak

1. Indonesia memiliki P3B dengan negara residen, dan 2. WP luar negeri adalah residen dari negara mitra P3B Indonesia terdapat SKD yang sah
4

INTERAKSI UU PPH DAN P3B


P3B dapat berkonflik dengan UU PPh dalam hal, seperti: 1. Status Subjek Pajak dalam negeri,
P3B konflik dengan UU PPh?
Ya

2. Keberadaan BUT,

3. Hak pemajakan,
4. Besarnya penghasilan (tax base)

Tidak

5. Besarnya tarif pajak,


6. Definisi penghasilan/harta, 7. Sumber penghasilan
5

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh


1. Pengertian Dividen, Bunga, dan Royalti

2. Pemajakan atas Inbound Income


3. Pemajakan atas Outbound Income 4. Saat terutang.

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh


Pengertian Dividen, Bunga, Royalti dan Sewa dalam UU PPh:
1. 2.

3.
4.

Dividen, Penjelasan Pasal Pasal 4 ayat (1) huruf g, Bunga, Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf f, Royalti, Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf h, Sewa, Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf i.

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh


Pengertian DIVIDEN menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf g: bagian laba yang diperoleh pemegang saham atau pemegang polis asuransi atau pembagian sisa hasil usaha koperasi yang diperoleh anggota koperasi. Termasuk dalam pengertian dividen adalah: 1. pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan nama dan dalam bentuk apapun; 2. pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang disetor; 3. pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham bonus yang berasal dari kapitalisasi agio saham; 4. pembagian laba dalam bentuk saham; 5. pencatatan ambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;
8

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh


Pengertian DIVIDEN menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf g: Termasuk dalam pengertian dividen adalah:
6. jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau

7.

8. 9. 10.

diperoleh pemegang saham karena pembelian kembali sahamsaham oleh perseroan yang bersangkutan; pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan, jika dalam tahuntahun yang lampau diperoleh keuntungan, kecuali jika pembayaran kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar (statuter) yang dilakukan secara sah; pembayaran sehubungan dengan tandatanda laba, termasuk yang diterima sebagai penebusan tandatanda laba tersebut; bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi; bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;
9

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh


Pengertian DIVIDEN menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf g: Termasuk dalam pengertian dividen adalah:
11. pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi;
12. pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham

yang dibebankan sebagai biaya perusahaan.

Pengertian Dividen Terselubung (constructive dividends): 1. Diperlukan untuk mencegah penghindaran pajak, 2. UU PPh tidak mendefinisikan dengan tegas, 3. Hanya menyediakan contoh:
pemegang saham yang telah menyetor penuh modalnya dan memberikan pinjaman kepada perseroan dengan imbalan bunga yang melebihi kewajaran.

4. Tidak boleh dibebankan sebagai biaya.


10

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh


Pengertian BUNGA menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf f: Dalam pengertian bunga termasuk pula premium, diskonto dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang. Premium terjadi apabila misalnya surat obligasi dijual di atas nilai nominalnya sedangkan diskonto terjadi apabila surat obligasi dibeli di bawah nilai nominalnya. Premium tersebut merupakan penghasilan bagi yang menerbitkan obligasi dan diskonto merupakan penghasilan bagi yang membeli obligasi.

11

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh


Kasus Hybrid Financial Instrument:
1.

PT Kurnia memperoleh pinjaman senilai US$ 50 juta dari Razor Corp. (perusahaan Perancis) dengan tingkat bunga per tahun sebesar 2% ditambah 20% laba per saham dan perjanjian pinjaman tidak mencantumkan saat jatuh tempo pinjaman. PT Sungai Warna menerbitkan saham baru seri AA dengan nilai Rp 400 miliar sehubungan dengan penyetoran modal oleh pemegang saham lama. Saham baru tersebut memberikan dividen tetap, kumulatif, sebesar Rp 1.000.000 lembar per saham dan perusahaan berhak membeli kembali saham tersebut dalam waktu 10 tahun.

2.

Diskusikan:
Apakah jenis penghasilan yang dapat timbul dari kedua transaksi berdasarkan ketentuan UU PPh?
12

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh


Pengertian ROYALTI menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf h: suatu jumlah yang dibayarkan atau terutang dengan cara atau perhitungan apa pun, baik dilakukan secara berkala maupun tidak, sebagai imbalan atas: 1. penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan, kesenian atau karya ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa lainnya; (Intangibles) 2. penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial, komersial, atau ilmiah; (Tangibles) 3. pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau komersial; (Informasi)

13

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh


Pengertian ROYALTI menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf h: 4. pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan atau hak menggunakan hak-hak tersebut pada angka 1, penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan tersebut pada angka 2, atau pemberian pengetahuan atau informasi tersebut pada angka 3, berupa: a) penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa; b) penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, untuk siaran televisi atau radio yang disiarkan/dipancarkan melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa; c) penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio komunikasi;
14

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh


Pengertian ROYALTI menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf h:

5. penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup

(motion picture films), film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio; dan 6. pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan penggunaan atau pemberian hak kekayaan intelektual/industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana tersebut di atas. (Contoh Kasus)

15

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh


Kasus Royalti: PT Budi menjual aktiva perusahaan berupa merk minuman energi kepada PT Bangkit Raga, sebuah perusahaan penghasil minuman. Atas transaksi pengalihan itu, PT Budi meminta imbalan setiap tahun sebesar 2% dari nilai produksi PT Bangkit Raga selama 10 tahun. Diskusikan: 1. Tentukan jenis penghasilan yang timbul dari transaksi tersebut? 2. Apakah jawaban Saudara akan berubah apabila imbalan yang diminta oleh PT Bangkit Raga sejak tahun ke-1 s.d. ke-10 sama jumlahnya, yang berasal dari perhitungan nilai sekarang (present value) atas nilai 2% dari nilai produksi sejak tahun ke-1 s.d. ke-10?

16

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh


Pengertian SEWA menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf i: Dalam pengertian sewa termasuk imbalan yang diterima atau diperoleh dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan penggunaan harta gerak atau harta tak gerak, misalnya sewa mobil, sewa kantor, sewa rumah, dan sewa gudang.

17

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh


Pemajakan atas Inbound Income:
Subjek Pajak
Objek Pajak

SP DN
Pasal 4 ayat (1) minus ayat (3)

SP LN BUT
Pasal 5 ayat (1) a, b, dan c

Menghitung Pajak Pasal 16 ayat (1), (2), dan (4) Tarif Pajak
Penghilangan Pajak Berganda

Pasal 16 ayat (3) Pasal 17 ayat (1) b


Pasal 24

Pasal 17 ayat (1) a/b


Pasal 24

18

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh


Pemajakan atas Inbound Income: Subjek Pajak : PT ABC (SPDN) Objek Pajak : Rp 500 juta Pengurang : PKP : Rp 500 juta PPh terutang : Rp 140 juta KPLN (Psl 24) : Rp 75 juta PPh di Indonesia : Rp 65 juta
Luar Negeri Indonesia

XYZ Corp.

CAPITAL

Bunga: Rp500 juta Pajak di luar negeri 15% (Rp 75 juta)

PT ABC
Asumsi: PT ABC tidak memiliki penghasilan dari Indonesia

Catatan: 1. Negara sumber memiliki hak prioritas atas penghasilan yang bersumber dinegaranya. 2. Indonesia sebagai negara Domisili hanya menikmati residu pajak sebesar (28-15)% X 500 juta.

19

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh


Pemajakan atas Outbound Income:
Subjek Pajak
Objek Pajak Menghitung Pajak Tarif Pajak Penghilangan Pajak Berganda

SP LN non BUT
Pasal 26 ayat (1), (2) , dan (4) Pasal 26 ayat (1), (2) , dan (4) Pasal 26 ayat (1), (2) , dan (4)

Pelunasan Pajak

Withholding

20

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh


Asumsi: Laba XYZ Corp. dikenakan pajak di negaranya sebesar 5% dan tidak memiliki penghasilan lain. Sistem KPLN di luar negeri sama dengan di Indonesia.

Pemajakan atas Outbound Income: Subjek Pajak : ZYZ Corp. (SPLN) Objek Pajak : Rp 500 juta PPh (20%) : Rp 100 juta Pemajakan bagi XYZ di LN: Objek Pajak : Rp 500 juta PPh (5%) : Rp 25 juta KPLN : Rp 25 juta PPh di LN : Rp ---

XYZ Corp.

CAPITAL

Bunga: Rp500 juta


Luar Negeri Indonesia

PT ABC

Catatan: 1. Indonesia sebagai negara sumber memiliki hak prioritas memajaki penghasilan. 2. Luar negeri hanya menikmati residu pajak, dan ternyata NIHIL.
21

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh


Objek Pajak Outbound Income:
a. b. c. Ayat (1) dividen;

20% dari jumlah bruto

bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang; royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

d.
e. f. g. h.

imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;


hadiah dan penghargaan; pensiun dan pembayaran berkala lainnya; premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau keuntungan karena pembebasan utang.

Pasal 26

Ayat (2)

penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia, kecuali yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2), dan (KMK-434/KMK.03/1999 dan PMK82/PMK.03/2009) premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri (KMK624/KMK.03/1994)

Ayat (4)

Branch profit (PMK-257/PMK.03/2008)

20% dari jumlah neto 20% dari laba setelah PPh


22

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh


Saat terutang: Pasal 4 ayat (1): saat diterima atau diperoleh
Diterapkan bagi SPDN, dan SPLN BUT sesuai Pasal 16 ayat (3), inbound income.

Pasal 26 ayat (1): saat dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayaran
Diterapkan bagi SPLN, outbound income.
23

PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh


Pengertian disediakan untuk dibayarkan:

Tidak terdapat penjelasan dalam UU PPh, Diterapkan untuk setiap jenis penghasilan atau khusus untuk dividen? Referensi: SE-12/PJ.43/1993 tentang PPh Pasal 23/Pasal 26 atas Pembayaran Dividen atau Bagian Keuntungan dari Perseroan Dalam Negeri ... Bagi perusahaan yang tidak go public, saat terutangnya PPh Pasal 23 atau Pasal 26 ialah pada saat disediakan untuk dibayarkan. ... adalah saat dibukukan sebagai utang dividen yang akan dibayarkan yaitu pada saat pembagian dividen diumumkan/ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan. ....

24

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B


Pemajakan atas Passive Income dalam P3B: Pasal 10 untuk penghasilan Dividen, Pasal 11 untuk penghasilan Bunga, Pasal 12 untuk penghasilan Royalti,

25

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B


Pembagian hak pemajakan Dividen (OECD Model):
Negara Domisili:
1. Dividends paid by a company which is a resident of a Contracting State to a resident of the other Contracting State may be taxed in that other State.

Negara Sumber:
2. However, such dividends may also be taxed in the Contracting State of which the company paying the dividends is a resident and according to the laws of that State, but if the beneficial owner of the dividends is a resident of the other Contracting State, the tax so charged shall not exceed: a) 5 per cent of the gross amount of the dividends if the beneficial owner is a company (other than a partnership) which holds directly at least 25 per cent of the capital of the company paying the dividends; b) 15 per cent of the gross amount of the dividends in all other cases.
26

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B


Pembagian hak pemajakan Dividen (UN Model):
Negara Domisili:
1. Dividends paid by a company which is a resident of a Contracting State to a resident of the other Contracting State may be taxed in that other State.

Negara Sumber:
2. However, such dividends may also be taxed in the Contracting State of which the company paying the dividends is a resident and according to the laws of that State, but if the beneficial owner of the dividends is a resident of the other Contracting State, the tax so charged shall not exceed: a) _ per cent (the percentage is to be established through bilateral negotiations) of the gross amount of the dividends if the beneficial owner is a company (other than a partnership) which holds directly at least 10 per cent of the capital of the company paying the dividends; (b) _ per cent (the percentage is to be established through bilateral negotiations) of the gross amount of the dividends in all other cases.
27

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B


Pembagian hak pemajakan Bunga (OECD Model):
Negara Domisili:
1. Interest arising in a Contracting State and paid to a resident of the

other Contracting State may be taxed in that other State.

Negara Sumber:
2. However, such interest may also be taxed in the Contracting State in which it arises and according to the laws of that State, but if the beneficial owner of the interest is a resident of the other Contracting State, the tax so charged shall not exceed 10 per cent of the gross amount of the interest. The competent authorities of the Contracting States shall by mutual agreement settle the mode of application of this limitation.
28

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B


Pembagian hak pemajakan Bunga (UN Model):
Negara Domisili:
1. Dividends paid by a company which is a resident of a Contracting State to a resident of the other Contracting State may be taxed in that other State.

Negara Sumber:
2. However, such interest may also be taxed in the Contracting State in which it
arises and according to the laws of that State, but if the beneficial owner of the interest is a resident of the other Contracting State, the tax so charged shall not exceed ___ per cent (the percentage is to be established through bilateral negotiations) of the gross amount of the interest. The competent authorities of the Contracting States shall by mutual agreement settle the mode of application of this limitation.
29

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B


Pembagian hak pemajakan Royalti (OECD Model):
Negara Domisili/Sumber:

1. Royalties arising in a Contracting State and beneficially owned by a resident of the other Contracting State shall be taxable only in that other State.

30

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B


Pembagian hak pemajakan Royalti (UN Model):
Negara Domisili:
1. Royalties paid by a company which is a resident of a Contracting State to a resident of the other Contracting State may be taxed in that other State.

Negara Sumber:
2. However, such royalties may also be taxed in the Contracting State in which
it arises and according to the laws of that State, but if the beneficial owner of the royalties is a resident of the other Contracting State, the tax so charged shall not exceed ___ per cent (the percentage is to be established through bilateral negotiations) of the gross amount of the royalties. The competent authorities of the Contracting States shall by mutual agreement settle the mode of application of this limitation.
31

Kasus 1: Outbound Dividend


PT Monas

Ketentuan Pajak di Indonesia:


Tarif PPh Pasal 26: 20%, Tarif PPh Badan: 28%, Worldwide Income, Badan diwajibkan melaksanakan pemotongan.

Penyertaan 50%

Indonesia
Singapura Ketentuan Pajak di Singapura:
Dividen yang dibayar ke luar negeri tidak dipotong pajak. Dividen dari luar negeri bukan objek Pajak. WP Badan wajib menyampaikan SPT

Yeuw Pte. Ltd.

Dividen Rp 1 Miliar

Gunakan P3B RI-Singapura untuk menentukan konsekuensi perpajakan bagi Wajib Pajak.
32

Kasus 2: Inbound Dividen


PT PQR

Ketentuan Pajak di Indonesia:


Tarif PPh Pasal 26: 20%, Tarif PPh Badan: 28%, Worldwide Income, WP Badan wajib melakukan pemotongan.

Dividen Rp 1 Miliar
Penyertaan Saham 50%
You Corp.

Indonesia Canada Ketentuan Pajak di Canada:


Dividen yang dibayar ke luar negeri dipotong pajak, tarif 25%. Dividen dari luar negeri adalah objek Pajak Tarif pajak korporasi: 38% WP Badan wajib melakukan pemotongan.

Gunakan P3B RI-Canada untuk menentukan konsekuensi perpajakan bagi Wajib Pajak.
33

Kasus 3: Inbound Interest Lee Corporation

Ketentuan Pajak di Singapura:


Bunga yang dibayar ke luar negeri dipotong pajak 15%. Bunga dari luar negeri bukan objek Pajak. WP Badan wajib melakukan pemotongan

Pinjaman
Singapura Indonesia Bunga Rp 1 Miliar Ketentuan Pajak di Indonesia:
PPh Pasal 26: 20%, Tarif PPh Badan: 28% WP Badan wajib melakukan pemotongan

PT ABC

Gunakan P3B RI-Singapura untuk menentukan konsekuensi perpajakan bagi Wajib Pajak.
34

Kasus 4: Outbound Interest

Debitur

Ketentuan Pajak di Indonesia:


PPh Pasal 26: 20%, Tarif PPh Badan: 30% WP Badan wajib melaksanakan pemotongan

Pinjaman

Indonesia Singapura Ketentuan Pajak di Singapura:


Bunga yang dibayar ke luar negeri dipotong pajak 15%. Bunga dari luar negeri bukan objek Pajak. WP Badan wajib melaksanakan pemotongan.

Bunga Rp 1 Miliar

Yeuw Pte. Ltd.

Apakah Indonesia mempunyai hak pemajakan atas bunga: 1. Dari SUN (Surat Utang Negara) yang dimiliki SPDN Singapura? 2. Dari SBI yang dimiliki oleh SPDN Singapura?
35

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B


1. Hak pemajakan negara domisili tidak eksklusif, kecuali atas

royalti (OECD Model). 2. Hak pemajakan negara sumber dibatasi. 3. Persentase yang lebih kecil dalam P3B daripada tarif domestik negara sumber tidak menimbulkan pengenaan pajak baru di negara sumber. 4. P3B tidak mengatur saat terutang pajak. Istilah paid mempunyai makna yang luas, karena konsep pembayaran bermakna pemenuhan kewajiban untuk menyediakan dana agar tersedia bagi pihak penerima (shareholder/kreditur) sesuai dengan cara yang diatur dalam kontrak atau kebiasaan.
36

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B


Definisi Dividen, Bunga, dan Royalti Diatur secara khusus di dalam P3B. Dapat berbeda dengan pengertian yang terdapat dalam ketentuan domestik. Khusus dividen, definisi dalam model P3B mengakomodasi pengertian dividen dalam ketentuan domestik.
Contoh: Pasal 10 Dividen (3) OECD/UN Model: The term dividends as used in this Article means income from shares, jouissance shares or jouissance rights, mining shares, founders' shares or other rights, not being debt-claims, participating in profits, as well as income from other corporate rights which is subjected to the same taxation treatment as income from shares by the laws of the State of which the company making the distribution is a resident.
37

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B


Hubungan Efektif antara harta dan BUT Contoh: Pasal 12 ayat (3) OECD/UN Model:
The provisions of paragraph 1 shall not apply if the beneficial owner of the royalties, being a resident of a Contracting State, carries on business in the other Contracting State in which the royalties arise through a permanent establishment situated therein and the right or property in respect of which the royalties are paid is effectively connected with such permanent establishment. In such case the provisions of Article 7 shall apply.

Apabila terdapat hubungan efektif antara harta yang menghasilkan dividen, bunga, atau royalti dengan bentuk usaha tetap, maka pasal 7 Business Profit diterapkan.
38

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B


Hubungan Efektif antara harta dan BUT Kasus: 1. Perusahaan Kanada Quebec Corp. menjalankan usaha melalui BUT di Indonesia untuk memproduksi furniture. Quebec juga menanamkan saham di perusahaan Indonesia PT Hutan Lestari untuk memastikan pasokan kayu untuk keperluan produksi BUT dan pabrik besar di Kanada.
Cek P3B RI-Kanada untuk menentukan perlakuan pajak apabila PT Hutan Lestari membagi dividen kepada Quebec.

39

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B


Quebec Co.
Dividen
Kanada
BUT Quebec Co.

PT Hutan Lestari

Indonesia

Modal

1.

Terdapat hubungan efektif? Ya, penyertaan Q di PT HL mendukung bisnis BUT.

2.
3. 4.

Pasal 10 ayat (4) P3B mengatribusi dividen yang diperoleh kantor pusat Quebec Corp. sebagai penghasilan BUT.
Ketentuan Pasal 10 ayat (1) dan (2) tidak diterapkan, sehingga tidak terdapat pembatasan tarif pajak atas dividen. Pemajakan atas dividen diterapkan seperti Laba Usaha, sehingga biaya yang terkait dengan dividen (3M) dapat dibebankan.
40

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B


Hubungan Efektif antara harta dan BUT Kasus: 2. Perusahaan Kanada Quebec Corp. menjalankan usaha melalui BUT di Indonesia untuk memproduksi furniture. Quebec juga menanamkan saham di Malaywood Sdn. Bhd. (perusahaan Malaysia) untuk menjamin pasokan kayu untuk keperluan produksi BUT di Indonesia dan pabrik di Kanada.
Dapatkah Indonesia mengenakan pajak apabila Malaywood membagikan dividen kepada Quebec Corp.?

41

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B


Quebec Co.
Indonesia
BUT Quebec Co.

Dividen
Modal Kanada Malaysia

Malaywood Sdn. Bhd.

1. Menurut ketentuan Pasal 5 ayat (1) huruf c UU PPh, dividen merupakan objek

pajak BUT karena terdapat hubungan efektif. Penyertaan Q di Malaywood mendukung bisnis BUT di Indonesia. 2. Pasal 10 P3B RI-Kanada tidak mencakup dividen yang bersumber dari Malaysia. 3. Otoritas pajak Indonesia secara administratif sulit menegakkan ketentuan domestik. 4. WP luar negeri dapat mengklaim penerapan Pasal 24 P3B RI-Kanada tentang Non Diskriminasi agar BUT tidak dikenakan pajak lebih berat daripada WP Badan Indonesia.
42

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B


Laba yang belum dibagikan tidak dapat dikenakan pajak Pasal 10 ayat (5) OECD/UN Model:
Where a company which is a resident of a Contracting State derives profits or income from the other Contracting State, that other State may not impose any tax on the dividends paid by the company, except insofar as such dividends are paid to a resident of that other State or insofar as the holding in respect of which the dividends are paid is effectively connected with a permanent establishment situated in that other State, nor subject the company's undistributed profits to a tax on the companys undistributed profits, even if the dividends paid or the undistributed profits consist wholly or partly of profits or income arising in such other State.

Meskipun laba perusahaan negara X berasal dari Indonesia, namun Indonesia tidak boleh mengenakan pajak atas dividen yang dibayar oleh perusahaan negara X, kecuali penerima dividen adalah WP Indonesia atau terdapat hubungan efektif antara penyertaan dengan BUT di Indonesia. Laba yang belum dibagi tidak dapat dikenakan pajak dividen.
43

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B


Laba yang belum dibagikan tidak dapat dikenakan pajak Kasus I: Proper Co. (perusahaan Singapura) memperoleh seluruh laba usaha dari bisnis yang dilakukannya dengan PT Sarimurni. Pemegang saham Proper berasal dari negara Belanda, USA, dan Australia. Diskusikan:
1. Dapatkah Indonesia mengenakan pajak atas laba yang diperoleh

Proper Co. dengan menerapkan ketentuan pajak atas dividen? 2. Apabila ketentuan Indonesia dapat mengenakan pajak apakah P3B RI-Singapura memperkenankan hal tersebut? 3. Apabila salah satu pemegang saham merupakan SPDN Indonesia, dapatkah Indonesia mengenakan pajak?
44

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B


Quebec Co.
Singapura Indonesia PT Sarimurni
Shareholder Australia

Shareholder Belanda
Shareholder USA

$ Laba

1. Berdasarkan UU PPh, Indonesia tidak dapat menganggap laba yang

diperoleh Quebec sebagai dividen dan mengenakan pajak di Indonesia atas laba sebagai dividen. 2. Apabila ketentuan Indonesia dapat mengenakan pajak, maka berdasarkan Pasal 10 ayat (6) P3B RI-Singapura, hak pemajakan tersebut dibatasi. 3. Apabila salah satu pemegang saham adalah SPDN, maka Indonesia dapat mengenakan pajak dengan menerapkan ketentuan perpajakan untuk inbound income.
45

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B


Source Rule: P3B mengatur source rule untuk penghasilan bunga dan royalti. Contoh Pasal 11 ayat (5) OECD/UN Model:
Interest shall be deemed to arise in a Contracting State when the payer is a resident of that State. Where, however, the person paying the interest, whether he is a resident of a Contracting State or not, has in a Contracting State a permanent establishment in connection with which the indebtedness on which the interest is paid was incurred, and such interest is borne by such permanent establishment, then such interest shall be deemed to arise in the State in which the permanent establishment is situated.

Sumber penghasilan: Negara domisili tempat pembayar bunga , Negara tempat BUT yang membebankan bunga.
46

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B


Source Rule: Sing Pte. Ltd. menjalankan usaha di Indonesia melalui BUT. BUT tersebut memperoleh pinjaman dari Bank Q di Malaysia untuk keperluan usaha di Indonesia dan telah dibebankan sebagai biaya untuk perhitungan PPh di Indonesia sebesar Rp 500 juta setiap semester. Pada kenyataannya, Kantor Pusat Sing Pte. Ltd. yang melakukan pembayaran bunga kepada Bank Q.
Diskusikan: 1. Apakah terdapat penghasilan yang bersumber dari Indonesia? 2. Dimanakah sumber penghasilan bunga tersebut menurut ketentuan P3B RI-Singapura? 3. Menurut pendapat Saudara dapatkah bunga tersebut dianggap bersumber dari Singapura oleh otoritas pajak Singapura?
47

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B


Pembayaran bunga atau royalti yang melebihi kewajaran Pasal 11 atau 12 tidak diterapkan atas kelebihan bunga atau royalti yang pembayarannya melampaui kewajaran. Pemajakan atas penghasilan yang melebihi kewajaran itu sesuai dengan ketentuan domestik dan memperhatikan ketentuan dalam P3B. Contoh: Pasal 11 ayat (6) OECD/UN Model
Where, by reason of a special relationship between the payer and the beneficial owner or between both of them and some other person, the amount of the interest, having regard to the debt-claim for which it is paid, exceeds the amount which would have been agreed upon by the payer and the beneficial owner in the absence of such relationship, the provisions of this Article shall apply only to the last-mentioned amount. In such case, the excess part of the payments shall remain taxable according to the laws of each Contracting State, due regard being had to the other provisions of this Convention.
48

PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B


Pembayaran bunga atau royalti yang melebihi kewajaran Kasus:
PT Karya Megah membayar lisensi kepada Portcan Corp. (perusahaan Kanada) yang merupakan perusahaan afiliasi sebesar 2% dari total penjualan setiap tahun. Nilai penjualan PT KM pada tahun 2008 sebesar Rp 400 miliar. Fiskus menemukan bahwa royalti yang dibayarkan seharusnya hanya 1,25%. PT KM telah melakukan pemotongan PPh Pasal 26 sesuai ketentuan P3B RI-Kanada. Diskusikan: Apabila pemeriksaan diselesaikan pada tanggal 1 Agustus 2009 dan Fiskus hanya mengoreksi pembayaran royalti tersebut, berapa PPh yang masih harus dibayar PT KM?
49

Beneficial Ownerships
1. Pendahuluan

2. Ketentuan Domestik
3. Penerapan P3B dan upaya pencegahan penghindaran pajak

50

Beneficial Ownerships
Pendahuluan Frase beneficial owner (BO) mulai diadopsi dalam Article 10, 11, 12 OECD Model Tax Convention (MTC) 1977. Prinsip: Pembatasan tarif pajak atas dividen, bunga, dan royalti hanya berlaku bagi jika beneficial owner penghasilan tersebut adalah resident di negara mitra P3B.

51

Beneficial Ownerships
Pendahuluan Pengertian BO tidak didefinisikan dalam P3B dan Model P3B (OECD/UN Model). Pengertian BO menurut OECD Model Commentary Art. 10, para. 12 - 12.1: a. BO bukanlah orang/badan yang bertindak sebagai agent, nominee, atau hanya bertindak sebagai conduit. b. Istilah BO tidak boleh ditafsirkan secara sempit, namun harus dipahami sesuai dengan konteks, objek, dan tujuan P3B, yaitu untuk menghindari pengenaan pajak berganda dan mencegah pengelakan pajak.
52

Beneficial Ownerships
Agen adalah orang atau badan yang bertindak sebagai

perantara dan melakukan tindakan untuk dan/atau atas nama pihak lain. (IBFD International Tax Glossary, 2005) Nominee adalah orang atau badan yang menjadi pemilik penghasilan secara hukum (legal owner) untuk menjalankan amanat dari pihak yang sebenarnya menikmati manfaat atas penghasilan. (IBFD International Tax Glossary, 2005) Perusahaan conduit adalah perusahaan antara yang didirikan untuk meneruskan harta dan/atau modal dari pihak yang menjadi pemilik sebenarnya kepada pihak lain dan/atau atau untuk meneruskan penghasilan dari pihak yang membayar penghasilan kepada pihak yang sebenarnya menikmati manfaat atas penghasilan. (Diolah dari IBFD International Tax
Glossary, 2005)

Beneficial Ownerships (1)


OECD Model Commentary: Orang yang bertindak sebagai conduit untuk orang lain, yang faktanya menerima manfaat atas penghasilan, bukan beneficial owner Person acting as conduit though the formal owner, it has, as a practical matter, very narrow powers which render it, in relation to the income concerned, a mere fiduciary or administrator acting on account of the interested parties

Beneficial Ownerships (2)


Menurut OECD Model Commentary: A person who ultimately enjoys the benefit of an asset, as opposed to the legal owner who may only be a nominee. Looks behind the owner of the title to an asset to find the "true owner" A beneficial owner is one who is free to decide:
Whether or not the capital or other asset should be used

or made available for use by others On how the yields therefrom should be used.

Beneficial Ownerships (3)


KLAUS VOGEL:
1. The purpose for introducing the beneficial owner

requirement was to prevent tax avoidance;


2. Persons not entitled to protection by particular treaty

were to be prevented from obtaining its benefit with help of interposed persons;
3. Treaty benefits should not be granted with a view to

formal title dividends, interest, or royalties, but to the real title. In other words, the old dispute of form over substance should be decided in favor of substance...

Beneficial Ownerships
Permasalahan
Investor (market or private)
Non Treaty Partner Indonesia Treaty Partner Indonesia with less favorable benefit Capital

X Corp.
Income

Beneficial Owner?
Treaty Partner Indonesia Indonesia

Income

Capital

PT ABC

57

Beneficial Ownerships
Pasal 26 ayat (1a): Negara domisili dari Wajib Pajak luar negeri selain yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha melalui bentuk usaha tetap di Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Negara tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak luar negeri yang sebenarnya menerima manfaat dari penghasilan tersebut (beneficial owner).

58

Beneficial Ownerships
Penjelasan: Negara domisili dari Wajib Pajak luar negeri selain yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha melalui bentuk usaha tetap di Indonesia yang menerima penghasilan dari Indonesia ditentukan berdasarkan tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak yang sebenarnya menerima manfaat dari penghasilan tersebut (beneficial owner). Oleh karena itu, negara domisili tidak hanya ditentukan berdasarkan Surat Keterangan Domisili, tetapi juga tempat tinggal atau tempat kedudukan dari penerima manfaat dari penghasilan dimaksud. Dalam hal penerima manfaat adalah orang pribadi, Negara domisilinya adalah negara tempat orang pribadi tersebut bertempat tinggal atau berada, sedangkan apabila penerima manfaat adalah badan, negara domisilinya adalah Negara tempat pemilik atau lebih dari 50% (lima puluh persen) pemegang saham baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama berkedudukan atau efektif manajemennya berada.
59

Beneficial Ownerships
Catatan atas Pasal 26 ayat (1a): Mengatur tentang pengertian negara domisili, Negara domisili: negara tempat beneficial owner (BO) penghasilan yang bersumber dari Indonesia. SKD tidak cukup untuk menentukan negara domisili. Penerapan P3B? Potensi masalah: pengaturan negara domisili berdasarkan Pasal ini dapat berbeda dengan tempat BO yang sebenarnya, yang ditentukan berdasarkan fakta atau berdasarkan penerapan pengertian BO menurut P3B.
60

Beneficial Ownerships
Menafsirkan siapa BO menurut Pasal 26 ayat (1a).
Logika matematika:

Bila A = B dan A = C, apakah B = C ?

Negara Domisili (A) = Negara tempat BO (B) Orang Pribadi:

Negara domisili (A) = Negara tempat orang pribadi bertempat tinggal atau berada (C-1) Badan: Negara Domisili (A) = Negara tempat pemilik atau lebih dari 50% pemegang saham baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama berkedudukan (C-2). Negara Domisili (A) = Negara tempat efektif manajemennya berada (C3).
61

Beneficial Ownerships
Tes untuk BO Orang Pribadi: Apakah BO (B) pasti sama dengan orang pribadi penerima penghasilan (C-1) ? Jawab: belum tentu. Bila orang pribadi tersebut hanya bertindak sebagai agent/nominee/conduit, maka menurut P3B ia bukan BO.

Tes untuk BO Badan: Apakah BO pasti sama dengan pemilik perusahaan atau pemegang saham (C-2) atau tempat efektif manajemen (C3)? Jawab: belum tentu. Bila perusahaan tersebut bukan agent/nominee/conduit, maka ia adalah BO-nya, bukan si pemilik, pemegang saham, atau tempat efektif manajemen.
62

Beneficial Ownerships (4)


SKEMA PINJAMAN
MAURITIUS BELANDA

X BANK LTD

PROCEEDS

Draco BV

INDONESIA

Interest Loan 1995

Loan 2004

Interest

PT UTAMA

Beneficial Ownerships (5)


Fakta:
1. PT Utama membuat perjanjian pinjaman dengan Draco BV (berkedudukan di Belanda tanggal 12-11-2004 senilai USD 208,2 juta jangka waktu 5 tahun; 2. Draco BV., tidak mentransfer dana pinjaman (proceeds) kepada PT Utama, melainkan mentransfer dana dimaksud kepada X Bank Ltd. (Mauritius); 3. Transfer yang diperintahkan PT Utama untuk dilakukan oleh Draco BV. kepada X Bank Ltd. tersebut dimaksudkan untuk melunasi pinjaman PT Utama kepada X Bank Ltd. Mauritius yang telah dibentuk sebelumnya (1995); 4. Berdasarkan payment instruction dari PT Utama ke Draco BV, diketahui bahwa transfer dari Draco BV kepada X Bank Ltd. Mauritius dilakukan sebelum loan agreement dibuat, yakni pada tanggal 1-11-2004. 5. PT Utama membebankan biaya bunga pinjaman baik dalam SPT PPh Badan maupun Laporan Keuangan Komersial, sebesar Rp 23.7 miliar (2004) dan Rp 117 miliar (2005); 6. PT Utama tidak melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 26 atas bunga yang telah dibebankan dengan alasan Pasal 11 ayat (4) P3B RI Belanda.
64

Beneficial Ownerships (6)


HASIL PERTUKARAN INFORMASI (EOI) DARI BELANDA:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Tanggal Pendirian : April 2004 (Notaris: XYZ)


Pendiri : Perusahaan trust XXX, beralamat di Belanda Pokok kegiatan: bertindak sebagai sebuah finance company

Board of Management : Perusahaan trust XXX, beralamat di Belanda


Pemegang saham : Stichting Draco, Amsterdam, The Netherlands Modal Saham : Authorized E90,000; Issued & Paid E18,000 @ E1 Perusahaan tidak memiliki pegawai sehingga selama tahun berjalan tidak terdapat biaya upah, gaji atau beban social securities. Perusahaan memiliki satu managing director & tidak memiliki supervisory directors

9.

Konsultan: PQR NV (perusahaan Belanda).


65

Beneficial Ownerships (7)


INFO PENTING
1. On October 13, 2004 the Company obtained a Secured Note Programme

from Glocus Ltd. with a maximum amount of USD 10,000,000,000. The proceeds of the note program has been used for the acquisition of among other things loans. During the financial year ended December 31, 2004 a total amount of USD 800,000,000 of the Secured Note Programme has been drawn. (Laporan Keuangan, hal X) Glocus Ltd, dengan pinjaman yang diberikan oleh Draco kepada para debtor nya, termasuk PT CMI, adalah sama persis. (Laporan Keuangan, hal X) *5 tahun - 9%, ** 5 tahun - 6 bulan LIBOR

2. Terms and conditions dari pinjaman yang diperoleh Draco BV dari

Catatan: Tidak terdapat informasi mengenai Glocus Ltd. (pihak yang memberikan kredit kepada Draco BV), maupun Stichting Draco BV (pihak yang menjadi pemegang saham tunggal dari Draco BV)

66

Beneficial DAFTAR Ownerships (8) PENERIMA PINJAMAN


NO 1 PT A 2 PT Utama 3 PT B 4 PT C NAMA JUMLAH NO NAMA JUMLAH 5,300,000 5,300,000 3,110,000 7,380,000 9,800.000 16 PT N 208,200,000 17 PT P 1,500,000 18 PT Q 1,400,000 19 PT R

5 PT D
6 PT E 7 PT E 8 PT F 9 PT G 10 PT H 11 PT I 12 PT J 13 PT K 14 PT L

4,730,000 20 PT S
89,250,000 21 PT T 2,450,000 22 PT U 4,500,000 23 PT V 27,050,000 24 PT W 10,050,000 25 PT X 134,850,000 26 PT Y 12,650,000 27 PT Z 9,050,000 28 PT AA 18,450,000 29 PT AB

17,100,000
23,800,000 19,000,000 5,900,000 3,300,000 3,300,000 600,000 200,000 300,000 9,150,000

15 PT M

193,200,000

Total

830 juta
67

Beneficial Ownerships (9)


BALANCE SHEET AS PER DECEMBER 31, 2004 ASSETS Financial fixed assets Loans Receivable USD 830,870,000 LIABILITIES & EQUITY Capital and reserves Paid up and called up share capital Other reserves Unappropriated results 3,871,575 1,292 9,860 3,882,727 834,752,727 Long term liabilities Issued Notes payable Current liabilities Creditors Taxation Accruals Total liabilities & Equity 830,870,000 USD 24,588 (2,772) 788 22,604

Current assets Debtors Other receivables Cash and cash equivalent Total assets

3,807,311 322 52,490 3,860,123 834,752,727


68

Beneficial Ownerships (10)


PROFIT AND LOSS ACCOUNT FOR THE PERIOD ENDED DECEMBER 31, 2004 USD Finance activities Interest on loans receivable 3,799,408 Income Interest on issued notes payable (3,799,408) Expenses Reimbursed income 72,167 Currency exchange rate differences 810 72,977 Other income and expenses General and administrative expenses (71,867) Result before taxation Corporate income tax Result after taxation 1,110 (322) 788
69

100%

SELESAI

70

Anda mungkin juga menyukai