Anda di halaman 1dari 63

1

OUTLINE
1. Interaksi UU PPh dan P3B

2. Perlakuan perpajakan menurut UU PPh

3. Perlakuan perpajakan menurut P3B

2
INTERAKSI UU PPH DAN P3B
Start P3B Ya
P3B
Konflik Ya
dite-
dng UU
rapkan?
PPh?
Identifikasi Transaksi
Internasional, seperti:
Tidak
Subjek & Objek Pajak Tidak

Tentukan Perlakuan Ketentuan P3B berlaku


Pajak menurut UU Perlakuan Pajak untuk hal yang berkonflik
PPh menurut UU PPh
JALAN TERUS!!!
Ya Hal lain yang tidak
Ada PPh berkonflik dengan P3B:
terutang UU PPh JALAN
? TERUS!!!

Tidak

Stop

3
INTERAKSI UU PPH DAN P3B

P3B dapat diterapkan


apabila:
1. Indonesia memiliki P3B
Ya
P3B
diterapkan
dengan negara residen,
?
dan
Tidak
2. WP luar negeri adalah
residen dari negara mitra
P3B Indonesia
terdapat SKD yang sah
4
INTERAKSI UU PPH DAN P3B
P3B dapat berkonflik dengan UU PPh
dalam hal, seperti:
1. Status Subjek Pajak dalam negeri,
2. Keberadaan BUT,

P3B konflik
3. Hak pemajakan,
Ya
dengan UU 4. Besarnya penghasilan (tax base)
PPh?
5. Besarnya tarif pajak,
Tidak 6. Definisi penghasilan/harta,
7. Sumber penghasilan

5
PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

1. Pengertian Dividen, Bunga, dan Royalti


2. Pemajakan atas Inbound Income
3. Pemajakan atas Outbound Income
4. Saat terutang.

6
MODEL P3B MENGATUR

Bahwa penghasilan yang diperoleh penduduk


dari suatu negara (negara domisili) dari harta tak
bergerak (termasuk penghasilan dari pertanian
atau kehutanan) yang berada di negara lainnya
dapat dikenakan pajak di negara lainnya
tersebut (negara sumber). Jadi hak pemajakan
atas penghasilan dari harta tidak bergerak
diberikan di negara sumber.

7
SIFAT HAK PEMAJAKAN MODEL P3B
Untuk harta tidak bergerak adalah hak
pemajakan penuh (exclusively taxing rights). Dng
hak pemajakan penuh, suatu negara diberikan
hak pemajakan sepenuhnya atas suatu
penghasilan. Jadi tarif pajak yg diterapkan
sepenuhnya sesuai ketentuan UU Domestik di
negara tersebut.

8
Negara X

Potongan .%
INDONESIA dapat mengenakan pajak tanpa
pembatasan, sesuai ketentuan UU
Dosmetik
Pembayaran
sewa

Tanah dan/atau
Bangunan PT. ABC

9
CONTOH :
Mr. Felix seorang penduduk Negara X dimana
Indonesia dan Negara X telah memiliki P3B, pada
suatu waktu menerima penghasilan dari
persewaaan tanah dan bangunan yg terletak di
Indonesia dari PT. ABC sebesar Rp 20.000.000.
Dlm kasus ini penghasilan Mr. Felix dpt dipajaki
di Ind sesuai dng ketentuan yg berlaku di Ind,
PT.ABC wajib memotong PPh Pasal 4 ayat 2 atas
penghasilan sewa sebesar : 10% X Rp 20.000.000
yaitu Rp 2.000.000.

10
DEFINISI-DEFINISI DALAM MODEL P3B INDONESIA:

1. Deviden :
Pendapatan dari saham-saham atau hak-hak lainnya
yg bukan merupakan surat utang namun ikut serta
dalam pembagian keuntungan, demikian halnya
pendapatan dari hak-hak perseroan lainnya yg dlm hal
pengenaan pajaknya diperlakukan sama sebagai
pendapatan dari saham menurut perundang-
undangan pajak negara dimana badan yg melakukan
pembayaran berkedudukan.

11
2. Bunga:
Penghasilan dari semua jenis tagihan piutang, baik yg
dijamin dng hipotik maupun tidak, dan baik yg
mempunyai hak atas pembagian laba maupun tidak ,
penghasilan dari sekuritas yg diterbitkan pemerintah
dan penghasilan dari surat-surat obligasi atau surat
surat utang termasuk premi dan hadiah yg terkait dng
sekuritas, obligasi atau surat utang, dan jg penghasilan
yg berdasarkan undang-undang perpajakan negara
dimana bunga tsb berasal dpt dipersamakan dng
penghasilan yg diperoleh dari uang yg dipinjamkan,
termasuk bunga atas penjualan secar kredit.

12
3. Royalti:
Pembayaran-pembayaran baik secara periodik atau tidak, dan dlm bentuk
atau nama apapun atau nomenklatur sejauh mana mereka dibuat sebagai
pertimbangan untuk:
a. penggunaan, atau hak untk menggunakan, setiap hak cipta, paten,
desain atau model, rencana, rumus rahasia atau proses, merk dagang,
kekayaan atau hak lainnya; atau
b. penggunaan, atau hak untk menggunakan peralatan industrial,
komersial atau ilmiah; atau
c. Penyediaan pengetahuan teknis, industri atau perdagangan atau
informasi; atau
d. penyediaan bantuan yg merup tambahan untk setiap kekayaan atau hak
seperti yg disebutkan dlm huruf (a), setiap peralatan seperti disebutkan
dlm huruf (b) atau setiap pengetahuan atau informasi seperti
disebutkan dlm huruf (c) ; atau
e. Penggunaan, atau hak untuk menggunakan:
i. film-film gambar hidup (bioskop), atau
ii. film atau video yg digunakan dlm hubungannya dng televisi; atau
iii. kaset untk penggunaan yg terkait dng penyiaran radio.
13
PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

Pengertian Dividen, Bunga, Royalti dan Sewa


dalam UU PPh:
1. Dividen, Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf g,
2. Bunga, Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf f,
3. Royalti, Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf h,
4. Sewa, Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf i.

14
PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh
Pengertian DIVIDEN menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf g:
bagian laba yang diperoleh pemegang saham atau pemegang polis
asuransi atau pembagian sisa hasil usaha koperasi yang diperoleh
anggota koperasi.
Termasuk dalam pengertian dividen adalah:
1. pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan
nama dan dalam bentuk apapun;
2. pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal
yang disetor;
3. pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk
saham bonus yang berasal dari kapitalisasi agio saham;
4. pembagian laba dalam bentuk saham;
5. pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;

15
PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh
Pengertian DIVIDEN menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf g:
Termasuk dalam pengertian dividen adalah:
6. pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang
disetorkan, jika dalam tahuntahun yang lampau diperoleh
keuntungan, kecuali jika pembayaran kembali itu adalah akibat dari
pengecilan modal dasar (statuter) yang dilakukan secara sah;
7. pembayaran sehubungan dengan tandatanda laba, termasuk yang
diterima sebagai penebusan tandatanda laba tersebut;
8. bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi;
9. bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;
10. jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau
diperoleh pemegang saham karena pembelian kembali sahamsaham
oleh perseroan yang bersangkutan;

16
PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

Pengertian DIVIDEN menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf g:


Termasuk dalam pengertian dividen adalah:
11. pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham
yang dibebankan sebagai biaya perusahaan.
12. pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi.

Pengertian Dividen Terselubung (constructive dividends):


1. Diperlukan untuk mencegah penghindaran pajak,
2. UU PPh tidak mendefinisikan dengan tegas,
3. Hanya menyediakan contoh:
pemegang saham yang telah menyetor penuh modalnya dan
memberikan pinjaman kepada perseroan dengan imbalan bunga yang
melebihi kewajaran.
4. Tidak boleh dibebankan sebagai biaya.

17
PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh
Pengertian BUNGA menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf f:
Dalam pengertian bunga termasuk pula premium, diskonto dan
imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang.
Premium terjadi apabila misalnya surat obligasi dijual di atas nilai
nominalnya sedangkan diskonto terjadi apabila surat obligasi dibeli
di bawah nilai nominalnya.
Premium tersebut merupakan penghasilan bagi yang menerbitkan
obligasi dan diskonto merupakan penghasilan bagi yang membeli
obligasi.

18
PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh
Pengertian ROYALTI menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf h:
suatu jumlah yang dibayarkan atau terutang dengan cara atau
perhitungan apa pun, baik dilakukan secara berkala maupun tidak,
sebagai imbalan atas:
1. penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan,
kesenian atau karya ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula
atau proses rahasia, merek dagang, atau bentuk hak kekayaan
intelektual/industrial atau hak serupa lainnya; (Intangibles)
2. penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial,
komersial, atau ilmiah; (Tangibles)
3. pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal,
industrial, atau komersial; (Informasi)

19
PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh
Pengertian ROYALTI menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf h:
4. pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan
penggunaan atau hak menggunakan hak-hak tersebut pada angka 1,
penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan tersebut
pada angka 2, atau pemberian pengetahuan atau informasi tersebut
pada angka 3, berupa:
a) penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman
suara atau keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui
satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa;
b) penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau
rekaman suara atau keduanya, untuk siaran televisi atau radio yang
disiarkan/dipancarkan melalui satelit, kabel, serat optik, atau
teknologi yang serupa;
c) penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh
spektrum radio komunikasi;

20
PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh
Pengertian ROYALTI menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf h:
5. penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion
picture films), film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita
suara untuk siaran radio; dan
6. pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan
penggunaan atau pemberian hak kekayaan intelektual/industrial
atau hak-hak lainnya sebagaimana tersebut di atas.

21
PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh
Pengertian SEWA menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf i:
Dalam pengertian sewa termasuk imbalan yang diterima atau
diperoleh dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan
dengan penggunaan harta gerak atau harta tak gerak, misalnya
sewa mobil, sewa kantor, sewa rumah, dan sewa gudang.

22
PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

Pemajakan atas Inbound Income:


Subjek Pajak SP DN SP LN BUT
Objek Pajak Pasal 4 ayat (1) minus Pasal 5 ayat (1) a, b,
ayat (3) dan c
Menghitung Pajak Pasal 16 ayat (1), (2), Pasal 16 ayat (3)
dan (4)
Tarif Pajak Pasal 17 ayat (1) a/b Pasal 17 ayat (1) b

Penghilangan Pasal 24 Pasal 24


Pajak Berganda

23
PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh
Pemajakan atas Inbound Income:
Subjek Pajak : PT ABC (SPDN)
Objek Pajak : Rp 500 juta
Pengurang : -

XYZ Corp. PKP : Rp 500 juta

PPh terutang : Rp 125 juta


KPLN (Psl 24) : Rp 75 juta
Bunga: Rp500 juta PPh di Indonesia : Rp 65 juta
Pajak di luar negeri
CAPITAL
15% (Rp 75 juta) Luar Negeri Catatan:
1.Negara sumber memiliki hak
Indonesia
prioritas atas penghasilan yang
bersumber dinegaranya.
PT ABC 2.Indonesia sebagai negara Domisili
hanya menikmati residu pajak
sebesar (25-15)% X 500 juta.
Asumsi: PT ABC tidak memiliki penghasilan dari
Indonesia

24
PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

Pemajakan atas Outbound Income:


Subjek Pajak SP LN non BUT
Objek Pajak Pasal 26 ayat (1), (2) , dan (4)

Menghitung Pajak Pasal 26 ayat (1), (2) , dan (4)

Tarif Pajak Pasal 26 ayat (1), (2) , dan (4)

Penghilangan Pajak Berganda

Pelunasan Pajak Withholding

25
PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh
Pemajakan atas Outbound Income:
Asumsi: Laba XYZ Corp. dikenakan pajak di negaranya
Subjek Pajak : XYZ Corp.
sebesar 5% dan tidak memiliki penghasilan lain. Sistem
KPLN di luar negeri sama dengan di Indonesia. (SPLN)
Objek Pajak : Rp 500 juta
PPh (20%) : Rp 100 juta
XYZ Corp. Pemajakan bagi XYZ di LN:
Objek Pajak : Rp 500 juta
PPh (5%) : Rp 25 juta
KPLN : Rp 25 juta
PPh di LN : Rp ---
CAPITAL Bunga: Rp500 juta
Luar Negeri
Catatan:
Indonesia 1.Indonesia sebagai negara sumber
memiliki hak prioritas memajaki
penghasilan.
PT ABC
2.Luar negeri hanya menikmati
residu pajak, dan ternyata NIHIL.

26
PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh
Objek Pajak Outbound Income: 20% dari
jumlah bruto
a. dividen;
b. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan
jaminan pengembalian utang;
c. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta;
Ayat (1) d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
e. hadiah dan penghargaan;
f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
g. premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atau
Pasal 26
h. keuntungan karena pembebasan utang.

penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia, kecuali


yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2), dan (KMK-434/KMK.03/1999 dan
Ayat (2) PMK-82/PMK.03/2009)
premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri
(KMK-624/KMK.03/1994)
20% dari
Branch profit jumlah neto
Ayat (4)
(PMK-257/PMK.03/2008)
20% dari laba
setelah PPh
27
PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

Saat terutang:
Pasal 4 ayat (1):
saat diterima atau diperoleh
Diterapkan bagi SPDN, dan SPLN BUT sesuai Pasal 16 ayat
(3), inbound income.
Pasal 26 ayat (1):
saat dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau
telah jatuh tempo pembayaran
Diterapkan bagi SPLN, outbound income.

28
PERLAKUAN PAJAK MENURUT UU PPh

Pengertian disediakan untuk dibayarkan:


Tidak terdapat penjelasan dalam UU PPh,
Diterapkan untuk setiap jenis penghasilan atau khusus untuk dividen?
Referensi:
SE-12/PJ.43/1993 tentang PPh Pasal 23/Pasal 26 atas Pembayaran Dividen atau Bagian
Keuntungan dari Perseroan Dalam Negeri
... Bagi perusahaan yang tidak go public, saat terutangnya PPh Pasal 23 atau
Pasal 26 ialah pada saat disediakan untuk dibayarkan. ... adalah saat dibukukan
sebagai utang dividen yang akan dibayarkan yaitu pada saat pembagian dividen
diumumkan/ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan. ....

29
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Pemajakan atas Passive Income dalam P3B:


Pasal 10 untuk penghasilan Dividen,
Pasal 11 untuk penghasilan Bunga,
Pasal 12 untuk penghasilan Royalti,

30
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Pembagian hak pemajakan Dividen (OECD Model):


Negara Domisili:

1. Dividends paid by a company which is a resident of a Contracting State to a


resident of the other Contracting State may be taxed in that other State.

Negara Sumber:

2. However, such dividends may also be taxed in the Contracting State of which the
company paying the dividends is a resident and according to the laws of that State,
but if the beneficial owner of the dividends is a resident of the other Contracting
State, the tax so charged shall not exceed:
a) 5 per cent of the gross amount of the dividends if the beneficial owner is a company
(other than a partnership) which holds directly at least 25 per cent of the capital of
the company paying the dividends;
b) 15 per cent of the gross amount of the dividends in all other cases.
31
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Pembagian hak pemajakan Dividen (OECD Model):


Negara Domisili:
1. Dividen yg dibayarkan oleh suatu perseroaan yg berkedudukan di suatu
Negara Pihak pada persetujuan kepada penduduk Negara Pihak Lainnya
pada persetujuan dpt dikenakan pajak di negara lain tersebut.
Negara Sumber:
2. Namun demikian deviden itu dpt jg dikenakan pajak di Negra pihak pd persetujuan
dimana persero yg membayarakan deviden tsb berkedudukan dan sesuai dng
perundang-undangan negara tersebut, akan tetapi apabila penerima deviden adalah
pemilik saham yg menikmati deviden itu, maka pajak yg dikenakan tidak akan
melebihi:
a) 5 persen dari juml bruto deviden jika penerima deviden adalah, suatu badan (selain
persekutuan) yg memiliki sekurang-kurangnya 25% modal dari badan yg membayar
deviden;
b) 15 persen dari jumlah bruto deviden salam hal lainnya.
32
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Pembagian hak pemajakan Dividen (UN Model):


Negara Domisili:

1. Dividends paid by a company which is a resident of a Contracting State to a


resident of the other Contracting State may be taxed in that other State.

Negara Sumber:
2. However, such dividends may also be taxed in the Contracting State of which the
company paying the dividends is a resident and according to the laws of that State,
but if the beneficial owner of the dividends is a resident of the other Contracting
State, the tax so charged shall not exceed:
a) _ per cent (the percentage is to be established through bilateral negotiations) of the
gross amount of the dividends if the beneficial owner is a company (other than a
partnership) which holds directly at least 10 per cent of the capital of the company
paying the dividends;
(b) _ per cent (the percentage is to be established through bilateral negotiations) of the
gross amount of the dividends in all other cases. 33
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Pembagian hak pemajakan Dividen (UN Model):


Negara Domisili:
1. Dividen yg dibayarkan oleh suatu perseroaan yg berkedudukan di suatu
Negara Pihak pada persetujuan kepada penduduk Negara Pihak Lainnya
pada persetujuan dpt dikenakan pajak di negara lain tersebut.
Negara Sumber:
2. Namun demikian deviden itu dpt jg dikenakan pajak di Negra pihak pd persetujuan
dimana persero yg membayarakan deviden tsb berkedudukan dan sesuai dng
perundang-undangan negara tersebut, akan tetapi apabila penerima deviden adalah
pemilik saham yg menikmati devidenitu, maka pajak yg dikenakan tidak akan
melebihi:
a) _ persen(ditentukan berdasarkan kesepakatana antara kedua negara yg
bersangkutan)dari jumlah kotor dividen,jika penerima deviden adalah, suatu badan
(selain persekutuan) yg memiliki sekurang-kurangnya 10% modal dari badan yg
membayar deviden;
(b) _ persen(ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama antara dua negara yg
bersangkutan) dari juml kotor deviden dalam hal lainnya. 34
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Pembagian hak pemajakan Bunga (OECD Model):


Negara Domisili:

1. Interest arising in a Contracting State and paid to a resident of the other Contracting
State may be taxed in that other State.

Negara Sumber:

2. However, such interest may also be taxed in the Contracting State in which it arises
and according to the laws of that State, but if the beneficial owner of the interest is
a resident of the other Contracting State, the tax so charged shall not exceed 10 per
cent of the gross amount of the interest. The competent authorities of the
Contracting States shall by mutual agreement settle the mode of application of this
limitation.

35
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Pembagian hak pemajakan Bunga (OECD Model):


Negara Domisili:
1. Bunga yg berasal dari suatu Negara Pihak pada persetujuan dan dibayarkan kepada
penduduk Negara Pihak lainnya pada persetujuan dapat dikenakan pajak di negara
lain tersebut.
Negara Sumber:

2. Namun demikian, bunga tsb dpt juga dikenakan pajak di Negara Pihak pada
persetujuan tempat bunga itu berasal, dan sesuai dng perundang-undangan negara
tersebut, akan tetapi apabila penerima bunga adalah pemberi pinjaman yg
menikmati bunga itu, maka pajak yg dikenakan tidak akan melebihi 10% dari juml
kotor bunga. Pejabat-pejabat yg berwenang dari kedua ngara pihak pada
persetujuan dng mengadakan perjanjian yg saling menguntungkan dapat mengatur
pelaksanaan pengenaan pajak atas bunga tersebut.

36
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Pembagian hak pemajakan Bunga (UN Model):


Negara Domisili:
1. Dividends paid by a company which is a resident of a Contracting State to a resident
of the other Contracting State may be taxed in that other State.

Negara Sumber:

2. However, such interest may also be taxed in the Contracting State in which it arises
and according to the laws of that State, but if the beneficial owner of the interest is a
resident of the other Contracting State, the tax so charged shall not exceed ___ per
cent (the percentage is to be established through bilateral negotiations) of the gross
amount of the interest. The competent authorities of the Contracting States shall by
mutual agreement settle the mode of application of this limitation.

37
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Pembagian hak pemajakan Bunga (UN Model):


Negara Domisili:
1. Bunga yg berasal dari suatu Negara Pihak pada persetujuan dan dibayarkan kepada
penduduk Negara Pihak lainnya pada persetujuan dapat dikenakan pajak di negara
lain tersebut.

Negara Sumber:
2. Namun demikian, bunga tsb dpt juga dikenakan pajak di Negara Pihak pada
persetujuan tempat bunga itu berasal, dan sesuai dng perundang-undangan negara
tersebut, akan tetapi apabila penerima bunga adalah pemberi pinjaman yg
menikmati bunga itu, maka pajak yg dikenakan tidak akan melebihi % (
persentanya ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama antara dua negara yg
mengadakan perjanjian) dari juml kotor bunga. Pejabat-pejabat yg berwenang dari
kedua ngara pihak pada persetujuan dng mengadakan perjanjian yg saling
menguntungkan dapat mengatur pelaksanaan pengenaan pajak atas bunga tersebut.

38
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Pembagian hak pemajakan Royalti (OECD Model):


Negara Domisili/Sumber:

1. Royalties arising in a Contracting State and beneficially


owned by a resident of the other Contracting State shall be
taxable only in that other State.

39
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Pembagian hak pemajakan Royalti (OECD Model):


Negara Domisili/Sumber:

1. Royaliti yg berasal dari Negara Pihak pada persetujuan dan


yang pemiliknya adalah penduduk dari suatu Negara Pihak
lainnya hanya akan dikenakan pajak di Negara lainnya.

40
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Pembagian hak pemajakan Royalti (UN Model):


Negara Domisili:
1. Royalties paid by a company which is a resident of a Contracting State to a resident
of the other Contracting State may be taxed in that other State.

Negara Sumber:

2. However, such royalties may also be taxed in the Contracting State in which it arises
and according to the laws of that State, but if the beneficial owner of the royalties is
a resident of the other Contracting State, the tax so charged shall not exceed ___ per
cent (the percentage is to be established through bilateral negotiations) of the gross
amount of the royalties. The competent authorities of the Contracting States shall by
mutual agreement settle the mode of application of this limitation.

41
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Pembagian hak pemajakan Royalti (UN Model):


Negara Domisili:
1. Royaliti yg berasal dari Negara Pihak pada persetujuan dan dibayarkan kepada
penduduk dari suatu Negara Pihak lainnya pada persetujuan dapat dikenakan
pajak di Negara lain tersebut

Negara Sumber:
2. Namun demikian royalti tersebut dpt juga dikenakan pajak di Negara Pihak pada
persetujuan dimana royalti itu berasal sesuai dng perundang-undangan negara itu,
tetapi apabila penerima royalti adalah pemilik royalti yg menikmatinya, maka pajak
yg dikenakan tdk akan melebihi .. Persen (persennya ditentukan berdasarkan
kesepakatan bersama antara dua negara yg mengadakan pejanjian) dari jumlah total
kotor royalti. Pejabat-pejabat yg berwenang dari kedua negara pihak pada
persetujuan dng mengadakan perjanjian yg saling menguntungkan dpt mengatur
pelaksanaan pengenaan pajak atas royalti tersebut.

42
Kasus 1: Outbound Dividend

Ketentuan Pajak di Indonesia:


PT Monas Tarif PPh Pasal 26: 20%,
Tarif PPh Badan: 28%, Worldwide Income,
Badan diwajibkan melaksanakan pemotongan.

Penyertaan
50% Indonesia
Singapura

Ketentuan Pajak di Singapura:


Dividen yang dibayar ke luar negeri tidak
Yeuw
dipotong pajak.
Pte. Ltd. Dividen dari luar negeri bukan objek Pajak.
Dividen WP Badan wajib menyampaikan SPT
Rp 1 Miliar

Gunakan P3B RI-Singapura untuk menentukan konsekuensi perpajakan bagi Wajib


Pajak.
43
Kasus 2: Inbound Dividen

PT PQR Ketentuan Pajak di Indonesia:


Tarif PPh Pasal 26: 20%,
Tarif PPh Badan: 28%, Worldwide Income,
Dividen WP Badan wajib melakukan pemotongan.
Rp 1 Miliar

Indonesia

Penyertaan Canada
Saham 50%
Ketentuan Pajak di Canada:
Dividen yang dibayar ke luar negeri dipotong
You pajak, tarif 25%.
Corp. Dividen dari luar negeri adalah objek Pajak
Tarif pajak korporasi: 38%
WP Badan wajib melakukan pemotongan.

Gunakan P3B RI-Canada untuk menentukan konsekuensi perpajakan bagi Wajib


Pajak.
44
Kasus 3: Inbound Interest
Ketentuan Pajak di Singapura:
Lee Bunga yang dibayar ke luar negeri dipotong
Corporation pajak 15%.
Bunga dari luar negeri bukan objek Pajak.
WP Badan wajib melakukan pemotongan
Pinjaman
Singapura

Indonesia

Ketentuan Pajak di Indonesia:


Bunga PPh Pasal 26: 20%,
Rp 1 Miliar PT ABC Tarif PPh Badan: 28%
WP Badan wajib melakukan pemotongan

Gunakan P3B RI-Singapura untuk menentukan konsekuensi perpajakan bagi Wajib


Pajak.
45
Kasus 4: Outbound Interest

Debitur Ketentuan Pajak di Indonesia:


PPh Pasal 26: 20%,
Tarif PPh Badan: 30%
WP Badan wajib melaksanakan pemotongan
Pinjaman
Indonesia

Singapura
Ketentuan Pajak di Singapura:
Bunga yang dibayar ke luar negeri dipotong
pajak 15%.
Bunga Yeuw Bunga dari luar negeri bukan objek Pajak.
Rp 1 Miliar Pte. Ltd. WP Badan wajib melaksanakan pemotongan.

Apakah Indonesia mempunyai hak pemajakan atas bunga:


1. Dari SUN (Surat Utang Negara) yang dimiliki SPDN Singapura?
2. Dari SBI yang dimiliki oleh SPDN Singapura?

46
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

1. Hak pemajakan negara domisili tidak eksklusif, kecuali atas royalti


(OECD Model).
2. Hak pemajakan negara sumber dibatasi.
3. Persentase yang lebih kecil dalam P3B daripada tarif domestik
negara sumber tidak menimbulkan pengenaan pajak baru di
negara sumber.
4. P3B tidak mengatur saat terutang pajak. Istilah paid
mempunyai makna yang luas, karena konsep pembayaran
bermakna pemenuhan kewajiban untuk menyediakan dana agar
tersedia bagi pihak penerima (shareholder/kreditur) sesuai
dengan cara yang diatur dalam kontrak atau kebiasaan.

47
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Definisi Dividen, Bunga, dan Royalti


Diatur secara khusus di dalam P3B.
Dapat berbeda dengan pengertian yang terdapat dalam
ketentuan domestik.
Khusus dividen, definisi dalam model P3B mengakomodasi
pengertian dividen dalam ketentuan domestik.
Contoh: Pasal 10 Dividen (3) OECD/UN Model:

The term dividends as used in this Article means income from shares,
jouissance shares or jouissance rights, mining shares, founders' shares or other
rights, not being debt-claims, participating in profits, as well as income from other
corporate rights which is subjected to the same taxation treatment as income from
shares by the laws of the State of which the company making the distribution is a
resident.

48
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Contoh: Pasal 10 Dividen (3) OECD/UN Model:

Istilahdividen sebagaimana digunakan dalam pasal ini berarti penghasilan


dari saham-saham,atau hak-hak lainnya yg bukan merupakan surat-surat
hutang, namun turut serta dalam pembagian laba , demikian halnya
penghasilan dari hak-hak perseroan lainnya yg dlm hal pengenaan pajaknya
diperlakukan sama sebagai penghasilan dari saham-saham menurut undang-
undang perpajakan negara dimana perseroan yg melakukan pembayaran
berkedudukan.

49
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Hubungan Efektif antara harta dan BUT


Contoh: Pasal 12 ayat (3) OECD/UN Model:

The provisions of paragraph 1 shall not apply if the beneficial owner of the royalties,
being a resident of a Contracting State, carries on business in the other Contracting
State in which the royalties arise through a permanent establishment situated therein
and the right or property in respect of which the royalties are paid is effectively
connected with such permanent establishment. In such case the provisions of Article 7
shall apply.

Apabila terdapat hubungan efektif antara harta yang menghasilkan


dividen, bunga, atau royalti dengan bentuk usaha tetap, maka
pasal 7 Business Profit diterapkan.

50
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B
Hubungan Efektif antara harta dan BUT
Kasus:
1. Perusahaan Kanada Quebec Corp. menjalankan usaha
melalui BUT di Indonesia untuk memproduksi furniture.
Quebec juga menanamkan saham di perusahaan Indonesia
PT Hutan Lestari untuk memastikan pasokan kayu untuk
keperluan produksi BUT dan pabrik besar di Kanada.
Cek P3B RI-Kanada untuk menentukan perlakuan pajak
apabila PT Hutan Lestari membagi dividen kepada Quebec.

51
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B
Quebec Co. Dividen
Kanada

Indonesia
BUT Quebec Co. PT Hutan Lestari
Modal

1. Terdapat hubungan efektif? Ya, penyertaan Q di PT HL mendukung bisnis BUT.


2. Pasal 10 ayat (4) P3B mengatribusi dividen yang diperoleh kantor pusat Quebec
Corp. sebagai penghasilan BUT.
3. Ketentuan Pasal 10 ayat (1) dan (2) tidak diterapkan, sehingga tidak terdapat
pembatasan tarif pajak atas dividen.
4. Pemajakan atas dividen diterapkan seperti Laba Usaha, sehingga biaya yang terkait
dengan dividen (3M) dapat dibebankan.

52
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B
Hubungan Efektif antara harta dan BUT
Kasus:
2. Perusahaan Kanada Quebec Corp. menjalankan usaha
melalui BUT di Indonesia untuk memproduksi furniture.
Quebec juga menanamkan saham di Malaywood Sdn. Bhd.
(perusahaan Malaysia) untuk menjamin pasokan kayu untuk
keperluan produksi BUT di Indonesia dan pabrik di Kanada.
Dapatkah Indonesia mengenakan pajak apabila Malaywood
membagikan dividen kepada Quebec Corp.?

53
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B
Quebec Co. Dividen
Kanada
Modal
Indonesia Malaysia
BUT Quebec Co. Malaywood Sdn. Bhd.

1. Menurut ketentuan Pasal 5 ayat (1) huruf c UU PPh, dividen merupakan


objek pajak BUT karena terdapat hubungan efektif. Penyertaan Q di
Malaywood mendukung bisnis BUT di Indonesia.
2. Pasal 10 P3B RI-Kanada tidak mencakup dividen yang bersumber dari
Malaysia.
3. Otoritas pajak Indonesia secara administratif sulit menegakkan ketentuan
domestik.

54
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B
Laba yang belum dibagikan tidak dapat dikenakan pajak
Pasal 10 ayat (5) OECD/UN Model:

Where a company which is a resident of a Contracting State derives profits or income from the
other Contracting State, that other State may not impose any tax on the dividends paid by the
company, except insofar as such dividends are paid to a resident of that other State or insofar as
the holding in respect of which the dividends are paid is effectively connected with a permanent
establishment situated in that other State, nor subject the company's undistributed profits to a
tax on the companys undistributed profits, even if the dividends paid or the undistributed profits
consist
wholly or partly of profits or income arising in such other State.

Meskipun laba perusahaan negara X berasal dari Indonesia, namun Indonesia tidak
boleh mengenakan pajak atas dividen yang dibayar oleh perusahaan negara X,
kecuali penerima dividen adalah WP Indonesia atau terdapat hubungan efektif
antara penyertaan dengan BUT di Indonesia.
Laba yang belum dibagi tidak dapat dikenakan pajak dividen.

55
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B
Laba yang belum dibagikan tidak dapat dikenakan pajak
Pasal 10 ayat (5) OECD/UN Model:
Apabila suatu perseroan yg berkedudukan di suatu Negara Pihak pada persetujuan memperoleh
laba atau penghasilan dari Negara Pihak lainnya pada persetujuan, negara lain tsb tidak boleh
mengenakan pajak apapun juga atas deviden yg dibayarkan oleh perseroan itu, kecuali apabila
deviden itu dibayarkan kepada penduduk di negara lain itu atau apabila penguasaan saham-
saham yg menghasilakn deviden itu mempunyai hubungan yg efektif dengan bentuk usaha tetap
atau tempat tertentu yg berada di negara lain tersebut, , demikian pula tidak boleh mengenakan
pajak atau laba badan yang tidak dibagikan, bahkan jika deviden tersebut dibayarkan atas laba
yang tidak dibagi tersebut yang berasal dari negara lainnya itu.

Meskipun laba perusahaan negara X berasal dari Indonesia, namun Indonesia tidak
boleh mengenakan pajak atas dividen yang dibayar oleh perusahaan negara X,
kecuali penerima dividen adalah WP Indonesia atau terdapat hubungan efektif
antara penyertaan dengan BUT di Indonesia.
Laba yang belum dibagi tidak dapat dikenakan pajak dividen.

56
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B
Laba yang belum dibagikan tidak dapat dikenakan pajak
Kasus I:
Proper Co. (perusahaan Singapura) memperoleh seluruh laba usaha
dari bisnis yang dilakukannya dengan PT Sarimurni. Pemegang saham
Proper berasal dari negara Belanda, USA, dan Australia.
Diskusikan:
1. Dapatkah Indonesia mengenakan pajak atas laba yang diperoleh
Proper Co. dengan menerapkan ketentuan pajak atas dividen?
2. Apabila ketentuan Indonesia dapat mengenakan pajak apakah
P3B RI-Singapura memperkenankan hal tersebut?
3. Apabila salah satu pemegang saham merupakan SPDN Indonesia,
dapatkah Indonesia mengenakan pajak?

57
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B
Quebec Co. Shareholder Belanda

Singapura
$ Laba Shareholder USA
Indonesia
PT Sarimurni Shareholder Australia

1. Berdasarkan UU PPh, Indonesia tidak dapat menganggap laba yang diperoleh


Quebec sebagai dividen dan mengenakan pajak di Indonesia atas laba sebagai
dividen.
2. Apabila ketentuan Indonesia dapat mengenakan pajak, maka berdasarkan Pasal 10
ayat (6) P3B RI-Singapura, hak pemajakan tersebut dibatasi.
3. Apabila salah satu pemegang saham adalah SPDN, maka Indonesia dapat
mengenakan pajak dengan menerapkan ketentuan perpajakan untuk inbound
income.

58
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Source Rule:
P3B mengatur source rule untuk penghasilan bunga dan royalti.
Contoh Pasal 11 ayat (5) OECD/UN Model:

Interest shall be deemed to arise in a Contracting State when the payer is a resident of
that State. Where, however, the person paying the interest, whether he is a resident of
a Contracting State or not, has in a Contracting State a permanent establishment in
connection with which the indebtedness on which the interest is paid was incurred,
and such interest is borne by such permanent establishment, then such interest shall
be deemed to arise in the State in which the permanent establishment is situated.

Sumber penghasilan:
Negara domisili tempat pembayar bunga ,
Negara tempat BUT yang membebankan bunga.

59
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B
Source Rule:
P3B mengatur source rule untuk penghasilan bunga dan royalti.
Contoh Pasal 11 ayat (5) OECD/UN Model:
Bunga dianggap berasal dari suatu Negara Pihak pada persetujuan apabila yg
membayarkan bunga adalah pemerintah Negara Pihak pd persetujuan itu sendiri,
suatu pemerintah daerahnya, atau penduduk negara tersebut. Namun demikian,
apabila orang atau badan yg membayar bungaitu, tanpa memandang apakah ia
penduduk suatu Negara Pihak pada persetujuan atau tidak, mempunyai bentuk usaha
tetap atau tempat tetap disuatu negara Pihak pada persetujuan dimana bunga yg
dibayarkan menjadi beban bentuk usaha tetap atau tempat tetap tersebut, maka
bunga itu akan dianggap berasal dari Negara Pihak pada persetujuan dimana bentuk
usaha tetap atau tempat tetap itu berada.
Sumber penghasilan:
Negara domisili tempat pembayar bunga ,
Negara tempat BUT yang membebankan bunga.

60
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B

Pembayaran bunga atau royalti yang melebihi kewajaran


Pasal 11 atau 12 tidak diterapkan atas kelebihan bunga atau
royalti yang pembayarannya melampaui kewajaran.
Pemajakan atas penghasilan yang melebihi kewajaran itu sesuai
dengan ketentuan domestik dan memperhatikan ketentuan
dalam P3B.
Contoh: Pasal 11 ayat (6) OECD/UN Model
Where, by reason of a special relationship between the payer and the beneficial
owner or between both of them and some other person, the amount of the interest,
having regard to the debt-claim for which it is paid, exceeds the amount which would
have been agreed upon by the payer and the beneficial owner in the absence of such
relationship, the provisions of this Article shall apply only to the last-mentioned
amount. In such case, the excess part of the payments shall remain taxable according
to the laws of each Contracting State, due regard being had to the other provisions of
this Convention.

61
PERLAKUAN PAJAK MENURUT P3B
Pembayaran bunga atau royalti yang melebihi kewajaran
Pasal 11 atau 12 tidak diterapkan atas kelebihan bunga atau
royalti yang pembayarannya melampaui kewajaran.
Pemajakan atas penghasilan yang melebihi kewajaran itu sesuai
dengan ketentuan domestik dan memperhatikan ketentuan
dalam P3B.
Contoh: Pasal 11 ayat (6) OECD/UN Model
Apabila karena adanya suatu hubungan istimewa antara pembayaran dan penerima
atau antara kedua-duanya dengan orang dan badan lainnya, jumlah bunga yang
dibayarkan dengan memperhatikan tagihan atas piutang yg menjadi dasar
pembayaran bunga itu, melebihi jumlah yg seharusnya disepakati oleh pembayar dan
penerima seandainya tidak ada hubungan istimewa semacam itu, maka bunga
menurut ketentuan dalam pasal ini hanya berlaku bagi jumlah yang disebut terakhir.
Dalam hal demikian, jumlah kelebihan pembayaran itu akan tetap dikenakan pajak
berdasarkan perundang-undangan di masing-masing Negara dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan lainnya dalam persetujaun ini

62
SELESAI

63

Anda mungkin juga menyukai